Anda di halaman 1dari 5

NAMA : CINDHI MUTIARA NAGARI

NIM : 044100013

PRODI : S1 MANAJEMEN

TUGAS 1
Assalamuallaikum wr. wb.

1. Faktor yang memicu adanya integrasi pasar keuangan antar Negara adalah :

1) Deregulasi atau liberalisasi pasar keuangan di pusat – pusat keuangan dunia. Persaingan
global telah mendorong pemerintah di banyak Negara untuk menderegulasi berbagai
aspek dari pasar keuangannya. Dengan deregulasi ini maka perusahaan – perusahaan
keuangan mereka dapat bersaing secara efektif di seluruh dunia.

2) Kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi. Teknologi ini digunakan untuk


memonitor banyak pasar keuangan dunia, melakukan transaksi, dan menganalisis
peluang – peluang keuntungan dari transaksi aset keuangan.

3) Pesatnya kemajuan kelembagaan pasar keuangan.

Dari ketiga faktor di atas, yang menjadi trigger ( pendorong ) utama dalam adanya
integrasi pasar keuangan antar negara adalah kemajuan teknologi. Kemajuan dalam
sistem telekomunikasi menjadikan para pelaku pasar di seluruh dunia dapat melakukan
transaksi dan memonitor investasinya dalam waktu seketika ( real time ). Selain itu,
perkembangan teknologi informasi, hardware dan software komputer memungkinkan
informasi tersebar secara aktual, baik informasi harga aset keuangan maupun informasi
- informasi penting lainnya pada seluruh pelaku pasar di berbagai belahan dunia.

2. Jenis Bank dari segi fungsinya, dari segi pemiliknya dan dari segi penciptaan Uang Giral

1) Dari segi fungsi :


 Bank Umum , yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Tugas pokok umum adalah menghimpun dana dari masyarakat,
dan memberikan jasa melalui mekanisme keuangan kepada masyarakat.
 Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ), adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR biasanya bertindak sebagai bank
untuk daerah – daerah pedesaan atau pengusaha kecil yang melayani sektor – sektor
informal di perkotaan yang belum dijangkau oleh bank umum. Hal ini dimaksudkan
untuk mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pendapatan dan kesempatan
berusaha.
2) Dari segi pemilik :
 Bank Persero, adalah bank yang dimiliki oleh pemerintah
 Bank Umum Swasta Nasional, adalah bank yang dimiliki oleh swasta domestic ( WNI )
 Bank asing, adalah bank yang dimiliki oleh warga negara asing
 Bank Campuran, yaitu bank yang dimiliki WNI dan WNA
 Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah
3) Dari segi penciptaan uang giral
 Bank Primer, yaitu bank yang bisa menciptakan uang ( giral ) melalui simpanan
masyarakat yang ada padanya ( simpanan uang likuid dalam bentuk giro ). Pada
umumnya Bank Umum milik pemerintah dan Bank – bank umum swasta baik nasional
maupun asing.
 Bank Sekunder, yaitu bank yang tidak bisa menciptakan uang ( giral ) melalui simpanan
masyarakat yang ada padanya. Bank ini pada umumnya Bank Desa, Lumbung Desa,
Bank Pasar, Bank Pegawai, Bank Koperasi, atau bank – bank lain yang disamakan
dengan itu.
3. Keadaan Perbankan setelah Perang Dunia (1945-1949)
Bergejolaknya keadaan negara setelah perang dunia ke dua membuat terbentuknya dua
wilayah yaitu daerah republik yang dikuasai RI dan daerah federal yang merupakan wilayah
RI yang diduduki oleh Belanda membuat masing – masing daerah mengalami
perkembangan, dimana perkembangan perkembangan di daerah Republik Indonesia di
masa itu mempunyai 2 bank, yaitu Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia.
Sedangkan di daerah federal pada saat itu memunculkan bank – bank nasional swasta yang
pada umumnya merupakan bank umum yang bergerak dibidang perdagangan. Bank – bank
tersebut beberapa di antaranya adalah :
1) N.V. Bank Sulawesi di Manado yang didirikan tanggal 8 Februari 1946
2) Perniagaan Indonesia yang didirikan tanggal 11 Maret 1948
3) Bank Timur N. V. Semarang yang didirikan tanggal 20 September 1949 yang kemudian
namanya diganti menjadi PT. Bank Gemari dan kemudian melakukan merger dengan
Bank Central Asia ( BCA )
4) Bank Dagang Indonesia N.V. di Banjarmasin yang didirikan pada tanggal 12 Oktober
1949
Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan UU No. 13 tahun 1968 Bank Indonesia, di
samping itu bank – bank umum pun bermunculan demikian juga bank – bank
pembangunan, balok tabungan, bank – bank rulal ( sekunder ), dan juga lembaga –
lembaga keuangan bukan bank.

4. Peran Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin Simpanan dalam
mengatur maupun pengawasan Perbankan
1) Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki tugas utama sesuai yang tercantum dalam UU No. 21 Tahun
2011 yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, dan mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sedangkan untuk tugas mengatur dan
mengawasi bank telah dilakukan oleh OJK. Bank Indonesia memiliki tiga pilar yang
merupakan bidang tugas Bank Indonesia yaitu :
i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Sesuai UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia
berwenang :
a) Menetapkan aturan – aturan moneter dengan memperhatikan sasaran
laju inflasi yang ditetapkannya
b) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara – cara
antara lain ( yang termasuk, tetapi tidak terbatas pada ) :
1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing
2. Penetapan tingkat diskonto
3. Penetapan cadangan wajib minimum
4. Pengaturan kredit atau pembiayaan.
ii. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Bank Indonesia memiliki kewenangan sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 dan
UU No. 6 Tahun 2009 yaitu :
1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran
2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan tentang kegiatannya
3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran
Selain itu, Bank Indonesia juga mengatur sistem kliring antar bank dalam mata
uang rupiah dan / atau valuta asing. Sedangkan dalam hal tugas mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang
melaksanakan , memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran, seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time,
sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya.
iii. Stabilitas sistem keuangan
Bank Indonesia berperan mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
2) Otoritas Jasa Keuangan

OJK memiliki tugas mengawasi dan mengelola kegiatan di sector keuangan secara independent
dan akuntabel. Beberapa tugas yang harus dilakukan OJK dalam sektor perbankan antara lain
adalah menyusun sistem pengawasan bank dan juga melakukan penegakan hukum pada sektor
bank. OJK juga harus melakukan pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan dalam sektor bank.
Seluruh hal ini selanjutnya bisa dikembangkan lagi guna memaksimalkan performa perbankan
demi kepentingan masyarakat luas.

3) Lembaga Penjamin Simpanan

LPS memiliki tugas :

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan


b) Melaksanakan penjaminan simpanan
c) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan
d) Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal
( bank resolution ) yang tidak berdampak sistemik
e) Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik

Adapun kewenangan yang dimiliki LPS adalah :

a) Menetapkan dan memungut premi penjaminan


b) Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
c) Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
d) Mendapatkan data simpanan nasabah, data Kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank.
e) Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data sebagaimana yang
dimaksud di poin d.
f) Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim
g) Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan / atau atas nama LPS, guna melaksanakan Sebagian tugas tertentu
h) Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan
i) Menjatuhkan sanksi administratif.

Anda mungkin juga menyukai