Rendy Marzugoh Tiara Maylafaizah Bangun Willy Akbar Ch. Yovanka Digna Margareta Sembiring Milala PERANAN BANK INDONESIA DALAM SITEM PEMBAYARAN Sebagaimana tugas utama dari Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas dari nilai tukar rupiah yang telah diamanatkan melalui Undang- Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperluan pengaturan dan pengelolaan kelancaran sistem pembayaran nasional (SPN). Bank Indonesia adalam lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Bank Sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Bank Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan san perizinan serta melakukan pengawasan atas SPN. Bank Sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik, hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran. Bank Indonesia yang mempunyai peran sebagai operator, regulator, dan pengguna sistem pembayaran mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan, baik yang dituangkan dalam bentuk regulasi maupun bentuk lainnya. b. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran c. Konsultasi dan fasilitasi pada penyelenggaraan sistem pembayaran d. Pengawasan (oversight) terutama pada penyelenggara sistem pembayaran untuk menilai kesesuaian sistem yang di kelolanya dengan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran. e. Sosialisasi dan edukasi Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan adalah: Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka Kedua,Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi- informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI OLEH BANK INDONESIA Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah sistem transfer dana elektronikyang setiap transaksinya diselesaikan dalam waktu seketika. Sejak di operasikan oleh bank indonesia pada tanggal 17 November 2000,BI-RTGS berperan penting dalam proses aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses trasaksi pembayaran yang terbasuk High Value System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp100 juta atas dan bersifat segera (urgent) Manfaat sistem BI-RTGS antara lain sebagai beriut: a) Meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran b) Menjadi sarana transfer dana atarbank yang prakstis, cepat , efisien , aman ,dan andal c) meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. d) Menjadi informasi pendukung dalam mejalankan kegiatan operasi moneter dan early warning system pengawasan bank fungsi bank indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran termasuk berperan sebagai ketentuan (regulator) dan pengawas (overseer) BI-RTGS. BI menetapkan landasan hukum yang kuat untuk penerapan sistem BI-RTGS dan menentukan peran dan tanggung jawab penyelenggara dan peserta sistem BI-RTGS. Sebagai pengawas (overseer), BI memastikan bahwa peneyelenggaraan BI-RTGS memenuhi prinsip core Principles for Systematically Important Payment System (CP- SIPS) dari Bank for International Settlement seperti yang diatur dalam peraturan sistem BI-RTGS untuk mendukung kestabilan sistem keuangan dengan memerhatikan prinsip perkindungan konsumen. Fungsi pengawasan dilakukan melalui perbuatan ketentuan, pertemuan konsultasi dengan penyelenggara, monitoring, dan assessment dalam menjalankan peran sebagai penyelenggara ( operator) sistem BI-RTGS , Bank Indonesia memiliki tanggu jawab antara lain sebagai berikut: a) Meyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman, dan andal b) Memberikan penjelasan kepada pesera mengenai resiko finansial sehubungan keikutsertaannya dalam sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut c) Memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah di tetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta. Dalam penyelenggaraan sistem BI-RTGS , penyelenggaran menyiapkan infrastuktur dan pelayanan kepata peserta meliputi hal hal berikut: a. Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggara sistem BI-RTGS antara lain perangkat keras,aplikasi RCC ( softwere) , jaringan komunikasi data(leased line), fasilitas dial up, dan fasilitas pendukung lainnya b. Help-desk untuk membantu peserta menghadapi kesulitan operasional c. Memberi pelatihan kepada peserta d. Memiliki produser penanganan kondisi gangguan/ darurat ( Disaster Recovery Plan-DRP dan Business Continuity Plan-BCP) dan melakukan uji coba secara berkala dengan melibatkan peserta. e. Mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group) SEKIAN TERIMAH KASIH
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya