id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia.
tersebut, Bank Indonesia memiliki peran penting dalam rangka mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. (Ascarya dan Sri Mulyati Tri Subari
2004:233)
Ascarya dan Sri Mulyati Tri Subari (2004:234) juga mengemukakan tentang
11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
pemberian persetujuan.
pembayaran.
ditaati.
Gambar 1.1
merupakan suatu lembaga independen yang didirikan oleh Bank Indonesia guna
mengatur sistem pembayaran yang semakin modern di era globalisasi dunia ini
yang tentunya tetap memperhatikan kebijakan dan peraturan dari Bank Indonesia.
Adapun visi dan misi dari ASPI ini adalah sebagai berikut:
a. Visi
b. Misi
Lembaga ASPI ini memiliki peran dan fungsi untuk menjadi Self Regulatory
Selain memiliki peran dan fungsi tersebut, ASPI juga memiliki ruang lingkup
keuangan seperti bank dan industri non bank yang bergerak dibidang financial.
Setiap industri yang menjadi anggota ASPI adalah mereka yang telah memenuhi
websitenya (http://aspi-indonesia.or.id/persyaratan-pendaftaran-anggota-aspi/)
ASPI
Dalam pelaksanaanya, ASPI memiliki tiga agenda besar yang mana target
tiga agenda ini pada tanggal 1 Januari 2016 sudah dapat dilaksanakan. Agenda
Gateway ini dibuat dengan maksud agar nantinya di Indonesia seluruh transaksi
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
pembayaran menggunakan sistem kartu atau uang elektronik. Contoh dari uang
elektronik atau e-money itu sendiri, seperti: kartu ATM, VISA, kartu kredit, dan
kartu debit lainnya. Kemudian agenda yang kedua adalah mengeluarkan standar
chip kartu debit atau National Standard Indonesia Chip Card Spesification
(NSICCS). Dengan dikeluarkannya standar chip kartu debit ini memiliki tujuan
agar kartu debit dapat digunakan dengan lebih aman seperti penggunaan kartu
kredit yang sudah ada. Dan agenda yang ketiga, interoperability of money,
memastikan semua uang elektronik yang beredar bisa digunakan siapa saja, kapan
saja, dan di mana saja. Sistem ini dimaksudkan agar satu kartu dapat digunakan
bank, dan lembaga-lembaga baik domestik maupun antar negara. (Ascarya dan Sri
barang, termasuk emas, hingga uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh bank
yang dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia adalah uang kartal. uang kartal
Peraturan mengenai pengelolaan mata uang rupiah ini diatur dalam UU No.
menggunakan uang kartal. Uang kartal ini memang populer dan serin g digunakan
Sistem pembayaran non tunai berkembang mulai dari warkat (cek, bilyet
giro, dsb) sampai kepada kartu elektronik atau e-money. Oleh karena itu, peran
untuk transaksi dengan nilai yang relatif kecil, sementara instrumen non tunai
biasa digunakan untuk transaksi besar. Dari waktu ke waktu, sistem pembayaran
non tunai terus meningkat. Misalnya, di Jepang, Jerman, dan Inggris pembayaran
tunai dan cek menurun, sementara pembayaran dengan kartu atau e-money mulai
D. Bye Laws Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Bye Laws SKNBI)
oleh seluruh bank yang mengikuti kliring d i Bank Indonesia atau peserta kliring.
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Ketentuan-ketentuan yang ada pada Bye Laws ini dibuat oleh suatu lembaga
independen yang disebut komite Bye Laws yang mana komite in i dibentuk oleh
bank-bank peserta kliring. Ketentuan Bye Laws kliring ini d ibuat guna melengkapi
oleh penyelenggara kliring yaitu Bank Indonesia. Tujuan dari bye laws Kliring
pembayaran antar bank melalui kliring di antara bank peserta kliring di Indonesia.
