Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

a. Pengertian Sistem Pembayaran


Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Untuk mewujudkan sitem
pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal diperlukan sistem pembayaran yang
sehat karena sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter.
Bank Indonesia (BI) atau Bank Sentral mempunyai tugas untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Tugas ini mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan,
standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang. Sitem
pembayaran dapat berlangsung secara tunai maupun nontunai.

b. Prinsip-Prinsip Sistem Pembayaran


Suatu sistem atau metode pembayaran idealnya harus bisa memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi seluruh penggunaannya, baik saat melakukan transaksi tunai maupun
nontunai. Dalam menjalankan tugas untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia mengacu pada 4 (empat) prinsip kebijakan metode
pembayaran, yaitu sebagai berikut.
1) Keamanan
Segala risiko yang terdapat pada sistem pembayaran, seperti kredit dan likuiditas
harus bisa dikelola serta dimitigasi dengan sebaik-baiknya oleh penyelenggara sistem
pembayaran.
2) Efisiensi
Pelaksanaan sistem pembayaran harus dapat dimanfaatkan secara luas agar biaya
yang dibebankan pada masyarakat lebih terjangkau seiring dengan peningkatan skala
ekonomi.
3) Kesetaraan Akses
Bank Indonesia tidak menginginkan terjadi praktik monopoli dalam penyelenggaraan
sistem pembayaran yang berpotensi menghambat pengguna lainnya masuk ke sistem
pembayaran.
4) Perlindungan Konsumen
Sistem pembayaran perlu dijaga sebaik mungkin dalam rangka menjaga peredaran
jumlah uang tunai.

c. Komponen Sistem Pembayaran


Secara umum, ada beberapa komponen yang membangun sistem pembayaran agar dapat
terealisasi dengan lebih mudah. Adapun komponen sistem pembayaran adalah sebagai
berikut.
1) Regulator adalah pihak yang memiliki wewenang mengatur kebijakan dan ketentuan
yang bersifat mengikat semua komponen dalam sistem pembayaran.
2) Penyelenggara adalah lembaga yang bertugas memastikan bagaimana cara
menyelesaikan seluruh aktivitas transaksi dalam sistem pembayaran hingga akhir.
3) Infrastruktur adalah seluruh bentuk sarana fisik yang mendukung operasional sistem
pembayaran.
4) Instrumen adalah alat pembayaran, baik tunai atau nontunai yang telah disepakati
para pengguna sistem pembayaran dalam melakukan transaksi.
5) Pengguna adalah pihak konsumen atau customer yang menggunakan sistem
pembayaran.
6) Saluran Pembayaran adalah komponen yang meliputi beberapa alat, seperti mobile
banking, teller input, internet banking, ATM, phone banking, dan Electronic Data
Capturing atau EDC.
7) Sistem Transfer Dana adalah keberadaan sistem transfer dana yang memungkinkan
terjadinya proses pemindahan uang atau alat pembayaran dari satu rekening bank ke
rekening bank lainnya.

d. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Kelancaran sistem pembayaran dalam suatu perekonomian akan mendukung pelaksanaan
kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Ada lima peran Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran yaitu sebagai berikut.
1) Regulator
Bank Indonesia berperan dalam membuat peraturan-peraturan yang mendukung
kelancaran sistem pembayaran. Contoh: Surat Edaran BI No. 15/34/DPSP Tahun
2013 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum.
2) Perizinan
Bank Indonesia berperan dalam memberikan izin terhadap pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan sistem pembayaran. Contoh: izin terhadap lembaga yang akan
menjadi penyelenggara transfer dana, Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK), dan uang elektronik.
3) Pengawasan
Bank Indonesia melakukan kegiatan pengawasan terhadap proses pembayaran
maupun terhadap aktivitas para pelaku yang terlibat dalam sistem pembayaran.
4) Operator
Bank Indonesia menyediakan layanan sistem pembayaran yakni Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS), Bank Indonesia-Electronic Trading
Platform (BI-ETP), dan Bank Indonesia-Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(BI-SKNBI).
5) Fasilitator
Agar penyelenggaraan sistem pembayaran semakin aman dan efisien, maka BI
memfasilitasi pengembangan sistem pembayaran oleh industri yang bergerak dalam
bidang jasa keuangan.

