Dari ketiga faktor tersebut ,kemajuan teknologi merupakan pendorong (trigger) utama dalam
terintegrasinya pasar keuangan dunia.
Ketiga faktor diatas saling berhubungan.
Pergeseran peranan dua jenis investor, inverstor ritel dan institusional, dalam pasar keuangan
merupakan faktor ketiga yang menyebabkan integrasi pasar keuangan. Investor institusional adalah
entitas seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, bank kormesial, serta
asosiasi simpanan dan pinjaman. Investor institusional disebut juga institusi keuangan. Investor
institusional memiliki kemauan yang lebih besar dari investor individual untuk menginvestasikan
dana yang dimilikinya keluar negeri sebagai usaha untuk memperbaiki peluang hasil/rasio
portofolio. Lebih jauh lagi, insvestor tidak hanya melakukan investasi pasar keuangan di negara-
negara maju, namun juga di negara-negara berkembang. Terdapat peningkatan partisiparsi dalam
pasar keuangan ekonomi berkembang yang biasa disebut pasar berkembang (emerging market).
2. Sebagai mana diatur dalam undang undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992,tentang perbankan
yang telah diubah dengan undang undang No.10 tahun 1998,pengertian dari perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,mencakup kelembagaan,kegiatan usaha,serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha nya.
3. Bergejolaknya keadaan negara pada masa keadaan sesudah perang dunia II (1945-1949) yang
membuat terbentuknya dua wilayah yakni daerah republik yang di kuasai RI dan daerah
federal yang merupakan wilayah RI yang diduduki belanda membuat masing-masing daerah
mengalami perkembangan,dimana pekembangan perbankan di daerah RI dimasa itu
mempunyai 2 bank ,yakni Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia.Perkembangan
di daerah federal pada saat itu memunculkan bank bank nasional swasta yang pada umum
nya merupakan bank umum yang bergerak di bidang perdagangan.Bank-bank tersebut adalah
N.V Bank sulawesi di Manado,didirikan 8 februari 1946,N.V Bank semarang didirikan 20
september 1949 yang kemudian di ganti namanya menjadi PT.Bank Gemari dan kemudian
melakukan merger dengan Bank Central Asia (BCA),Bank Dagang Indonesia N.V di
Banjarmasin didirikan 12 Oktober 1949,Kalimantan Trading Corporation N.V di samarinda
didirikan 18 februari 1950 yang kemudian merger dengan Bank Pacific.
Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1968 Bank
Indonesia,disamping itu bank-bank umumpun bermunculan demikian juga bank-bank
pembangunan,balok tabungan,bank bank rulal(skunder) dan juga lembaga keuangan non
bank.
4. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, BI menetapkan peraturan,
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,
melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia pada bank yang menyandang
status pengawasan intensif antara lain: Meminta bank untuk melaporkan hal-hal tertentu
pada Bank Indonesia. Memberlakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian
rencana kerja dengan penyesuaian terhadap sasaran yang hendak dicapai.
peran Otoritas Jasa Keuangan(OJK) dalam mengawasi keuangan di Indonesia. OJK terbebas
dari campur tangan pemerintah tidak sepenuhnya benar. Secara historis, pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu
pembahasan Undang-Undang tentang Bank oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
1) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
2) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1) menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2) menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3) menetapkan peraturan dan kcputusan OJK;
4) menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5) menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga
Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan;
8) menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9) menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.
Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan
dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Fungsi penjaminan diejawantahkan dengan melakukan pembayaran klaim penjaminan atas
simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan menunjuk tim likuidasi untuk
membereskan aset dan kewajiban bank tersebut, sedangkan fungsi turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan diwujudkan dalam bentuk upaya menyelamatkan atau penyehatan
terhadap bank gagal yang tidak berdampak sistemik maupun bank gagal yang terdampak
sistemik (bank resolution).
Keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank gagal tidak berdampak sistemik
ditetapkan oleh LPS. Salah satu pertimbangannya didasarkan pada penghitungan biaya yang
lebih rendah (lower cost test) antara menyelamatkan bank tersebut dengan membayar klaim
penjaminan. Sedangkan, keputusan untuk menyelamatkan gagal yang berdampak sistemik
ditetapkan dan diserahkan oleh Komite Koordinasi (KK) yang terdiri dari Menteri Keuangan,
Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Ketua Dewan Komisioner. Setelah itu, LPS bertindak
sebagai pelaksana dalam penyelamatan bank gagal yang telah diputuskan berdampak
sistemik.
Dalam upaya dalam menyelamatkan bank gagal, LPS memunyai kewenangan, antara lain
mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk
RUPS; menguasai, mengelola, dan menjual / mengalihkan aset bank; melakukan penyertaan
modal sementara (PMS); serta mengalihkan manajemen pada pihak lain. LPS mempunyai
jangka waktu penyelamatan paling lama 4 tahun untuk bank tidak berdampak sistemik dan 5
tahun untuk bank gagal yang berdampak sistemik. Selanjutnya, LPS harus menjual seluruh
saham bank yang diperoleh dari penyertaan modal sementara (PMS) secara terbuka dan
transparan.
Mengenai pembayaran klaim penjaminan simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya, LPS
memiliki hak untuk menggantikan posisi nasabah penyimpan tersebut (hak subrogasi) dalam
pembagian hasil likuidasi bank. Pemberian kewenangan dan hak tersebut dimaksudkan untuk
mengoptimalkan tingkat pemulihan (recovery rate) bagi LPS, sehingga keberlangsungan
program penjaminan simpanan dapat terus dijaga.