Kelas II (Dua)
Jika mendengar dongeng tentang seekor kancil, mungkin hal pertama yang
terpikirkan di kepala anak adalah sebuah hewan yang cerdik tapi licik. Akan tetapi,
ternyata ada juga dongeng yang menceritakan kancil sebagai tokoh yang memiliki
kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan,
Salah satu cerita yang mengisahkan sosok kancil yang bijak ini adalah dongeng
berjudul “Sang Kancil dan Cicak Badung”.
Ingin tahu bagaimana jalan cerita keseluruhan dari kisah yang satu ini? Yuk,
simak dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung.
4. Kancil punya solusi agar cicak badung itu tidak mencuri lagi
Para semut merasa sedih karena apel yang telah dipetik bersama kancil dengan
susah payah malah dicuri begitu saja oleh cicak badung itu.
“Kancil, bagaimana ini? Ia pasti akan datang lagi besok untuk mencuri…” rengek
salah satu dari kawanan semut itu.
“Sudah, kalian tidak perlu bersedih. Aku punya cara untuk membuat cicak itu jera
dengan perbuatannya,” balas kancil, yang sudah memikirkan rencana untuk
menghentikan aksi pencurian yang dilakukan hewan tersebut.
Kancil membagikan ide rencananya kepada kawanan semut, yaitu mengganti
apel dengan makanan lain yang berwarna merah, yakni cabai. Mereka pun
menyutujuinya sambil tertawa kegirangan, menganggap bahwa rencana itu
sangat lucu.
5. Para semut senang karena yakin rencananya akan berhasil
Keesokan harinya, semut-semut itu mulai menjalankan rencana yang telah
disebutkan oleh kancil. Mereka mencari pohon cabai merah yang ada di sekitar
hutan, lalu memetik dan mengumpulkannya.
Setelahnya, para serangga tersebut membawanya menuju tempat istirahat.
Selama perjalanan, mereka tertawa terbahak-bahak mengingat rencana yang
akan dilakukan. Mereka tidak sabar ingin melihat cicak badung itu kepedasan
saat memakan cabai.
Cabai-cabai tersebut sengaja ditaruh di pinggir agar cicak mudah untuk
mengambilnya, dan mereka sengaja tidak mengawasinya.
Seperti biasa, cicak badung tersebut datang menghampiri kawanan semut dan
mengambil makanan berwarna merah secara diam-diam, kemudian kabur dan
bersembunyi. Namun, cicak menyadari keanehan yang terjadi ketika mendengar
suara tawa para semut itu saat ia mencuri makanan mereka.
Sesaat ia bergumam, “Mengapa mereka malah tertawa, ya? Padahal, kemarin
saja semut-semut itu sedih karena aku mengambil apel mereka…”
Cicak tidak ingin ambil pusing, jadi ia tetap memakan makanan berwarna merah
yang diambilnya tadi dengan puas. Ia pun kekenyangan hingga tertidur pulas.
Mendengar itu, mereka terkejut dan mulai merasa kecewa. “Jadi cicak itu tidak
mengambil cabai? Yah, percuma! Rencana kita gagal, dong… Pasti besok ia
kembali mengambil apel kita,” gerutu salah satu semut di sana.
Akhirnya, kancil menjelaskan maksud dari tindakannya tadi, “Aku sengaja
menggantinya karena aku tahu kalau cicak pasti akan ke sini dan mencuri lagi
jika ia sadar yang diambilnya adalah cabai merah. Maka itu, aku menyiapkan
stroberi yang banyak dan menukarnya. Kalau cicak kekenyangan kan, ia tidak
akan kembali untuk mencuri makanan kita lagi.”
Kawanan semut itu saling berpandangan, kemudian mulai mengangguk-
anggukkan kepala. Kancil pun lanjut berkata, “Besok aku akan menemui cicak itu
dan membawakannya satu keranjang stroberi untuknya, sekalian meminta cicak
untuk tidak mencuri makanan kita lagi.”
9. Cicak badung memutuskan untuk tidak mencuri lagi
Esoknya, kancil pergi menemui cicak badung itu sambil membawa keranjang
berisi stroberi untuk diberikan kepadanya. Ia juga menasihati cicak tersebut
untuk tidak mencuri makanan mereka seenaknya.
Cicak, yang kemarin sudah mendengar pembicaraan kancil dan para semut,
mulai menangis dan meminta maaf. Ia berjanji jika dirinya tidak akan melakukan
hal itu lagi.
Kancil pun tersenyum, lalu mengajak cicak untuk bergabung dengan teman-
temannya, yakni para semut, dan mencari makanan bersama. Akhirnya, mereka
semua menjadi teman yang akrab.
10. Pesan moral dalam dongeng ‘Sang Kancil dan Cicak Badung’
Dari dongeng ini, kita bisa mempelajari bahwa tidak selamanya cara untuk
menghentikan perbuatan jahat seseorang adalah dengan cara yang sama
jahatnya. Agar seseorang tidak melakukan kejahatan lagi, kita harus bertindak
bijaksana dengan memberi nasihat atau peringatan yang baik agar ia bisa
menyadari perbuatannya. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan anak untuk tidak
mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya. Jika menginginkan
sesuatu, maka bisa meminta kepada pemilik asli barang tersebut dengan cara
yang baik.