e. Sistem Pembayaran Nontunai oleh Bank Indonesia


Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan dua
cara, yaitu: 1) transaksi yang bernilai besar (high value) diselenggarakan dengan
menggunakan perangkat Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank
Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), dan Bank Indonesia-
Electronic Trading Platform (BI-ETP); 2) transaksi yang bernilai kecil (ritel value)
diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI).
✓ Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam
mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilaksanakan secara seketika per transaksi.
Tujuan pengembangan sistem BI-RTGS adalah: 1) menyediakan sarana transfer dana
antar bank yang lebih cepat, efisien, andal, dan aman kepada bank dan nasabahnya;
2) kepastian setelmen dapat diperoleh dengan segera; 3) menyediakan informasi
rekening bank secara real time dan menyeluruh; 4) meningkatkan disiplin dan
profesionalisme bank dalam mengelola likuiditasnya; dan 5) mengurangi risiko-
risiko setelmen.
✓ Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)
BI-SSSS adalah sarana transaksi Bank Indonesia untuk pengadministrasian surat
berharga secara elektronik yang terhubung langsung antara peserta, penyelenggara,
dan sistem BI-RTGS.
✓ Bank Indonesia-Electronic Trading Platform (BI-ETP)
BI-ETP adalah sarana transaksi Bank Indonesia terkait operasi moneter, transaksi
pemerintah dalam pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN), dan transaksi pasar
uang antarbank baik oleh perbankan konvensional maupun syariah.
✓ Bank Indonesia-Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (BI-SKNBI)
Sistem kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta
kliring, baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Setiap bank dapat menjadi peserta
dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring, kecuali BPR. Kantor bank
yang akan menjadi peserta wajib menyediakan perangkat kliring, antara lain:
perangkat terminal pusat kliring, dan jaringan komunikasi data untuk menjamin
kelancaran dalam bertransaksi untuk nasabah.

f. Alat Pembayaran
Alat pembayaran adalah alat yang digunakan untuk melakukan transaksi, baik secara
tunai maupun nontunai. Penggunaan alat transaksi ini biasanya untuk pembelian produk
ataupun jasa. Alat pembayaran secara umum dibagi menjadi dua, yaitu alat pembayaran
tunai dan alat pembayaran nontunai. Alat pembayaran tunai adalah uang rupiah. Uang
dikenal pertama kali di negeri Tiongkok kurang lebih 2.700 SM oleh Huang (Kaisar
Kuning). Namun sejarah purba juga sudah mencatat bahwa orang Assyria, Phunisia, dan
Mesir juga sudah menggunakan uang sebagai alat tukar. Cikal bakal uang diawali dengan
kegiatan tukar menukar barang atau disebut dengan istilah barter. Seiring dengan semakin
banyaknya kebutuhan manusia, maka barter mulai mengalami kesulitan. Faktor yang
menyebabkan sulitnya barter adalah: 1) kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki
barang yang dibutuhkan dan mau menukarkan barangnya, dan 2) tidak adanya standar
nilai untuk dipertukarkan. Kesulitan tersebut menyebabkan barterpun ditinggalkan dan
manusia mulai mencari alternatif benda lain untuk dipergunakan dalam proses
pertukarkan. Setidaknya terdapat beberapa syarat agar sebuah benda dapat digunakan
sebagai uang, yaitu: dapat diterima, digemari dimana-mana, setiap waktu dapat ditukar
dengan barang apa saja, dan sulit mendapatkannya.
Benda-benda yang dijadikan sebagai alat pertukaran berupa kulit binatang, kerang dari
laut, dan benda-benda yang memiliki syarat tersebut. Benda itu kemudian disebut uang
barang. Uang barang tidak dapat terus dipergunakan sebagai alat pertukaran karena ada
kesulitan dalam ukuran, berat, dan bentuk. Oleh karena itu, orang mulai mencari
benda/logam yang memenuhi syarat-syarat yaitu: 1) tidak mudah rusak; 2) diterima oleh
umum; 3) mudah disimpan dan mudah dibawa; 4) harganya tinggi walaupun dalam
jumlah yang kecil; 5) sifatnya sama dan dapat saling mengganti; 6) mudah dibagi tanpa
mengurangi nilai; dan 7) harganya tetap dalam jangka waktu panjang. Berdasarkan
persyaratan tersebut, alternatif benda yang dijadikan alat tukar adalah emas dan perak.
Misalnya: mata uang India yaitu Rupee artinya perak dan mata uang Belanda yaitu
Golden artinya emas. Uang emas dan perak tersebut dinamakan uang logam dan disebut
full bodied money yang mengandung arti bahwa uang tersebut dijamin penuh (100%)
oleh body-nya artinya antara nilai nominal dan nilai bahan sama.
Dalam perkembangannya, keterbatasan jumlah uang logam menyebabkan orang mencari
benda lain untuk dijadikan uang, maka dibuatlah uang dari bahan kertas dengan alasan
yaitu: 1) jumlahnya dapat memadai sesuai kebutuhan; 2) biaya pembuatannya tidak
terlalu mahal; 3) mudah disimpan dan dibawa; dan 4) penerimaan uang kertas oleh
masyarakat, diantaranya karena ada kepercayaan.
Setelah uang kertas, pesatnya perkembangan teknologi melahirkan uang bank dan
akhirnya diciptakan uang kredit untuk mempermudah transaski. Uang adalah segala
sesuatu (benda) yang diterima oleh masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah dalam
melakukan tukar-menukar atau perdagangan. Uang memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi asli (fungsi primer) yaitu: 1) uang sebagai alat tukar (medium of exchange)
yaitu uang digunakan sebagai alat untuk mempermudah pertukaran; dan 2) uang
sebagai satuan hitung (unit of account) yaitu uang digunakan untuk menentukan
harga suatu barang.
b. Fungsi turunan yaitu fungsi uang sebagai akibat dari fungsi asli, yang meliputi:
1) uang sebagai alat pembayaran yang sah yang terdiri dari uang kartal yang
dikeluarkan oleh BI dan uang giral yang dikeluarkan oleh bank umum; 2) uang
sebagai alat penyimpan kekayaan dan pemindah kekayaan, dalam hal ini masyarakat
dapat menyimpan uang sebagai salah satu bentuk kekayaan dan juga dapat digunakan
sebagai alat pemindah kekayaan; 3) uang sebagai pendorong kegiatan ekonomi,
dalam hal ini uang yang beredar di masyarakat dapat mendorong daya beli sehingga
mendorong permintaan terhadap suatu barang di pasarbyang memicu produsen untuk
memproduksi barang dan jasa; dan 4) uang sebagai standar pencicilan utang dimana
uang berfungsi sebagai standar untuk melakukan pembayaran atas transaksi yang
dilakukan secara kredit.

Uang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.


1) Uang kartal, adalah uang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat
bayar. Uang kartal dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
✓ Uang logam, merupakan uang yang pertama dibuat yang terdiri dari:
a) mata uang standar (full bodied money) adalah mata uang yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai nominal uang sama
dengan nilai intrinsiknya (bahannya), misalnya uang logam emas atau perak;
b) mata uang tandap atau bercap (token money) adalah mata uang yang dapat
dipakai sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai nominal yang tidak sama
dengan nilai intrinsiknya, misalnya uang logam Rp100,00 atau Rp500,00.
✓ Uang kertas. Uang kertas pada awalnya merupakan surat tanda penyimpanan
yang serupa dengan deposito emas, perak, atau deposito uang logam. Pedagang
meyerahkan uangnya ke bank dan bank memberikan surat bukti deposito. Uang
kertas pada dasarnya surat pengakuan utang oleh bank yang sewaktu-waktu
dapat ditukar dengan emas. Dalam perkembangannya, surat pengakuan utang
bank ini beredar sebagai uang. Saat ini uang kertas yang beredar disebut uang
kepercayaan dan terdiri atas beberapa nilai pecahan, seperti: Rp1.000,00;
Rp5.000,00; Rp20.000,00; Rp50.000,00, dan Rp100.000,00. Uang kertas dibuat
dengan kertas khusus dan terdapat unsur pengaman untuk menghindari
pemalsuan.
2) Uang giral (demand deposit), merupakan saldo rekening koran yang ada di bank dan
sewaktu-waktu dapat digunakan. Uang giral hanya berlaku pada kalangan tertentu
saja sehingga orang yang menolak pembayaran dengan uang giral tidak dapat
dituntut.

Agar masyarakat menerima dan menyetujui penggunaan benda sebagai uang maka harus
memenuhi dua persyaratan sebagai berikut.
a. Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-
macam keinginan dari orang yang memilikinya sehingga semua orang mau mengakui
dan menerimanya.
b. Persyaratan teknis, yaitu syarat yang melekat pada uang diantaranya adalah:
1) tahan lama dan tidak mudah rusak; 2) mudah dibagi-bagi tanpa mengurang nilai;
3) mudah disimpan dan dibawa; 4) nilainya relatif stabil; 5) jumlahnya tidak
berlebihan; 6) terdiri atas berbagai nilai nominal; dan 7) harganya tetap dalam jangka
panjang.

Adapun alat pembayaran nontunai secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) alat
pembayaran bentuk kertas contohnya cek, bilyet giro, nota debit, dan nota kredit; 2) alat
pembayaran bentuk kartu contohnya kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit; serta
3) alat pembayaran bentuk elektronik contohnya uang elektronik (e-money).
Penjelasan atas alat pembayaran nontunai adalah sebagai berikut.
1) Cek adalah suatu perintah kepada bank untuk membayarkan sejumlah dana. Ada tiga
macam cek, yaitu: cek atas unjuk, cek atas nama, dan cek silang.
2) Bilyet giro adalah surat perintah nasabah bank untuk memindahkan sejumlah dana
dari rekeningnya kepada rekening nasabah lainnya yang ditunjuk.
3) Nota debit adalah warkat yang digunakan untuk menagih sejumlah dana pada bank
lain untuk dimasukkan ke rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat
tersebut.
4) Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk membayar sejumlah dana pada
bank lain atau nasabah yang menerima warkat tersebut.
5) Kartu ATM adalah alat pembayaran yang dapat digunakan untuk melakukan tarik
tunai, cek saldo, transfer dana antar dan intra bank, dimana sumber dana berasal dari
simpanan dan saldo simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi.
6) Kartu debit adalah alat pembayaran yang dapat digunakan untuk berbelanja pada
pedagang dan debit tunai, dimana sumber dana berasal dari simpanan dan saldo
simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi. Beberapa bank
penerbit kartu telah mengombinasikan kartu debit dan kartu ATM dalam satu kartu
yang disebut Kartu Debit ATM.
7) Kartu kredit adalah alat pembayaran yang dapat digunakan untuk berbelanja pada
pedagang, sumber dana berasal dari pinjaman (kredit) yang diberikan penerbit serta
dikenakan bunga atau denda jika membayar setelah jatuh tempo atau angsuran. Kartu
kredit dapat diartikan juga sebagai kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk digunakan sebagai
alatpembayaran.
8) Uang elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang
disetor terlebih dahulu kepada penerbit. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam
suatu media server atau clip. Uang elektronik dapat digunakan sebagai alat
pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik
tersebut. Nilai uang elektronik bukan merupakan simpanan, artinya tidak dapat
ditarik secara tunai.

g. Tahapan Pengelolaan Uang Rupiah oleh Bank Indonesia


Salah satu tugas Bank Indonesia (BI) adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Untuk melaksanakan tugas tersebut, BI memiliki dua kewenangan yaitu:
1) menetapkan alat pembayaran baik tunai maupun nontunai; dan 2) mengatur kelancaran
sistem pembayaran. Sehubungan dengan kewenangan menetapkan alat pembayaran tunai,
BI diberikan kewenangan untuk mengedarkan uang rupiah kepada masyarakat. Agar BI
dapat menyediakan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah yang cukup, tepat waktu,
dan dalam kondisi yang layak edar, maka perlu dilakukan kegiatan pengelolaan uang
rupiah dengan baik, bertanggung jawab, dan transparan.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dijelaskan pada Bab IV Pasal 11
bahwa pengelolaan uang rupiah meliputi enam tahapan sebagai berikut.
1) Perencanaan
Dalam setiap penerbitan uang rupiah, selalu diupayakan agar kepercayaan
masyarakat terhadap uang rupiah tetap terjaga sehingga dapat diterima oleh
masyarakat. Selain itu, diupayakan pula beredar dalam waktu yang cukup lama.
Penerbitan uang baru hanya dapat dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu, yaitu:
a) penyederhanaan satuan hitung untuk memperlancar transaksi tunai; b) nominal
yang ada kurang dapat menampung perkembangan faktor ekonomi seperti inflasi dan
perubahan nilai tukar sehingga diperlukan nominal baru yang akan mempermudah
satuan hitung dalam transaksi tunai; dan c) perubahan-perubahan pada uang, antara
lain bahan uang dan teknik cetak.
Agar dalam tahap perencanaan ini berjalan dengan baik, BI berkoordinasi dengan
pemerintah melakukan perhitungan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) rupiah yang
akan dicetak. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan beragam aspek,
yaitu: jumlah uang masuk (inflow) dan keluar (outflow) di seluruh kantor BI, posisi
kas BI, jumlah uang tidak layak edar yang akan dimusnahkan, persediaan kas
minimum yang harus tersedia, dan kondisi ekonomi serta geografis masing-masing
daerah. EKU akan menjadi bahan rujukan Dewan Gubernur BI dalam menetapkan
besaran uang yang akan dicetak. Namun demikian, jumlah uang yang akan dicetak
tidaklah sebanyak angka EKU melainkan didasarkan pada pertimbangan persediaan
(ironstock) nasional yang merupakan persediaan siaga untuk mengantisipasi kondisi
luar biasa serta persediaan kas akhir tahun sebagai faktor pengurang. Dengan
demikian, BI memperhitungkan kebutuhan uang sesuai kebutuhan perekonomian
nasional, tidak berlebih dan tidak kekurangan. Berdasarkan hasil perhitungan EKU
dan pertimbangan persediaan nasional tersebut, Dewan Gubernur BI akan
menyetujui jumlah uang yang akan dicetak dan rencana pengadaan bahan uangnya.
Dalam pengadaan bahan uang, BI akan mengundang sejumlah pemasok bahan baku
di dunia untuk dilakukan lelang pengadaan bahan uang. Setelah bahan uang
diperoleh, BI akan menyerahkan kepada Perum Peruri untuk mencetak uang rupiah.

