Anda di halaman 1dari 26

SI KANCIL PENCURI TIMUN

Awal kisah.. pada Siang hari yang panas sekali. Matahari bersinar dengan teriknya. Akan tetapi hal itu
tidak terlalu dirasakan sama si Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah pohon yang rindang. Tiba-
tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang.
Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.

“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih
mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya.
“Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! ” Memang
benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung
bangkit dan
berlari mengikuti teman-temannya. Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun
Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa
terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-
temannya.
“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan
napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di
mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang
karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah,
aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah
ke sini. Kancil berjalan sambil mengamati daerah
sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi.
Bagaimana ini?’ Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di
pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. “Ladang sayur dan buah-buahan? Oh,
syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan
buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! “Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,”
kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku
keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan
buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani.
Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal
sekali, ya?  ”Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil
mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai
setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin
yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil
menguap.  Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu
gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara
dengkurannya. Krr… krr… krrr…
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,”
kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun
kesukaanku.”  Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia
yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi!
Wah, pasti sedap nih.”  Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali
sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas.  Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali
ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah, ladang
timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram.
“Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau
mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri
timunku?” Ladang timun itu memang benar-benar berantakan.
Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak
pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah.  @ Hm, awas,
ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-
ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”  Maka
seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.

Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani


itu. “Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani,” kata Kancil
pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh juga. Tebal,’ hitam, dan
melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi… hi… hi… Sebelumnya
Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi
dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-
temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia
telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan
timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang
segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang
sambil mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata
kembali ladangnya yang berantakan.
“Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang.
Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi.
“Benar-benar keterlaluan! ” seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. “Ternyata tanaman
lainnya juga rusak dan dicuri.”
Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,”
kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”
Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat
perangkap untuk menangkapnya! ” Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di
rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-
orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu
dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis
seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya
yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara
kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.
“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap
Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia datang bersama
temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak
Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik
aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak
Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yang telah
mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?” Tentu saj,a orang-
orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu
tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil. “Huh, sombong sekali!” seru
Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu
apa?” gerutunya.

Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk!
Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua
tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau
tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil
malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu.
“Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini
dia pencurinya! ” Pak Tani senang melihat
jebakannya berhasil. “Rupanya kau yang telah
merusak ladang dan mencuri timunku.” Pak Tani
tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil
binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha… ha…
ha…. “Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam
kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
” Aku harus segera keluar malam ini juga  ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku.
“Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga
rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru
Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah.
Asyik, ya?”

Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja
tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”Kancil tersenyum penuh arti. “Yah,
terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! “Rupanya Anjing
terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk
mengajakn-ya pergi ke pesta. “Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi
malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan
tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil
cepat-cepat keluar dari kandang.
“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa
berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil
segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian
sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
Hikmah dari cerita ini adalah janganlah berbuat kejahatan jika kita tidak ingin orang lain jahat
kepada kita. Apa yang kita tanam pasti akan kita tuai pada suatu saat, dan pastikan kita
menanam kebaikan kepada orang lain sehingga orang lain mau berbaik sangka kepada kita.
SI KANCIL MENCUTI MENTIMUN

Pada suatu hari, seekor kancil sedang berencana untuk mencuri timun di

lahan perkebunan milik pak tani. Kancil pun bergegas untuk mengunjungi kebun

tersebut dan mengawasi kondisi di sekelilingnya.

Pada waktu ia sudah merasa aman kancil pun mengambil mentimun yang

besar dan segar-segar. Perbuatan tersebut terus diulanginya hingga membuat

pak tani merasa jengkel dan kesal.  Akhirnya Pak Tani pun mencari akal untuk

menangkap pencuri mentimun di kebunnya tersebut.

Pak Tani pun membuat jebakan orang-orangan yang di kasih lem. Kancil pun

mendekatinya dan menyadari bahwa itu bukanlah Pak Tani melainkan hanya

boneka orang-orangan. kancil pun menendang boneka tersebut sehingga membuat

kakinya menempel karena terkena lem yang ada di boneka.

Kancil pun sangat kaget karena ia terperangkap di boneka tanpa bisa

melepaskan diri. Kemudian datanglah pak tani yang dan menangkap kancil dan

membawanya ke rumah untuk dikurung. Ia pun berusaha untuk melepaskan diri

dengan memanfaatkan anjing peliharaan pak tani.

Kancil berusaha untuk merayu anjing sehingga membuat anjing tersebut

percaya dengan omongan si kancil. Anjing pun bersedia bertukar tempat dengan

kancil dan kemudian kancil segera pergi jauh-jauh dari sana.


Kancil Mencuri Timun

Kesal timunnya masih dicuri oleh binatang dari hutan walaupun telah
memasang orang-orangan yang terbuat dari kayu yang diberi baju dan kemeja
hingga mirip orang beneran di sawah untuk menakut-nakuti mereka, Pak Tani
berniat melakukan sedikit inovasi. Rupanya si pencuri telah mengetahui bahwa
orang-orangan itu hanya patung belaka, sehingga tidak takut lagi. Bahkan si
pencuri telah berani mengejek benda itu.
Pak Tani lalu mencoba cara lain. Dengan meminjam teknik menangkap
burung dengan pulut sejenis getah pohon nangka yang sangat lengket . Pak Tani
melumuri orang-orangannya dengan pulut sambil berharap si binatang akan
melekat pada orang-orangan itu.
Sungguh beruntung nasib Pak Tani dan sungguh malang nasib si binatang
yang akhirnya benar-benar terjebak pada patung itu. Mulanya si binatang, yang
ternyata adalah Sang Kancil mengejek orang-orangan dengan kata-kata, diikuti
dengan menjulurkan lidah, memasang jari telunjuk di sisi kepala kanan-kiri dan
diakhiri dengan menendang orang-orangan dengan kakinya yang kecil. "Gubraaak!"
dan kaki Sang Kancil-pun melekat pada getah yang dilumurkan pada kaki orang-
orangan. Usaha menyeruduk malahan membuat kepalanya ikut menempel.
Kondisinya lebih parah lagi kala Sang Kancil memukul orang-orangan dengan
ekornya. Jadilah tubuhnya melekat erat pada orang-orangan sawah.
Pak Tani yang pulang dari mencari kayu bakar di hutan bersiul-siul riang
saat melihat si pencuri tak berkutik di sawahnya. "Tralala Trilili, Cihuiiii!" siulnya
sambil membayangkan timunnya tidak akan dicuri lagi dan makan malamnya kali ini
akan ditemani oleh sate kancil bumbu merica. "Nyam nyam nyam, sate kancil
lezaaatt bok! serunya penuh kegembiraan seolah matahari tersenyum khusus
untuknya.
Malang sungguh malang sang kancil yang diikat dan dikurung di kurungan
ayam sambil menunggu hidupnya berakhir di pembakaran sate. Tapi ulah Si Anjing
Gembala Pak Tani yang iri kala Sang Kancil membual bahwa dirinya sedang
menunggu penjahit datang untuk mengukur baju untuknya dan Pak Tani sedang
mencari makanan lezat di hutan untuk disuguhkan padanya telah menyelamatkan
Sang Kancil. Si Anjing Gembala yang menginginkan baju dan makanan "bohong-
bohongan" tersebut bersedia bertukar tempat dengannya. Dia diikat dan
ditempatkan di kurungan ayam, sementara Sang Kancil pergi lenggang kangkung
sambil bersiul-siul riang.
Marah benar Pak Tani pada si Anjing yang disebutnya seekor makhluk tolol
dan tamak! Makhluk yang mudah ditipu-tipu oleh musuh Pak Tani. Makhluk yang
tidak mampu berpikir dengan jernih dalam menilai sebuah fakta. Seharusnya si
Anjing gembala tahu bahwa Pak Tani telah berbulan-bulan memasang jebakan
buat Sang Kancil, eee setelah ketangkap kok malah dilepaskan.
Tentu saja Si Anjing Gembala yang merasa dirinya sangat mahir dalam
urusan menggembala kambing tidak terima. Dia balik menuduh Pak Tani sebagai
pemimpin yang tidak komunikatif. Pemimpin yang bekerja serampangan. Main
tuduh sembarangan! Menilai Si Anjing dari bidang yang bukan tanggung-
jawabnya!. Mau menang sendiri. Mikir kepentingan diri sendiri. Nggak pernah mau
mengembangkan anak buahnya! Hanya ingin mengunduh hasil dari tanah pertanian
dan peternakan miliknya tanpa pernah mau berbagi informasi, apalagi melatih
anak buahnya. Blah! blah! "Aku kan tiap hari sibuk menggembala kambing. Mana
mungkin aku tahu kalau kancil itu hasil tangkapan. Pak Tani nggak pernah
memberitahukan bahwa dia punya proyek menangkap kancil sih! Salah dia sendiri
nggak pernah bagi-bagi informasi! Semua dia simpan sendiri seolah semua adalah
rahasia!". Kemudian Si Anjing Gembala juga membela diri saat dituduh bahwa
dirinya tamak karena menginginkan baju dan makanan yang diperuntukkan bagi
orang lain. "Aku punya pengalaman buruk tentang ketidakjelasan aturan main
yang dibuat Pak Tani. Kemarin Si Kuda di tambatkan di pohon depan rumah,
kemudian dia diajak ke kota dan pulang-pulang membawa sepatu baru dan pelana
baru. Minggu kemarin Si Sapi ditambatkan di pohon yang sama, dan sorenya dia
telah mengenakan lonceng baru. Bulan kemarin Si Kucing dikurung di kurungan
ayam, dan sorenya dia telah mengenakan kalung dari emas. Sementara aku selalu
dibiarkan ndlongop tanpa pernah diberi penjelasan. Mengapa mereka mendapat
hadiah sementara aku dibiarkan saja bekerja keras tanpa pernah diperhatikan!
Jangan salahkan aku bila merasa diperlakukan tidak adil!
Pak Tani terdiam mendengar kata-kata Si Kancil. Dia malu banget telah
ketahuan dibantah oleh anak buah sendiri di hadapan belasan petani lain. Namun
dia tidak bisa berbuat apa-apa karena semua yang dikatakan Si Anjing Gembala
benar belaka. Pak Tani tidak mau merusak reputasinya sebagai calon kuat kepala
kampung dengan menghukum Si Anjing Gembala. Bisa-bisa para calon pemilihnya
lari ke calon lain karena takut kejadian yang menimpa Si Anjing Gembala akan
menimpa mereka 
CERITA KANCIL MENCURI MENTIMUN

Hutan kini sedang dilanda kemarau panjang. Akibatnya, makanan di sana habis.
Sungai pun mengering. Mau tidak mau, binatang di hutan harus keluar hutan
untuk mencari makanan. Tak terkecuali Kancil. Ia kini kebingungan mencari
makanan.

“Kemana aku harus mencari makanan? jika bertahan di hutan ini, bisa-bisa aku
mati kelaparan, Dimana ya tempat yang penuh dengan makanan?” gumam Kancil.

Kancil pun berjalan keluar hutan. Ia berusaha mencari tempat baru, berharap
di sana tersedia banyak makanan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat
ladang Petani yang dipenuhi timun yang sangat segar.

Melihat timun segar di depan matanya, Kancil ingin sekali melahap timun-timun


itu. Seketika timbulah ide Kancil untuk mencuri timun milik Petani.

“Mungkin tidak apa-apa, jika aku memakan sedikit timun milik Petani, Toh nanti
dia akan menanamnya kembali” ucap Kancil dalam hati.

Tanpa pikir panjang, Kancil pun segera masuk ke dalam ladang. Di sana ia mulai
memakan timun-timun tersebut, satu persatu ia lahap. Kancil sangat menyukai
timun tersebut. Tanpa disadari, Kancil memakan timun-timun itu hingga perutnya
kenyang. Kancil pun pulang dengan hati yang senang.

“Aku tak perlu lagi kesulitan mencari makanan di hutan. Di ladang Petani, ada
banyak sekali makanan,” gumam Kancil sambil berjalan pulang.

Benar saja, hari-hari berikutnya, Kancil selalu kembali mengunjungi ladang


Petani. Ia memakan timun-timun milik Petani. Awalnya hanya sedikit, lama
kelamaan jumlahnya pun bertambah setiap hari. Kancil selalu pulang dengan hati
yang senang. 

Tanpa Kancil sadari, perbuatannya diketahui oleh Petani. Petani pun merasa


geram akibat ulah Kancil yang telah mencuri timun dari ladangnya. Ia berniat
membalas perbuatan si pencuri yang telah menganggu usahanya,

“Aku harus memberi pelajaran untuk si pencuri. Tapi, bagaimana caranya?”


pikir Petani.

Petani terus berpikir dan mencari ide, hingga akhirnya ia menemukan sebuah
ide. Petani mengambil bajunya yang sudah tak dipakai, taping, dan kelapa. Lalu ia
menyatukan semua itu, membentuknya menjadi orang-orangan sawah. Kemudian,
ia meletakkannya di ladang timun.

“Kau akan ketakutan begitu melihat orang-orangan sawah ini,” gumam Petani.

Suatu ketika Kancil yang merasa lapar pun kembali ke ladang Petani. Ia sudah
tak sabar ingin segera makan timun sebanyak-banyaknya. Di perjalanan, Kancil
membayangkan memakan timun yang enak dan segar.

“Aku akan membuat perutku kenyang, agar tidak perlu berkali-kali kembali ke
ladang ini. Kalau perlu, aku akan membawa timun-timun itu pulang untuk
persediaan makanan,” ucap Kancil. Ketika sampai di depan ladang, betapa
terkejutnya Kancil mendapati ada orang yang menjaga ladang Petani. Kancil yang
berniat mencuri pun kemudian bersembunyi. Ia mencoba menunggu sampai orang
itu pergi.

Waktu demi waktu berlalu, tidak terasa sudah cukup lama ia menunggu di


sana. Namun, orang itu tak juga pergi dari tempatnya.

"Wah hebat sekali Petani itu, dia terus saja menungguku sambil berdiri di
sana. Kalau begini terus aku tidak bisa makan timun hari ini," pikir Kancil.

Kancil yang sudah sangat lapar, akhirnya menyerah. Ia pun kembali ke rumah
tanpa membawa timun.

PESAN MORAL DARI CERITA FABEL INI

Pesan moral utama yang dapat diambil dari cerita ini ialah jangan mencuri.
Tindakan ini bukanlah perbuatan yang baik. Kamu tidak dapat mengambil milik
orang lain begitu saja. Pada cerita ini, Kancil yang sangat cerdik dalam mencuri
pun akhirnya kena jebakan milik Petani.

Selain itu, sebaiknya si Kecil tidak mencontoh perbuatan Kancil.


Kecerdikan Kancil seharusnya digunakan untuk hal-hal yang positif dan
bermanfaat bagi sesama. Bukan digunakan untuk merugikan orang lain. 
Cerita Dongeng Si Kancil Dan Buaya

Alkisah, buaya dan kancil tinggal di wilayah yang sama. Sudah lama buaya
mengincar kancil untuk di jadikan santapannya. Namun, kancil selalu bisa
menghindari kejarannya. Ia adalah hewan yang banyak akal sehingga buaya selalu
kesulitan untuk menangkapnya.

Meski selalu lolos dari kejaran buaya, namun lama-lama kancil merasa
khawatir juga. Karena itu, ia pindah rumah ke daerah lain untuk menjauhi buaya.
Ia tinggal dibawah sebuah pohon besar di hilir sungai. Awalnya buaya merasa
bingung karena tidak melihat kancil di tempat biasanya. Maka ia pun mencarinya
ke sana-kemari, bertanya kepada para hewan yang ditemuinya.

“Oh, kancil pindah ke pohon di dekat hilir sungai,” kata burung kecil yang ditanya
oleh buaya. Tentu saja buaya senang mendengar informasi itu. Segera saja ia
pergi ke tempat yang dimaksud oleh si burung. Ia sudah tidak sabar lagi untuk
memburu si kancil. Ia benar-benar merasa penasaran, ingin menikmati daging
kancil yang sudah lama ia idam-idamkan. Setelah berhasil menemukan tempatnya,
buaya pun pindah ke sana juga. Namun, kancil masih belum mengetahuinya.

Selama berhari-hari buaya mengawasi kancil. Ia mempelajari kebiasaan kancil


seraya merancang strategi untuk menangkapnya. Dari pengamatannya itu, tahulah
si buaya bahwa si kancil sering pergi ke sebuah pulau kecil yang ditumbuhi pohon-
pohon apel di dekat tempat tinggal kancil. Untuk sampai ke sana, si kancil biasa
menyeberang sungai dengan melompati beberapa batu besar yang ada di antara
tempat tinggal kancil dengan pulau tersebut.

“Aku punya ide!” seru buaya. Ketika kancil pergi ke pulau kecil, buaya
bersembunyi di balik batu di tengah sungai. Ia menunggu kancil melompat ke batu
itu.

Hari itu kancil puas memakan buah-buahan yang ada di pulau kecil. Kemudian ia
pun pulang dengan riang. Ia melompat dari sisi sungai ke batu-batu untuk sampai
di rumahnya. Namun setibanya di  tengah sungai, ia melihat bayangan dari batu
yang hendak dilompatinya tampak Iebih tinggi dari biasanya.

Akal cerdas si kancil Segera menangkap bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

“Jangan-jangan ada buaya di balik batu itu?” batin kancil, curiga. Setelah
berpikir, ia berhasil mendapat akal. Ia berteriak ke arah batu, “Hai batu! Gimana
kabarmu?”
Hening. Tidak ada jawaban. Kancil kemudian bertanya lagi. “Ada apa batu
sahabatku? Biasanya kau menjawab sapaanku.”

“Oh, jadi biasanya batu ini berbicara?” batin Buaya yang sedang berdiam diri di
batu itu. “Kalau begitu aku harus pura-pura menjawabnya supaya kancil tidak
curiga.”

“Halo juga, kancil,” jawab buaya.

Kancil terkikik dalam hati melihat kebodohan buaya. Lantas ia berkata, “Jadi kau
ada di situ ya, Buaya? Tak kusangka, kau mengejarku sampai ke sini.”

Buaya kaget. Rupanya penyamarannya sudah ketahuan. Sadarlah ia bahwa kancil


telah mengakalinya. Ia benar-benar kesal dengan kebodohannya sendiri.

“Ya, aku mengejarmu ke sini karena ingin memakanmu!” sahut buaya, jengkel.

“Baiklah. Kali ini kau berhasil menjebakku,” jawab kancil sambil mempersiapkan
siasat berikutnya. “Bukalah mulutmu lebar-lebar agar aku bisa melompat ke
dalamnya.”

Kancil benar-benar cerdik. Ia tahu bahwa mata buaya akan tertutup saat buaya
membuka mulutnya lebar-lebar. Dan sesaat setelah buaya membuka mulutnya,
kancil segera melompat ke atas kepala buaya, lalu melompati batu batu lainnya
dengan lincah, dan setelah tiba di tepi sungai segera memanjat pohon besar
tempat tinggalnya.

Lagi-lagi selamatlah kancil dari kejaran buaya. Itu semua berkat kecerdasannya
yang jauh melampaui buaya. Sementara buaya terpaksa gigit jari karena lagi-lagi
gagal menangkap kancil yang sudah lama diincarnya.

Hikmah yang bisa diambil dari Cerita Fabel Dongeng Si Kancil Dan Buaya adalah

Orang yang cerdas dan berpengetahuan luas akan mudah menyelesaikan masalah-
masalahnya dengan baik.  Sementara orang bodoh akan mudah kehilangan
kesempatan-kesempatan berharga sehingga rugilah ia. Agar adik-adik semua
menjadi anak yang cerdas dan berpengetahuan luas, adik-adik harus banyak
membaca dan belajar.
Tikus dan Seekor Harimau

Sebuah hutan belantara terdapat berbagai macam hewan tinggal disana mereka
tinggal selayaknya dalam hukum rimba namun karena keserakahan beberapara
manusia, hutan itu pun menjadi tempat berburu.

Mereka sering berburu untuk mendapatkan kulit-kulit hewan terutama kulit


harimau dan ada pula yang hanya meluangkan waktu saja untuk berburu hewan-
hewan di hutan itu. Dan bukan hanya itu terkadang manusia menggunakan sumber
daya alam seperti pohon dengan sangat berlebihan, mereka sengaja menebang
pohon-pohon besar di hutan itu untuk dijual dan setelah mereka menbang pohon
itu mereka enggan menanamnya, kini bukan hanya para pemburu yang menangkap
hewan-hewan di hutan tetapi juga para penebang pohon yang tidak memiliki izin
merusak alam.

Suatu hari seekor harimau muda pergi berburu mangsa, harimau itu masuk
kedalam hutan untuk mencari seekor kijang, uncal atau hewan sejenisnya namun
ketika di tengah jalan harimau itu terjerat oleh perangkap yang dipasang oleh
para pemburu. Kini sang harimau meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari
perangkap yang menjerat tubuhnya dengan sangat kuat itu.

Perangkap itu terbuat dari tali yang besar dengan ikatan yang sangat kuat, dan
jika para pemburu tidak datang untuk menangkap sang harimau dan melepaskan
sang harimau dari perangkap mereka, sang harimau bisa mati karena terjerat.
Setelah beberapa jam sang harimau meronta-ronta sambil mengaum kini tidak
lagi terdengar auman sang harimau, sang harimau menyerah dengan tali-tali yang
menjeratnya kini sang harimau hanya pasrah dan menunggu ajalnya tiba.

Namun ketika sang harimau mengaum-ngaum dengan keras hal itu di dengar oleh
seekor tikus jantan yang cukup besar, tikus ini segera mendatangi suara auman
sang harimau dan dia tau bahwa suara itu adalah suara sang harimau. Beberapa
saat sang tikus besar ini menemukan sang harimau dan dia melihat sang harimau
terdiam dengan perangkap di tubuhnya, sang harimau mengendus keberadaan
hewan laian dan ternyata dia di datangi oleh seekor tikus yang cukup besar. “aku
mampu menolonggu tuan harimau.” kata sang tikus “aku tidak yakin dengan
tubuhmu yang kecil itu.” kata sang harimau sambil tersenyum “aku benar-benar
bisa menolongmu, bolehkah aku menolongmu?” pinta sang tikus “silahkan.” sang
tikus melihat tali-tali perangkap itu cukup besar dan kuat dia tidak akan mampu
menolong sang harimau sendirian maka dia memanggil keluarganya untuk
membantu sang harimau, ketika hampir semua keluarganya berkumpul kini mereka
mulai menggigit memotong tali perangkap itu satu persatu hingga akhirnya sang
harimau lepas dari jeratannya.

Tadinya sang harimau tidak yakin dengan tikus yang bertubuh kecil itu mampu
menolongnya hingga akhirnya dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Setelah
membebaskan sang harimau para tikus ini berlarian ke suatu lubang mereka takut
sang harimau malah memangsa mereka. “kenapa kalian berlarian ke lubang itu?”
Tanya sang harimau “aku tidak akan menangkap kalian karena kalian telah
menolongku, dan aku tidak akan melupakan pertolongan kalian.” kini sang harimau
itu bebas dari perangkap dan dia melanjutkan kembali perburuannya.

Pesan moral dari Cerita Tikus dan Seekor Harimau adalah tolonglah orang lain
yang sedang kesusahan, maka suatu saat Tuhan akan membalas kebaikan yang
kita perbuat. Pekerjaan yang sulit jika dilakukan secara bersama-sama akan
selesai sesuai harapan.
Suatu ketika hiduplah seekor tikus kecil
Suatu ketika di sebuah hutan yang lebat hiduplah singa yang perkasa, kuat, dan
besar. Tidak heran ia disebut sebagai sang Raja Hutan. Semua hewan di hutan
takut kepadanya. 

Singa sendiri dikenal sebagai raja yang mengerikan. Ia sangat gila hormat dan
senang sekali mendapatkan pujian dari semua mahluk hutan. Singa sering
menghabiskan waktunya melakukan dua hal, berburu atau tidur. 

Tidak ada yang berani mendekati sarang singa ketika sedang tidur. Singa akan
marah besar ketika ada yang berani menganggu waktu tidurnya.

Suatu hari seekor tikus kecil sedang bermain, ia berlari ke sana ke mari. Hingga
tanpa sengaja ia masuk ke wilayah sang Singa. Tikus sangat merasa takut, ia
melihat singa besar yang tertidur di sana. Tikus takut membangunkan singa. 

“Sepertinya aku harus segera kembali, tempat ini berbahaya” pikir si Tikus.

Tiba-tiba saja suara langkah kaki tikus membuat singa terbangun. Singa geram
melihat tikus kecil yang berani masuk ke wilayah miliknya. Apalagi sampai
menganggu tidur siangnya. 

Singa yang marah pun langsung menangkap hewan kecil itu dengan tangannya.
Tikus tidak dapat menghindar hingga akhirnya tertangkap oleh singa. 

 “Berani-beraninya kau mengganggu tidurku!” seru hewan singa marah.

“Ma..Ma…Maafkan aku, Tuan, saya tidak bermaksud untuk itu. Saya tidak sengaja
masuk ke sini dan mencoba untuk meninggalkan tempat ini,” jawab tikus kecil
ketakutan.

“Maaf katamu? Kau pikir aku akan memaafkanmu begitu saja? Aku ini Raja Hutan
yang perkasa, tak boleh ada yang menggangguku! Tidak hewan besar atau bahkan
hewan kecil sepertimu!” ucap singa dengan suara yang lantang. 

Si Tikus makin ketakutan, ia terus mencoba meyakinkan singa agar mau


melepaskannya. 

“Tuan, tolong maafkan aku. Jangan makan aku! Aku sama sekali tak bermaksud
mengganggu tidurmu. Tolong, aku berjanji tak akan masuk ke tempat ini!” ucap
tikus sembari menangis.

"Diam! Sudah ku bilang aku tidak akan memaafkanmu. Aku kini berpikir untuk
menjadikanmu sebagai makan malamku! Hahahaha,” ucap sang Singa dengan
jahatnya.
“Aku mohon, Tuan! Jika engkau melepaskanku, aku berjanji akan membantumu
dan berguna bagimu kelak ketika kau membutuhkan bantuan. Lagi pula, tubuhku
ini sangatlah kecil, tidak akan membuatmu kenyang saat menyantapku nanti,” ucap
Tikus mencoba meyakinkan singa.

“Hahahaha, menolongku? Mana mungkin, lihat saja ukuran tubuhmu! Tapi baiklah,
aku akan melepasmu tikus kecil. Benar katamu, memakanmu tidak akan membuat
perutku kenyang. Sekarang pergi dan jangan kembali lagi ke wilayahku ini!” seru
singa sambil melepaskan tikus.

Tikus pun merasa senang dan berterimakasih. Sambil berlari menjauh tikus
memegang janji untung menolong singa di waktu lain ketika ia membutuhkan
bantuan.

Beberapa hari sejak kejadian itu, singa pergi keluar sarangnya untuk menghirup
udara segar. Sudah beberapa hari ia menghabiskan waktunya tidur dan bermalas-
malasan. Inilah waktu yang tepat baginya untuk kembali berburu.

Namun tiba-tiba, kakinya menyandung tali dan mengaktifkan perangkap yang


langsung menjeratnya. Singa berusaha keluar dari jebakan pemburu. Ia mencoba
mencakarnya dan menendangnya, namun sayang usahanya sia-sia. Singa tetap
terjerat dalam jebakan pemburu.

Merasa tak berdaya singa pun mulai meraung marah. Ia berteriak meminta tolong
hingga suara mengerikannya dapat didengar oleh seluruh penghuni hutan. 

"Siapapun, tolong aku! Lepaskan aku dari jerat tali ini! Tolong!" teriak singa. 

Sayangnya semua hewan takut terhadap singa. Mereka tidak mau melepasnya
karena tahu singa suka berburu hewan untuk menjadi santapannya di hutan
tersebut. Hingga suara raungan singa didengar oleh tikus. 

Tikus pun berpikir jika ini merupakan kesempatan baginya untuk membalas budi
singa. Tikus segera berlari ke tempat singa berniat menolongnya. 

Sesampainya di tempat sang raja terjebak, tikus langsung melompat ke atas


jala. 

"Tuan, apakah kamu baik-baik saja? Aku kan segera menolongmu,” ucap tikus.

“Tikus, syukurlah kamu ada di sini. Tolong bantu aku lepas dari ikatan ini tikus.
Tidak ada hewan yang mau membantuku,” ucap sang singa.

“Tentu saja! Aku akan membantumu keluar dari jebakan ini. Aku ingin membalas
kebaikanmu, karena dlu engkau pernah melepaskanku” ucap tikus kecil yang baik
hati itu.
Mendengar ucapan tikus, singa merasa terharu. Ia tak menyangka akan ada
hewan yang menganggapnya baik hati. Padahal, dahulu ia membebaskan tikus
hanya karena tubuhnya yang kecil dan tidak dapat dimakan.

Tikus pun segera mengginggit jala untuk membebaskan singa. Satu per satu tali
mulai lepas dan singa dapat menggerakan tangannya. Tali lainnya terputus hingga
akhirnya singa dapat keluar dari jebakan tersebut dan kembali bebas. Singa
merasa senang dan berterimakasih, ia pun segera menghampiri tikus. 

“Terima kasih tikus kecil. Aku merasa terharu pada kebaikan hatimu. Padahal aku
pernah meremehkan dan hendak memakanmu sebelumnya, tapi kamu malah
membalas perbuatanku dengan kebaikan. Benar katamu, tubuhmu memang kecil,
tapi kamu bisa menyelamatkanku,” ucap singa.

“Tidak apa-apa, Tuan. Ini sudah menjadi kewajibanku untuk menolong sesama
makhluk hidup,” jawab tikus.

Setelah kejadian itu, Singa dan Tikus pun berteman baik. sang Raja Hutan kini
tidak lagi jahat dan gila hormat. Ia menjadi ramah kepada hewan-hewan di hutan
itu, terutama kepada tikus kecil sahabatnya. 

Pesan moral

Ada beberapa amanat penting yang terdapat dari cerita Singa dan Tikus ini.
Pertama, saling menolong tanpa pamrih merupakan hal yang baik. Coba deh lihat
si Tikus, ia mau menolong singa yang jahat hingga akhirnya dapat keluar dari
jebakan pemburu. 

Kebaikan yang singa lakukan di awal cerita membuatnya mendapatkan hal baik
yang tak terduga dari seekor tikus kecil. Kebaikan haruslah dibalas dengan
kebaikan. Inilah mengapa kebaikan itu penting untuk anak mama lakukan,
khususnya kepada mereka yang membutuhkan. 

Selain itu, cerita ini juga mengingatkan kita untuk tidak meremehkan orang lain.
Memang tikus terlihat kecil dan lemah, tapi siapa sangka ternyata tikus kecil
inilah yang dapat membantu seekor singa besar lepas dari perangkap.

Itulah cerita fabel Singa dan Tikus yang memiliki pesan moral yang baik. Si Kecil
sebaiknya tidak seperti singa yang memandang rendah tikus. Karena bisa saja
orang lain yang kamu remehkan ternyata memiliki kelebihan yang tak kamu
ketahui.
Kisah Gajah dan Semut
Dahulu kala, seekor semut kecil dan seekor gajah besar hidup di hutan. Gajah
besar ini sangat kuat dan dikenal mudah marah dengan hal-hal kecil. Ia juga
sering meremehkan setiap hewan kecil lainnya yang hidup di hutan itu.

Di suatu tempat di hutan, ada semut kecil yang tinggal bersama keluarganya di
lubang pohon yang dalam. Semut itu dikenal baik dan pekerja keras. Setiap hari,
semut kecil ini bersama keluarganya pergi mencari makanan.

Seringkali, mereka juga bertemu dengan gajah dalam perjalanannya saat mencari
makan.

Setiap kali keluarga semut ini bertemu gajah, gajah akan mengolok-olok semut
dan mengganggu mereka. Gajah raksasa itu sangat bangga dengan kekuatan dan
tubuhnya. Ia selalu menggunakan kekuatannya untuk membuat semut
marah. Semua anggota keluarga semut merasa cemas dengan lelucon gajah.

Suatu pagi yang cerah, ketika semut kecil dan keluarganya pergi untuk mencari
makanan, gajah menyemprotkan air dari belalainya ke arah keluarga semut.
Kejadian ini mengejutkan seluruh keluarga semut dan semut kecil itu mulai
menangis.

Semut bertanya kepadanya, “Hei! Ada apa denganmu? Kenapa kamu terus
menyusahkan kami?"

Melihat semut menangis, gajah itu berkata dengan marah, “Berhentilah menangis
atau aku akan menghancurkanmu sampai mati.”

Semut kecil yang malang berhenti menangis, tetapi dia memutuskan untuk
memberi pelajaran kepada gajah raksasa itu

Semut lain berkata, “Kamu tidak boleh berkelahi dengan gajah, dia sangat
pemarah dan sangat kuat! Dia bisa menghancurkanmu.” Namun, semut tangguh
tersebut menjawab, “Hmmm… Ada yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.”

Keesokan harinya ketika semut akan bekerja, semut kecil itu memutuskan untuk
memberi pelajaran kepada gajah. Ia diam-diam menaiki tubuh gajah dan berjalan
hingga masuk ke dalam belalai gajah!

Begitu masuk, dia mulai menggigit gajah.

Gajah berteriak, “Aaah! Itu menyakitkan!"


Gajah mencoba segalanya tetapi tidak bisa membuat semut berhenti
menggigitnya atau keluar dari belalainya.

Gajah berteriak lagi, “Aaah! Tolong hentikan! Hentikan sekarang juga!" Tidak ada
hal yang bisa ia lakukan untuk mengeluarkan semut dari belalainya, hingga
akhirnya gajah merasa lelah.

Semut tersebut menjawab dari dalam belalainya, "Baiklah, aku harap kamu
sekarang tahu bagaimana perasaan makhluk hidup lain ketika kamu menyakiti
mereka."

“Ya, aku tahu! Tolong berhenti sekarang!” ujar gajah yang memohon pada semut

“Baiklah kalau begitu.” kata semut sambil berhenti menggigitnya dan keluar dari
belalainya.

Gajah itu akhirnya lega, dan ia juga meminta maaf kepada semut, “Maaf! Aku
sekarang mengerti bagaimana rasanya ketika diganggu. Aku berjanji tidak akan
pernah melakukannya lagi.”

Sejak hari itu, gajah berjanji untuk tidak mengganggu makhluk apa pun di hutan.
Dan beginilah cara gajah raksasa itu belajar. Setelah itu, semua makhluk di
hutan hidup bahagia selamanya.

nilai moral yang dapat anak pelajari didalamnya.

Yaitu, jangan pernah mengolok-olok orang lain. Mengolok-olok seseorang adalah


tindakan yang tidak menghormati mereka. Itu membuat orang lain merasa sedih
dan dapat menghancurkan hal positif dalam hubungan.

Selain itu, kisah ini juga mengajarkan untuk jangan pernah meremehkan orang
lain, baik dari fisik hingga keterampilan. Di awal cerita ini, gajah meremehkan
semut karena tubuhnya yang kecil. Dia tertawa dan mengolok-olok mereka. Tapi
pada akhirnya, gajah mendapat pelajaran.
Cerita Fabel Gajah, Kerbau dan Harimau

Pada suatu hari seekor kerbau sedang mencari gajah yang ada di dalam hutan.

Maksud tujuannya mencari gajah adalah untuk menemaninya mencari makanan di

hutan. Setelah lama mencari, akhirnya kerbau pun menemukan gajah yang sedang

asyik berjalan-jalan.

Gajah pun akhirnya bersedia untuk menemani kerbau mencari makanan  di dalam

hutan, namun sebelum mencari gajah, kerbau menemui harimau terlebih. Sang

kerbau pun meminta bantuan harimau untuk menemaninya mencari makan, dan

harimau pun menerima ajakan kerbau.

Setelah kerbau berhasil mengumpulkan gajah dan harimau, kemudian mereka pun

berusaha untuk melakukan perburuan bersama. Mereka bahkan menangkan hewan

lainnya dan merebut makanan yang dimiliki oleh hewan lain tersebut.

Ketiga hewan tersebut mencari makanan di dalam hutan mulai dari pagi hingga

sore hari. Berbagai makanan berhasil dikumpulkan mulai dari buah-buahan hingga

hewan-hewan dalam kondisi hidup. Harimau pun menunjuk kerbau untuk membagi

makanan yang didapatkan selama perburuan di hutan.

Kerbau tersebut menghitung banyaknya jumlah makanan dan kemudian

membaginya menjadi tiga bagian sama rata. Sang harimau pun merasa tidak adil

dan marah. Akhirnya ia pun menerkam kerbau dan mengambil semua makanan

yang dimiliki oleh kerbau.

Akhirnya, harimau pun menunjuk gajah untuk membagi makanannya dan harimau

pun tetap merasa masih kurang saja. Sang harimau menerkam gajah dan

mengambil semua makanan yang dimiliki oleh gajah. Akibat sikap serakah yang

dimiliki oleh harimau, ia pun tega menerkam teman-temanya tersebut.


Pesan Moral  Jangan memiliki sifat serakah dan selalu merasa kurang agar kita

tidak dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita. Karena pada suatu hari nanti, kita

juga pasti akan membutuhkan bantuan orang lainnya.


Kancil dan Siput
Di suatu hari yang cerah, terdapat seekor binatang yang terkenal sangat licik di dalam
hutan, yaitu adalah Si Kancil. Pada hari itu, Kancil sedang bersantai di bawah pohon
besar dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang membuat Kancil menjadi mengantuk.

Untuk mengusir rasa kantuknya, ia akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan


menelusuri hutan. Sambil berjalan, Kancil membusungkan dadanya dan berkata,

"Siapa di hutan ini yang tidak mengenalku. Si pintar, si cerdik yang banyak akal. Setiap
masalah pasti dapat ku selesaikan dengan mudah,” kata Si Kancil.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia sampai di tepi sungai. Kancil pun segera minum
untuk menghilangkan rasa hausnya sambil terus berkata-kata memuji dirinya sendiri.

Tanpa Kancil sadari, ternyata ia sedang diperhatikan oleh seekor Siput yang sedang
duduk di balik sebuah batu besar pinggir sungai. Karena mendengar ucapan Kancil Siput
itu pun berkata,

"Hei Kancil, asyik sekali kau ku lihat berbicara sendiri, ada apa? Apa kamu sedang
bergembira ya?" tanya Siput pada Kancil.

Kancil pun mendengar suara Siput dan mencari-cari asal suara tersebut, ia pun
menjawab,

“Oh hai! ternyata kau Siput, sudah lama ya kau memperhatikanku ternyata? Sedang apa
kau disana Siput? Meratapi dirimu yang kecil dan lelet ya? Hahahahaha," jawabnya

Siput pun terkejut dengan jawaban Kancil yang menghinanya dan membuatnya marah.
Lalu Siput pun membalas ucapan Kancil.

“"Hai Kancil! Aku tahu, kau memang terkenal binatang yang sangat cerdik dan cepat
sedangkan diriku terkenal binatang yang sangat lambat berjalannya. Tapi kali ini aku
sangat marah mendengar perkataanmu tadi dan aku menantangmu untuk lomba adu lari,"
ujar Siput.

Mendengar tantangan dari Siput, Kancil pun menerima tantangannya karena ia tahu Siput
tak akan mungkin mengalahkan dirinya. Hingga akhirnya mereka setuju lomba tersebut
diadakan keesokan harinya.

Di tempat lain, Siput sadar bahwa dirinya tak mampu mengalahkan Kancil. Siput akhirnya
meminta tolong teman-temannya untuk membantunya dengan sebuah cara. Saat lomba
dimulai, semua teman-teman Siput agar bersembunyi di jalur lomba yang akan mereka
lalui.

Teman-teman Siput harus muncul ketika mendengar suara Si Kancil dari kejauhan,
sehingga Kancil akan mengira Siput akan selalu berada di depannya.

Hari perlombaan pun tiba!


Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlobaan tersebut sampai suasananya pun sangat
ramai. Mereka semua ingin mengetahui apakah Siput dapat mengalahkan Si Kancil yang
terkenal cerdik dan sombong itu?

Saat lomba dimulai, dengan angkuhnya Kancil langsung berlari dengan sangat cepat, ia
pun tertawa sambil berkata:

"Hahahahaha selamat tinggal Siput lelet, aku tunggu kau di garis finish nanti," ucapnya
dengan sombong.

Setelah ia berlari meninggalkan Siput cukup jauh di belakangnya, Kancil justru sangat
terkejut karena ia melihat di depannya ada Siput yang sedang berjalan dengan santai.

Yang sebenarnya itu adalah teman-teman Si Siput yang telah mendengar suara Kancil
dari kejauhan dan mereka keluar dari persembunyiannya guna mengelabui Si Kancil.

Karena merasa dikalahkan, Kancil pun dengan cepat melewati Siput tersebut, dan
kejadian itu terus berulang hingga membuat Si Kancil menjadi kewalahan dan kelelahan
karena Siput selalu berada beberapa Langkah di depan Kancil.

Ketika Si Kancil hampir tiba di garis finish, ternyata Siput sudah mendekati


garis finish terlebih dahulu dan membuat Si Kancil berpikir.

Mengapa Siput yang seharusnya sudah ia tinggalkan jauh di belakang, tapi Siput itu
malah terus berada di depannya dan sampai ke garis finish terlebih dahulu.

Kancil terkejut dirinya kalah dengan Siput.

Lalu sesampainya di garis finish Kancil pun berkata,

"Tidak Mungkin! Bagaimana bisa kau lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat
kencang meninggalkan kau jauh dibelakangku," ujar Si Kancil yang tak menerima
kekalahannya. Kancil tidak mau kalah dengan seekor Siput yang kemarin ia ejek di sungai.

"Sudahlah Kancil akui saja kekalahan dirimu," jawab Siput dengan santai.

Si Kancil menjadi heran dan masih belum dapat percaya kalau dirinya berhasil dikalahkan
oleh hewan yang sering ia ejek "kecil dan lelet" tersebut.Si Kancil yang masih terheran-
heran hingga tidak bisa mengucapkan apa pun, lalu tiba-tiba Siput pun berkata,

"Sudahlah Kancil, tidak usah sedih. Aku tidak ingin hadiah apa-apa dari kamu. Aku hanya
ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan kelebihan yang kau miliki. Semua
makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi jangan suka
menghina dan menyepelekan makhluk hidup yang lainnya," ujar Siput.
Setelah menyelesaikan ucapannya Siput pun pergi menyelam kedalam sungai dan
tinggalah Si Kancil yang menyesal dan malu karena kalah dalam lomba lari dengan
Siput.Sejak saat itu Kancil berjanji tidak akan menganggap remeh makhluk hidup lainnya.

Dongeng anak kisah Si Kancil dan Siput ini mengajarkan anak untuk jangan menjadi orang
yang sombong dengan menghina dan merendahkan makhluk hidup lainnya. Karena setiap
makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, seperti apa yang
dikatakan oleh Siput. Kita harus menghargai perbedaan dari dongeng kancil ini.
Kancil sedang merumput ketika tiba-tiba seekor harimau menghampirinya, “Hehe,
nasibku baik sekali, siang ini aku akan makan Kancil yang enak.”
Kancil terkejut, dan dia sudah terpojok, namun Kancil Si Cerdik berusaha tenang

“Tuan Harimau, kau memang luar biasa,” puji Kancil “Tetapi rajaku pernah bilang
bahwa siapapun yang akan memakan rakyatnya harus seijin beliau.”
“Jadi kamu selama ini punya raja?” Harimau mengejek. “Aku tidak takut.”

“Baginda Raja berkata, jika rakyatnya diganggu, dia akan mengejar pengganggu
tersebut dan keluarganya. Bayangkan jika dia mengejar anak-anak Tuan
Harimau.”
“Memang dia sekuat apa, sih?” Harimau menjadi gusar.
“Rajaku sangat kuat tetapi rendah hati. Tidak ada binatang lain yang bisa
menyainginya. Beliau pernah mengalahkan Gajah”
“Aku tidak percaya, Kancil!” kata Harimau kesal.

“Beliau tidak suka dipuji apalagi menyombongkan diri. Namun, kami sebagai
rakyatnya bisa melihat bukti kekuatannya.”

“Beliau tidak suka dipuji apalagi menyombongkan diri. Namun, kami sebagai
rakyatnya bisa melihat bukti kekuatannya.”

“Ah, Yang Mulia Raja sedang tidur rupanya,” bisik Kancil menempelkan telinganya


ke dinding sumur.
“Kenapa kamu berbisik-bisik? Bangunkan dia!” Harimau tidak sabar. Ia maju dan
melongok ke bibir sumur kemudian berteriak “Raja Kancil, keluarlah!”
Teriakan itu menggema “Aaaaaah!” dari dalam sumur. Harimau mundur selangkah,
mengira itu jawaban dari raja si Kancil. Lalu maju lagi.
“Cukup, Tuan Harimau,” Kancil membujuk “B-baginda R-rajaku di dalam sana
marah sekali,” Kancil bersikap gelisah. “Lebih baik Tuan Harimau pulang saja.”
“Tidak, aku mau bertemu dia!” kata Harimau, disambut dengan “Yaaaaa!” dari
dalam sumur.
“Aku akan ke tempatmu sekarang!” kata Harimau lagi, disambut dengan gema
“Aaaaang!”

“Hmm, Kancil, aku mau masuk, bagaimana caranya?”

“Jika memang Tuan Harimau siap, silakan naik ke ember itu, aku akan membantu
Tuan ke bawah dengan tali itu bertemu Raja,” kata Kancil dengan lagak
ketakutan.
Harimau menaiki ember, dan Kancil pun mengerek tali ember pelan-pelan. Di
pertengahan, Kancil menggoyang tali ember, hingga Harimau kehilangan
keseimbangan. “Byuuur!” Harimau terjatuh ke sumur.
Kancil berlari meninggalkan sumur dan berteriak “Silahkan ngobrol dengan
Baginda Raja, Tuan Harimau!”

“Awas kau, Kancill!” teriak Harimau dari dalam sumur.


Nah, setelah membaca tentang kancil, setuju, kan, bahwa dia cerdik? Ia pun
menggunakan kecerdikannya untuk membantu teman-temannya.
Kisah Serigala Dan Harimau

Di sebuah hutan, tinggal seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama
seekor harimau besar berbulu coklat keemasan. Luka yang diderita serigala,
terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang dikejar pemburu. Sang
serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang
telah terbidik mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak bisa
lagi berburu. Ia tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana balas budi. Setiap selesai berburu, di mulutnya
selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walau sedikit, sang serigala
selalu dapat bagian. Sang harimau paham bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia
pasti sudah mati terpanah. Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha
menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lain. Walaupun
sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai ke telinga seorang pertapa. Ia dan beberapa
muridnya ingin melihat dan mengambil pelajaran. Di pagi hari, berangkatlah
mereka. Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang
harimau dan serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari
berburu, dan sedang memberikan sepotong daging kepada serigala. "Pelajaran apa
yang dapat kalian lihat dari sana?" tanya pertapa ke murid-muridnya. Seorang
murid menjawab, "Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Tuhan pasti
akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya lewat berbagai cara."

Sang pertapa tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, "Lihatlah serigala


itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan." Ia
menanti jawaban dari gurunya. "Ya, kamu tidak salah. Kamu memang
memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta. Walaupun mata lahirmu bisa
melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah berharap menjadi serigala, dan
mulailah berlaku seperti harimau."
Adalah benar bahwa Tuhan menciptakan ikan buat umat manusia. Adalah benar
pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan
ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, gandum-gandum yang
hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan
kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya,
bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para
petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala
yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika di
sana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang Tuhan. Dari sana
pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama.
Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat bahwa: berbagi, menolong,
membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan
karena hal itu suatu keterpaksaan, bukan pula karena didorong rasa kasihan dan
ingin balas budi. Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah
kita. Di sana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab di sana,
akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita
lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayam keluhuran budi, keindahan hati dan
keagungan kalbu.

Anda mungkin juga menyukai