Anda di halaman 1dari 7

65

BAB VII
SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN


1. Mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat Sistem Pembayaran dan Alat Pembayaran
pembayaran  Sistem pembayaran dan Alat Pembayaran
 Alat Pembayaran non tunai

A. SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN


1. Sistem Pembayaran
Kita sering melakukan transaksi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bagaimanakah
cara kamu melakukan pembayaran terhadap transaksi yang kamu lakukan? Biasanya, sistem
pembayaran yang kita lakukan terhadap transaksi kita sehari-hari cukup mudah dan sederhana,
yakni dengan menyerahkan uang tunai dan kita menerima barang. Namun, sebenarnya sistem
pembayaran memiliki definisi tertentu. Sebelum memahami pengertian sistem pembayaran, lebih
baik kamu mengetahui arti tentang pembayaran.
Pembayaran adalah perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana kita memakai
istilah pembeli dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan jasa.
Maka, proses pembayaran antara kedua belah pihak dalam kegiatan ekonomi digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 6.2 Kegiatan pemindahan kepemilikan barang/jasa


Sumber : Bank Indonesia

Dalam Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan pengertian
sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Adapun pengertian umum mengenai sistem
pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak
ke pihak lain. Dengan demikian, apabila kita berbicara mengenai sistem pembayaran berarti kita
berbicara tentang alat pembayaran, prosedur perbankan sehubungan dengan pembayaran dan
juga sistem transfer dana antarbank yang dipakai dalam proses pembayaran.
Bagaimanakah instrumen dalam sistem pembayaran?
Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem pembayaran
tunai dan sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran
tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang
digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam,
sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan berupa alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik.
a. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat
pembayaran tunai. Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik
individu, kelompok, lembaga, maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi
setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti kamu membeli buku tulis di toko buku,
ayahmu membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli kebutuhan harian di pasar.

b. Sistem Pembayaran Non Tunai


Sistem pembayaran nontunai melibatkan lembaga perantara agar dana tersebut dapat
benar-benar efektif berpindah dari pihak yang menyerahkan ke pihak penerima. Jika kedua
pihak yang terlibat merupakan nasabah pada bank yang sama, proses perpindahan dana lebih
sederhana. Bank tersebut cukup melakukan proses pemindahbukuan dari rekening yang satu
ke rekening lainnya. Namun, tidak demikian halnya jika kedua pihak merupakan nasabah bank
pada bank yang berbeda. Untuk hal tersebut diperlukan suatu lembaga lain yang dikenal
sebagai lembaga kliring yang mengakomodir transaksi antarbank tersebut.
66

Implikasi dari suatu transaksi pembayaran adalah adanya pihak yang harus membayar dan
pihak penerima pembayaran. Dalam transaksi non-tunai, pihak yang bertransaksi biasanya
menggunakan jasa lembaga perantara seperti bank untuk melakukan pembayaran lewat
mekanisme kliring antarbank dan menggunakan warkat bank seperti cek dan bilyet giro
sebagai instrumen pembayaran nontunai.
Dalam transaksi seperti ini salah satu faktor penting dalam mekanisme operasional yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana mekanisme settlement dilakukan. Settlement adalah
proses terjadinya perpindahan nilai uang yang dilakukan dengan mendebit rekening pihak
pembayar dan mengkredit rekening pihak penerima. Dengan dilakukannya settlement maka
transaksi tersebut akan bersifat final dan irrevocable (tidak dapat dibatalkan).
Dalam sebuah sistem pastilah terdapat komponen atau unsur-unsur. Komponen-komponen
yang membangun sebuah sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.
a.    Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat seluruh
komponen sistem pembayaran.
b. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh transaksi
yang terjadi di penggunanya.
c. Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran.
d. Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh para
pengguna dalam melakukan transaksi.
e. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem pembayaran.
Sebagai suatu sistem, sistem pembayaran terdiri atas beberapa subsistem, yang secara garis
besar disebutkan dalam materi Pengantar Sistem Pembayaran, yaitu sebagai berikut.
a. Kebijakan
b. Kelembagaan
c. Alat Pembayaran
d. Mekanisme Operasional
e. Infrastruktur Teknis
f. Perangkat Hukum
Saat ini sistem pembayaran di Indonesia diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan pihak di
luar Bank Indonesia atau industri sistem pembayaran. Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI
merupakan system pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sementara APMK,
uang elektronik, dan kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU) atau transfer dana diselenggarakan
oleh industri sistem pembayaran, baik berupa bank maupun lembaga selain bank.
Sistem pembayaran yang berlaku di Indonesia tersebut, biasanya diklasifikasikan atas dua
jenis, yaitu sistem pembayaran nilai besar (high value payment system) dan sistem pembayaran
nilai kecil/retail (retail payment system).
a. Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System)
Nilai besar, diselenggarakan oleh Bank Indonesia, yaitu terdiri atas Sistem BI-RTGS, BI-SSSS,
dan SKNBI.
1) Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antarpeserta dalam mata uang rupiah
yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.
2) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement (BI-SSSS)
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan surat berharga secara elektronik. Dalam kegiatan setelmen, BI-SSSS
terhubung langsung dengan BI-RTGS secara seamless. 
b. Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Retail Payment System)
Nilai kecil, berupa instrumen pembayaran elektronis, diselenggarakan oleh industri (Bank dan
non-Bank), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
1) Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
a) Kartu kredit
b) Kartu ATM/Debit
c) Kartu prabayar (prepaid)
d) Uang elektronik (e-money)
2) Kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU), diselenggarakan oleh industri (bank dan non-
bank)
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota
debet lainnya dan transfer kredit antarbank.
Point 1 dan 2 diselenggarakan oleh industri sedangkan point 3 diselenggarakan oleh Bank
Indonesia.
67

Penyelenggara sistem pembayaran non-bank saat ini terdiri atas institusi jasa keuangan,
koperasi, dan institusi penyedia jasa telekomunikasi. Selain hal-hal di atas, masih terdapat
instrumen pembayaran lain, yaitu e-wallet. Beberapa contoh yang termasuk dalam kategori e-
wallet adalah PayPal, Doku, Rakuten, dan RekBer. Kategori e-wallet belum diatur oleh Bank
Indonesia meskipun sudah banyak masyarakat yang menggunakan instrumen e-wallet.

2. Alat Pembayaran
Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih
dikenal dengan uang.  Hingga saat ini, uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang
berlaku di masyarakat. Selanjutnya, alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai
(cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas
(paper based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paper less
seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu
Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi keuangan
digunakan suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai kita kenal dalam bentuk uang kertas dan uang logam. Berbagai jenis
uang kertas dan uang logam dikeluarkan oleh pemerintah dari tahun ke tahun, ada yang ditarik
dari peredaran dan diganti dengan bentuk atau model baru. Alat pembayaran tunai adalah alat
pembayaran dengan memakai uang kartal (uang kertas dan logam), yang terdiri atas uang
dengan nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000, Rp2000, Rp5000, Rp10000, Rp20000,
Rp50000, dan Rp100000.
Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas
pembayaran dalam transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang
cenderung lebih kecil dibanding uang giral.

b. Alat Pembayaran Nontunai


Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak memakai uang kartal (uang
kertas dan logam), yang terdiri atas paper based (cek/BG), APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu), dan uang elektronik. Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan
semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa
pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam
proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement)
sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement), dan sistem kliring.
Apabila masyarakat melakukan pembayaran nontunai ia akan menggunakan alat pembayaran
nontunai. Adapun pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa
menggunakan uang tunai yang beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan
alat pembayaran menggunakan kartu (ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). 

3. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Dalam Pasal 8 UU Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas Bank Indonesia tersebut, ditentukan dalam Pasal 15
Nomor 23 Tahun 1999, bahwa dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melakukan hal-hal berikut.
a. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran;
b. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang
kegiatannya;
c. menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Tugas Bank Indonesia mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran tersebut
berkaitan dengan dua tugas pokok lainnya, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter serta mengatur dan mengawasi bank. Ketiga tugas pokok Bank Indonesia ini mempunyai
keterkaitan dalam mencapai tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia
antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Efektivitas pelaksanaan
tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal yang
68

merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal memerlukan sistem
perbankan yang sehat yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan mengawasi
bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter
mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang
Undang Bank Indonesia. Oleh karena itu, dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia
mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan
akses, dan perlindungan konsumen.
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang,
kelancaran sistem pembayaran diartikan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di
masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut  clean money policy. Empat
prinsip kebijakan dalam sistem pembayaran tersebut harus dijaga oleh Bank Indonesia agar tugas
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia tercapai.
Tujuan Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu
perlu didukung oleh pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional
(SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi,
semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang
bersifat time critical. Apabila kebijakan moneter berjalan lancar, muaranya adalah stabilitas nilai
tukar.
Tujuan utama Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah untuk meningkatkan
keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran terdiri atas sebagai berikut.
a. Peran Bank Indonesia sebagai Operator
b. Peran Bank Indonesia sebagai Regulator
c. Peran Bank Indonesia sebagai Fasilitator
d. Peran Bank Indonesia sebagai Development Coordinator
e. Peran Bank Indonesia sebagai Pengguna

4. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai oleh Bank Indonesia


Jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik
dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir
(settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai
dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh
penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dalam rangka mitigasi risiko dalam pembayaran
nasional, Bank Indonesia telah mengembangkan sistem setelmen (sistem penyelesaian transaksi),
yaitu Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS) dan Sistem Kliring Nasional (SKN). Ikuti pembahasan selanjutnya
berikut.
a. BI sebagai Penyelenggara BI-RTGS
Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan
penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses
transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi
bernilai besar, yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent).
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement merupakan suatu sistem transfer dana elektronik
antarpeserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per
transaksi secara individual.
Adapun manfaat BI-RTGS, yaitu sebagai berikut.
1) Mengurangi resiko penyelesaian akhir (settlement).
2) Sarana transfer dana antarpeserta yang lebih cepat, efisien, aman, dan handal.
3) Meningkatkan kepastian penyelesaian akhir.
4) Menyediakan informasi rekening peserta real time.
5) Meningkatkan efektivitas pengelolaan dana oleh bank.
Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang tentu
harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini ngadat atau
mengalami gangguan jelas akan sangat menganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan
di dalam negeri. Hal itu belum memperhitungkan dampak material dan nonmaterial dari
macetnya sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang
dikategorikan sebagai Systemically Important Payment System (SIPS). SIPS  adalah sistem yang
69

memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent). Maka, wajar
saja apabila Bank Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko,
desain, kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS
dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan
oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI  juga
peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila 
terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu
pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam
sistem.

b. BI sebagai Penyelenggara SKN – BI


Salah satu mekanisme dalam sistem pembayaran adalah kliring. Apakah kliring itu? Kliring
adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarpeserta kliring baik atas nama
peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu
tertentu.
SKN merupakan sistem kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, Bilyet Giro, nota debet
lainnya dan transfer kredit antar bank. SKNBI adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
yang meliputi Kliring Debet dan Kliring Kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara
nasional.
Kliring ada dua jenis, yaitu kliring debet dan kliring kredit.
1) Kliring debet
Kliring debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet, menggunakan Cek, Bilyet
Giro, Nota Debet dan Warkat Debet lain (Traveller Cheque).
2) Kliring Kredit
Kliring Kredit adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer kredit, Data Keuangan Elektronik.
Adapun struktur organisasi SKNBI, yaitu sebagai berikut.
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) adalah Penyelenggara SKNBI dalam hal ini Kantor
Pusat Bank Indonesia (BI)
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) adalah Kantor BI daerah dan atau Bank lain yang ditunjuk
dan telah mendapat persetujuan dari BI sebagai penyelenggara kliring lokal Selain BI
3. Peserta Kliring adalah Bank Umum (konvensional atau syariah)
Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring,
kecuali BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Kantor Bank yang akan menjadi peserta wajib
menyediakan perangkat kliring, antara lain meliputi perangkat Terminal Pusat Kliring dan
jaringan komunikasi data baik main maupun back up untuk menjamin kelancaran kepada
nasabah dalam bertransaksi.
c. BI Sebagai Penyelenggara BI-SSSS
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta,
Penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS). BI-
SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia dengan sistem penatausahaan Surat
Berharga.
BI-SSSS menatausahakan terhadap kegiatan transaksi berikut.
1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2) Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN).
3) Transaksi Operasi Pasar Terbuka (OPT) lainnya seperti FASBI, Fine Tune Operation dan
transaksi repo/reverse repo dengan Bank Indonesia yang menggunakan underlying SBI dan
SBSN.
Kegiatan transaksi dan penatausahaan dilakukan dalam satu sistem yang terintegrasi dan
terhubung langsung (on-line) antara Bank Indonesia dengan para pelaku pasar.  Selain itu, BI-
SSSS mencakup juga sistem informasi antar peserta dan penyelenggara BI-SSSS, sistem
setelmen surat berharga dan sistem penatausahaan surat berharga. Dalam kegiatan setelmen,
BI-SSSS terhubung langsung dengan BI-RTGS secara seamless.

B. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI


Perkembangan alat pembayaran saat ini dapat dikatakan telah berkembang sangat pesat dan maju.
Dalam alat pembayaran, selain uang yang masih menjadi alat pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat, terdapat pula alat pembayaran nontunai. Contoh alat pembayaran yang telah dikenal berbasis
kertas seperti cek dan bilyet giro atau alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), seperti kartu kredit dan
kartu ATM/debet. Adapun untuk sistem transfer, telah dilakukan pengembangan sistem transfer dana
secara berkesinambungan oleh Bank Indonesia, sehingga saat ini telah tersedia sistem BI-RTGS dan sistem
70

Kliring Nasional. Sebagian materi alat pembayaran nontunai telah dibahas di depan. Berikut kita akan
membahasnya terutama mengenali alat-alat yang digunakan dalam sistem pembayaran nontunai agar kita
bisa menggunakannya sebagai kemudahan dalam bertransaksi.
1. Pengertian Alat Pembayaran Nontunai
Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai yang
beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran menggunakan
kartu (ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada ketersediaan jasa pembayaran
nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank. Transaksi pebayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan
sistem kliring.
Pembayaran menggunakan kartu sudah banyak yang menggunakan mulai dari anak anak,
remaja, dewasa, hingga tua. Dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pelayan toko, pengusaha,
karyawan hingga pejabat sudah menggunakannya. Kartu ATM, kartu debit dan kartu debit memang
praktis, mudah dibawa tanpa memakan tempat di dompet kita karena bentuknya kecil dan sangat
tipis. Masyarakat sudah mulai meninggalkan kebiasaan memegang uang tunai dan memilih
bertransaksi nontunai (melalui bank) seperti contoh pengambilan gaji pegawai saat ini sudah
melalui ATM, pembayaran uang kuliah, pemberian uang jajan bulanan kepada anak, hingga untuk
belanja online.

2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Nontunai


Jenis alat pembayaran non tunai terdiri atas sebagai berikut.
a. Paper Based (Cek/BG)
Adakah yang mengenal paper based? Apakah paper based itu? Paper Based (Cek/BG) adalah
pembayaran dengan menggunakan surat perintah kepadan bank untuk melakukan pembayaran
atas transaksi keuangan. Adapun cek dan BG didefinisikan sebagai berikut.
1) Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum
dalam cek.  Penarikan cek dapat dilakukan baik "atas nama" maupun "atas unjuk" dan
merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan (negotiable paper).
2) Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya.
Cek dan Bilyet Giro diberikan kepada nasabah yang memiliki simpanan di bank, khususnya
simpanan dalam bentuk rekening giro. Walaupun secara fisik Cek dan BG terlihat sama, namun
pada dasarnya terdapat beberapa perbedaan antara Cek dan BG, seperti  pencairan Cek dapat
dilakukan secara tunai atau melalui pemindahbukuan sementara BG hanya dapat dicairkan
dengan pemindahbukuan. Selain itu Cek, khususnya Cek atas unjuk dapat dipindahtangankan
sementara Bilyet Giro tidak dapat dipindahtangankan.
Cek dan Bilyet Giro (BG) merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh
masyarakat Indonesia. Cek telah diatur dalam KUHD, sementara BG pertama kali diatur tahun
1972 dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Penggunaan Cek dan BG untuk pembayaran
umumnya dilakukan oleh pelaku usaha dalam mendukung kelancaran transaksi bisnisnya.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan nasabah individu menggunakan Cek dan BG
dalam melakukan pembayaran.

b. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)


APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) adalah alat pembayaran yang berupa kartu
kredit, kartu ATM, dan kartu debet
Adapun karakteristik Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), antara lain, sebagai berikut.
1) Kartu Kredit
Kartu Kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “buy now pay later”, dimana
pada saat transaksi kewajiban pemegang kartu ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit Kartu
Kredit. Pemegang kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati
antara pemegang kartu dan penerbit. Saat ini fasilitas yang ditawarkan bagi pengguna Kartu
Kredit sangat beragam, mulai dari diskon di merchant, point rewards yang dapat digunakan
untuk berbelanja, sampai dengan pembelian barang dengan bunga cicilan 0%.
Kartu Kredit adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban
pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan
pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati
dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara
angsuran.
71

Adapun karakteristik kartu kredit, yaitu sebagai berikut.


a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dapat melakukan tarik tunai (cash advance).
c) Dana transaksi berasal dari fasilitas pinjaman (kredit) yang diberikan penerbit kartu
d) Dikenakan bunga jika membayar setelah jatuh tempo atau secara angsuran.
e) Persyaratan kepemilikan (antara lain minimum usia dan pendapatan) mengacu kepada
ketentuan Bank Indonesia maupun ketentuan APMK.

2) Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine)


Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal kartu pembayaran. Kartu pembayaran
yang saat ini paling diminati oleh masyarakat adalah Kartu ATM/Debet. Kartu ATM adalah
alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan
tunai dan/atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika
dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau Lembaga
Selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine) atau Anjungan Tunai Mandiri, memiliki karakteristik
berikut.
a) Kemudahan bertransaksi via ATM antara lain, tarik tunai, cek saldo, transfer
antarrekening atau antarbank (termasuk untuk pembayaran kepada biller).
b) Dana transaksi berasal dari rekening simpanan pemegang dan akan berkurang secara
otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memiliki rekening simpanan di bank penerbit.

3) Kartu Debet
Kartu Debet adalah pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan
mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau Lembaga Selain
Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Kartu debet, memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Kemudahan berbelanja tanpa perlu membawa uang tunai
b) Dana untuk transaksi berasal dari rekening simpanan dan akan berkurang secara
otomatis
c) Persyaratan kepemilikan harus memilki rekening simpanan di bank penerbit

4) Uang Elektronik
Uang Elektronik (electronic money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet
dengan cara elektronik . Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan
komputer (seperti internet  dan sistem penyimpanan harga digital). Electronic Funds
Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang elektronik.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang Uang
Elektronik (Electronic Money), Uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut, yaitu :
a)    diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh   pemegang kepada 
penerbit;
b)    nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;
c)    digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan  merupakan
penerbit uang elektonik tersebut;
d)    dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang
tunai. Uang elektronik sangat applicable untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun
frekuensinya tinggi, seperti: transportasi, parkir, tol, fast food, dan sebagainya. 
Perbedaan mendasar antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK) adalah uang elektronik bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses.

Anda mungkin juga menyukai