2) Pencetakan
Uang rupiah yang diedarkan oleh BI dicetak oleh Perum Peruri sesuai jumlah dan
spesifikasi yang ditetapkan oleh BI. Hasil cetak uang oleh Perum Peruri akan
diperiksa dengan seksama. Uang hasil cetak sempurna akan diserahkan kepada BI
untuk diedarkan ke masyarakat. Pencetakan uang yang sah hanya boleh
dilakukan BI.

3) Pengeluaran
Pengeluaran atau penerbitan uang rupiah baru dilakukan dan ditetapkan oleh BI,
ditetapkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia dan diumumkan
melalui media massa. BI akan menetapkan tanggal, bulan, dan tahun berlakunya
uang rupiah baru.

4) Pengedaran
Pengedaran uang meliputi kegiatan pengiriman uang dan layanan kas yang dilakukan
oleh BI. Untuk memenuhi kebutuhan uang di masyarakat, BI akan mengirimkan
uang dari kantor pusat BI ke setiap kantor BI yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Dari kantor BI inilah seluruh bank akan melakukan pengambilan, penyetoran, dan
penukaran uang rupiah. Uang rupiah yang diedarkan oleh BI adalah uang layak edar.
Adapun uang hasil penyetoran bank setelah dilakukan penyeleksian akan diedarkan
kembali apabila masuk kategori uang layak edar, sedangkan uang yang tidak layak
edar akan dimusnahkan.
5) Pencabutan dan Penarikan
BI memiliki kewenangan untuk mencabut atau menetapkan uang rupiah tidak lagi
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Tujuan dari pencabutan uang dari
peredaran adalah untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu atau
mengganti uang rupiah yang sudah memiliki masa edar lebih dari tujuh tahun. BI
akan menarik uang rupiah yang telah dinyatakan tidak berlaku untuk dimusnahkan.
Untuk itu, masyarakat diberi kesempatan untuk menukarkan uang yang sudah
dinyatakan tidak berlaku di bank umum (lima tahun sejak dinyatakan tidak berlaku)
dan seluruh kantor BI (10 tahun sejak dinyatakan tidak berlaku).

6) Pemusnahan
BI akan melakukan pemusnahan uang rupiah yang tidak layak edar. Uang rupiah
yang masuk kategori uang tidak layak edar yaitu uang lusuh, uang hasil cetak tidak
sempurna, uang rupiah yang telah dicabut dari peredaran dan uang rusak yaitu uang
rupiah yang terpotong atau robek. Kegiatan pemusnahan uang dilakukan oleh suatu
tim yang susunan dan prosedur kerjanya diatur sedemikian rupa oleh BI.
Pemusnahan uang kertas tidak layak edar dilakukan dengan cara diracik atau dibakar.
Adapun uang logam tidak layak edar dilakukan dengan cara dilebur.