disebut dengan komite Bye Laws. Komite Bye Laws ini memiliki tugas utama
yaitu menyelesaikan masalah yang terjadi antar peserta kliring. Komite Bye Laws
ini sudah menjadi lembaga independen yang dirasa dalam pelaksanaanya sudah
(Komite Bye Laws, 2011) Anggota komite Bye Laws terdiri dari wakil-wakil
yang ditunjuk dari asosiasi perbankan di Indonesia, ditambah satu orang wakil
dari Bank Indonesia. Total anggota komite ini adalah 46 anggota (23 anggota
utama dan 23 anggota pengganti). Pengurus komite Bye Laws dipilih oleh anggota
komite Bye Laws dengan masa kerja 2 tahun. Fungsi komite Bye Laws yaitu
sebagai lembaga independen untuk kepentingan Peserta Bye Laws dalam menjaga
Sistem Pembayaran dan Transaksi Surat Berharga”. Tugas dan wewenang komite
Ruang lingkup persengketaan yang diselesaikan oleh Komite Bye Laws adalah
hanya sengketa atau permasalahan antar peserta Bye Laws, bukan antara nasabah
dengan peserta Bye Laws, yang berkaitan dengan sistem pembayaran dan
Adapun prosedur tersebut yaitu komite Bye Laws membentuk working group, di
mana working group ini terdiri dari anggota komite dan atau wakil peserta yang
Bye Laws dan komite melakukan pembahasan atas draft tersebut. Setelah itu, Bye
Laws ditetapkan dalam rapat komite. Tiap peserta Bye Laws dapat menyampaikan
berikut:
diperjanjikan.
1) Nomor Referensi
2) Nama Penerima
5) Nominal
2. Pengkreditan Dana
penerima.
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
reversal / koreksi
tanggal efektif;
5) Nota debet tidak sesuai dengan ketentuan dan atau perjanjian yang
mendasarinya;
berwenang;
2) Warkat dari luar wilayah kliring yang diterbitkan oleh Bank bukan
3) Perintah dalam DKE Debet lebih besar dari nominal yang tertulis
Rp 100 juta);
satu kali (biaya berlaku untuk DKE Debet di atas Rp 100 juta).
1) Nomor Referensi
tidak diterima.
tidak diterima
kliring
kliring
administrasi)
3. Bank Penagih berhak meminta ganti rugi atas biaya yang dibebankan Bank
Tabel 1.1
*Rate SBI jangka waktu 1 bulan pada lelang terakhir sebelum transaksi terjadi /
*Rate SBI
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Mei 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing dilakukan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia”. Menurut PBI No.
“Pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas nama bank
Indonesia.
atau sebagian kliring apabila kliring tersebut menyalahi ketentuan SKNBI. Bank
pendapat antar bank peserta kliring mengenai dapat atau tidaknya suatu warkat
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
a. Sistem Manual
semua peserta.
peserta.
sekuriti yang lebih rendah bila dibandingkan dengan warkat baku pada
kliring yang dilaksanakan secara sistem semi otomasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
dalam disket.
c. Sistem Otomasi
pemilahan warkat secara otomasi dibantu oleh mesin baca pilah (reader sorter)
penyelenggara.
manual.
6. Informasi hasil kliring dapat lebih cepat diketahui oleh peserta kliring
d. Sistem Elektronik
Proses sistem kliring yang jumlah warkat dan jumlah peserta kliringnya
pengembangan SKNBI, penyelenggara kliring akan terdiri dari dua sub sistem
penyampaian warkat debet (cek, giro, nota debet, dab lain-lain); dan
b. Kliring kredit untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian
Secara teknis, SKNBI terdiri dari 3 (tiga) komponen utama sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
(PKN).
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, antara lain dalam Pasal 1 menyebutkan
konvensional;
c. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di
syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
adalah sistem Kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan
unit kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan
kerja di Bank Indonesia dan unit kerja di kantor bank yang bertugas
l. PKL BI adalah unit kerja di Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan
m. PKL Selain BI adalah unit kerja pada kantor bank yang memperoleh
n. Peserta adalah kantor Bank Indonesia dan atau kantor bank yang terdaftar
SKNBI;
oleh Penarik karena saldo tidak cukup atau rekening telah ditutup;
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Cek/Bilyet Giro Kosong yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan berlaku
yang dilakukan antar kota atau antar pulau. Biaya kliring intercity ini
(Modul Bank Indonesia SPN 02) Jenis dokumen kliring yang digunakan dalam
a. Sistem manual
c. Sistem Otomasi
4. Lembar substitusi
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
5. Kartu batch
Sistem kliring yang diselenggarakan oleh KpwBi Solo ini menggunakan sistem
kliring semi otomasi. Peraturan mengenai sistem semi otomasi ini diatur dalam
Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/8/DSAP tanggal 4 Mei 2000 perihal
di KPwBI Solo terbagi menjadi 2(dua) tahap yang terdiri dari tahap kliring
a. Kliring Penyerahan
yang diselenggarakan pada pukul 08.15 WIB sampai dengan sebelum pukul
11.30 WIB. Dalam kliring penyerahan ini, peserta kliring menyerahkan seluruh
warkat atau DKE kliring, baik warkat/DKE debet maupun warkat/DKE kredit
kepada pihak penyelenggara atau pihak peserta lawan kliring dan menerima
seluruh warkat atau DKE kliring, baik warkat/DKE debet maupun warkat/DKE
kredit dari pihak penyelenggara atau pihak peserta lawan kliring. Setelah itu,
dan berbagai laporan kliring yang dapat berguna dalam penyelesaian akhir
b. Kliring Pengembalian
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
yang diselenggarakan pada pukul 12.45 WIB samapai dengan pukul 15.30 WIB.
giro, dan beberapa nota debet) kliring penyerahan yang ditolak berdasarkan
ketentuan yang ada di Bank Indonesia dan tidak sesuai dengan tujuan dan syarat
bersangkutan;
b) Nama Tertarik;
penarik;
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
giro);
waktu pengunjukkan;
waktu penawaran;
7. Sudah kadaluwarsa;
13. Endosmen pada cek atas nama atau cek atas order tidak ada;
terlampir);
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
pemblokiran terlampir);
Retur warkat kredit ini dilakukan karena warkat kredit dan atau DKE kredit tidak
adanya kesalahan penulisan sandi peserta, nomor rekening, atau pun jumlah
diketahui ada kesalahan kliring dan tidap dapat melalui kliring pengembalian
bank yang bersangkutan. Bank Indonesia juga berhak dalam penyelesaian masalah
dan memberi keputusan akhir jika terjadi perbedaan pendapat antara dua atau
lebih peserta kliring tentang dapat atau tidaknya suatu warkat DKE
kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses, dan biaya lain-lain yang
berkaitan dengan penyelenggaraan kliring lokal. Sistem kliring semi otomasi yang
a. Biaya kliring penyerahan sebesar Rp 250,- (dua ratus lima puluh rupiah
per warkat);
b. Biaya kliring penyerahan sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)
per warkat.
pada satu waktu tertentu. Net multilateral berarti setiap bank membuat satu posisi
final untuk semua bank mitra kerjanya, sehingga hanya akan ada satu setelmen
untuk setiap bank. (Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya 2003:23).
rekonsiliasi dapat juga meliputi proses konfirmasi, dari perintah pembayaran atau
transfer sekuritas dan proses tersebut dapat meliputi proses netting dari instruksi
pembayaran atau transfer sekuritas tersebut, serta proses penyusunan posisi final
penyelengaraan kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing
dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank
adalah Bank Indonesia, sedangkan di wilayah kliring yang tidak terdapat kantor
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Bank Indonesia yang menjadi penyelenggara kliring adalah pihak lain tetapi tetap
harus dengan persetujuan Bank Indonesia. pihak lain yang dimaksud di sini adalah
lembaga bank atau non bank yang dirasa mampu menyelenggarakan kliring di
wilayah tersebut.
Gambar 1.2