BAB VII
SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN
Dalam Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan pengertian
sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Adapun pengertian umum mengenai sistem
pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak
ke pihak lain. Dengan demikian, apabila kita berbicara mengenai sistem pembayaran berarti kita
berbicara tentang alat pembayaran, prosedur perbankan sehubungan dengan pembayaran dan
juga sistem transfer dana antarbank yang dipakai dalam proses pembayaran.
Bagaimanakah instrumen dalam sistem pembayaran?
Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran
tunai dan sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran
tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang
digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam,
sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan berupa alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik.
a. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat
pembayaran tunai. Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik
individu, kelompok, lembaga, maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi
setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti kamu membeli buku tulis di toko buku,
ayahmu membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli kebutuhan harian di pasar.
Implikasi dari suatu transaksi pembayaran adalah adanya pihak yang harus membayar dan
pihak penerima pembayaran. Dalam transaksi non-tunai, pihak yang bertransaksi biasanya
menggunakan jasa lembaga perantara seperti bank untuk melakukan pembayaran lewat
mekanisme kliring antarbank dan menggunakan warkat bank seperti cek dan bilyet giro
sebagai instrumen pembayaran nontunai.
Dalam transaksi seperti ini salah satu faktor penting dalam mekanisme operasional yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana mekanisme settlement dilakukan. Settlement adalah
proses terjadinya perpindahan nilai uang yang dilakukan dengan mendebit rekening pihak
pembayar dan mengkredit rekening pihak penerima. Dengan dilakukannya settlement maka
transaksi tersebut akan bersifat final dan irrevocable (tidak dapat dibatalkan).
Dalam sebuah sistem pastilah terdapat komponen atau unsur-unsur. Komponen-komponen
yang membangun sebuah sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.
a. Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat seluruh
komponen sistem pembayaran.
b. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh transaksi
yang terjadi di penggunanya.
c. Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran.
d. Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh para
pengguna dalam melakukan transaksi.
e. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem pembayaran.
Sebagai suatu sistem, sistem pembayaran terdiri atas beberapa subsistem, yang secara garis
besar disebutkan dalam materi Pengantar Sistem Pembayaran, yaitu sebagai berikut.
a. Kebijakan
b. Kelembagaan
c. Alat Pembayaran
d. Mekanisme Operasional
e. Infrastruktur Teknis
f. Perangkat Hukum
Saat ini sistem pembayaran di Indonesia diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan pihak di
luar Bank Indonesia atau industri sistem pembayaran. Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI
merupakan system pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sementara APMK,
uang elektronik, dan kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU) atau transfer dana diselenggarakan
oleh industri sistem pembayaran, baik berupa bank maupun lembaga selain bank.
Sistem pembayaran yang berlaku di Indonesia tersebut, biasanya diklasifikasikan atas dua
jenis, yaitu sistem pembayaran nilai besar (high value payment system) dan sistem pembayaran
nilai kecil/retail (retail payment system).
a. Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System)
Nilai besar, diselenggarakan oleh Bank Indonesia, yaitu terdiri atas Sistem BI-RTGS, BI-SSSS,
dan SKNBI.
1) Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antarpeserta dalam mata uang rupiah
yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
2) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement (BI-SSSS)
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan surat berharga secara elektronik. Dalam kegiatan setelmen, BI-SSSS
terhubung langsung dengan BI-RTGS secara seamless.
b. Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Retail Payment System)
Nilai kecil, berupa instrumen pembayaran elektronis, diselenggarakan oleh industri (Bank dan
non-Bank), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
1) Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
a) Kartu kredit
b) Kartu ATM/Debit
c) Kartu prabayar (prepaid)
d) Uang elektronik (e-money)
2) Kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU), diselenggarakan oleh industri (bank dan non-
bank)
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota
debet lainnya dan transfer kredit antarbank.
Point 1 dan 2 diselenggarakan oleh industri sedangkan point 3 diselenggarakan oleh Bank
Indonesia.
67
Penyelenggara sistem pembayaran non-bank saat ini terdiri atas institusi jasa keuangan,
koperasi, dan institusi penyedia jasa telekomunikasi. Selain hal-hal di atas, masih terdapat
instrumen pembayaran lain, yaitu e-wallet. Beberapa contoh yang termasuk dalam kategori e-
wallet adalah PayPal, Doku, Rakuten, dan RekBer. Kategori e-wallet belum diatur oleh Bank
Indonesia meskipun sudah banyak masyarakat yang menggunakan instrumen e-wallet.