h. Unsur Pengaman Uang Rupiah


Sesuai dengan amanah UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, NKRI sebagai suatu
negara yang merdeka dan berdaulat, memiliki simbol kedaulatan negara yang harus
dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warganya. Salah satu simbol kedaulatan negara
adalah mata uang. Mata uang yang dikeluarkan oleh NKRI adalah rupiah atau disingkat
Rp. Selain simbol Rp dikenal juga sebutan IDR atau Indonesian Rupiah, simbol tersebut
biasanya digunakan dalam perdagangan Valuta Asing (Valas), baik dilaksanakan di
dalam maupun di luar negeri. BI merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan
kewenangan untuk mengedarkan uang rupiah kepada masyarakat. Agar uang rupiah aman
dari pemalsuan, maka BI menetapkan unsur-unsur pengaman pada setiap pecahan uang
rupiah, baik pada bahan uang ataupun pada waktu proses pencetakan. BI senantiasa
melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan unsur pengaman uang rupiah agar lebih
andal dan sulit dipalsukan. Pada umumnya pemilihan unsur pengaman
mempertimbangkan dua hal, yaitu: 1) semakin besar nominal uang rupiah, maka
diperlukan unsur pengaman yang semakin kompleks dan semakin baik; dan 2) untuk
uang rupiah nominal besar, diupayakan penerapan satu atau beberapa unsur pengaman
yang canggih yang memungkinkan hasil pemalsuan tidak sempurna. Secara umum, BI
membagi unsur pengaman uang rupiah dalam tiga tingkatan sebagai berikut.
1) Terbuka (overt), adalah unsur pengaman yang dapat dideteksi tanpa bantuan alat.
Unsur pengaman ini diperuntukkan bagi masyarakat biasa agar dapat dengan mudah
mengenali keaslian uang rupiah dengan cara 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).
Unsur-unsur pengaman yang bersifat terbuka (overt) yang saat ini terdapat pada uang
rupiah, yaitu: a) warna uang terlihat terang dan jelas; b) Optical Variable Ink (OVI)
yaitu hasil cetak mengkilap berupa logo BI dalam bidang tertentu yang warnanya
dapat berubah apabila dilihat dari sudut pandang tertentu; c) rainbow printing (cetak
pelangi) yaitu cetak pelangi dalam bidang tertentu yang akan berubah warna apabila
dilihat dari sudut pandang yang berbeda; d) terdapat benang pengaman yaitu bahan
tertentu yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu garis melintang
atau beranyam (berubah warna); e) gambar tersembunyi (latent image) yaitu teknik
cetak dimana terdapat gambar tersembunyi berupa teks BI yang dapat dilihat dari
sudut pandang tertentu; f) cetak intaglio yaitu hasil cetak berbentuk relief yang terasa
kasar bila diraba, biasanya terdapat pada angka, huruf, dan gambar utama;
g) kode tuna netra yaitu kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi tunanetra,
biasanya terletak di bagian muka uang di atas tulisan Bank Indonesia; h) tanda air
yaitu suatu gambar tertentu pada bahan kertas uang yang akan terlihat bila
diterawang ke arah cahaya, umumnya berupa gambar pahlawan; dan i) rectoverso
yaitu hasil cetak logo BI yang beradu tepat atau saling mengisi di muka dan
belakang.
2) Semi tertutup (semiconvert) adalah unsur pengaman yang dapat dideteksi dengan
menggunakan alat bantu yang sederhana seperti kaca pembesar dan lampu
ultraviolet. Unsur pengaman ini diperuntukkan bagi profesi seperti kasir bank, kasir
supermarket, dan bendahara agar dapat dengan mudah mengenali keaslian uang
rupiah dengan menggunakan alat bantu tersebut. Unsur-unsur pengaman yang
bersifat semi tertutup (semicovert) yang saat ini terdapat pada uang rupiah yaitu:
a) tulisan mikro (micro text) yaitu tulisan yang berukuran sangat kecil yang hanya
dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar; b) tinta tampak (visible ink) yaitu
gambar tertentu yang dicetak dengan tinta tampak dan akan terlihat terang apabila
disinari dengan lampu ultraviolet; c) tinta tidak tampak (invisible ink) yaitu hasil
cetak tidak kasat mata yang akan memendar di bawah sinar ultraviolet; dan d) nomor
seri yaitu nomor seri uang dibuat asimetris dan apabila disinari lampu ultraviolet
akan berubah warna dari merah menjadi orange dan hitam menjadi hijau.
3) Tertutup (convert/forensic) adalah unsur pengaman yang hanya dapat dideteksi
dengan menggunakan peralatan laboratorium/forensik.

~ SELAMAT BELAJAR, SEMANGAT ~

Anda mungkin juga menyukai