“Duhhh,,, ini tuh udah tahun ajaran baru dan kamu masih suka
sama si berandalan Alan itu?
Ayolah Nia, dia itu cowok gak baik” kata Alvira.
“Alan tuh cowok gak baik. Pokoknya kamu gak boleh suka,
deket apalagi sampai pacaran sama dia. Bahaya Nia, dia tuh
cowok gila. Saraf. Bahkan aku heran sama Kepala Sekolah
kenapa gak di DO sekalian si Alan itu” ucap Alvira sambil
bersidekap.
“Ihhh,, Alan itu orangnya gak seburuk yang kamu bilang Vira”
ucap Kania kesal. Dia masih kukuh dengan pendapatnya
menganggap bahwa Alan itu baik dan akan selalu membelanya.
“Okee… aku ngaku dia itu ganteng Nia. Tapi kalau sikapnya
kelewatan kayak gitu, mending kamu gak usah suka lagi sama
dia. Move on dong. Masih banyak cowok di luar sana yang lebih
baik dari Alan” ujar Alvira lagi.
“Intinya Alan itu cowok gak baik!” ujar Alvira dengan galak
Hingga pada suatu hari, entah karma apa yang membuat Kania
dan Alan dipertemukan dalam sebuah moment dimana dirinya
bertabrakan dengan Alan di kantin sekolah. Lagi-lagi hal ini
membuat Kania berpikir untuk berhenti menyukai Alan
padahal Alvira, sahabatnya sudah sangat was-was saat melihat
kedekatan Kania dan Alan semakin menjadi-jadi.
“Nia, kamu yakin? Kamu gak dipelet kan sama si Alan?” tanya
Alvira cemas.
“Alvira, , kamu jangan aneh-aneh deh. Alan itu orangnya baik
kok, perhatian lagi. Dan satu lagi aku tuh gak dipelet sama dia,
ini udah zaman modern, mana ada pelet kayak begituan
sekarang??” ucap Kania begitu santainya.
“Aku serius Nia, jangan bercanda deh. ini demi kebaikan kamu.
Alan tuh gak baik Nia! Kemarin aja dia hampir masuk penjara,
nabrak orang gara-gara ngendarain mobil dalam kondisi
mabuk berat” ucap Alvira dengan nada jengkel.
“Udahlah Vira, aku udah gede, aku tau mana yang baik dan
mana yang gak baik. Aku bisa jaga diri kok, tenang aja.” Lagilagi
hanya respon yang begitu santai yang terlontar dari mulut
Kania, membuat Alvira mendesah pasrah menghadapi sikap
sahabatnya yang akhir-akhir ini berubah semenjak dekat
dengan Alan.
“Kamu bener Vira, aku nyesel. Alan cowok gak baik, dia jahat
Vira, jahat!!!” ucap Kania terisak, masih berada dalam pelukan
Alvira.
“Kan aku udah bilang kalau Alan cowok gak baik Nia! Inikan
jadinya kalau kamu gak mau dengerin perkataan orang, kamu
nyesel sendiri kan?” Alvira memegang kedua bahu Kania.
Menatap mata Kania begitu dalam. Terpancar rasa emosi di
wajah Alvira karena Kania sedikit pun tidak pernah mau
mendengar ucapannya. Hingga kini Kania hanya bisa
menyesal.
“Aku gak bakal lupa sama kamu. Sahabat yang selalu ada
disamping aku” ucap Kania.