Anda di halaman 1dari 25

Cewek polos, berkacamata memiliki tinggi yang proposional dan jago bela diri.

Walaupun
begitu tidak menjadikan dirinya banyak digandrungi lelaki, karena wajahnya yang menurut
sebagian lelaki itu tidak terlalu cantik atau dibawah standard. Sehingga membuat status
Alana atau yang sering dipanggil Lana berpredikat jomblo. Namun, ia tidak perduli karena ia
yakin suatu saat nanti pasti ada pangeran kuda putih yang menerima dirinya apa adanya. Ia
yakin itu karena jodoh sudah ada ditangan Tuhan bahkan sudah tertulis rapi di langit. Lana
selalu menikmati hidupnya walaupun kerap kali dia selalu disuruh teman-teman nya untuk
berdandan tentu saja ia menolak. Berdandan bukanlah sebuah keharusan untuk wajah,
bukannya sombong atau apa wajahnya sudah bersih tanpa adanya jerawat atau bekasnya
yang menempel di kulitnya. Jadi, untuk apa ia membuang-buang duit untuk sekedar
berdandan saja. Sungguh itu sangat-sangat merugikan apalagi uang yang dibelikan make
up dan tetek bengek masih berasal dari orang tua kan malu masa make up masih minta
orang tuan. Begitulah kebanyakan dari teman-teman Lana yang selalu minta uang dari
orang tua untuk membeli make up sangat disayangkan uang orang tua mereka terbuang.

Tentu mereka jelas membuang-buang duit orang tua. Mereka baru saja Lulus kuliah selama
setahun ini dan belum mendapatkan pekerjaan beda dengan Lana yang sudah bekerja yah
walaupun cuman sebatas asisten. Lana juga harus bekerja, untuk biaya dirinya sendiri, ia
tidak mau merepotkan orang tuanya yang bukan berasal dari keluarga kaya seperti mereka.
Yang sudah terlahir enak tidak perlu kerja keras mereka sudah memiliki uang ditambah
mereka mendapat tambahan uang dari para pacar. Sedangkan Lana hanya dari orang tua
dan itu kadang-kadang. Bahkan uang itu tidak ia gunakan untuk apa-apa, ia simpan agar
tidak terbuang sia-sia pemberian orang tuanya itu.

Lana bekerja sebagai seorang Asisten sudah hampir 3 bulan ini, pekerjaannya begitu berat
sekali. Soalnya dia tidak hanya menjadi asisten tetapi bodyguard juga. Bayangkan seorang
wanita menjadi bodyguard apa nggak begitu aneh sekali. Tapi inilah kenyataannya, Lana
menjadi asisten sekaligus merangkap menjadi bodyguard artis yang ia tangani saat ini.
Banyak orang tidak tahu jika Lana menjadi bodyguard juga bahkan orang tuanya saja tidak
tahu, memang Lana menyembunyikan itu semua dari orang tuanya agar mereka tidak
khawatir. Apalagi ibunya yang selalu over think pada kemampuan bela dirinya saat ini. Lana
mempelajari ilmu bela diri disebuah sekolah khusus bela diri dimana teman ayahnya bekerja
disitu. Ayahnya lah yang selalu mendukung dirinya bahkan ayahnya pula yang
memasukkannya ke sekolah khusus bela diri itu tentu saja juga tanpa sepengetahuan
ibunya.

Ayah Lana memang sudah melihat potensi jiwa bela diri dalam dirinya, ketika Lana SD
melihat temannya yang selalu di rundung saat pulang sekolah, temannya itu selalu di
hentikan ditengah jalan dan dimintai uang jika tidak dikasih maka si perundung itu akan
menjambak atau bahkan menganiaya teman Lana tersebut. Ayah Lana mengetahui
anaknya membela temannya itu ketika salah satu orang tua pelaku datang menuntut
pertanggung jawaban Lana karena telah memukul anak mereka.

Pertama Ayahnya tidak percaya itu tetapi setelah Arlan kakak Lana mengatakannya barulah
ayah Lana percaya dan saat Arlan juga mengajak ayahnya untuk melihat Lana yang sedang
bertengkar dengan bocah lelaki yang sangat nakal. Sehingga membuat Ayah Lana Pak Aryo
percaya dan memutuskan untuk menyekolahkan anaknya selama setahun di sekolah bela
diri bukan hanya Lana yang disekolahkan disitu tetapi Arlan juga.

..........
Lana menjadi asisten bukanlah karena keinginan dalam hatinya tapi Yang memang itu
peluang dirinya saat 3 bulan lalu daripada menganggur di rumah. Ibunya selalu saja cerewet
agar dirinya segera bekerja daripada lontang-lantung di rumah. Makan, Tidur, Bangun,
Nonton TV, Main Hp, Nonton drakor yang digandrungi para wanita. Kira-kira begitu terus
yang dilakukan Lana tanpa ada suatu yang berarti sehingga membuat Ibunya terus-terusan
mengomel tidak karuan. Ditambah Kakaknya Yang selalu memanas-manasi kan jadi
semakin panas tuh ocehan ibunya. Arlan kakaknya itu memang menyebalkan ia lah musuh
dibalik selimut Yang sesungguhnya kalau menurut Lana. Selalu diam didepan, dibelakang
berkoar.

Dia menjadi asisten bermula saat temannya kuliah dulu bilang bahwa ia punya sepupu yang
bekerja sebagai asisten artis tapi sudah tidak kuat bekerja dengan artis tersebut karena
sang artis selalu saja membuat onar dan yang menjadi pelampiasan tentu saja asistennya.
Artis itu juga begitu memiliki perilaku buruk di belakang kamera tapi saat di depan kamera
bak dewa matahari yang berkilau seperti tidak ada celah kesalahan pun.
Tentu saja itu membuat tantang dalam diri Lana sehingga ia menyuruh temannya itu untuk
mengajukan dirinya sebagai pengganti bekerja sebagai asisten.

Walaupun diajukan menjadi Asisten Lana tidak terpilih, entah alasan yang tidak masuk
diakal katanya menjadi asisten harus cantik. Bayangkan asisten harus cantik kan aneh tuh
artis, dia nyari asisten atau bidadari. Karena ditolak itu, ia memberitahu kelebihannya serta
sedikit mengancam pihak artis.

Tentu saja sebuah ancaman yang tidak diketahui semua orang, mengenai keburukan Sang
Artis yang menjadi idola banyak orang bahkan ibu-ibu saja menggandrungi artis itu.
Akhirnya ia diterima sebagai asisten sekaligus bodyguard bagi sang artis. Begitulah Lana
mendapat pekerjaan yang sudah hampir tiga bulan ini ia jalani.

Banyak orang yang iri padanya, karena menjadi asisten dari Alvin Xavier seorang artis
ternama yang sedang naik daunnya. Aneh Kan mereka semua cuman seorang asisten saja
dibikin iri, belum tahu sih mereka bagaimana bobroknya seorang Alvin dibelakang kamera.
Laki-laki berbulu domba menurut seorang Lana. Dia lelaki keras yang mampu berbuat apa
saja, bahkan mungkin mencelakai orang. Pria itu ketika marah bisa menghancurkan seisi
rumah, bahkan belum lama ini ia marah karena makanannya telat datang. Membuat ia
membuang makanan itu yang sudah tersaji di piring. Membanting piring itu dengan kuat
sehingga piring yang tadinya tampak indah berubah menjadi pecah-pecahan tak berarti.
Dan tahu tidak pecahan itu mengenai lengan Lana.

Lana tau itu benar-benar syok, dia baru saja bekerja mendapati bosnya yang emosional
tingkah atas, pria itu mungkin bisa disebut psikopat. Bagaimana ia tidak menyebut psikopat
habis melukai dirinya itu ya walaupun tidak sengaja pria tersebut tidak meminta maaf malah
mengatainya sebagai pembuat masalah dalam emosinya. Perkataan aneh yang tidak logis
dan masuk akal. Perkataan penuh ambigu yang misterius, butuh kesabaran memang dalam
melayani artis Yang seperti itu. Tidak apa Lana tidak akan menyerah, ini akan menjadi
tantangan untuknya dan Demi mendapat penghasilan sendiri tanpa merepotkan orang tua.
Selalu pikiran itu yang Lana tekankan dari dirinya, intinya jangan sampai terlalu
mengandalkan orang tua. Orang tua sudah keluar cukup banyak untuk dirimu, kini saatnya
membahagiakannya.

°°°
T. B. C
Pria yang diciptakan tuhan begitu sempurna dan penuh bakat. Wajah Tampan, Multi-
talented, Pintar, Ramah didepan publik serta kamera. Dia begitu sempurna tuhan
menciptakannya amat sempurna serta memberikan berkah tersendiri baginya.
Seorang aktor yang berkarir di dua negara Amerika Indonesia pria blasteran yang sedang
naik daun, banyak orang yang mengaguminya bahkan ibu-ibu pun juga ikut tergila-gila oleh
sosok Alvin Xavier. Ya pria yang memiliki nama lengkap Alvin Xavier Mahendra ini memiliki
nama panggung Alvin Xavier semua orang tahunya dia Alvin Xavier yang begitu ramah serta
baik hati.

Namun dibalik semua orang tahu Alvin Xavier yang mereka kenal begitu baik ramah dan
murah senyum. Justru berbanding terbalik saat dia dibelakang kamera atau dibelakang
mereka semua yang mengagumi pria tersebut.

Alvin Xavier yang sesungguhnya adalah seorang yang emosional, kejam, tak punya belas
kasih, sering keluar masuk klub malam serta bermain perempuan. Dan bisa dikatakan ialah
Playboy sejati sering memainkan perasaan wanita. Mungkin sebagian orang juga sudah
mengetahui itu, tetapi karena akhir-akhir ini popularitas seorang Alvin begitu melejit
sehingga membuat semua yang sudah mengetahui bahwa dia adalah Playboy kelas kakap
seakan melupakan itu semua karena terpikat kemahiran Alvin dalam memerankan peran
serta bagaimana bagusnya dia dalam bergaul kepada artis lain saat on kamera.

Sifat Playboy nya yang suka mempermainkan wanita itu entah berasal dari masa lalunya
yang pernah disakiti atau bagaimana. Pernah dalam suatu wawancara Alvin ditanya apakah
ia pernah memiliki orang yang dicintai.
Ia menjawab dengan tegas, tidak ada orang yang pernah ia cintai. Bahkan ia menyuruh
beberapa wartawan untuk tidak pernah menanyakan soal cinta lagi padanya, Alvin begitu
anti dengan yang namanya cinta. Rasanya begitu tidak ingin ia mendengar apa itu yang
namanya cinta. Dia pernah pergi begitu saja dari ruang pers saat seorang wartawan
mewawancarai dirinya, padahal sudah pernah diperingatkan.

Sehingga apa yang dilakukanya itu mengundang kritikan pedas dari semua orang. Alvin
dianggap tidak sopan terhadap perwakilannya yang ada disitu.

………………………

Alvin merupakan salah satu publik figure di Indonesia dan Amerika, ia banyak berkarir di
Amerika dia juga bukan berasal dari keluarga biasa. Keluarganya adalah seorang
konglomerat di Indonesia bahkan memiliki tambang batu bara terbesar di berbagai negara.

Awalnya ia tidak ada keinginan sama sekali untuk menjadi seorang publik figure.
Keinginannya itu bermula saat ia sering-sering menguplod kegiatannya yang selalu traveling
keberbagai belahan dunia. Mulai dari situlah banyak orang yang mengenalinya apa lagi ia
juga sering tersorot kamera saat menghadiri acara-acara yang di adakan Papanya atau ikut
menghadiri pertemuan-pertemuan bisnis keluarga.

Seorang Alvin Xavier memang bukanlah dari keluarga biasa tapi dari keluarga terhormat.
Walaupun berasal dari keluarga terhormat tidak membuatnya menjadi terhormat sering kali
sebelum ia menjadi aktor banyak sekali kasus yang datang padanya. Beruntungnya ia
berasal dari keluarga kaya raya sehingga keluarganya mampu menutup mulut sejumlah
media yang ingin menjatuhkan.

Alvin putra sulung dan juga sekaligus Cucu pertama di keluarganya sehingga ialah pewaris
yang sesungguhnya. Maka dari itu berbagai cara apapun dilakukan keluarganya untuk
menghilangkan segala macam berita buruk yang bersangkutan dengan Alvin mereka tentu
saja pewaris keluarga mereka tercemar nama baiknya.

Keluarganya sudah mati-matian untuk melindungi dirinya, justru Alvin malah ke terbalikan
nya. Ia seperti sengaja untuk membuat namanya semakin buruk, makan itu dia memilih
menjadi publik figure.

Entah kenapa dia menyangkut kerajaan bisnis keluarganya membuat ia tidak suka dan tidak
berambisi sama sekali. Pernah suatu ketika salah seorang sepupunya dengan terang-
terangan menyatakan tidak pernah ingin menyerahkan semua milik kakeknya pada Kakak
sepupunya itu. Tentu saja Alvin tidak perduli sama sekali, menjadi pewaris bukanlah
keinginannya.

……………………

Alvin saat ini sedang berada di salah satu acara televisi yang dipandu oleh beberapa orang
yang tidak ia kenal. Itu sebuah acara talk show Indonesia yang sama sekali tidak ia sukai,
sebenarnya ia malas sekali untuk datang ke acara seperti itu. Tapi Manager nya terus-
terusan menyuruhnya untuk datang ke acara tersebut membuat dirinya mau tidak mau
karena ia tidak ingin terus-terusan di usik oleh sang Manager yang menelpon dirinya terus
menerus.

Managernya beralasan menyuruh dia datang ke situ untuk membuat ia semakin dikenal oleh
anak-anak muda serta warga Indonesia yang lain. Walaupun ia tengah naik daun saat ini
masih banyak yang belum mengenal dirinya sebagai aktor di Negara ini. Mereka hanya tau
dia adalah anak dari Bandy Mahendra pengusaha batu bara terkemuka.
Tentu saja alasan itu mampu menarik perhatian Alvin untuk mau datang ke acara Talk-show
yang menurutnya tidak penting. Karena mereka pasti nantinya membahas hal-hal diluar
keinginannya. Bukan itu saja, mereka nanti juga pasti terus memaksa untuk bertanya
walaupun ia menolak. Itulah alasannya malas untuk berkarir di Indonesia.

Tapi kalau tidak begitu, semua keluarga yang tidak menyukainya pasti menuduh dia
mengambil apa yang akan menjadi milik mereka.

Benar saja saat Alvin sudah beberapa menit ada di acara itu sebuah pertanyaan yang paling
tidak ia sukai akhirnya ditanyakan juga.

"Alvin, kita denger dulu kamu playboy ya? Sering mempermainkan hati wanita. Maaf
sebelumnya apa kamu pernah disakiti atau pernah terluka karena wanita? apa kau begitu
mencintai perempuan itu. Dan apa arti cinta menurut dirimu Tolong dijawab ya" Pertanyaan
bertubi-tubi yang dikeluarkan Host acara itu membuat Alvin kesal mencoba tersenyum, ia
menolak untuk menjawab. Walaupun sudah menolak untuk menjawab masih saja
memaksanya bahkan para penonton kini ikut-ikutan menyuruh dirinya untuk menjawab.
Secara spontan ia langsung pamit pergi beralasan bahwa ingin pergi ke toilet. Tidak perduli
didepan kamera atau apa yang jelas ia harus pergi dari acara tidak bermutu ini.

Alvin berjalan kebelakang panggung, ia masuk keruangan make up-nya membanting pintu
dengan begitu keras.
Sontak semua orang yang berlalu-lalang di sekitar ruangan itu merasa sangat terkejut.
Apalagi team Alvin yang berada didalam mereka terkejut dengan kedatangan Alvin yang
marah-marah. Serta tampak begitu emosi.

Dadanya naik turun, emosi seperti menguasai dirinya. Banyak orang yang berada disitu
tidak berani mendekat walaupun sekedar memberi minum agar Alvin tenang.

"Apa kalian hantu atau apa? sehingga tidak ada yang mengambilkan ku minum" Sinis Alvin
dengan nada keras. Sontak mereka semua berhamburan mencari minum untuk Alvin.
Ada seorang wanita berkacamata, rambut di kuncir kuda dan memakai jas hitam. Datang
membawa segelas air untuk Alvin entah kenapa secara tiba-tiba Alvin membanting gelas itu
tanpa sengaja juga pecahan gelas mengenai lengan perempuan itu sehingga menimbulkan
luka disitu. Ia langsung mundur memegang lengannya dan Alvin hanya diam ditempat
sambil perlahan duduk kembali.

°°°

T. B. C
Hari ini sungguh hari yang menyebalkan bagi Lana, lagi dan lagi Mamanya selalu saja
cerewet menyuruhnya untuk segera mencari pekerjaan daripada luntang-lantung di rumah
katanya.
Ya selama hampir satu tahun ini Lana hanya di rumah setelah lulus kuliah dia belum
mendapatkan pekerjaan. Bukannya dia tidak berusaha, dia sudah berusaha namun tetapi
belum juga memperoleh pekerjaan. Mungkin belum rejekinya, dan Lana yakin rezeki itu
sudah ada yang mengaturnya. Tentu saja Tuhan Yang Maha Pengasih.

Hari ini agenda Lana tidak ada, ya jelas tidak lah dia saja menganggur. Sungguh
sebenarnya ia tidak ingin seperti ini, tapi ya mau bagaimana lagi bukan rezekinya.

"Hey Lana, kamu ini anak gadis masa jam segini baru bangun" ucap Mama Lana yang
sedang menyiapkan makanan dimeja makan.

Lana yang sedang berjalan menuruni tangga dirumahnya hanya diam malas menjawab
ucapan Mamanya. Ia sudah kebal plus bosan selalu mendengar ocehan itu yang hampir
setiap hari masuk ke gendang telinganya. Dia berjalan melewati Mamanya untuk mengambil
air dari kulkas.

"Kamu dengerin apa yang Mama bilang gak sih" ucap Sarah pada putrinya itu yang diam tak
menjawab.

"emmm" Lana hanya berdehem menanggapi itu, lalu ia berjalan duduk di meja makan.
Menarik kursi dan mendudukkan pantatnya di kursi itu sambil menghirup dalam-dalam
aroma masakan Mamanya yang begitu menggugah selera di pagi hari.
Langsung saja Lana membalikan piring yang tengkurap bersiap untuk makan, ia mengambil
nasi didepannya. Namun sebelum itu tangannya sudah dipukul terlebih dahulu oleh
Mamanya.

"Ihh, Mama kenapa sih. aku kan mau makan" kesal Lana pada Mamanya.

"Kamu ini anak cewek jorok bener, bangun tidur tuh cuci muka sikat gigi baru makan.
Bukanya bangun tidur langsung makan. Sana cuci muka dulu" keluh Sarah pada anak
gadisnya yang terlalu jorok menurutnya.

"Gak mau, aku laper" Lana malas melakukannya. Dia kembali akan mengambil makan tapi
lagi-lagi ibunya menepis tangannya. Dan Sarah menjauhkan makanan itu dari Lana.

"Mama apaan sih, nasinya deketin ke aku lagi nggak" Lana semakin kesal dengan sikap
ibunya saat ini. iya sih ibunya benar, tapi ia malas untuk cuci muka.

"Ibu gak akan kasih kamu makan, kalau kamu nggak cuci muka sama sikat gigi dulu" Sarah
masih bersikeras dengan pendiriannya.

"Yaudah, aku gak jadi makan. Ambil aja sana ambil" emosi Lana. Ia langsung bangkit dari
duduknya dan pergi berjalan kearah pintu depan.
"Mau kemana kamu? " Tanya Alan yang baru saja masuk kedalam rumah sehabis olahraga
pagi. Ia melihat adiknya yang tampak kesal berjalan melewati dirinya.

"Pergi" sahut Lana, tanpa melihat kakaknya, ia hanya berjalan menatap ke depan.

......

Di meja makan Sarah menghembuskan nafasnya, sambil memegangi dadanya mencoba


bersabar dengan sifat putrinya seperti itu. Aldi Ayah Lana baru saja datang kemeja makan
membawa tas kerja dan berpakaian rapi. Dahinya mengkerut, memperhatikan meja makan
yang belum ada orang. Padahal sepertinya tadi dia mendengar putri kesayangannya sudah
bangun. Tapi kenapa tidak ada di meja makan.

"kok masih sepi nih meja makan, perasaan tadi aku denger Lana sudah bangun. Kemana
dia? " Tanya Aldi Hutomo pada istrinya.

"Dia pergi, marah karena aku marahin " balas Sarah sambil mengambilkan Nasi untuk
suaminya yang sudah duduk.

"Ma, Lana kenapa tuh? " Tanya Alan Yang baru saja datang. Sehingga membuat Aldi belum
sempat bertanya kepada istrinya.

"Biasalah adik kamu" jawab Sarah tidak terlalu mau menanggapi. Ia juga segera duduk di
meja makan. Setelah mengambilkan semua hasil masakannya ke piring suaminya.

"Kamu nih, jangan terlalu buru-buru dia soal pekerjaan. Nanti juga dapet kok" Aldi
menasehati istrinya yang menurutnya terus saja mendesak putri mereka untuk segera
mendapat pekerjaan.

"Ya.. " hanya itu saja dari Sarah, menurutnya nasehat suaminya cukup dijawab seperti itu.
Jika ia terus saja membela diri atau menjawab, suaminya semakin tidak bisa berhenti untuk
membela Alana.

°°°°°

Alana saat ini berada di kamar indekost temanya yang bernama Riri. Padahal saat ini sudah
sore hari menjelang waktu magrib, Lana masih santai rebahan saja di kasur sambil
menscroll halaman Instagram melihat beberapa postingan dari teman-temanya yang
sepertinya sedang begitu enjoy dalam pekerjaan mereka. Sungguh ia iri dengan semua itu,
dengan mereka yang bisa menikmati hasil dari pekerjaan mereka yang mereka gunakan
untuk membeli sesuatu atau berjalan-jalan keliling Indonesia atau bahkan keluar negeri.

"Enak ya jadi mereka, Lulus kuliah langsung bisa kerja dan menikmati hasil mereka. Lah
gue masih gini aja, gak ada perubahan" ucap Lana merasa iri dengan teman-temannya.
"Sabar, Lo sendiri kan yang bilang kalau semua itu butuh kesabaran dan rezeki udah ada
yang ngatur. Sudah dibagi masing-masing rezeki itu secara rata oleh Tuhan. Tinggal tunggu
aja" Riri mencoba memberi masukan pada Lana.
"Heran deh gue, kenapa Lo malahan yang putus asa begini, padahal dulu Lo yang sering
bilang ke gue kaya gitu" lanjut Riri lagi sambil ikut merebahkan dirinya di kasur sebelah
Lana.

"Gue udah sumpek soalnya begini terus, Mama gue terus-terusan nyeramahin gue buat
cepet cari kerja. Kan sumpek telinga gue denger itu itu terus yang diomongin"

"Ya, namanya juga orang tua udah dengerin aja. Lo masih mending ada yang nyeramahin
lah gue" ucap Riri.

Riri adalah Teman kuliah Lana walaupun teman kuliah dan baru beberapa tahun berteman
mereka sudah seperti seorang sahabat yang berteman lama. Lana begitu nyaman saat
menceritakan segala sesuatu yang menyangkut hal pribadinya. Riri bisa bilang begitu
kepada Lana karena dia sedari kecil hanya tinggal bersama neneknya dan beberapa
sepupunya serta keluarga pamannya kedua orang tuanya bercerai saat ia masih kecil dan
keduanya hidup di kota lain bersama keluarga baru mereka. Riri adalah orang yang pintar
saat sekolah maupun kuliah sehingga saat ini ia sudah bekerja disalah satu perusahaan
BUMN.

"Lo ada lowongan gak sih buat gue? " Tanya Lana menyampingkan tubuhnya kearah Riri.

"Gue belum ada info, dan di perusahaan gue juga belum ada" jawab Riri sambil mencoba
mengingat-ingat barang kali ada lowongan yang pernah ditawarkan ke dia dulu. Bisa jadi
membuka lowongan lagi.

"Oh iya, Lo kenal Siska kan? " ucap Riri lagi saat ia seakan mengingat sesuatu.

"Siska siapa? " Lana lupa Siska siapa yang dimaksud Riri.

"Siska sepupu gue sekaligus teman kita, yang sering pulang telat juga sama kita saat kuliah"
Riri berusaha mengingatkan Lana pada sosok teman mereka dulu.

"ya gue inget sekarang, yang tinggi putih itukan" jawab Lana

"Iya, diakan kerja jadi asisten seorang artis blasteran Amerika. Dia mau berhenti jadi asisten
alasannya udah gak betah kerja sama tuh artis. Dia bisa resign dengan syarat harus dapet
pengganti dia. Kamu aja yang jadi penggantinya, yang penting kamu kerja dulu"

"Boleh juga sih, tapi gimana ya.. " Lana mencoba memikirkan kembali, apa ia harus
menerima pekerjaan itu.
"Yaudah deh gue mau gantiin dia, daripada gue nganggur begini. Kena omel nyokap gue
terus, gue mau deh" ucap Lana pada akhirnya setelah ia sedikit berpikir tadi.

"Nah gitu, gue hubungi Siska dulu" Lana langsung mencari nomer Siska di ponselnya.

°°°°°
Riri menghubungi Siska pada akhirnya untuk menanyakan apakah masih membutuhkan
pengganti dirinya bekerja sebagai asisten artis.

"Halo Sis" ucap Riri saat panggilan sudah diangkat seorang yang diseberang sana.

"Iya halo Ri, kenapa? " jawab Siska.

"Kamu waktu itu pernah bilang sama aku, kamu lagi nyari pengganti kamu buat jadi asisten
artis kan? Udah ada gantinya belum? " ucap Riri dengan lembut.

"Belum Ri, susah. .gue nyari orang dari waktu itu belum dapet-dapet. Lo ada kandidat? "
balas Siska sedih karena belum mendapat penggantinya.

"bagus kalau belum ada, aku ada kandidat buat gantiin kamu " ucap Riri.

"Wah serius Lo, siapa? " Siska terdengar bahagia mendengar itu, karena dia bisa terbebas
dari artisnya.

"Lana, Alana temen kita kuliah dulu" balas Riri.

"Waah itu serius Lana mau jadi asisten artis" Siska seperti tidak yakin jika Lana mau jadi
asisten. Dia saja berasal dari keluarga berkecukupan, masa mau jadi asisten.

"Lo ngeremehin gue, " sahut Lana yang memang sedari tadi di samping Riri mendengarkan
obrolan mereka berdua.

"Eh, Lo ada di deket Riri. Sorry, gue kira lo gak mau soalnya lo kan berkecukupan" Siska
merasa tidak enak dengan ucapannya barusan yang didengar Lana.

"Gue mah, bukan tipe orang yang minta sama orang tua terus" ucap Lana lalu menjauhkan
dirinya dari ponsel Riri.

"Sorry, " ucap Siska menyesal.

"Halo Sis, gimana? " tanya Riri


"Yaudah besok gue bilang sama tuh orang, kalau gue udah dapet yang gantiin gue" Ucap
Siska pada akhirnya.

"Oke ya terimakasih "

"Iya sama-sama, bilangin ke Lana gue minta maaf ya" Ucap Siska lalu mematikan
ponselnya.

…………………………

Lana baru saja sampai dirumahnya pukul 08.00 WIB. Lebih tepatnya ia pulang sehabis isak.
Ia sholat isak dulu di indekost Riri.

"Jam segini pasti udah selesai makan malam, bagus deh gue bisa langsung naik ke kamar"
pikir Lana dalam hati saat ia membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci.

Dengan perlahan Lana membuka pintu, berjalan menuju arah tangga seraya mengendap-
endap seperti sedang perang saja. Ruang tengah yang gabung satu dengan ruang makan
tampak sepi. Mungkin mereka semua sedang di kamarnya masing-masing.
Baru saja akan melangkahkan kaki naik ke atas. Mamanya keluar dari kamar, kamar orang
tua Alana kebetulan memang ada dilantai satu sementara lantai atas hanya ada kamar
anak-anaknya serta ruang bersantai yang menjurus ke balkon. Lana memang berasal dari
keluarga berkecukupan tapi tidak terlalu kaya dan tidak terlalu miskin. Papanya adalah
seorang pegawai Negeri serta memiliki kantor Yang bergerak di bidang minyak. Sementara
ibunya hanya ibu rumah tangga saja, alasannya dulu Aldi menyuruh istrinya untuk berhenti
bekerja dan menjadi ibu rumah tangga lebih baik. Cukup dia saja yang bekerja, toh
penghasilan dirinya masih mencukupi untuk membiayai istri dan anak-anaknya.

"Darimana saja kamu? " Tanya Mama Lana yang kebetulan baru saja keluar dari kamar dan
tentu saja ia segera menanyai putrinya itu yang sedari pagi tidak pulang atau bahkan tidak
menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Dari main" jawab Lana seadanya.

"Kemana? " Sarah sungguh ingin tahu kemana putrinya pergi.

"Mama kepo sih" ucap Lana tak suka mamanya terlalu ikut campur.

"Kamu nih, ditanya orang tua jawabnya begitu" ucap Sarah sambil memukul tubuh Lana.

"apaan sih mama, main pukul-pukul aku. Udah ah aku capek, mau ke kamar" Lana langsung
berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Dia sudah tidak ingin mendengar ocehan ibunya
lebih lama lagi.

°°°°°
Siska tampak sedang berbicara dengan manager Alvin serta Presdir tempat agensi Alvin
berada tak lupa juga ada Alvin disitu yang duduk dengan cuek sambil menyilang kan
kakinya.

"Kamu serius sudah menemukan penggantimu? " Tanya Bram Manager Alvin.

"Iya sudah, jadi saya sudah boleh resign kan" Siska berhati-hati dalam bicara.

"Saya harap pengganti kamu adalah orang yang bekerja dengan bagus mengerti" ucap
Presdir HK.

"I.. iya pak" jawab Siska sambil mengangguk.

"Kalau begitu sekarang kamu boleh permisi, dan jangan lupa besok ajak pengganti kamu
kekantor ini"

"Siapa pak, kalau begitu saya pergi dulu" Siska lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Saat Siska sudah pergi Manager serta Presdir HK melihat kearah Alvin mereka seakan
berkata kau puas. Mereka berdua sangat kesal serta jengkel terhadap Alvin karena selalu
berganti-ganti asisten. Ia selalu kasar dengan asistennya sehingga membuat mereka semua
yang telah bekerja sama dengan Alvin merasa tidak kuat lagi untuk meneruskan pekerjaan
mereka terhitung sudah 10 orang dalam sebulan ini Alvin berganti asisten. Tapi, mau
bagaimana lagi HK Entertainment sebagian besar sahamnya milik orang tua Alvin mereka
yang bekerja disitu ya terpaksa harus melakukannya demi sang artis.

"Apa, ada Yang Salah" Alvin yang sedari tadi ditatap dengan penuh kekesalan langsung
menyolot tak suka.

"Kamu bisa nggak sih bersikap lebih baik kepada orang yang bekerja denganmu" Bram
membuka suaranya, jujur ia sudah lelah menjadi manager Alvin yang selalu saja membuat
masalah dan mengatur jadwalnya sendiri. Padahal ia sudah menandatangani kontrak
dengan berbagai brand serta acara TV tapi jika itu tidak sesuai dengan keinginan Alvin
dengan seenak nya sendiri ia membatalkan kontrak tersebut. Sebelumnya Bram berdiskusi
dulu dengan Alvin masalah kontrak pekerjaan dan pria itu setuju tetapi saat sudah acara jika
tidak sesuai dengan hatinya ia langsung membatalkannya sepihak. Kerap kali Bram yang
selalu dimarahi oleh pihak acara menuduh dirinya tidak niat untuk mengisi acara mereka.

…………………………

Alvin memasuki rumahnya yang super duper megah bak istana para raja. Baru saja ia
memasuki rumah semua pelayan berseragam yang bekerja di rumahnya menyambut
kehadirannya. Mereka berbaris di kanan dan kiri memberi hormat saat tuan muda mereka
baru saja kembali.
"Tuan ingin makan apa? " tanya salah satu Pria bisa dilihat dari pakaiannya yang berjas
sendiri sepertinya Pria itu adalah ketua pelayan di rumah Alvin. Dia berjalan disaat Alvin
juga berjalan membuntuti si majikan.

"Buatkan makanan apa saja yang penting enak" Alvin berjalan menuju Ruang Makan
melewati ruangan yang begitu luasnya.

"Papa tuan tadi kesini" ucap Pria berjas itu berjalan di samping Alvin.

"Dia sudah pulang dari Amerika? " Alvin menoleh ke samping melihat orang
kepercayaannya itu.

"Iya tuan, katanya tadi beliau baru pulang dari Amerika terus kesini"

"Dia datang bersama siapa? "

"Bersama non Maura" balas orang kepercayaan Alvin. Maura adalah adik Alvin dari ibu
tirinya. Mereka berdua satu ayah tapi beda ibu, ibu Alvin sudah lama meninggal sedari Alvin
kecil mungkin kira-kira umur 3 tahun. Sehingga ayahnya memutuskan menikah lagi. Dari
pernikahan kedua ayahnya itulah Lahir Maura dan Morgan. Morgan kakak dari Maura. Alvin
dan Morgan memiliki selisih umur 4 tahun. Mereka bertiga walaupun bersaudara tetapi tidak
terlalu dekat karena Alvin lah yang menjaga jarak dari mereka berdua. Entahlah kenapa
begitu, hanya Alvin yang tahu.

"Suruh pelayan siapkan air panas untukku" perintah Alvin pada kepercayaannya tersebut.
Alvin kini menikmati makan malamnya yang bisa dibilang begitu terlambat. Karena saat ini
sudah begitu malam.

Sementara Rudi orang kepercayaan Alvin segera berlari mencari salah satu pelayan untuk
menyiapkan air panas untuk tuan mereka.

°°°
T.B.C
Lana saat ini sedang mengendarai mobil rental yang ia rental selama 24 jam. Keluarganya
hanya memiliki dua mobil saja, satunya dipakai kakaknya dan satunya tentu saja dipakai
ayahnya. Mobil yang dipakai ayahnya saja mobil dinas dari kantor. Ayah Lana adalah
seorang pegawai negeri disalah satu kementrian, sehingga membuatnya mendapatkan
mobil dinas. Lana bukanlah orang yang berasal dari keluarga kaya, tahu sendiri gaji seorang
pegawai negeri itu berapa tidak cukup banyak layaknya seorang pengusaha. Allhamdulillah
nya, itu sangat mencukupi kebutuhan yang ada di keluarganya saat ini. Dan ibu Lana
hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kalau dibilang mampu ya allhamdullilah,
setidaknya keluarganya masih lebih berkecukupan daripada teman-temannya yang lain.
Banyak bersyukur adalah cara terbaik untuk menjadi salah satu hamba yang selalu merasa
cukup.

Didalam mobil yang Lana kendarai ada Riri dan juga Siska. Mereka sedang menuju ke
HK Entertainment untuk menemui Presdir perusahan itu dan juga Alvin si artis yang arogan.
Kemarin Siska sudah janjian dengan pihak HK untuk membawa penggantinya menemui
pimpinan perusahan mereka tepat waktu yaitu pagi hari. Ya sekarang begitu pagi untuk
pergi ke kantor. Tapi, gimana lagi itu sudah menjadi perintah dari mereka.

"Gue tanya ya sama Lo Na, Lo serius mau gantiin gue kerja jadi asisten" Tanya Siska tidak
yakin pada Lana.

"Serius Lah, gue butuh kerjaan sekarang. Selagi ada kesempatan kenapa disia-siain" ucap
Lana mantap.

"Tapi, artis yang gue tanganin ini kaya psikopat. Bermuka dua, mudah marah terus emosian.
Lo masih yakin" Siska masih ragu saja dengan tekad Lana.

"Gak perduli, yang penting gue dapat kerja. Biar Mama gue gak ngomel terus. Panas telinga
gue denger Omelan nya" Lana kekeh pada kemauannya, pandangannya yang sesekali
melihat Siska yakin. Lana menatap jalanan didepannya fokus menyetir.

Riri yang sedari tadi diam, hanya menatap Siska yang dibelakang. Seakan memberitahu
sepupunya itu, bahwa keinginan yang sungguh-sungguh dari Lana tidak bisa diganggu
gugat lagi.

Dibelakang Siska hanya menghembuskan nafas beratnya, dia takut ada perasaan bersalah
yang akan bersarang dalam dirinya nanti jika sesuatu atau apa yang membuat Lana tidak
nyaman bekerja dengan Alvin.

………………………

Lana, Riri, Siska sudah sampai di gedung HK Entertainment. Gedung itu tampak menjulang
tinggi dan infrastukturnya yang begitu menarik dan megah. Tak Salah jika agensi ini milik
seorang konglomerat sejati. batin Lana. Saat memperhatikan gedung yang menjulang tinggi
itu.
"Gue tunggu di mobil aja ya, ini kan urusan kalian berdua gue gak mau ah ikut campur.
Nanti heboh lagi pegawai BUMN masuk kedalam agensi artis" ucap Riri sambil sedikit
bergurau.

"Ya sudah kalau itu mau mu"


"Ayo Sis, gue pengen cepet kerja nih" ucap Lana lagi sudah tidak sabar untuk masuk
kedalam dan mendapat pekerjaan.

"Gue masuk dulu ya" ucap Siska pada Riri dan mendapat anggukan dari sepupunya.

Baru akan memasuki lift yang akan menghubungkan ke ruangan presdir, Siska kebelet
untuk pergi ke kamar mandi.
"Lana, gue pengen ke kamar mandi bentar nih. Lo naik aja lift dulu, nanti tunggu gue di
deket lift atas ya" Siska yang begitu kebelet untuk ke kamar mandi langsung berlari mencari
kamar mandi.
Dengan terpaksa Lana naik lift sendirian, baru ia akan menekan tombol lift ada seorang
pemuda misterius masuk kedalam lift itu menggunakan kaca mata hitam, topi hitam dan syal
yang melingkar dileher menutupi setengah wajahnya. Lana merasa heran dengan orang itu,
apa tidak panas berpakaian tertutup, sungguh pria misterius.

"Apa jangan-jangan, dia penguntit atau bahkan pembunuh? Inikan agensi artis besar jadi
wajar kalau ada orang mencurigakan. Ini tidak bisa dibiarkan" batin Alana. Sambil terus
memperhatikan orang itu yang terus menunduk kebawa semakin membuat Lana curiga.

Pintu lift terbuka, ada seorang pria masuk kedalam. Tapi sebelum pria itu masuk si pria
misterius yang ada didalam lift terlebih dahulu mendorong pria itu keluar. Dan membuat
pintu tertutup lagi, menyisakan mereka berdua saja di lift.
Tentu saja Lana terkejut melihatnya, dan langsung pikiran aneh memenuhi isi kepalanya

"Kenapa dia mendorong pria tadi, apa jangan-jangan pria disebelahnya ini ingin menyelakai
nya" Saat Lana masih berpikiran seperti itu tiba-tiba saja pria disebelahnya melihat
kearahnya. Mata coklat yang menatapnya tajam. Lana sudah ber ancang-ancang kalau saja
pria itu akan macam-macam pada dirinya dia siap akan memukul. Pintu lift terbuka mereka
sampai di lantai atas. Tentu saja Lana langsung buru-buru keluar, ternyata pria itu juga
keluar dan berjalan mengikuti dibelakang Lana. Semakin dekat, semakin dekat dan

Brukkk

Pria itu terjatuh setelah menerima tendangan diwajahnya. Siapa lagi yang melakukannya
kalau bukan Lana. Dia terlalu parno dengan orang itu yang terus saja berjalan mengikuti
dibelakangnya.
Membuat topi, dan kacamata pria itu terlempar jauh. Ia masih menunduk tak percaya apa
yang terjadi pada dirinya, baru saja ia ditendang oleh seorang wanita.

Lana berjalan mendekat secara perlahan


"Mampus, memang enak. Jangan macam-macam sama gue mengerti" ucap Lana didepan
pria misterius Yang masih menunduk dengan memegangi wajahnya.
Habis mengatakan itu Lana berniat langsung pergi, namun kakinya tertahan karena pria itu
tiba-tiba saja memegang pergelangan kakinya.

"Ciihh, Lo kira bisa kabur gitu. Setalah apa yang Lo lakuin ke gue" Pria itu meludah
mengeluarkan darah dari mulutnya lalu tersenyum licik. Mendongakkan kepala menatap
Lana.
Pria itu beralih, mencengkram tangan Lana kuat. Lana tentu saja syok, dia dalam bahaya
sekarang.

"Lo harus gue tuntut, karena sudah membuat wajah mahal gue tergores" Pria itu semakin
kuat mencengkram tangan Lana.

"Akhhh, sakit" rintih Lana kesakitan karena tangannya tercengkram erat.

"Lana Lo darimana aja sih, gue kan nyuruh lo tunggu didepan lift atas aja" teriak Siska dari
arah belakang pria misterius.

"Sis, Siska tolongin gue. Ada orang yang mau bunuh gue" balas Lana ketakutan.

Siska berlari menghampiri Lana yang ketakutan, karena di cengkram pria yang belum ia
ketahui. Saat Siska sudah berada didekat Luna ia tampak melebar matanya melihat siapa
pria yang mencengkram tangan Lana kuat.

"Alvin.. " ucap Siska lirih.

Kedua orang yang berada didepan Siska langsung menatapnya dengan pikiran yang beda.

"Lo kenal sama pembunuh ini" tanya Lana.

"Husshh, "Siska langsung membungkam mulut Lana.

"Lo temen diakan, Lo berdua ikut gue ke kantor polisi. Gue tuntut perempuan badas seperti
dia" Alvin berucap begitu tajam sambil terus mencengkram kuat pergelangan Lana.

"Eh, ja.. jangan gitu dong. Dia gak tau kalau itu Lo, gue minta maaf ya" dengan takut Siska
meminta maaf pada Alvin.

"Gak bisa pokonya nih cewek harus menebus apa yang dia perbuat sama wajah gue" Alvin
menarik paksa tangan Lana.

"Sis, Siska tolong gue" Lana mencoba meminta bantuan saat tangannya ditarik paksa
Siska berlari mengikuti dari belakang, dia bingung harus bagaiman. Alvin kalau sudah marah
maka ia tidak akan memaafkannya.

"To long, To long" teriak Lana disepanjang lorong perusahan. Dia sudah tidak tahu cara lagi
harus bagaimana, Siska terlihat takut dan tidak berani menolongnya.
Sontak karena teriak-teriakan Lana itu memicu orang-orang yang berada di beberapa divisi
kantor keluar ke lorong melihat hal itu.

"ALVIN.. " Teriakan begitu keras mampu menghentikan langkah Alvin yang penuh
kemarahan tadi.

Alvin langsung menghentikan langkahnya, ia tahu betul suara itu datang dari siapa.
Membuatnya mau tidak mau menghadap orang yang memiliki suara bariton itu. Ia menatap
orang itu yang ternyata pria paruh baya yang tinggi tegap dengan rambut yang klimis.
Walaupun paruh baya aura mempesona masih terlihat diwajahnya.

"Lapas kan tangan wanita? " perintah pria paruh baya tersebut. Alvin masih diam menatap
tajam pria itu. Lana yang tangannya masih ter cengkram erat berusaha untuk melepaskan
dan Siska hanya bisa diam tak berkutik. Siska malah merasa takut sendiri jika melihat Alvin
dan Papanya kalau sudah berhadapan satu sama lain seperti ini, maka situasi mencekam
akan terjadi.

Pria paruh baya itu memanglah Papa dari Alvin. Eric Mahendra seorang pengusaha batu
bara terbesar di Indonesia dan lainnya, seorang yang bijaksana dan tegas. Memperhatikan
keadilan ketimbang keburukan, selalu mengajari anak-anaknya tentang menghormati
wanita. Walaupun begitu Eric memiliki watak keras dan menakutkan kalau sudah marah,
tidak ada yang berani dengannya.

"Papa bilang lepaskan tangan wanita itu" Eric mengulang kata-katanya lagi menyuruh
putranya itu untuk melepaskan wanita tersebut.

Dengan kasar Alvin menghempaskan tangan Lana sehingga terlepas dari cengkeramannya.
Alvin langsung berjalan mendekat kearah ayahnya dan melewatinya lalu ia masuk ke salah
satu ruangan di lorong tersebut.

Eric hanya menatap anaknya saja tanpa mau untuk menegor nya. Ia memahami sifat kasar
Alvin tersebut, sifat yang tidak mau diatur. Tapi anehnya, entah kenapa ia masih
mempercayai putranya itu untu meneruskan kerajaan bisnisnya.

Siska yang melihat Alvin pergi langsung menghampiri Lana yang mengelus-elus lengannya
yang sakit bahkan memerah saat ini.

"Lo kok tadi bisa terlibat masalah sih sama Alvin" bisik Siska di telinga Lana.

"Gue kira dia penguntit, memang dia siapa sih. Orang kasar banget" kesal Lana.
"Dia.. "

"Anda tidak pa-pa? " tanya Eric saat didepan kedua wanita itu yang tampak bicara.

Lana langsung melihat pria paruh baya yang telah menolongnya tadi.

"Ti.. tidak om, terimakasih sudah menolong saya" Lana sungguh berterima kasih kepada
orang tersebut.

"kalau begitu saya permisi" Eric langsung pamit, karena dia tidak ada waktu lagi. Ia harus
segera rapat dengan beberapa pemegang saham di HK Entertainment.

"Iya Om, terimakasih " ucap Lana sambil membungkukkan padannya merasa begitu
berterimakasih sekali dengan orang tersebut.

"Sudah, orangnya sudah pergi" tegur Siska, ketika Lana masih membungkuk.

Lana langsung berdiri tegap kembali ke posisi nya.

"Baik banget ya om itu, udah tampan baik lagi. Siapa orang itu? " Lana bertanya pada Siska
karena seperti nya Siska mengetahui siapa orang itu.

"Nanti gue kasih tahu, yang penting sekarang masuk dulu temuin manager artis gue" Siska
langsung menggandeng lengan Lana mengajaknya berjalan untuk masuk ke salah satu
ruangan. Lebih tepatnya ruangan dimana Alvin masuk tadi.

°°°°°

Didalam ruangan Alvin terus saja memegangi bibirnya yang lides akibat tendangan
perempuan berkacamata yang kurang ajar tadi. Bisa-bisanya perempuan itu memukul
wajahnya yang berharga. Bukan hanya bibirnya saja yang lides tetapi wajahnya juga yang
memar.

"Ada apa dengan wajah dan bibirmu? kenapa bisa terluka? " tanya Bram pada Alvin yang
menerawang entah kemana sambil memegangi bibirnya.

"Gara-gara perempuan cupu tapi kelakuan kasar" sinis Alvin.

"Lo habis ngelecehin perempuan? " tebak Bram begitu saja.

Alvin langsung menatap tajam Bram yang bicara seperti itu, tidak pakek otak ketika bicara.
"Kenapa? Jangan natap gue tajem begitu, ini serius kalau Lo ngelecehin perempuan karir lo
di Indonesia bisa hancur" Bram tidak takut dengan tatapan Alvin. Dia sudah terbiasa dengan
itu, biasanya boleh ia langsung diam. Tapi kali ini tidak, ini masalah serius jika Alvin benar-
benar telah melecehkan perempuan sehingga mendapat pukulan diwajahnya yang
mengakibatkan memar seperti itu.

"Siapa yang ngelecehin perempuan? gue cuman jalan terus diten.. " belum selesai Alvin
berbicara terdengar ketukan pintu dari luar.

"Masuk.. " perintah Bram. Dan pintu sedikit terbuka menampakan dua orang perempuan
yang berjalan masuk.

Alvin entah kenapa malas untuk melihat siapa orang yang datang itu, ia mengalihkan
wajahnya kearah lain tidak melihat siapa yang masuk ke ruangan presdir perusahaannya.
Presdir HK juga tidak ada di ruangan, orang itu sedang meeting dengan Papanya. Dan Alvin
menebak kemungkinan yang masuk adalah Presdir dari HK yang memang namanya HK. HK
adalah orang korea yang mendirikan perusahaan di Indonesia.

"Silahkan duduk Siska, "Bram menyuruh Siska untuk duduk.


"Silahkan duduk juga Nona.. " ucap Bram terhenti karena tidak tahu siapa nama wanita yang
bersama Siska.

"Alana, panggil saja saya Lana" ucap Lana kemudian saat melihat raut bingung di wajah
Bram.

"Silahkan duduk Nona Lana" Bram mempersilahkan lagi Lana untuk duduk.

Lana dan Siska langsung duduk di sofa itu. Lana memperhatikan pemuda yang duduk
dengan posisi membalikan wajah, serta terlihat angkuh. Matanya melebar melihat pria itu,
bukannya itu pria yang mau berbuat jahat padanya dan yang ia tendang tadi. Kenapa bisa
disini? Lana meremas paha Siska agar perempuan itu menoleh kearahnya.
"Sis, bukanya itu Pria yang tadi nyeret-nyeret gue" bisik Lana ditelinga Siska. Siska
menganggu, dan membuat Lana melotot.

"Jadi ini, penggantimu Siska??" tanya Bram ingin tahu.

"Iya mas, ini Lana yang akan menggantikan saya"

"Alvin, bagaimana. Berarti sekarang Siska sudah boleh berhenti? " Bram beralih bertanya
pada Alvin yang masih memandang ke arah lain tak perduli.

"Terserah.. " Alvin menjawab sambil mengalihkan pandanganya menghadap ketiga orang
yang berada di ruangan yang sama dengannya. Betapa terkejutnya dia melihat perempuan
yang telah menendangnya tadi berada didepan matanya saat ini.
"Saya tidak menerimanya, Cari pengganti yang lain" ketus Alvin melihat Lana yang
menunduk saja.

Lana menunduk karena menyadari bahwa apa yang ia lakukan tadi Salah. Saat dia tahu
serta sadar bahwa artis yang akan ia tangani adalah pria yang ia tendang tadi.

"Kenapa Lo gak mau menerima dia, dia sepertinya orang yang baik" ucap Bram sambil
melihat Alvin dan sekali melihat Lana yakin bahwa perempuan itu memang baik.

"Pokoknya gue tidak menerima dia jadi asisten . Asal lo tahu cewek cupu itu yang buat
wajah gue begini" Alvin berucap dengan tajam sambil menatap Lana tidak suka.

°°°°°

T. B. C
Mendengar perkataan Alvin yang menolak dirinya menjadi asisten pria tersebut membuat
Lana mendongak menatap pria itu yang juga menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Mengapa anda menolak saya, tolonglah terima saya jadi asisten anda" ujar Lana memelas
sambil menangkup kan kedua tangannya memohon.

Alvin tersenyum miring mendengar ucapan dari Lana barusan.


"Kau tidak tahu salahmu dimana sehingga membuat saya menolak anda" sinis Alvin.

Lana memperhatikan luka lebam yang ada di wajah Alvin merasa bodoh dengan dirinya
sendiri kenapa tadi dia bisa menendang orang itu sebelum tau orangnya. Ah, naluri parno
nya tadi memenuhi kepalanya mengira pria itu pembunuh.

"So.. Soal itu saya minta maaf, tolong saya mohon. Saya butuh pekerjaan ini" Lana masih
berusaha memohon agar dirinya diterima bekerja. Karena belum ada pekerjaan yang
menerima lowongan pekerjaan. Inilah kesempatannya untuk bekerja, pokoknya ia harus bisa
bekerja dengan artis ini.

"Alvin, dia sudah meminta maaf terima sajalah. Dia sepertinya pekerja keras, nanti dia bisa
menangani pekerjaanmu" Bram mencoba membujuk Alvin yang duduk dengan angkuh
sambil terus menatap Lana sinis.

"Saya bilang tidak ya tidak, suruh mereka berdua pergi. Atau saya panggilkan security untuk
membawa mereka keluar dengan paksa" tegas Alvin lalu berdiri pindah tempat duduk ke
kursi tempat baca yang ada di ruangan itu.

"Kalian berdua pulang dulu saja, aku akan mencoba membujuk Alvin untuk menerimamu
bekerja disini Lana" suruh Bram kepada Siska dan Lana agar pulang dulu.

"Ayo Lana, kita pulang saja" ajak Siska sambil mengangkat tangan Lana mengajak
temannya itu pergi. Karena kalau mereka masih tetap disini saja, itu tidak mengubah
apapun. Seorang Alvin tidak mungkin berubah pikiran Siska tahu itu selama enam bulan
bekerja dengan Alvin.

Dengan berat hati Lana berdiri dari duduknya memandang Alvin yang tampak bodo amat tak
perduli dengan itu. Lana berjalan dibelakang Siska Yang akan keluar. Namun langkahnya
tiba-tiba saja berbelok kearah Alvin duduk dan secara langsung Lana menginjak kaki Alvin
yang nampak dilantai.
Tentu saja itu membuat Alvin mengerang kesakitan karena perbuatan Lana, semua orang
melihat itu tak percaya apalagi Siska yang syok temannya menginjak kaki Alvin.

"Dasar wanita gila,. " ujar Alvin disela erangannya.


Lana langsung berlari keluar mendahului Siska, perempuan itu tampak puas dengan apa
yang ia lakukan.

………………
Lana berlari turun ke lobby, senyumnya mengambang puas. Siska yang juga berlari-lari
mengejar Lana merasa terengah-engah gara-gara temannya itu. Lana berjalan keluar
menuju mobilnya di sana ada Riri Yang sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

"Gimana tadi, Lo udah diterima? " tanya Riri penasaran melihat Lana tersenyum puas.

"Gak, gue gak di terima bekerja sama artis belagu itu" balas Lana mukanya langsung
berubah cemberut mengingat kalau dirinya ditolak.

"Lah kok bisa?bukannya lo seharusnya diterima karena gantiin Siska?"


"Loh,ngomong-ngomong dimana Siska?" ujar Riri lagi saat tidak mendapati Siska.

"Masih di dalem mungkin" ujar Lana enteng .

"Kenap..." ucapan Riri terhenti saat netra matanya menangkap sosok Siska yang sedang
berjalan sambil memegangi pinggangnya dan nafasnya terlihat terengah-engah.

"Sis, Lo kenapa?kok ngos-ngosan begitu?" Riri terlihat khawatir dengan sepupunya.

"Gara-gara temen lo nih, yang bikin masalah. Terus pakek lari-lari segala, gue kan capek
ngikutin di belakangnya." kesal Siska sambil menunjuk Lana. Yang pura-pura tidak dengar.
"Kok semenjak lo lulus kuliah, lo jadi bar-bar sih Na. Perasaan lo dulu cupu terus polos
banget lagi" ujar Siska tak percaya dengan Lana yang sekarang menurutnya Lana yang
sekarang dan dulu sifatnya beda.

"Udah ah, ayok jangan ngomong terus. Mendingan pulang" ajak Lana, ia malah tidak
menanggapi yang diucapkan Siska. Lana masuk kedalam mobil meninggalkan kedua
temannya yang hanya menatapnya.

°°°°°
Alvin merasa bosan dengan keadaan saat ini, jadwalnya juga kosong. Tidak ada kegiatan,
pulang ke rumah sepi, bermain dengan Maura adiknya jelas ada ibu tirinya juga.Sungguh
malas ia kalau sudah bertemu dengan Marisa ibu tirinya itu. Orang munafik, baik didepan
buruk dibelakang. Alvin begitu tidak menyukai sosok ibu tirinya itu, rasa bencinya hadir
ketika kasih sayang yang diberikan Marisa palsu. Dan semakin terlihat saat orang itu
melahirkan Morgan. Marisa sudah tidak perduli lagi dengan Alvin saat dia sudah
mendapatkan seorang putra pertama. Mulai dari situlah Alvin tidak menyukai Marisa
maupun Morgan.

Kedekatan Alvin dan Morgan tidak begitu dekat, Morgan yang bersikap diam namun baik
juga pada kakaknya itu tidak mampu membuat Alvin menerimanya dengan lapang dada.
Entah kenapa, padahal adiknya itu selalu baik padanya dan membela dirinya didepan ayah
mereka masih tidak mampu membuat Alvin untuk tidak menaruh benci pada Morgan.
Itulah juga yang menjadi Alvin malas untuk tinggal serumah dengan ayahnya. Mereka terus-
terusan dibanding-bandingkan satu sama lain. Membuat dirinya lebih memilih tinggal di
mansion peninggalan ibunya dulu. Mansion yang ia tempati saat ini adalah hadiah dari
ayahnya untuk ibunya saat mereka menikah dulu.

……………………

Alvin yang tadi bingung ingin kemana akhirnya pergi ke tempat hiburan malam bersama
seorang wanita seksi yang ia rengkuh kuat diperlukannya masuk kedalam klab itu. Ia
mengajak perempuan itu untuk minum vodka yang baru saja ia pesan dari bartender klab.
Tentu saja perempuan itu tidak menolak justru ia senang sekali bisa menjadi wanita malam
dari seorang Alvin Xavier. Habis meminum itu,dengan begitu cepat perempuan berbaju
seksi tersebut mencium bibir Alvin melumat bibir pemuda itu.Alvin membiarkannya saja dia
juga menikmati alur ciuman dari perempuan tersebut. Ciuman mereka berdua semakin
memanas, mereka berdiri ketengah lantai dansa bergabung dengan yang lainya. Tangan
perempuan itu sudah mulai nakal, ia secara perlahan membuka kancing baju Alvin. Namun
kegiatannya itu tertahan, Alvin menahan tangan perempuan tersebut dan melepaskan
ciumannya, dia menolak tanda lanjut ke babak selanjutnya.

Walaupun Alvin seorang playboy dia masih tau mana yang buruk dan tidak, untuk
berciuman di masih menerimanya tapi untuk yang lebih jauh lagi. Dia tidak akan
melakukanya kecuali dengan seorang yang ia suka. Itu prinsip yang selalu dipegang
seorang Alvin, jangan melakukan apa yang membawa nafsumu keburukan selama kau
belum mencintainya.

Alvin langsung pergi dari tengah-tengah lantai dansa itu meninggalkan perempuan seksi
tersebut sendirian. Perempuan itu merasa tak percaya Alvin menolak ajakannya untuk lebih
lanjut lagi.

Bukan hanya pergi saja dari lantai dansa itu Alvin juga pergi dari klab tersebut. Dia berjalan
dengan agak sempoyongan tapi pikiran dan logikanya masih sadar. Berjalan menuju arah
mobilnya namun belum sempat ia masuk kedalam ada seorang yang mengambil kunci
mobilnya dengan paksa dua orang pria berambut gondrong yang tidak Alvin kenal.

"Serahkan kunci mobilmu" salah satu pria godrong itu memaksa mengambil kunci mobil
Alvin yang tergenggam erat pemuda itu.

"Enak saja kalian ingin mengambil mobilku begitu saja" Alvin tersenyum miring seakan
meremehkan kedua orang itu.

"Rupanya kau punya nyali," kedua orang tersebut berpencar yang satu memegangi Alvin
yang satu memukuli Alvin. Alvin dipukul beberapa kali dan dia tidak bisa melawan, tiba-tiba
saja yang memukuli itu mengeluarkan pisau dan hendak menusukan pisau itu ke perut Alvin.

Namun sebelum itu, ada seorang yang menahan tangan pria itu dan memutar tangannya
dengan kuat membuat pisau tersebut terjatuh.
"Waah ada perempuan pemberani ternyata disini" ujar Salah satu dari mereka.

Kedua orang itu melepaskan Alvin yang sudah babak belur berjalan mendekat ke wanita itu
yang ternyata adalah Lana yang tidak sengaja lewat depan klab malam tersebut dan melihat
ada tindak kejahatan di parkiran. Sehingga dengan segera ia menolong orang yang ia tahu
betul siapa orang itu.Dia adalah Alvin orang arogan yang ia temui tadi pagi di HK
Entertaiment.
Dua orang gondrong itu maju bersamaan melayangkan tinju kearah Lana, dengan cepat
Lana menangkis tinjuan mereka, dan ia menendang perut salah satu orang tersebut
membuat orang godrong itu terjatuh.

Saat satunya lagi ingin menyerang Lana lagi-lagi Lana menangkisnya serta langsung
memuntir tangan pria itu hingga kesakitan. Lana melihat pisau dibawahnya dan
melambungkan pisau itu keatas kepalanya dan secara cepat ia menangkap pisau itu
dengan satu tangannya yang tidak memelintir pria gondrong itu.
Alvin yang tadi terjatuh gara-gara sudah tidak terlalu berdaya melihat aksi heroik Lana
tersebut sangat takjub,.

Lana yang memegang pisau itu, mendekatkan ke leher pria gondrong yang masih dia
pegangi. Saat pria satunya mendekat hendak menyerang dirinya kembali,

"Kau mau temanmu ini mati" ancam Lana pria yang mendekat kearahnya. Dengan ragu pria
itu berhenti, memperhatikan temanya yang ketakutan karena pisau itu sudah semakin dekat
ke lehernya.

"Baiklah, kami pergi. Lepaskan teman saya." ujar pria itu pada akhirnya.

Lana tersenyum puas dan langsung melepaskan pria yang ia taruh pisah dilehernya. Kedua
pria itu langsung berlari, tunggang langgang.

Lana langsung berjalan mendekat kearah Alvin, berniat membantu pria itu yang sedang
berusaha berdiri sambil memegangi perutnya.

"Bisa berdiri tidak?" ketus Lana. Ia sebenarnya masih kesal dengan penolakan Alvin tadi
pagi. Mungkin kalau tidak menyangkut rasa kemanusiaan, ia akan diam saja tidak mau
menolong Alvin.

"Bisa" datar Alvin menghempaskan tangan Lana yang hendak membantunya.

"Dasar, dalam kondisi seperti ini masih arogan saja"


"Gak ada rasa terima kasih sama sekali" sindir Lana.

"Gue gak butuh bantuan lo" ujar Alvin dingin, masih berusaha berdiri sendiri. tetapi gagal dia
terjatuh lagi.
Dengan paksa Lana menarik lengan Alvin dan memapahnya.

"Jadi orang jangan malu untuk bilang tolong, meskipun anda seorang laki-laki" ucap Lana.
sambil memapah Alvin. Alvin hanya menatap tajam Lana yang memapahnya berjalan ke
mobil yang memang berada didekat mereka saat ini.

Lana membukakan pintu mobil Alvin, dan membantu pria itu untuk duduk. Lalu dengan
keras ia menutup pintu tersebut, diluar ia berkata selamat tinggal. Lalu Lana pergi
meninggalkan Alvin yang terbengong-bengong dengan kelakuan perempuan itu yang pergi
begitu saja. Ia kira akan mengantarnya pulang ternyata perempuan gila itu pergi terlebih
dahulu batin Alvin.
Dengan susah payah Alvin pindah ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobilnya,
menjalankan mobil miliknya itu pergi dari area parkiran klab malam.

°°°

T.B.C

Anda mungkin juga menyukai