Anda di halaman 1dari 3

Kisah Si Kancil dan Kerbau Dungu

Kancil sangat lapar siang ini, dan ingin makan mentimun. Tapi ia tak berani masuk ke
kebun Pak Tani. Kancil takut tertangkap lagi dan dimasak jadi sate oleh Pak Tani. Binatang
cerdik itu hanya berani mengintip kebun. Air liurnya menetes melihat mentimun yang
tengah dipanen oleh pak tani.

Tiba-tiba muncul ide di kepala Kancil agar ia bisa mendapatkan mentimun. Di sekitar kebun
pak tani, banyak hewan ternak yang sedang mencari makan. Kancil pun menghampiri si
Sapi yang sedang makan siang.

“Hei, Sapi. Kelihatannya enak rumputmu itu,” sapa Kancil ramah.

Sapi mengangkat kepalanya, “Memang enak. Kamu mau nyoba?”

Kancil menggelengkan kepala. “Aku hanya bisa makan mentimun. Tapi mentimunnya ada
di kebun Pak Tani,” tolak Kancil, “Eh, Sapi. Kamu mau menemani aku ke kebun Pak Tani?”
tanya Kancil penuh harap.

“Tidak mau, ah. Kasian Pak Tani sudah kerja keras menanam mentimunnya.” Si Sapi
menolak ajakan Kancil.

Kancil kecewa dengan jawaban Sapi. Tapi ia tidak patah semangat. Dihampirinya Kambing
yang sedang makan daun-daun.

“Aku punya makanan yang lebih enak dari daun-daun itu,” celetuk si Kancil.

Kambing berhenti mengunyah daun, lalu memalingkan wajahnya pada si Kancil. “Apa yang
lebih enak dari daun-daun ini?” tanyanya penasaran.

“Mentimun!” seru Kancil, “Kita bisa mengambilnya di kebun Pak Tani. Di sana mentimunnya
sudah siap dipanen. Ayo, temani aku mengambilnya!”

Penuh semangat si Kancil bercerita tentang mentimun-mentimun yang ada di kebun Pak
Tani. Kambing menatap dirinya keheranan, lalu meletakkan daun yang dipetiknya di tanah.

“Kamu tahu tidak kalau Pak Tani menanam mentimun untuk biaya hidupnya?” sergah
Kambing, “Aku tak mau menemanimu ke kebunnya!”

Si Kancil langsung lemas mendengar jawaban Kambing. Dengan lesu ia berjalan lagi
hingga menemukan si Kerbau yang sedang mandi lumpur.

“Hei, Kerbau! Siang hari seperti ini kamu malah mandi bukannya makan,” tegur si Kancil
kembali melancarkan rencananya.

“Tadinya mau makan, tapi belum ada makanan yang kutemukan,” jawab si Kerbau sambil
keluar dari lumpur.
“Nah! Aku tahu tempat mendapatkan makanan. Mentimun di kebun Pak Tani sangat enak.”
Kancil bercerita tentang mentimun yang sudah siap dipanen pada si Kerbau.

“Tapi aku tidak berani mengambil mentimunnya,” timpal Kerbau.

“Jangan khawatir. Kamu tinggal menemani saja. Biar aku yang mengambil mentimunnya
untuk kita,” bujuk Kancil.

Akhirnya Kerbau mau menemani setelah dibujuk lama oleh si Kancil. Kerbau berjalan
perlahan ke kebun pada saat Pak Tani sedang memanen mentimun. Pak Tani tidak curiga
karena Kerbau kadang-kadang memang terlihat di kebunnya. Padahal kali ini ada si Kancil
yang ikut masuk ke kebun.

Si Kancil tidak kelihatan karena terhalangi badan Kerbau yang besar. Kancil senang
akhirnya bisa mengambil mentimun sebanyak mungkin. Pak Tani kemudian menemukan
beberapa pohon yang tidak ada buahnya ketika sedang berkeliling kebun. Dia lalu teringat
pada si Kerbau tadi siang. Tapi Pak Tani masih tidak yakin kalau Kerbau yang mengambil
mentimun.

Esok harinya si Kancil dan Kerbau mengulangi perbuatan yang sama. Mereka berjalan
beriringan ke kebun mentimun. Sialnya, Pak Tani sedang mengawasi Kerbau kali ini. Pak
Tani berteriak-teriak memanggil si Kerbau.

“Celaka! Ada Pak Tani!” seru Kerbau gugup.

Kancil mengintip dari balik tubuh Kerbau. “Kamu tidak usah takut, Kerbau. Biar aku yang
lari. Kamu di sini saja, dan ini mentimun untukmu.”

Si Kancil langsung lari setelah meletakkan mentimun dekat si Kerbau. Kerbau bingung
dengan apa yang terjadi, otaknya tidak bisa berpikir.

“Kena kau pencuri!” seru Pak Tani.

“Aku tidak mencuri mentimunmu, Pak tani,” sanggah Kerbau ketakutan.

“Lalu ini apa?” sergah Pak Tani sambil menunjuk mentimun yang tergeletak dekat kaki
Kerbau.

Kerbau mengeluh karena baru paham diakali si Kancil. Tapi ia tidak bisa lari cepat. Pak
Tani juga sudah berjaga-jaga dari tadi.

“Sebagai hukumannya, kamu harus membajak sawahku, Kerbau!” seru Pak Tani lagi.

Jadilah si Kerbau membajak sawah Pak Tani sebagai hukuman. Padahal Kancil yang
mengambil mentimun bukan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai