Anda di halaman 1dari 20

BLURB

Januar Evan Mahardika [Evan]

Cowok paling diincar kaum betina di SMA Indonesia 01. Ketua Gang HADES, berperawakan jangkung dan
menawan dengan bad reputation yang melekat padanya.

***

Evan memang memiliki predikat bad boy, tapi perlu kalian ketahui bahwa Evan bukanlah badboy. Dia
tidak menyukai dengan kalian para perempuan (bukan berarti Evan belok/gay. 100% cowok itu normal).
Satu alasan yang selalu Evan berikan sebagai alasan, "cewek itu ribet." Dengan temperamen cowok itu
yang buruk dan lagi Evan sangat menyukai ketenangan, dia tidak ingin hidup tenangnya di usik, dia
hanya ingin bersenang-senang, bebas melakukan hal yang dia sukai, itu semakin memperkuat
penolakannya pada setiap perempuan yang menyukainya.

Hanna Pramudita Wijaya [Hanna]

Jika hidup ini dongeng maka Hanna adalah Cinderella. Gadis malang yang harus tinggal bersama ibu dan
saudara tirinya yang diperlakukan layaknya seorang pelayan.

Alastrak Elang Mahardika [Elang]

Ketua OSIS SMA Indonesia 01, kebanggaan sekolah. Siswa paling berprestasi yang selalu meraih juara
pertama dalam olimpiade Matematika, Fisika, Kimia. Si jenius yang pintar mengoperasikan komputer.

Sella Rahma Wijaya [Sella]

Sosok antagonis yang selalu semena-mena. Dimanja orangtuanya dan selalu mendapat pembelaan
ibunya dikala dia melakukan kesalahan membuatnya menjadi pribadi yang egois. Dialah Sella, adik tiri
Hanna.
________________________________________________________

1. Kolam Renang

_______________________

‘‘Bukan sakit karena kamu selalu nolak aku Evan

Lebih ke kecewa karena kamu gak pernah lihat usaha aku buat bisa ada di samping kamu.’’

—Sella Rahma Wijaya—_______________________

"Lo lihat dimana Evan?" Cewek dengan lipstik merah itu bertanya pada seorang cowok yang dia tahu
murid kelas sebelas di sekolahnya, yang artinya pasti mengenal dengan orang yang dia tanyakan.
Lagipula mustahil bagi SMA Indonesian 01 jika tidak tahu siapa itu Evan.

Matanya masih sibuk mencari diantara orang-orang yang menghadiri pesta, dia hanya perlu menemukan
kumpulan anak HADES berada.

"Gue gak lihat." Ucap cowok itu, dan setelahnya Sella langsung pergi begitu saja.

Sella berdecak kesal, sejak tadi dia mencari keberadaan cowok yang menjadi incarannya tapi tidak
ketemu. Sebenarnya dimana sih Evan?
Sejurus kemudian pandangannya tertuju pada kumpulan anak di dekat DJ, itu anak HADES! Tapi Sella
tidak melihat keberadaan orang yang dia cari disana. Matanya kembali melihat sekitar... Nihil! Sella tidak
menemukan Evan dimana-mana.

Apa gue tanya ke mereka aja? Pikirnya untuk menanyakan keberadaan Evan pada anak-anak HADES.
Sella menggelengkan kepalanya.

"Gak! Percuma gue tanya ke mereka, gak bakal dikasih tahu juga." Ujarnya pada diri sendiri. Keberanian
Sella yang selalu mendekati Evan meski cowok itu selalu menolaknya membuat anak-anak HADES tidak
menyukainya, mereka mengganggap Sella adik kelas ganjen yang sama sekali tidak memiliki urat malu.

Lalu pandangannya kembali beralih, dia tersenyum culas. Melangkah cepat menghampiri sosok cewek
yang memunggunginya, dengan sengaja di menabrakkan tubuhnya pada cewek itu. Dan ketika cewek itu
berbalik, Sella menampilkan wajah angkuhnya.

Hanna, kakak tiri yang sangat dia benci. Ingin memprotes karena tabrakannya telah membuat dress yang
digunakan Hanna terkena minumannya sendiri. Tapi urung begitu melihat siapa yang telah menabrak.

"Lo gak punya mata, pakaian teman gue jadi basah gara-gara lo!"

Bukan Hanna yang berteriak tidak terima tapi Flo temannya, yang berada di sebelahnya.

"Terus lo mau apa?" Tanya Sella santai masih dengan tampang angkuhnya, tatapannya mengarah pada
Hanna yang menunduk takut.

"Ya lo minta maaf! Lo udah salah."

Sella tersenyum miring. Beberapa orang menatap mereka, selebihnya memilih acuh tidak peduli.
"Kalau gue gak mau?" Lagi, Sella seolah sengaja memancing emosi Flo yang sudah berani meneriakinya.

"Lo-"

"Udah Flo, aku gak apa-apa kok." Hanna menahan Flo yang terlihat akan kembali berdebat dengan Sella.

"Tuh, temen lo aja gak masalah terus kenapa lo jadi sewot."

Sella melirik sinis sebentar pada Hanna, dan lagi-lagi cewek itu hanya bisa menunduk. Sella mendengus,
lama-lama dia merasa muak sendiri berada disekitar cewek paling dia benci.

Sella pergi, percuma juga dia berada disana karena orang yang di cari saja tidak tampak batang
hidungnya.

"Gak tahu sopan santun banget. Dasar setan lo!" Maki Flo yang tidak di gubris Sella sama sekali.

"Flo, gak boleh gitu. Sella pasti gak sengaja tadi senggol aku."

"Seenggaknya dia bisa minta maaf kan." Cetus Flo.

"Terus gimana baju lo?" Tanyanya melihat dress putih Hanna yang menjadi kotor.

"Gak apa-apa, aku bersihin di toilet dulu ya."

"Ayo gue temenin."


Hanna menggeleng, "gak usah, aku sendiri aja. Ica kan belum sampai, entar dia nyariin."

"Ya gue kabarin dia nanti."

"Gak apa-apa Flo. Aku bisa sendiri, kamu disini aja nikmatin pestanya. Aku sebentar aja kok."

Flo menatap Hanna seolah bertanya 'yakin?'. Hanna menganggukkan kepalanya dan akhirnya Flo
membiarkannya pergi sendiri meski ragu.

•••

Semakin malam dan sekolahnya semakin ramai saja. Pesta penyambutan lomba tujuh belas Agustus di
SMA Indonesia 01 terkenal mewah dan meriah, dan Sella menyetujuinya. Tapi sayang, dia tidak
menikmatinya.

Sella memutuskan untuk pulang, tidak ada alasan untuknya tetap tinggal.

"Sabtu, di jalan lotus! Gue tunggu lo disana."

Samar Sella mendengar suara seseorang yang terdengar familiar di telinganya, dan itu berasal dari
dalam ruang renang.

"Gak usah banyak bacot, kita lihat siapa yang bakal habis nanti."

Sella mendengarnya lagi, membuatnya semakin yakin bahwa dia mengenal pemilik suara itu. Sella
melangkah pelan, melihat pintu ruang kolam renang yang sedikit terbuka Sella mencoba mengintip ke
dalam.
Dahinya mengernyit, itu Evan? Senyumnya tersungging, dan tanpa berpikir panjang Sella langsung
membuka pintu semakin lebar lalu masuk ke dalamnya.

Bisa dia lihat tatapan Evan yang terlihat tidak suka dengan keberadaannya. Tidak peduli, Sella terus
berjalan sampai berada tepat di samping cowok yang dia sukai itu.

Evan semakin menampilkan raut risihnya, hendak pergi sebelum lengannya di tahan cewek yang dia
anggap gila karena terus saja mengganggunya.

"Mau kemana?"

"Bukan urusan lo. Lepas!" Sekali hentak dan tangan yang berada di lengannya berhasil terlepas, namun
Sella menahannya lagi.

Evan geram, "mau lo apa?!" Terkejut. Bukan sekali ini Evan membentaknya, tetap saja dia merasa
terkejut. Tidak pernah, sama sekali tidak ada yang pernah berujar sekasar itu padanya, Evan adalah
pengecualian, jika saja Sella tidak menaruh hati padanya sudah pasti cewek itu akan membuat
perhitungan.

"Lo tahu apa yang gue mau."

"Dan lo juga tahu jawabannya enggak! Sekarang pergi dari hadapan gue!" Sentakan Evan berhasil
membuat tangan Sella terlepas, cewek itu tidak lagi berusaha menahan.

Dalam hatinya tersenyum kecut, ini adalah penolakan kesekian kali yang diberikan Evan. Sikap cowok itu
dengan jelas menunjukkan rasa tidak suka nya terhadap Sella.

"24."
Sella melihat pantulan cahaya dari air kolam, "dua puluh empat kali lo nolak gue. Segitu tertutup hati lo
sampai gak bisa ngasih gue kesempatan buat ada di dalamnya?!"

Beralih memandang wajah Evan yang begitu menawan, mata Sella bersiborok tepat pada manik hitam
itu, tidak ada sorot kelembutan yang dapat dia lihat.

Entah setan dari mana yang mempengaruhi otaknya. Dengan beraninya Sella mengelus pipi Evan yang
terasa dingin di tangannya. Berjinjit agar tinggi tubuhnya bisa menyamai tinggi Evan, seperti gerakan
slowmotion Sella memajukan wajahnya, beralih menatap bibir Evan yang ingin dia rasakan. Sella
memajukan wajahnya. Sebelum akhirnya Evan mendorong tubuhnya setelah mengerti apa yang akan
dilakukan Sella.

Byur...

Dinginnya air kolam menyentuh permukaan kulit Sella, tangannya menggapai udara, meminta
pertolongan sebelum nafasnya benar benar habis. Di kedalaman kolam yang mencapai tiga meter itu
kakinya tidak henti bergerak, mencoba berenang meski tidak berhasil.

Sella tidak bisa berenang.

"Tolong..."

"Tolong .. hmmp..."

"E- van"

Evan tidak peduli, dia acuh. Berpikir jika Sella hanya berpura-pura agar dia mau menolongnya. Tidak
ingin berlama-lama menyaksikan drama yang cewek itu tunjukan Evan memilih pergi.
Sedangkan Sella masih terus berusaha menggapai pembatas kolam dan berharap ada yang
menolongnya. Namun sepertinya keinginan itu tidak akan terwujud, sudah jelas disana tidak ada orang
lai. Evan sendiri juga sudah meninggalkannya.

Apakah dia akan mati?

Nafas Sella semakin menipis. Sudah cukup dia berusaha, tubuhnya memilih menyerah, semakin lama
semakin merosot kebawah, dengan kesadaran yang mulai menghilang Sella hanya bisa pasrah.

Byur...

Di titik terakhir kesadarannya seseorang menarik tangannya, membawanya keluar dari air. Samar Sella
melihat siluet orang yang menolongnya sebelum kesadarannya benar-benar menghilang. Evan?

Kedua manusia itu berakhir di pinggir kolam, dengan Sella yang tidak sadarkan diri dan sosok laki-laki
yang menolongnya sedang berusaha menyadarkannya. Bersimpuh di samping tubuh Sella sambil
melakukan CPR sebagai pertolongan pertama.

"Uhuk..." Air yang sempat Sella telan berhasil keluar, berangsur-angsur kesadarannya juga mulai
kembali. Sosok itu melemaskan tubuhnya, kaki yang tadinya bersimpuh dia luruskan dengan satu tangan
dia gunakan untuk menyunggar rambut basahnya kebelakang.

"Uhuk, uhuk..."

Sella bangun, memukul-mukul pelan dadanya yang terasa sedikit sesak. Lalu beralih pada sosok yang ada
di sampingnya. Sella mengenal orang itu. Kakak satu tingkat di atasnya, sekaligus ketua OSIS kebanggaan
sekolah. Namanya Elang, cowok yang sama populernya dengan Evan meski reputasi mereka sangat jauh
berbeda, dan Sella sangat berterima kasih telah ditolong malam ini atau berita kematiannya akan
membuat satu sekolah heboh.
"Makasih." Ucap Sella singkat sembari berusaha bangun dari posisi duduknya.

Elang yang melihatnya ikut berdiri. Pakaian keduanya sama-sama basah, dan hawa dingin malam cukup
membuat tubuh mereka menggigil.

Sella beranjak, dia ingin cepat-cepat pulang. Begitupun dengannya, Elang juga beranjak. Meraih jaket
bombernya yang sempat dia lepas ketika menolong Sella lalu mengikuti langkah cewek itu dari belakang.

Dengan insiatif seorang cowok yang melihat cewek di depannya kedinginan Elang menyampirkan jaket
miliknya ke pundak Sella. Tidak cukup membantu memang saat pakaian Sella yang sudah sangat basah,
tapi setidaknya itu cukup menghalau angin malam.

Jujur saja Sella terkejut. Sudah jelas cowok itu sendiri kedinginan tapi memilih memberikan jaket
miliknya pada Sella. Tidak ingin menyia-nyiakan niat baik Elang, Sella membiarkan jaket cowok itu
membalut tubuh bagian atasnya.

Hingga akhirnya mereka berdua sampai di parkiran. Sella berdiri di samping mobilnya dan Elang masih
setia berada di belakangnya.

Sella melepas jaket milik Elang, memberikan kembali pada sang pemilik.

"Sekali lagi makasih." Ujar Sella tulus sembari mengulurkan jaket milik Elang.

"Kalau lo masih butuh bawa aja."

Sella menggeleng, "di mobil ada jaket gue sendiri." Tolaknya.

"Oke." Elang menerima jaketnya.


"Sorry udah buat lo basah."

"Gak masalah, santai aja."

Sella terdiam sejenak, sedikit rasa tidak enak hinggap di benaknya. Melihat penampilan Elang yang sama
berantakannya dengannya Sella merasa berhutang budi.

"Lo juga mau pulang kan?" Tanya Sella. Mengingat Elang yang merupakan ketua OSIS tentu masih ada
yang harus di urus tentang pesta di dalam sana, tapi kembali lagi pada kenyataan tidak mungkin Elang
kembali dalam keadaan seperti itu.

"Ya."

"Lo bawa kendaraan sendiri?"

Bukan apa-apa Sella bertanya seperti itu, mungkin saja Elang tadi berangkat bersama temannya dan
tidak menggunakan kendaraan sendiri. Jika iya Sella tidak keberatan mengantar cowok itu pulang.

"Tenang aja, gue bawa mobil." Lega. Setidaknya jawaban Elang yang membawa mobil membuatnya
puas. Takut saja kalau cowok itu membawa motor, itu justru membuat Sella semakin bersalah.

"Mmm, kalau gitu gue balik dulu." Ujar Sella.

"Oke."

Masih mengawasi Sella yang mengambil kunci mobil dari saku dress-nya sampai akhirnya cewek itu
masuk di bagian kemudi dan mobil itu melaju meninggalkan tempat parkir.
Barulah setelahnya Elang pergi ke arah mobilnya sendiri, kemudian ikut melajukannya menuju arah
rumahnya berada.

______________________

_________

T.B.C

_________

______________________

Gimana sama part pertama guys???

Tenang aja, ini masih awal kok jadi kalau kalian belum dapat feel nya atau menurut kalian cerita yang
aku buat ini udah terlalu biasa. Itu karena aku mau kenalin dulu siapa aja sih karakter di "HADES : Perfect
Couple".

Jadi aku minta, hargai ya guys...

Dan satu lagi, please banget!!! Jangan jadi silent reader. Kasih dukungan buat aku dengan kasih vote dan
komenan di setiap paragraf.

Disini aku masih belajar, mohon pengertiannya ya...

Sekian...

Terimakasih 🙏🏻
Penulis : hssweetlisza

[28/05/2021]

_________________________________________________________________

2. Sekolah Rasa di Surga

_______________________

Nikmat Tuhan mana yang Elang Mahardika dustakan.

—hsswettlisza—

_______________________

Berhubung hari ini SMA Indonesia 01 mengadakan perlombaan 17 Agustus sebagai bentuk peringatan
hari kemerdekaan Indonesia.

Berhubung hari ini tepat tanggal 17 Agustus, SMA Indonesia 01 akan mengadakan Upacara pengibaran
bendera di pagi hari yang mengharuskan semua murid, guru dan para staf sekolah wajib datang sebelum
jam 07:00. Untuk acara selanjutnya akan ada lomba dan sore harinya Upacara penurunan bendera.
Oleh karena itu Sella sudah bersiap dengan seragam putih abu-abu yang melekat pas di tubuhnya
lengkap dengan dasi dan juga topi khas SMA Indonesia 01. Rambut hitam sepunggung yang biasanya dia
gerai, hari ini Sella mengikatnya ala ponytail.

Seperti pembahasan di grup kelas semalam, semua anak kelas X IPA 3 sepakat untuk tidak membawa
buku pelajaran hari ini. Lagipula untuk apa harus menyusahkan diri dengan membawa beban berat
dipunggung mereka jika nantinya juga tidak akan ada pelajaran kelas.

Jadi Sella memutuskan hanya membawa seragam olahraga dan peralatan makeup untuk berjaga-jaga.
Sekolahnya memang melarang murid khususnya para siswi agar tidak membawa peralatan makeup
apapun ke sekolah, tapi Sella mana peduli. Make-up membantunya terlihat semakin cantik dan itu akan
membuat Sella merasa lebih percaya diri.

"Sayang, tumben kamu sudah siap?"

Sambutan pertanyaan dari Mama nya -Lusy- yang pagi ini sudah berada di meja makan.

Sella ikut mendudukkan diri di samping Lusy. "Hari ini sekolah ngadain Upacara Kemerdekaan."

"Terus pulangnya gimana, kaya biasa atau lebih pagi?"

"Pulangnya sore Ma, nanti ada acara lomba sekalian Upacara penurunan bendera." Jelas Sella acara apa
saja yang akan dilakukan di sekolahnya nanti.

"Oh ya? Kamu ikutan lomba juga?" Dengar, saat SMP dulu Sella dan juga saudara tirinya Hanna
bersekolah di sekolah yang dikhususkan untuk perempuan dan disana tidak pernah diadakan
perlombaan atau hal semacamnya, hanya ada acara wisuda kelulusan tepat di tiga tahun mereka
sekolahnya. Jadi ini adalah pertama kali Sella melakukan upacara kemerdekaan dan juga lomba tujuh
belasan.
Itulah mengapa Lusy terlihat sangat antusias mendengar adanya lomba di sekolah putrinya.

"Ikut. Lombanya banyak Ma, jadi anak kelas kebagian ikutan lomba semua."

"Kamu ikut lomba apa?"

"Mural." Jawab Sella santai.

"Mural?! Itu yang coret-coret di tembok gitu kan? Memangnya di sekolah ada tempatnya yang bisa
dicoret-coret?"

Sella mengangguk, sebenarnya dia juga heran saat diinformasikan ada lomba mural. Karena pasti
sekolah harus menyiapkan tembok yang bisa digunakan berlomba untuk 5 kelas X, 5 kelas XI dan 5 kelas
XII. Dia pikir lombanya akan diadakan diluar, ternyata tidak.

"Iya Ma, tapi bukan coret-coret sembarangan."

"Kan sama aja. Memang ada tempatnya?" Tanya Lusy lagi, pertanyaan sama yang belum dijawab Sella.

"Di tembok pembatas bagian belakang sekolah. Karena tempatnya dekat gudang jadi gak apa-apa
dipakai, katanya dengan adanya lomba ini murid yang sukanya coret-coret sembarang tempat di luar
sana yang ujung-ujungnya bikin malu sekolah jadi bisa menyalurkan bakat. Lagipula bagian itu gak
termasuk wilayah utama sekolah." Pajang lebar Sella menjelaskan.

"Bagus dong kalau gitu."

"Hm." Cukup itu tanggapannya, sambil menunggu Bibi yang masih membuat sarapan di dapur Sella
mengambil buah jeruk yang tersedia di meja, mengupasnya lalu memakannya.
Sejak kecil, sudah dibiasakan oleh Lusy agar anaknya selalu sarapan sebelum melakukan aktivitas
apapun dan itu menjadi kebiasaan bagi Sella.

"Pagi Ma, pagi Sella." Dari arah tangga Hanna dengan setelan seragam paskib menghampiri meja makan
dan ikut bergabung bersama Sella dan Lusy.

"Eh... Siapa yang nyuruh kamu duduk?!" Cegah Lusy melihat anak tirinya akan duduk bersama mereka di
meja makan.

"Hanna mau sarapan Ma." Tidak jadi mendudukkan dirinya, Hanna diam di tempatnya. Takut Lusy yang
akan memarahinya.

"Kamu gak lihat sarapan belum jadi?! Sana kamu bantu Bibi masak!"

"I-iya Ma." Tanpa membantah Hanna langsung menuju dapur dan membantu Bibi yang sedang
membuat nasi goreng sosis untuk sarapan.

"Bibi." Panggil Hanna setelah berada di samping Bi Sila.

"Non Hanna? Non ngapain disini, Bibi sebentar lagi selesai Non." Ujar Bibi, tangannya sibuk mengaduk
nasi goreng yang hampir jadi.

"Hanna mau bantu Bi, aku tuangin susu sama jusnya ya."

"Gak usah Non, ini udah selesai nasi gorengnya. Biar Bibi aja yang nuangin nanti. Non tunggu di meja
makan saja." Tidak enak melihat Nona mudanya yang bahkan sudah menuangkan susu di gelas.
"Udah Bi, Bibi siapin nasi gorengnya aja. Biar susu sama jusnya Hanna yang tuangin."

"Padahal gak usah Non, Bibi jadi gak enak."

"Kalau gak enak buang aja Bi." Sedikit membuat candaan agar Bibi tidak lagi merasa sungkan padanya.

"Ini udah siap Bi, Hanna bawa ke meja makan dulu ya."

"Iya Non."

Hanna meletakkan dua gelas susu untuk dan satu jus di nampan, membawa ke meja makan.

Susu untuk dia dan adiknya lalu jus jambu kesukaan Mamanya.

Bibi yang sudah selesai ikut menyajikan nasi goreng buatannya, mengambil nampan yang digunakan
Hanna untuk menyajikan minuman kembali ke dapur.

•••

"Hanna."

Hanna yang sedang membenarkan posisi peci nya menoleh. Mendapati Agus setengah berlari
menghampirinya.

"Agus, ada apa?"


"Lo ada ketemu Kak Laura? Upacara sudah mau dimulai. Semua anak disuruh baris."

"Tadi Kak Laura sama aku, sekarang lagi di toilet." Ujar Hanna memberitahu.

"Ya sudah nanti kalau Kak Laura sudah balik lo suruh ngambil bendera di Kak Nevan, oke." Agus yang
akan pergi, ditahan oleh Hanna dengan memanggil nama cowok itu.

