Anda di halaman 1dari 12

Sistem

Pembayaran
Presented by Kelompok 2

Ekonomi

Sistem Pembayaran
Anggota Kelompok 2

1. Alfiandi Syahputra Bago


3. Farel Aditya
3. Nabila Putri Sahara
4. Anggun Rahayu Koto
5. Naila Husni Adizah
Pengertian
Sistem Pembayaran
sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup Sistem pembayaran terdiri atas alat pembayaran,
seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang mekanisme kliring, hingga penyelesaian akhir
digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna (settlement). Pihak-pihak yang terlibat dalam lembaga
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu penyelenggaraan sistem pembayaran, yaitu bank, lembaga
kegiatan ekonomi. Kelancaran sistem pembayaran dalam keuangan nonbank, penyelenggara transfer dana,
perekonomian nasional akan menunjang penerapan perusahaan pengalihan (switching) dan bank sentral.
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Secara umum, alat pembayaran dapat diperinci sebagai
berikut

1. Alat Pembayaran Tunai 2. Alat Pembayaran Nontunai


Alat pembayaran tunai, yaitu alat pembayaran Alat pembayaran nontunai, yaitu alat
berupa uang kartal/uang tunai meliputi uang pembayaran yang menggunakan berbagai
kertas dan uang logam. Uang kartal yang instrumen selain uang tunai, seperti kertas, kartu,
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah atau aplikasi elektronik (digital).
diterbit- kan oleh Bank Indonesia.
Peran bank indonesia
dalam sistem
pembayaran regulator perizinan

Bank Indonesia berwenang menetapkan kebijakan serta Bank Indonesia berperan membuat peraturan Bank Indonesia berperan memberikan izin
yang mendukung kelancaran sistem kepada pihak yang terlibat dalam
memberi persetujuan, perizinan, dan pengawasan atas pembayaran. Contohnya, Peraturan Bank pelaksanaan sistem pembayaran. Contohnya,
Indonesia (PBI) Nomor 14/23/PBI/2012
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Dalam rangka Bank Indonesia memberi izin terhadap
tentang Transfer Dana dan Surat Edaran (SE) lembaga yang akan melakukan kegiatan
memenuhi kewajiban sebagai penyelenggara sistem Nomor 15/23/DASP tanggal 27 Juni 2013
transfer dana serta pembayaran menggunakan
tentang Penyelenggaraan Transfer Dana.
pembayaran, Bank Indonesia memiliki peran berikut. kartu dan uang elektronik (e-money).
peran bank indonesia dalam sistem
pembayaran

pengawasan operator fasilitator

Dalam menjalankan peran ini, Bank Indonesia Bank Indonesia menyediakan layanan sistem Bank Indonesia memfasilitasi
berwenang mengawasi penyelenggaraan pembayaran, yaitu Bank Indonesia Real Time Gross pengembangan sistem pembayaran
sistem pembayaran melalui kegiatan Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional oleh industri jasa keuangan (IJK).
monitoring (pemantauan) penilaian. Bank Bank Indonesia (SKNBI).Untuk Bank Indonesia Tujuan pemberian fasilitas tersebut
Indonesia juga melakukan upaya yang Scripless Securities Settlement System (BI- SSSS), oleh Bank Indonesia agar
mendorong penyelenggaraan sistem Bank Indonesia menyediakan sarana penatausahaan penyelenggaraan sistem pembayaran
pembayaran ke arah lebih baik. dan penyelesaian transaksi (setelmen) surat berharga. makin aman dan efisien.

Selain peran di atas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan berbagai transaksi seperti operasi pasar
terbuka, menyelesaikan tagihan, serta melakukan transaksi yang berkaitan dengan rekening pemerintah dan
lembaga keuangan internasional yang ada di Bank Indonesia Bank juga menjadi pengguna dan anggota sistem
pembayaran.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai
Oleh Bank Indonesia
Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank Indonesia
dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi bernilai besar (high value) dan
transaksi bernilai kecil (retail value).

a. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)


Sistem ini di Indonesia dikenal dengan istilah Bank Indonesia Real Times Gross Settlement (BI-RTGS), yaitu sistem tranfer dana
elektronik antarpeserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan seketika (bersifat real time) per transaksi. Sistem
BI- RTGS pertama kali digunakan pada 17 November 2000. Sistem BI-RTGS menjadi sumber informasi yang penting dalam
pengawasan bank ataupun pelaksanaan kebijakan moneter. Pengembangan sistem BI-RTGS bertujuan sebagai berikut.
1) Menyediakan sarana transfer dana antarbank yang lebih cepat, efisien, andal, dan aman kepada bank dan nasabah.
2) Memberikan kepastian setelmen dan penatausahaan dapat diperoleh dengan segera.
3) Menyediakan informasi rekening bank secara real time dan menyeluruh.
4) Meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalam mengelola likuiditas.
5) Mengurangi risiko-risiko setelmen dan penatausahaan.
b. Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (Bi-SSSS)
Bank Indonesia menyelenggarakan sistem pembayaran yang dikenal dengan istilah Bank Indonesia Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS). Sistem BI-SSSS merupakan sarana untuk mencatat dan
menatausahakan transaksi surat berharga secara elektronik yang terhubung langsung antara peserta,
penyelenggara, dan sistem BI-RTGS. Penatausahaan surat berharga terdiri atas kegiatan pencatatan
kepemilikan, melakukan kliring dan setelmen, serta pembayaran bunga atau imbalan dan nilai
pokok/nominal surat berharga. Transaksi BI-SSSS antara lain transaksi operasi pasar terbuka (OPT),
pemberian fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank umum, dan transaksi Surat Berharga Negara
(SBN) untuk/dan atas nama pemerintah. Pihak-pihak yang menjadi peserta BI-SSSS adalah Bank Indonesia,
Kementerian Keuangan, bank, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan pialang pasar uang
rupiah dan valuta asing, perusahaan efek, pialang pasar modal, serta lembaga lain yang disetujui oleh Bank
Indonesia seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
c. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Setiap bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring,
kecuali bank perkreditan rakyat (BPR). Bank yang menjadi peserta kliring harus menyediakan
perangkat kliring meliputi perangkat terminal pusat kliring dan jaringan komunikasi data.
Ketersediaan perangkat kliring untuk menjamin kelancaran transaksi para nasabah.
Penyelenggara SKNBI dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut. 1) Penyelenggara kliring
nasional (PKN), yaitu unit kerja di kantor pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan
menyelenggarakan SKNBI secara nasional.
2) Penyelenggara kliring lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan bank yang mem-
peroleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu
wilayah kliring tertentu.
2) Kliring Debit
Jenis layanan pada SKNBI Layanan dalam kliring debit dapat dijelaskan sebagai berikut.

sebagai berikut a) Kliring debit diselenggarakan per wilayah kliring oleh penyelenggara
kliring lokal.
b) Transaksi yang dikliringkan adalah transfer debit dari warkat debit
1) Kliring Kredit
dalam bentuk cek dan bilyet giro.
Layanan dalam kliring kredit dapat dijelaskan sebagai berikut.
c) Transfer debit yang dikliringkan berupa data keuangan elektronik
a) Penyelenggaraan kliring kredit dilaksanakan oleh
disertai penyampaian warkat debit.
penyelenggara kliring nasional (PKN)secara nasional. d) Kegiatan dalam kliring debit meliputi:
b) Transaksi yang dikiringkan adalah transfer kredit dari peserta (1) kliring penyerahan, memperhitungkan transfer debit yang
di suatu wilayah kliring yang ditujukan kepada peserta lain di disampaikan peserta pengirim kepada peserta penerima melalui PKL.
seluruh Indonesia. (2) kliring pengembalian, memperhitungkan transfer debit yang ditolak

c) Transfer kredit yang dikliringkan berupa data keuangan peserta penerima kepada peserta pengirim sesuai dengan alasan

elektronik (DKE). penolakan yang ditetapkan Bank Indonesia.


Bank Indonesia memiliki peran penting dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Dalam menjalankan kewenangannya, Bank Indonesia mengacu pada prinsip kebijakan sistem
pembayaran, yaitu keamanan, efisiensi, kesetaraan akses, dan perlindungan konsumen.
1. Aman, berarti segala risiko seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko penipuan harus dikelola dan
dimitigasi dengan baik dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.
2. Efisiensi, berarti penyelenggaraan sistem pembayaran harus digunakan secara luas. Biaya yang
ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala ekonomi.
3. Kesetaraan akses, berarti Bl tidak menginginkan praktik monopoli pada penyelenggaraan suatu
sistem yang menghambat pemain lain untuk masuk.
4.Perlindungan konsumen, berarti kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk
memperhatikan aspek-aspek terkait perlindungan konsumen.

Pada era digital saat ini penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai berperan penting dalam perekonomian
nasional. Oleh karena itu, stabilitas sistem pembayaran nontunai perlu dipelihara agar mendukung
perekonomian. Jika sistem pembayaran nontunai mengalami gangguan akan memengaruhi kelancaran dan
stabilitas sistem keuangan di dalam negeri.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai