Disusun Oleh:
- M EGY PRASETYA
- FATHURROHMAN LAZUARDI R
- ALVIANSYAH SAPUTRA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4
C. Tujuan Penilitian ……………………….………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Berdirinya Bank Pertama Di Indonesia ………………………… 6
B. Pustaka ……………………………………………….…………. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, sistem pembayaran yang aman dan efisien sangat mendukung
keberhasilan suatu negara dalam menjaga dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan
dan stabilitas moneter. Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen utama
dalam mendukung aktivitas perekonomian di suatu negara dan oleh karena itu sistem
pembayaran harus senantiasa dijaga agar dapat berjalan secara aman dan efisien.
Keamanan dalam kegiatan sistem pembayaran dapat dilihat dari berbagai indikator
antara lain sebagai berikut:
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana berdiri nya Bank pertama di Indonesia?
2. Bagaimana keuangan Indonesia pasca Kemerdekaan?
3. Peranan Bank Indonesia saat menghadapi krisis?
C.TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui Sejarah Bank di Indonesia
2. Mempelajari keuangan di Indonesia dari Zaman Hindia-Belanda
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat itu, pemerintah Kerajaan Belanda memberikan octroi atau hak-hak
istimewa kepada De Javasche Bank (DJB) untuk bertindak sebagai bank sirkulasi.
Sebagai bank sirkulasi, DJB memiliki kewenangan untuk mencetak dan mengedarkan
uang Gulden di wilayah Hindia Belanda Octrooi secara periodik diperpanjang setiap 10
tahun sekali. Saat itu De Javasche Bank juga menjadi bank sirkulasi pertama di Asia.
Pada tahun 1922 Pemerintah Belanda menerbitkan undang-undang De
Javasche Bank Wet.
a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan
Jepang.
b. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit
bangsa Indonesia, Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu
Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang diduduki
Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya
sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses
Tindakan tersebut. Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar persetujuan
yang telah disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik mengenai status
Indonesia, tidak akan ada mata uang baru. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI
juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. (Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah
uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.)
KRISIS 1998
Periode krisis di Indonesia berlangsung mulai tahun 1997, memasuki tahun
baru 1998 harga dolar AS jauh melewati angka Rp 6.000,00 dan pada 22 Januari 1998
mencapai angka Rp 16.000,00 tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia. Harga-harga
barang kebutuhan pokok dan jasa transportasi meningkat drastis. Kemarau panjang dan
tingginya kandungan impor sektor ekonomi Indonesia memaksa pemerintah dan
pengusaha untuk mengimpor barang barang kebutuhan pokok dan barang-barang input
bagi kelangsungan proses produksi. Proses industrialisasi selama ini yang menggeser
sektor pertanian mengakibatkan berkurangnya produksi bahan-bahan kebutuhan pokok
produksi sektor pertanian, sehingga tahun 1997 Indonesia harus mengimpor beras 9 juta
ton, gula 400 ribu ton, kedelai 1 juta ton, sayuran 130 ribu ton dan buah-buahan 90 ribu
ton dan pada zaman pendudukan Belanda Indonesia menjadi pengekspor beberapa
komoditi pertanian tersebut. Dengan kata lain, tidak hanyaa sektor industri bergantung
pada luar negeri tetapi beberapa produk pertanian penting sebagai bahan konsumsi
seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan investasi non bangunan tetap baik sejalan dengan kinerja ekspor,
meski pertumbuhan investasi secara keseluruhan masih tertahan pada 2,11% akibat
investasi bangunan yang masih terbatas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap
kuat juga tecermin dari sisi Lapangan Usaha dan spasial. Secara Lapangan Usaha (LU),
seluruh LU pada triwulan I 2023 mencatat pertumbuhan positif, terutama ditopang oleh
Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Pertambangan dan
Penggalian. LU Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum, serta Jasa Lainnya mencatat pertumbuhan yang tinggi, didorong oleh
peningkatan mobilitas masyarakat dan kunjungan wisatawan mancanegara, serta
penyelenggaraan acara nasional dan internasional. Secara spasial, pertumbuhan
ekonomi triwulan I 2023 tetap terjaga di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di wilayah Kalimantan, diikuti Sulawesi-
Maluku-Papua (Sulampua), Jawa, Sumatera, dan Bali-Nusa Tenggara (Balinusra).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini
memiliki Nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda.
Sebagai Bank sentral, BI mempunyai satu tujuan Tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah .
B. Pustaka
Sumber: Bank Indonesia
Penulis: Fathurrohman LR, M. Egy, Alviansyah, Amanda Felisha, Fita
Rosa, Putri K
LAMPIRAN
Dokumentasi :
Direktur DJB