2. Alat Pembayaran
Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih
dikenal dengan uang. Hingga saat ini, uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang
berlaku di masyarakat. Selanjutnya, alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai
(cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas
(paper based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paper less
seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu
Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi keuangan
digunakan suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai kita kenal dalam bentuk uang kertas dan uang logam. Berbagai jenis
uang kertas dan uang logam dikeluarkan oleh pemerintah dari tahun ke tahun, ada yang ditarik
dari peredaran dan diganti dengan bentuk atau model baru. Alat pembayaran tunai adalah alat
pembayaran dengan memakai uang kartal (uang kertas dan logam), yang terdiri atas uang
dengan nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000, Rp2000, Rp5000, Rp10000, Rp20000,
Rp50000, dan Rp100000.
Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas
pembayaran dalam transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang
cenderung lebih kecil dibanding uang giral.
merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal memerlukan sistem
perbankan yang sehat yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan mengawasi
bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter
mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang
Undang Bank Indonesia. Oleh karena itu, dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia
mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan
akses, dan perlindungan konsumen.
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang,
kelancaran sistem pembayaran diartikan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di
masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. Empat
prinsip kebijakan dalam sistem pembayaran tersebut harus dijaga oleh Bank Indonesia agar tugas
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia tercapai.
Tujuan Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu
perlu didukung oleh pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional
(SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi,
semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang
bersifat time critical. Apabila kebijakan moneter berjalan lancar, muaranya adalah stabilitas nilai
tukar.
Tujuan utama Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah untuk meningkatkan
keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.
a. Peran Bank Indonesia sebagai Operator
b. Peran Bank Indonesia sebagai Regulator
c. Peran Bank Indonesia sebagai Fasilitator
d. Peran Bank Indonesia sebagai Development Coordinator
e. Peran Bank Indonesia sebagai Pengguna
memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent). Maka, wajar
saja apabila Bank Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko,
desain, kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS
dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan
oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI juga
peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila
terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu
pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam
sistem.
Kliring Nasional. Sebagian materi alat pembayaran nontunai telah dibahas di depan. Berikut kita akan
membahasnya terutama mengenali alat-alat yang digunakan dalam sistem pembayaran nontunai agar kita
bisa menggunakannya sebagai kemudahan dalam bertransaksi.
1. Pengertian Alat Pembayaran Nontunai
Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai yang
beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran menggunakan
kartu (ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada ketersediaan jasa pembayaran
nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank. Transaksi pebayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan
sistem kliring.
Pembayaran menggunakan kartu sudah banyak yang menggunakan mulai dari anak anak,
remaja, dewasa, hingga tua. Dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pelayan toko, pengusaha,
karyawan hingga pejabat sudah menggunakannya. Kartu ATM, kartu debit dan kartu debit memang
praktis, mudah dibawa tanpa memakan tempat di dompet kita karena bentuknya kecil dan sangat
tipis. Masyarakat sudah mulai meninggalkan kebiasaan memegang uang tunai dan memilih
bertransaksi nontunai (melalui bank) seperti contoh pengambilan gaji pegawai saat ini sudah
melalui ATM, pembayaran uang kuliah, pemberian uang jajan bulanan kepada anak, hingga untuk
belanja online.
3) Kartu Debet
Kartu Debet adalah pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan
mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau Lembaga Selain
Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Kartu debet, memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dana untuk transaksi berasal dari rekening simpanan dan akan berkurang secara
otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memilki rekening simpanan di bank penerbit
4) Uang Elektronik
Uang Elektronik (electronic money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet
dengan cara elektronik . Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan
komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital). Electronic Funds
Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang elektronik.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang
Elektronik (Electronic Money), Uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut, yaitu :
a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada
penerbit;
b) nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c) digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektonik tersebut;
d) dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang
tunai. Uang elektronik sangat applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun
frekuensinya tinggi, seperti: transportasi, parkir, tol, fast food, dan sebagainya.
Perbedaan mendasar antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK) adalah uang elektronik bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses.