1. Pengertian Bank
Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau Italia banca yang berarti
bangku. Dahulu para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi
mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan
kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja.
Sejarah lahirnya Bank bila diambil dari sisi fungsi dan tugas pokok Bank maka
diperkirakan bermula pada masa kerajaan Babylonia, Yunani dan Romawi 2000 SM.
Pada masa itu, Bank memiliki peranan penting pada sektor perdagangan. Pada saat itu,
bank lebih bertugas dalam tukar menukar uang atau alat tukar, oleh karena itu, orang
yang aktif atau memiliki bank disebut pedagang uang.
Prof. G.M. Verryn Stuart dalam buku Bank Politik, bahwa pengertian bank adalah
suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit (to satisfy the needs of
credit) , baik dengan alat alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat alat penukar baru berupa uang
giral (circulate new tool exchanger in the form of demand deposits).
Pengertian bank menurut Bapak A. Abdurrachman dalam Buku Ensiklopedia
Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa "Bank adalah suatu jenis
lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan
pinjaman (lend), mengedarkan mata uang (circulating currency), pengawasan terhadap
mata uang (supervision of currency), bertindak sebagai tempat penyimpanan benda
benda berharga (storage of valuable objects), membiayai usaha perusahaan-perusahaan
dan lain lain”.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Tanggal 10 Nopember 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dengan demikian Bank merupakan suatu lembaga dibidang keuangan yang
berperan aktif sebagai pemberi pinjaman maupun tempat penyimpanan uang. Secara
tidak langsung bank telah ikut membantu perekonomian suatu negara dimana uang
yang tersimpan dalam bank dapat disalurkan ke masyarakat. Sehingga perekonomian
suatu negara dapat berjalan dengan lancar.
Page 1 of 8
2. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya
2.1.Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-undang nomor 13
tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengarahan
dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang,
mengajukan percetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank
Indonesia adalah satu-satunya bank sentral sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di
Indonesia.
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika undang-undang baru, yaitu
UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999
dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara
yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang
khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada
perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
2.2.Bank Umum
Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat
Page 2 of 8
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank
komersial (commercial bank).
Dengan demikian bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan
berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi
kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing atau
valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga,
dan lain sebagainya.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan
giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
Page 3 of 8
3.Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya
Page 4 of 8
11. Bank Rabobank International Indonesia
12. Bank Resona Perdania
13. Bank Sumitomo Mitsui Trust Bank Limited
14. Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk.
15. Bank Woori Indonesia
Page 5 of 8
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat,
kebiasaan, kelaziman. Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang
dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada
terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan
dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-
produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito,
simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan
kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka
pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of
Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat,
penjamin emisi, dan perdagangan efek.
Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari
nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham,
dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan
bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder,
penyaluran kredit, dan investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR.
Page 6 of 8
secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor
perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi
masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi
yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan
skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat
Indonesia tanpa terkecuali. Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank
syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana
sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar
kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Prinsip-prinsip bank syariah
secara umum adalah melarang melakukan transaksi yang mengandung unsur-unsur riba,
maisir, gharar, dan jual beli barang haram. Prinsip bank syariah ini diterapkan untuk
mencapai tujuan sesuai jalur syariah. Setidaknya ada 11 macam prinsip bank syariah,
yaitu Mudharabah, Musyarakah, Wadi’ah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Qardh,
Rahn, Hiwalah/Hawalah, dan Wakalah.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 31 Desember 2013
menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) pengalihan fungsi pengaturan dan
pengawasan Bank dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan yang
ditandatangani langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo dan
Page 7 of 8
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Muliaman D. Hadad. Pada acara serah
terima tersebut, BI juga menyerahkan Buku Laporan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia
di Bidang Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Bank sebagai gambaran pelaksanaan
fungsi dan tugas pengawasan bank oleh BI selama ini. Sesuai amanat Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terhitung sejak 31 Desember
2013, ditandai dengan ditandatanganinya BAST antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan, maka tugas pengaturan dan pengawasan perbankan dialihkan dari Bank
Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan. Sejak tanggal 31 Desember 2013 tersebut,
pengawasan terhadap individual bank (mikroprudensial) dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Namun, pengawasan terhadap makroprudential tetap dilakukan oleh Bank
Indonesia, berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan.
Dengan proses pengalihan fungsi pengaturan dan pengawasan bank dari Bank
Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan yang berlangsung dengan lancar ini, maka
proses bisnis di bank tetap berjalan sebagaimana biasanya dan masyarakat khususnya
nasabah dapat tetap melakukan kegiatan transaksi dengan perbankan sebagaimana
ketika pengawasan dilakukan oleh Bank Indonesia.
Bahan Referensi:
Page 8 of 8