Anda di halaman 1dari 3

Si Kancil dan Cicak

Badung

Pada suatu hari, di sebuah hutan, Kancil dan sekawanan semut sedang bermain bersama. Kancil
melompat kegirangan ke sana ke mari. Sementara para semut bercanda tawa. Sesekali mereka bernyanyi
bersama.
Beberapa semut sedang berjalan menyusuri parit. Lalu, mereka melihat ada pohon apel yang telah
berbuah. Apel-apelnya tampak sudah masak dan lezat. Mereka pun memanggil Sang Kancil, “Ciiiiil, ada pohon
apel yang sudah berbuah. Cepat kamu petik. Kami ingin menyantapnya.”
Maka, dengan gesit Sang Kancil melompat dan menyundul apel-apel itu hingga berjatuhan. Para semut
berbondong-bondong memunguti apel yang berjatuhan dan mengumpulkannya ke tepian.
Saat sudah terkumpul banyak, mereka bersama-sama membawanya ke tempat yang nyaman untuk
beristirahat. Mereka lalu berteduh di bawah sebuah pohon yang lebat. Dengan sangat lahap mereka menyantap
apel.
“Hmmm, sudah tak lama aku memakan apel yang masih segar. Rasanya sungguh nikmat. Benar, kan,
Cil?” tanya salah satu semut.
“Iya, sangat nikmat. Aku sangat menyukainya. Ada banyak pula apel yang kita punya. Bisa untuk
makanan kita esok hari,” jawab hewan berkaki empat ini.
Cicak Badung Mencuri Makanan
Namun, saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba saja ada seekor binatang melata yang merayap
dengan cepat ke arah buah apel. “Happp!” dengan cepat ia mengambil beberapa buah apel dengan mulutnya. Ia
lalu kabur begitu saja.
Salah satu semut yang mengetahuinya langsung berteriak, “Kawan! Lihatlah, apel kita diambil oleh
Cicak!”. Lalu, semut-semut lain pun berteriak, “Ada pencuri! Pencuri!”.
Kancil yang sedang enak-enak berjemur sembari memakan apel pun terkejut. Ia lalu bertanya pada para
semut, “Apa yang terjadi? Kenapa kalian berteriak?”.
“Apel-apel kita diambil oleh cicak badung, Cil! Enak saja dia mengambilnya. Padahal kita sudah
berusaha memetiknya. Huhu,” ucap salah satu semut yang menyaksikan aksi pencurian si Cicak.
“Dia besok pasti akan kembali lagi untuk mencuri,” saut semut yang lain.
“Tenang teman-teman! Aku akan memikirkan cara untuk membuat cicak badung itu jera. Kalian tak perlu
bersedih, ya!” ujar Kancil yang bijak.

1
Keesokan harinya, dia menceritakan pada teman-temannya tentang rencana untuk membuat jera si
Cicak. “Jadi begini teman-teman, bagaimana kalau kita mengganti apel-apel itu dengan cabai merah yang
segar? Lalu, Cicak itu akan kapok mencuri makanan kita lagi,” bisiknya pada para semut.
Mendengar rencana tersebut, para semut pun tertawa kegirangan. Mereka setuju dan yakin rencana
tersebut bakal berhasil. Setelah itu, mereka pun mencari pohon cabai yang tumbuh di sekitar hutan.
Saat menemukannya, mereka memetik cabai yang sudah merah dan besar. Selama perjalanan menuju ke
tempat istirahat, mereka tertawa terbahak-bahak mengingat rencana yang akan dilakukan.
“Aku sudah tak sabar ingin melihat Cicak Badung kepedasan saat menyantap cabai ini,” ucap salah satu
semut.
“Sama, aku juga sudah tak sabar. Semoga saja ia kapok mencuri makanan kita.” sambung semut yang
lain.
Sesampainya pada tempat istirahat, terlihat Sang Kancil yang sedang menjaga makanan mereka. “Cil,
lihatlah, kami membawa cabai yang sangat merah dan nampak segar,” ucap salah satu semut. Mereka lalu
memotong-motong cabai menjadi bagian-bagian kecil.
Rencana Mengelabui Cicak Badung
Potongan cabai itu sengaja diletakkan di pinggir dan tidak diawasi oleh para semut. Mereka tertawa
riang, bergandengan tangan, dan menari-nari. Sesekali mereka bernyanyi dan melirik ke arah cabai.
“Buah merah, buah merah, enak sekali. Jangan lupa kawan yang paling manis ditaruh dipinggir, buat
dimakan nanti. Lalalala, yeyeye,” senandung para semut.
Saat para semut asik berpesta, Cicak kembali datang dan langsung mengambil buah-buahan merah
dengan mulutnya. Ia lalu kabur dan bersembunyi. Menyadari hal tersebut, para semut langsung tertawa
terbahak-bahak. Saat membawa kabur buah merah itu, Cicak mendengar gelak tawa para semut.
“Kenapa mereka malah tertawa? Kemarin saja mereka sedih saat aku mengambil apel mereka. Kenapa
sekarang terlihat bahagia?” ucap Cicak dalam hati. Ia kebingungan dengan sikap aneh para semut.
Tak ingin pikir panjang, ia lalu memakan seluruh buah merah yang diambilnya. Karena kekenyangan, ia
lalu tertidur pulas. Tampaknya, si Cicak tak merasa kepedasan setelah melahap habis cabai-cabai itu.
Saat terbangun dari tidurnya, Cicak kembali bertanya-tanya perihal para semut yang justru tertawa saat
makanan mereka diambil. Saking penasarannya, ia pun kembali ke tempat istirahat para semut.
Setibanya di sana, ia melihat para semut sedang mengobrol dengan Sang Kancil. Ia pun mengendap-
endap bersembunyi di balik batu dekat mereka. Karena penasaran, ia menguping percakapan mereka.
“Sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti sekarang sedang merasakan pedasnya cabai segar yang
kita petik,” ujar salah satu semut.
Sang Kancil lalu menyela percakapan para semut, “Teman-teman, aku mau mengatakan sesuatu. Sebenarnya,
cabainya tadi telah kuganti dengan potongan buah apel.”
“Jadi, tadi si Cicak tak mengambil cabai? Percuma dong! Kita gagal memberi pelajaran pada si Cicak.
Esok pasti dia akan mengambil makanan kita lagi,” ucap salah satu semut mewakili teman-temannya. Mereka
merasa kecewa dengan sikap Sang Kancil.
“Bukan tanpa alasan teman-teman, aku melakukannya karena kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak
orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri itu akan curiga dan meneliti
buah-buah yang kan dicurinya. Saat tahu buah itu ternyata cabai, ia tak akan memakannya dan kan kembali

2
esok untuk mengambil buah yang lain. Jadi, aku menggantinya dengan buah apel yang banyak. Biarkan saja dia
kekenyangan agar tak mengganggu kita,” ungkap si hewan cerdas ini dengan bijak.
Para semut saling berpandang-pandangan, mereka mengakui bahwa tak sanggup menahan tawa. Mereka
memang tak bisa berpura-pura. Selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata adalah sikap mereka.
“Nanti aku akan menghampiri Cicak yang bandel itu. Kan kubawakannya sekeranjang apel. Selain itu,
aku juga kan memberinya nasihat agar tak mencuri makanan-makanan kita lagi,” ujar si Kancil.
Dari balik batu, Cicak yang sedari tadi bersembunyi mendengar seluruh percakapan antara para semut
dan Sang Kancil. Ia merasa terharu dengan sikap bijak mereka. Rasa bersalah pun muncul dari dasar hatinya.
Pada suatu sore yang indah, Kancil menemui Cicak dan membawa sekeranjang apel. “Kawanku, ini
kuberikan padamu apel hasil kami berburu. Janganlah sesekali kamu mencuri lagi,” ucap Sang Kancil.
Cicak pun menangis dan meminta maaf. “Maafkan aku, Cil. Aku takkan mencuri makanan-makananmu
lagi,” ucapnya dengan isak tangis. Lalu, Cicak turut bergabung dengan para semut dan Sang Kancil. Setiap hari,
mereka mencari makanan bersama. Mereka pun berteman dengan sangat baik.
“Iya, biar dia tahu rasa. Makanya jangan suka mencuri apa yang jadi milik orang lain. Sekarang, ia kena
batunya,” jawab salah satu semut yang kesal karena sikap Cicak.

Anda mungkin juga menyukai