Anda di halaman 1dari 2

PAN BALANG TAMAK

Dikisahkan pada masa kerajaan Bali Kuno, hidup seorang pria bernama Pan Balang Tamak.
Pria ini dikenal sebagai orang yang cerdik namun lucu.Suatu hari, di Banjar akan diadakan
kerja bakti karena Banjar akan dipakai untuk tempat upacara adat. Kelian mengumumkan di
hadapan khalayak ramai.
“Esok, tepatnya saat ayam sudah turun dari kandangnya, diharapkan para kepala keluarga
hadir ke Bale Banjar untuk kerja bakti. Silakan bawa peralatan sendiri-sendiri. Jika ada yang
mangkir atau tidak membawa peralatan, akan dikenai sangsi adat berupa denda sebesar 5
gobang,” demikian Kelian berkata.
Pan Balang Tamak yang hadir di antara khalayak ramai mencari akal supaya tidak mendapat
denda karena ia tidak mempunyai peralatan yang disebutkan. Ide licik pun tersembul di
dalam benaknya. Saat malam menjelang, Pan Balang Tamak pergi ke Bale Banjar untuk
menaruh jaje uli selem yang dibentuk serupa tahi anjing. Setelahnya, ia pulang untuk tidur
hingga esok hari.
* Keesokan harinya, saat ayam sudah keluar dari kandangnya, semua orang berkumpul ke
Banjar. Para krama yang sudah bersiap dengan peralatan mereka terkejut saat Bale Banjar
banyak berserakan tahi anjing. Di saat seperti itu Pan Balang Tamak yang datang dengan
gagah berani tanpa membawa peralatan segera memainkan perannya. Hal ini membuat para
krama lainnya terkejut.
“Mengapa kamu tidak membawa peralatan?”
“Maaf, Jero, saya memang tidak membawa peralatan. Tapi, saya punya penawaran untuk
kalian semua. Jika saya membersihkan tahi anjing ini, saya merasa tidak perlu membayar
denda dan atas jasa itu, saya meminta bayaran lima gobang. Bagaimana?” tukas Pan Balang
Tamak.
Para krama setuju dengan tawaran yang diajukan Pan Balang Tamak. Tapi, namanya saja
orang licik, ia belum puas dengan semua itu. Ia menantang para krama yang ada di situ untuk
memakan tahi anjing yang berserakan.
“Oiya, sebelum melakukannya, saya punya penawaran lain untuk kalian. Barang siapa salah
satu dari kalian atau semuanya sekaligus berani memakan tahi anjing ini semuanya, maka
akan saya beri uang sepuluh gobang. Bagaimana?”
Tantangan itu dianggap suatu hal yang gila yang ditawarkan oleh Pan Balang Tamak.
Sehingga, mereka semua hanya tertawa geli dan menganggap Pan Balang Tamak sudah gila.
“Lakukan saja sendiri, masing-masing dari kami akan membayarmu sebesar lima gobang jika
kamu sanggup menghabiskan tahi tersebut!”
Pan Balang Tamak tersenyum mendengar perintah itu. Sudah diduganya mereka akan
berkata seperti itu. Maka, Pan Balang Tamak pun menghabiskan tahi anjing jadi-jadian itu.
Dan ia pun mendapat lima gobang dari masing-masing orang yang hadir di sana. Kenalah
para krama dengan tipu daya Pan Balang Tamak.
* Suatu ketika di Bulan Berburu, banjar tempat Pan Balang Tamak tinggal mendapat giliran
meboros. Kelian Banjar kemudian melakukan arah-arahan kepada para kramanya.
“Esok, setelah ayam keluar dari kandang, semua krama diharapkan berkumpul di Bale Banjar
dengan membawa anjing untuk berburu ke hutan! Jika tidak, akan didenda!”
Semuanya pulang dalam keadaan mengerti.
* Keesokan harinya… Pan Balang Tamak bangun pagi-pagi sekali. Ia menyiapkan anjing
serta segala sesuatunya yang digunakan untuk meboros. Setelah semuanya siap, Pan Balang
Tamak duduk-duduk di depan sambil sesekali melihat apakah ayamnya sudah keluar kandang
atau belum. Tunggu ditunggu ternyata ayamnya baru keluar kandang ketika hari sudah sore.
Bergegaslah Pan Balang Tamak menyusul para krama lain yang sudah berburu sejak pagi.
Sesampainya di hutan, Pan Balang Tamak menemui para krama lain. Ia melihat mereka
sudah hendak pulang dengan hasil buruan masing-masing, seperti kijang, celeng, dan lainnya.
Melihat kedatangan Pan Balang Tamak, Kelian Banjar segera mengeluarkan buku catatan
untuk mencatatkan denda Pan Balang Tamak.
“Karena kamu datang telat, kamu harus membayar denda.”
Tapi, laki-laki banyak akal itu berdalih, “Tunggu dulu Jero, saya kan tidak bersalah. Mengapa
harus membayar denda? Kemarin kan arahan dari Kelian, harus datang ketika ayam sudah
keluar dari kandang, dan ayam saya baru keluar sore ini. Jadi, saya tidak salah kan?”
Kelian Banjar diam sejenak. Rasanya betul juga ia berkata begitu kemarin. Tapi, ia kesal
dengan kelakuan Pan Balang Tamak, jadi ia mencari kesalahan lain. “Iya, itu benar. Tapi
kamu tidak membawa anjing galak untuk berburu. Karena itu, kamu harus didenda!”
Pan Balang Tamak lagi-lagi menyangkal, “Eits… Eits… Jero salah duga kalau begitu. Justru
anjing yang saya bawa adalah anjing paling galak. Mau bukti?”
Pan Balang Tamak lalu menggendong anjing dan melemparkan anjingnya ke dui nget-nget
(sejenis tanaman berduri). Seketika itu juga, anjing Pan Balang Tamak melolong keras lebih
keras dari anjing siapa pun yang ada di situ. Pan Balang Tamak mengatakan bahwa anjing
yang melolong keras adalah anjing yang galak. Kelian Banjar dan para krama setuju dengan
hal itu. Sehingga, loloslah Pan Balang Tamak dari denda. Kembali Kelian Banjar dikelabui
akal bulus Pan Balang Tamak.

Anda mungkin juga menyukai