"Eh, Agus."

"Apa?" Tanya Agus tidak sabar, terlihat buru-buru.

"Kak Nevan ada di mana?"

"Di ruang OSIS. Gue pergi dulu." Belum sempat Hanna membalas, Agus sudah menjauh dari tempatnya.
Mungkin ingin segera bergabung dengan anak paskib lainnya.

Hanna menggeleng heran, ada-ada saja.

"Hanna."

"Kak Laura, sudah?" Tanya Hanna saat Laura sudah berada di sampingnya.

"Sudah. Tadi itu Agus kan?" Laura mengawasi lorong kelas X yang berada di lantai satu. Dimana sosok
Agus menghilang dalam tikungan di depan sana.

"Iya Kak, tadi dia nyariin Kakak."


"Kenapa tuh anak nyariin gue?"

"Disuruh Kak Nevan, katanya Kakak disuruh ngambil bendera di ruang OSIS."

Laura mengangguk paham. "Oh gitu. Terus lo mau ikut gue dulu apa langsung ke lapangan?" Tanyanya.

"Langsung ke lapangan aja Kak, yang lain udah baris semua."

"Ya udah gue ke ruang OSIS dulu."

"Iya Kak." Mereka berdua berpisah, Laura yang berbelok dan Hanna yang lurus menuju lapangan.

•••

Upacara pengibaran bendera berjalan dengan lancar dan khidmat. Setelah berpanas-panasan di teriknya
matahari yang semakin naik akhirnya semua murid dibubarkan.

Mereka semua kembali ke kelas masing-masing sebelum antri berganti seragam untuk melaksanakan
acara lomba.

Hanna pergi ke ruangan OSIS, saat dia berangkat pagi tadi dia langsung menuju ke ruang itu dan tasnya
dia taruh di sana.

"Ke kelas bareng yuk Han."

Hanna menghentikan langkahnya di depan pintu ruang OSIS, di sekitarnya banyak anggota paskib dan
OSIS lain yang juga akan mengambil tas mereka.
"Iya, tapi aku ambil tas dulu di dalam." Setujunya dengan ajakan Syeril yang menghadang Hanna.

Syeril adalah teman sekelas Hanna di X MIPA 1 sekaligus satu ekskul paskibra.

"Ya sudah, gue tunggu di sini."

"Iya."

Hanna cepat-cepat masuk ke dalam, mengambil tasnya kemudian kembali menghampiri Syeril yang
menunggunya.

"Ayo."

Baru mereka akan melangkah, mereka harus mengurungkan niat. Memberi akses jalan pada ketua OSIS
yang berdiri di belakang mereka.

"Kak..." Sapa Hanna dan Syeril sopan.

Elang melihat sekilas dua adik kelasnya dengan memberi anggukan sebagai bentuk respon. Lalu masuk
kedalam ruang OSIS.

"Parah gak sih, pagi-pagi sudah berapa kali gue lihat cogan. Ditambah Kak Elang... Ahhh rasanya gue
pengen pingsan Hanna." Seru girang Syeril sambil berjalan.

"Emang kamu lihat cogan siapa aja?" Tanya Hanna terkekeh, lucu melihat Syeril yang heboh sendiri.
"Banyak pokoknya, baru sampai sekolah saja sudah ketemu Kak Nevan, Kak Jovan, Kak Aldo... Anak-anak
paskib sama OSIS yang kumpulannya cogan semua. Gak bisa berkata-kata gue, sekolah rasa disurga... Ah
mantap." Keduanya tertawa setelah Syeril mengatakan hal itu.

Terlalu berlebihan? Mungkin tidak, karena itu memang benar adanya. Bisa dipastikan jika kalian sekolah
di SMA Indonesia 01 tidak akan pernah merasa bosan, setiap hari pasti ada saja objek untuk cuci mata,
baik cogan maupun cecan.

T.B.C

_________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai