Anda di halaman 1dari 139

Tak kenal maka tak sayang, udah kenal belum tentu disayang

-Author

Hazela abraham, memiliki alasan mengapa dirinya sangat tidak menyukai rumahnya walau
kadang seseorang mengatakan rumah adalah istana tapi menurut Hazela rumah adalah sebuah
neraka.

Saat ini Hazel berada di balkon kamarnya sembari melihat hujan yang turun dari langit. Hazel
sangat menyukai hujan, walaupun banyak yang beranggapan bahwa hujan itu menyusahkan
tapi menurut Hazel hujan sangat menenangkan. Kata hujan menurut kamus Hazel adalah
malas-malasan, hello...Hazel seperti kalian yang jika hujan akan merindukan seseorang akan
berlari memasak indomie ditambah telur setengah mateng yang dapat menghangatkan
seseorang walau tidak memeluk orang itu.

Kedua, dalam rumus dunia Hazel tentang hujan, dia dapat belajar kalau tidak selamanya
seseorang dapat bersamamu. Tak semua orang pula dapat mengisi kehidupanmu, semua orang
memiliki kehidupannya masing-masing. Tidak hanya mengurusi hidupmu.

Hazel terlahir dari keluarga yang cukup berada. Dia anak ke-2 dari tiga bersaudara. Seru? tidak,
menurut Hazel memiliki banyak saudara tapi tidak satu pun yang dapat mengerti perasaannya
sangat sia-sia. Biar Hazel perkenalkan keluarganya, bisakah Hazel menyebutnya sebagai
keluarga? mungkin.

Anak sulung bernama Ervan Abraham, dipanggil Bang Ervan aja atau Evan, terkadang Hazel
tidak memanggil dengan sebutan Abang bukan karna tidak sopan. Tapi, Pria itu tidak ingin
disebut sebagai Abang gadis itu, Bang Ervan ketua geng disekolah Cakrawala yang dimasuki
oleh Samudra, Bang Ervan Samudra dan Bianca emang sahabat sejak masih kecil. Geng yang
Bang Ervan masuki adalah Aespa.

Kedua yaitu Hazel Abraham, dipanggil Zel atau Rapunsel. Kata Mita, rambut Hazel seperti
Rapunsel. Hazel sekolah di Cakrawala satu sekolah dengan Bianca, Samudra dan Ervan. Tapi,
tidak ada yang mengetahui kebenaran jika Hazel, Bianca dan Ervan adalah saudara kandung.
Bagi gadis itu salah satu sumber kebahagiannya adalah Samudra, sang kekasih.

Dan si Bungsu, Bianca Abraham. Anak kesayangan Papa dan Abang, Bianca yang biasa dipanggil
Caca atau Biawak. Mita selalu memanggilnya dengan Biawak ketika gadis itu menindas
temannya. Dunia Bianca dan Hazel sangat lah berbeda bagai tanah dan langit, Bianca yang bisa
membuat seseorang luluh dengan mudahnya sedangkan Hazel yang harus bermohon-mohon
terlebih dahulu.

Dan terakhir, Samudra Maheswara. Pria itu tidak termasuk dalam keluarga Abraham. Tapi, biar
Hazel ceritakan sedikit tentang pria ini. Ia orang yang cukup dingin kepada orang sekitarnya,
bodoamatan, dan sedikit kasar. Samudra cukup romantis untuk di hubungannya. Cukup? ketika
pria itu menyadari memiliki seorang kekasih.

Malam ini Hazel masih tetap manetap di balkon kamarnya sambil ditemani dengan es krim yang
ia genggam sedari tadi. Hazel tetap memandang sosok yang membuatnya menjadi galau seperti
ini, Hazel menatapnya dengan tatapan sedih, bagaimana gadis itu tidak sedih ketika pacar kamu
berduaan dengan adik kembarmu. Tentu saja itu menyakitkan, kekasih kamu yang membuat
janji denganmu dengan gampangnya memutuskan janjinya demi adik kembar kamu, apa itu
tidak sakit?sakit. Itu yang sedang gadis itu rasakan.

"apa hubungan kita hanya sebuah formalitas? apa kamu harus merasa kehilangan biar bisa
rinduin aku? aku merindukanmu"

bersambung...

PART 1

•••

"Assalamualaikum Sa, jadikan jemput Hazel?"

"Maaf Zel gua gak bisa. Bianca minta pergi bareng"

••••
"Samudra jadikan main kerumah? aku takut sendirian"

"Kayaknya gak jadi Zel. Bianca ajak pergi makan diluar"

••••
"Sa kesini please, aku lagi demam gak ada orang orang di rumah"

"Maaf Zel, Bianca juga demam aku harus temanin dia"

••••
"Sa...,Hazel ke takutan"
"Takut sama apa? lawan sendiri yah, aku gak bisa tinggalin Bianca "

••••
"Pacar kamu itu aku atau Bianca?!"

"Gua mohon Zel, ngertiin keadaan aku


••••
"Aku mau putus"

"Gua gak mau"


"Cepek capek bangun kesabaran, capek capek bangun kepercayaan tapi dengan
gampangnya kamu runtuhin dengan sekejap"
-Hazela Abraham

PART 2

Jangan mau di bodohi oleh perasaan yang dapat membuat otak dan
logika kamu tak berjalan
-Nathaniel wijay

Pagi ini seorang siswi berseragam putih abu-abu sedang berlari


menyusuri jalanan yang ramai. Gadis itu sangat menyesal telah
menunggu pujaan hatinya yang tak kunjung datang. Hampir saja
membuat Gadis itu terlambat kesekolah sebab menunggunya.

flashback

"Sa ini kamu jemput aku apa gak sih?!"

"Maaf Zel aku udah ke sekolah bareng Bianca, Bang Ervan tadi ninggalin Bianca
jadinya..." ujar seseorang disebrang sana dengan tergesa gesa, belum selesai
dia mengucapkan kata katanya, Hazel sudah mendahuluinya.

"kalau emang gak bisa gak usah janji semalam!! aku hampir telat karna kamu.
Capek bicara sama kamu" teriak seorang gadis dengan raut wajah yang hampir
mengeluarkan air mata. tapi, gadis itu menahannya.

Setelah mengeluarkan unek-uneknya terhadap pujaan hati, Hazel berlari agar tak
telat masuk sekolah. Dirasa waktu semakin cepat. Hazel cepat cepat berlari,
jangan salahkan Hazel mengapa tidak menaiki bus atau taksi atau kendaraan umum
lainnya, Ia ingin menaikinya tetapi dia tak punya akal untuk memikirkannya,
gadis itu hanya berpikir harus sampai ke sekolah dalam waktu 30 menit, itu
sudah cukup.

Wajahnya sangat berkeringat ketika sampai depan gerbang sekolah


cakrawala, ia menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat
dengan pak Slamet yang memantau murid yang akan telat datang.

"pakk bukain saya dong saya mohon, Hazel janji gak bakal
terlambat lagi. Ditambah Hazel belum pernah terlambat loh pak
baru sekali ini, karna si Samudra bego" suaranya lirih sambil
menatap muka pak Slamet agar membuka pagar tersebut
"aduuhh neng kalau sekolah ini punya pak slamet juga bapak bukain
nih pintu, masalahnya bapak cuman satpam neng dan neng kan tau
tugas satpam apaan tuan mudah sekolah ini aja bapak gak bukain"

Setelah mendengar tuturan pak slamet Hazel berbalik badan melihat


sapa yang dimaksud pak Slamet ternyata dia adalah anggota geng
Aespa sahabat Samudra yang hanya duduk diatas motornya sambil
bermain game. Entahlah apa yang ia pikirkan sampai dia tidak
berpikir ingin masuk melewati pagar ini

"Nathan lu denger pas gua ngomongin samudra yah?"

"huum"

"jangan tanyak samudra yah heheheh soalnya dia nyebelin tau masa
gua ditinggalin anjir padahal udah janji"

"lu curhat sama gua? jadi mau lu gua yang jemput lu gitu?"

PART 3

Ada saatnya aku lelah dan berhenti berjuang

-Hazela Abraham
Hari ini setelah menempuh perjalanan cukup jauh, mendengarkan guru yang mengajar didalam
kelasnya. Akhirnya telah tiba, saatnya untuk beristirahat. Hazel membereskan alat tulisnya yang tampak
amburadul diatas mejanya.

Saat ini Hazel berjalan melewati koridor Sma cakrawala dengan seorang diri. Sambil memakai headset
yang melekat ditelinganya. Gadis itu mulai mendengar bisik-bisik anak Sma cakrawala ketika melihatnya.
Tapi, gadis itu tak mengambil pusing, ia menaikkan volume hpnya agar tak mendengar ocehan-ocehan
sampah dari cewek yang membicarakannya. Saat Hazel ingin sampai tujuan, ia melihat sosok yang ia
cari, Samudra.

"Samudra" ucapnya sedikit berteriak

"Zel, ngapain disini?" bukannya menjawab sapaan sang kekasih, pria itu malah kembali bertanya dengan
nada tak suka atas kehadiran kekasihnya.

"Nyariin kamu lah, aku pengen ajak kamu makan bareng sebagai permintaan maaf tadi pagi yang
menghardikmu lewat telfon" gadis itu membalas dengan senyuman
"udah aku maafin, itu juga kesalahan aku dan soal makan bareng kayaknya gak perlu. Aku udah janji
sama Bang Ervan dan anak Aespa yang lainnya mau makan bareng"

"Banca ikut?" senyum yang sedari tadi gadis itu gambar di wajahnya kian menghilang dan di gantikan
raut wajah kecewa.

"iyaa bianca ikut, gak mungkin aku tinggalin dia sendiri"

"Iyaa..., Bianca gak bisa sendirian dia takut lihat keramaian, Bianca gak bisa makan kalau gak sama kamu,
Bianca itu masih kecil sedangkan Hazel udah dewasa, Bianca gak bisa ditanggilin sendiri nanti papa
marah, apalagi yang belum aku sebut? kamu pernah ngertiin perasaan aku gak sih?" ucapnya penuh
penekanan sambil menahan air mata yang entah kapan akan keluar

"Hazel maafin Bianca, Bianca gak maksud seperti gitu zel Bianca hanya takut" Ujar bianca yang
mendengar perdebatan samudra dan hazel
"Bi berhenti bersikap polos, kamu lebih kejam dari aku. Kamu gak usah banyak drama disini, kalau mau
latihan bukan disini tempatnya. Jangan berpura-pura merasa tersakiti, jangan merasa kamu adalah
korban dalam kejadian ini sedangkan aku pelakunya. Kamu kapan berhenti rebut kebahagiaan aku,
Samudra satu-satunya sumber kebahagiaan aku dan kamu juga mau rebut dia?"

"HAZEL!!"teriak samudra dengan lantang dengan mata yang menatap Hazel dengan tatapan sangat
marah

"apa sa? kamu mau nyalahin aku? aku egois? aku gak ngertiin keadaan? aku bocah yang gak bisa berpikir
dewasa kalau kamu tau jalan pikiran aku bocah kenapa kamu selalu tinggalin aku dalam kegelapan sa!"

Plak plak

Suara tamparan yang menggema cukup keras, membuat pengunjung yang berada dikoridor merasa
tertarik akan drama yang terjadi kali ini, banyak yang mengabadikan kejadian tersebut dengan
memvideonya agar bisa masuk dalam berita sekolah cakrawala. ada yang merasa kasihan terhadap
keadaan Hazel saat ini. Gadis itu hanya memandang kakinya dengan tatapan lekat

PART 4

"kata maaf yang keluar dari mulut kamu seperti tak ada artinya lagi"

-Hazela Abraham
Sepulang sekolah Hazel sangat bahagia karna mengetahui bakalan bertemu dengan Samudra sang
pujaan hati. Dia menunggu samudra didepan gerbang dengan hati yang sangat bahagia, tetapi udah
berapa jam Hazel menunggu Samudra tetapi Samudra tidak memunculkan batang hidungnya. Hampir 2
jam Hazel menunggu seperti orang gila di depan gerbang tetapi sosok lelaki itu tak kunjung datang.

Sekarang langit udah seperti ingin menangis, sama seperti hati Hazel. Dia seperti mau nangis menunggu
Samudra berjam-jam yang belum datang, Hazel berniat ingin menelfon Samudra tetapi Samudra tak
kunjung mengangkat telfonnya, Sekrang sisa cas Hazel sudah menipis, bagaimana ini, harusakah Hazel
meninggalkan tempat ini?Bagaimana kalau samudra datang?

Rintihan hujan mulai turun dengan derasnya. sekarang sudah pukul 8 malam artinya Hazel sudah
menunggu 4 jam lamanya Hazel menunggu sejak jam 4 sore sepulang sekolah, Hazel berdiri di depan
gerbang dengan wajah agak pucat, dia melangkahkan kakinya pergi dari sana. "mungkin Samudra ada
pekerjaan penting" batinnya

Sepanjang perjalanan Hazel menangis. Dia tak peduli orang-orang yang melihatnya. Air matanya
tertutupi dengan air hujan yang menetes dari langit. Sekarang Hazel mengerti bagaimana rasanya
menangis di bawah derasnya hujan, sangat menenangkan dan menyenangkan menurutnya.
"Zell"teriak seseorang dari mobil

mendengar namanya terpanggil dia berbalik badan dan melihat bang Ervan yang berada diatas mobil
tersebut

"lu ngapain sih hujan-hujan, lu mau sakit? masuk cepat"

"gak papa Hazel masuk?"

"huum, habis lu naik gua cuci mobil gua, biar gak sial kehidupan gua"

Hazel tidak tau kata kata bang Ervan itu cuman candaan atau apa. Tapi, Hazel sakit di sebut sebagai
pembawa sial. yahh, Hazel baperan jika menyangkut seperti ini, Hazel memutuskan untuk tidak naik di
atas mobil itu. Bagaimana jika Hazel naik dan mendaptkan kata kata yang lebih kasar dari itu.
"Gak usah van gua naik taksi aja, gua bakalan balik kerumah kok. Gua juga gak bakal telat, makasih udah
ngajak gua"

"lu keras kepala amat sih, kalau gak mau yaudah gak usah. Gua gak maksa, terserah apa yang mau lu
lakuin. kayak gak berpendidikan lu, beda banget ama bianca"ujarnya sambil menaikkan kaca mobilnya
dan berlalu meninggalkan Hazel

Di kerasnya hujan Hazel berlari untuk sampai rumahnya. Jangan salahkan Hazel mengapa tak naik taksi
atau apa, salahkan para taksi yang tak ingin singgah saat Hazel memanggilnya.

PART 5

"orang asing aja mengerti perasaanku bagaimana dengan kalian yang sama sekali tak mengerti?"

-Hazela Abraham

PLAK PLAK

"papa udah bilang jangan bicara didepan bianca"teriak papa setelah menamparku. Gelas yang berisikan
kopi kini diambilnya dan melemparkannya diatas kepalaku. Darah mulai mengalir dari dahiku.
"orang asing aja mengerti perasaanku bagaimana dengan kalian yang sama sekali tak mengerti"
teriaknya dengan menatap muka papanya dan bang Ervan

"orang lain sapa? samudra? dia aja gak mentingin kondisi lu"teriak bang Ervan sambil melamparkan
remot yang ada di depannya kearah Hazel

"ngertiin perasaan anak pembawa sial?mimpi kamu, mimpi kamu terlalu tinggi Hazel!!"ujar papa sambil
menamparku berulang kali dengan posisi bang Ervan duduk diruang tamu memakan cemilan seakan itu
adalah hiburan dia hanya menatapku saat papa memukulku habis habisan

Papa menyeretku kearah kamar mandi menyeburkan kepalaku diatas bak mandi tersebut dia menaikkan
kepalaku dan menyeburkan lagi aku sesak nafas

"pah maafin Hazel, Hazel janji gak bakal ulangin lagi"ucapnya dengan lemas

"kamu pikir papa peduli?"teriak papa sambil membnturkan kepalaku didinding


"pa cukup Hazel kesakitan"

"Kamu bisa meninggal gak sih?! Papa butuh kamu dalam tidak bernyawa Hazel!!! Papa capek lihat
kamu!" bentak papa

"Apa papa pengen lihat aku kayak gitu? Apa meninggalkanku dalam titik terendah itu masih tidak
cukup?" lirih gadis itu menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

"GAK!! PAPA CUMAN BUTUH ANAK PEMBAWA SIAL INI PERGI!!! PERGI JAUH SAMPAI SAYA GAK BISA
LIHAT KAMU LAGI!" bentaknya dan menampar Hazel berulang kali yang sesekali kepalanya di benturkan
ke dinding.

sekarang tak ada yang peduli dengan Hazel, saat papa keluar dari kamar mandi Hazel merasa lega
akhirnya penyiksaan ini selesai. Tapi, ternyata papa kembali membawa tongkat bisbol. papa memukulku
habis habisan menggunakan tongkat itu, setelah puas menyiksaku papa keluar dari kamar mandi. Tapi, ia
menguncinya dari luar.
"ma Hazel kangen mama, izinin Hazel ikut mama. Hazel capek" ucapnya lirih sambil mengehembuskan
napas terdalam dia menyandarkan dirinya di dinding kamar mandi, ia menangis sejadi-jadinya menahan
rasa sakit di tubuhnya. Tak lama dia tertidur dengan mata yang sembab dan memar di seluruh tubuhnya.

Pagi ini Hazel merasa bersyukur atas orang yang membukakan pintu kamar mandi ini. Entahlah sapa
yang membukanya intinya seseorang itu mempunyai Hati yang baik, setelah mengumpulkan nyawa dan
tenaganya Hazel pergi dari rumah itu dengan keadaan luka-luka disekujur tubuhnya. kali ini Hazel
beruntung di depan kompleks rumah papa ada taksi yang lewat, jadi gadis itu tak perlu menahan rasa
sakit terlalu parah"

PART 6

dipaksa mundur oleh logika tapi dipaksa maju oleh perasaan

-Hazela Abraham

Setelah mengantar pulang Bianca, Samudra langsung bergegas kerumah Hazel. Ia cuman mau
memastikan keadaan Hazel, yang dia lihat emang Hazel apa bukan.

"Assalamualaikum zel" ujar seorang cowok yang berada depan rumah Hazel sambil mengetok pelan
pintu rumah tersebut. rumah itu tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil juga bisa dibilang masih layak
digunakan walaupun Samudra tau Hazel keluarga berada tapi pertanyaan yang selalu ia pikirkan adalah,
mengapa gadis itu harus tinggal dirumah seperti ini? dan seketika dia kepikiran dengan kata-kata Hazel
semalam yang mengtakan "dikucilkan di keluarga sendiri" dia tau jika gadis itu sering mendapatkan
kekerasan di keluarganya. Tapi, ia kurang paham kenapa gadis itu menanggung semua masalah ini
"Waalaikumsalam" balas seorang dari dalam yang dapat didengar Samudra dengan sangat jelas

"kamu gak papa?" pertanyaan yang langsung dia lontarkan setelah melihat Hazel depan pintu
rumahnya.

"gak papa, ada apa kesini?"

"cek keadaan kamu tadi aku lihat kamu di supermarket tapi gak tau itu kamu apa bukan soalnya tadi
lihat cewek mirip sama kamu dan..." belum sempat cowok itu melanjutkan ucapannya dia melihat
tangan hazel yang diperban "tangan kamu kenapa? kok bisa gini sih? berarti tadi yang di supermarket
kamu dong?aku boleh masuk mau obatin tangan kamu"

"boleh sa. masuk aja dulu, minum terus lanjut nanyaknya. kamu gak capek apa cerita terus gak ada
jedanya" balasnya dengan senyuman yang bisa membuat Samudra Maheswara ikut tersenyum
"kamu kenapa bisa sampai luka kayak gini" ujarnya sambil duduk diruang tamu berbeda dengan Hazel
yang berjalan kedapur untuk mengambilkan samudra cemilan dan makanan yang dia beli tadi
disupermarket

"gak tau dipukul setan, ngapain tadi di supermarket?

"temenin Bianca katanya ada keperluan"

"sa, aku mau dengar kamu ngomng sendiri kalau kamu sayang sama aku" ujarnya sambil berjalan kearah
Samudra membawa beberapa cemilan sambil duduk disebelah Samudra

"Aku sayang kamu"

"tapi kenapa bukan aku yang jadi prioritas kamu?"


"Sapa yang bilang kamu bukan prioritas aku"

"Gak ada yang ngomong tapi sikap kamu yang nunjukin kalau aku bukan prioritas kamu"

PART 7

rasanya dijadiin prioritas kamu gimana sih sa?

-Hazela abraham

setelah berjalan jalan berdua dengan samudra dan menghabiskan waktu berdua tanpa diganggu
sapapun Hazel maupun Samudra berhenti disebuah taman yang cukup membuat mereka tenang

"aku nyalahin hp aku sekarang gak papakan?" ujarnya sambil menatap Hazel menunggu gadis itu
memberikan izin

"iyaa nyalahin aja sapa tau ada yang penting sa"


"kenapa suka ke taman sih zel, kan ada pantai atau apalah gitu yang lebih seru"

"gak tau, suka aja lihat anak anak senyum lepas kayak gitu apalagi pas ada yang meluk mereka pas jatuh
kayak Hazel yang dipeluk "

"sini biar aku yang meluk kamu"

"kamu bau aku gak mau"

"harum tau"

"huu ngambeknya lucuu, pacar sapa sih kamu"

"pacar Hazel Abraham dong, masa pacar mbak Ati kan gak lucu"
"HAHAHAHHA SA AKU BAYANGIN KAMU PACARAN SAMA MBAK ATI"teriak keras seorang gadis sambil
tertawa terbahak bahak memukul seorang Samudra, kadang Hazel berpikir yang duduk disampingnya
mungkin menyesal soalnya kalau Hazel tertawa ia bakal mukul orang atau benda.

"sakit tau zel astaga" sambil mengelus rambut Hazel dan tersenyum

"aku sampai nangis loh sa"

"jangan nangis nanti jelek"

"bukannya kalau aku nangis aku lucu yah?"

"kata sapa?"
"bang Ervan"

"owhh dekat sama bang Ervan yah?"

"dulu sebelum kejadian itu"

"kejadian apa? tapi emang dari aku kecil main kerumah kamu aku gak pernah lihat kamu zel"

"kepo lu"

"ish main lu gua yah sekarang"


"kamu kepo" ulangnya smbil memeluk samudra

"yaudah gak papa kalau udah mau cerita panggil aku aja aku dengerin"

"iyaa Samudra"

"huum zel kamu bisa balik sendirikan?" ujarnya sambil tetap menatap layar hp yang digenggam

"gak papa sih emang kenapa?"

"bianca sendirian dirumah dari tadi chat aku tapi aku gak bales"
"owh khawatir yah?"

"iya takutnya ada orang jahat datang kerumahnya kan dia sendiri" ujarnya sambil berdiri menyimpan
hpnya di saku

"mau nanyak deh sa, rasanya di prioritasin kamu itu gimana sih?

PART 8

Kamu tau hal yang sangat membuatku bahagia?Ketika kamu tersenyum meskipun senyum itu bukan di
arahkan untukku tapi senyum itu membuatku bahagia

-Hazela abraham

"woi bangun udah sampe" ujarnya ditengah keheningan jalan sambil mengerakkan sedikit bahunya agar
orang dibelakang bisa merasakan

"eunghh"
"anjing nih orang meresahkan mulu" gumamnya sambil melepaskan pelukan Hazel dan siap siap berdiri
dari motornya dia tak ingin ambil pusing kalau Hazel jatuh

"bangsul"

"gua udah coba bangunin lu"

"bangunin apaan kayak gitu, gua hampir jatuh anjir"

"gak peduli"

"tau ha" memutar bola matanya dengan malas dia buat salfok dengan motor, motor itu familiar bagi
dirinya yah itu motor Samudra
"Samudra ada didalam? belum balik?" lanjutnya

"huum"

setelah mendengar jawaban dari Ervan Hazel bergegas untuk msuk kedalam rumah itu entahlah yang
ada dipikirannya apa tapi dia sedikit cemburu melihat Samudra dengan senyum yang melebar memeluk
Bianca dengan posisinya bisa di bilang cukup romantis

"lu itu pengganggu di hubungan mereka"bisik bang Ervan di telingaku cukup bisa membuatku ingin
menangis sekarang dan lihat sekarang samudra tidak tau kehadiranku sambil sibuk memeluk bianca
sambil mengelus kepalanyax aku cemburu sa.

"khem"

"Hazel kamu kok disini" sambil melepas pelukannya dari Bianca dan menghapiriku
"kenapa? kalau Hazel gak disini Samudra bisa berduaan sama bianca kan?"

"zel kamu salah paham Bianca itu udah aku anggap kayak adik aku sendiri lagi pula tadi gak seperti yang
kamu lihat zel tolong kamu ngertiin lah"

"ahazel ngerti, Hazel mau kekamar. lanjutin gih peluk pelukkannya"

"ZEL"teriaknya tapi tidak ada yang mengubrisnya

"udahlah biarin dia intropeksi masa dia cemburu ama adeknya sendiri gak masuk akal amat" kali ini
Bianca yang menyaut sambil berjalan menggenggam tangan samudra

"papa belum balik?" tanya Ervan


"belum bang mungkin besok atau lusa"

"Owhh ok dan lu samudra kalau mau nginap nginap aja udah malam lu kekamar gua aja"

"mau ngapain dikamar lu anjing"

"lah lu mau tidur dimana kalau bukan kamar gua anjir"

"iya juga sih yaudah gua ngikut lu aja gua nginap yah"

"huum"
"sa temenin bianca nonton disini"

"tidur aja bi udah malam gua ngantuk"

"yaudahh night sa night abang"

"night"ucapnya serempak

pagi ini seperti biasanya hazel bangun lebih cepat dari yang lain dia tidak tau kalau samudra nginap
semalam dia hanya dikamar tanpa niat keluar, dia malas ber debat dengan Samudra apalagi melihat
keuwuan saudara kembarnya bersama di pacarnya kalau udah di apk tiktok udah Hazel tindis "tidak
tertarik" agar mereka tidak muncul di hadapannya lagi

"sumpah gua kira abang bercanda kalau semua bibi dirumah ini pulkam ternyata emang benar anjir gua
disuruh cuci piring dipikir gua babu apa" ngomel seorang Hazel tapi tetap melanjutkan perkerjaannya
membersihkan rumah, rumah ini seperti kapal pecah baginya
"sekali kali belajar jadi ibu rumah tangga"

"ibu rumah tangga apanya njir ini udah kayak babu tau gak?!" Bentaknya tanpa melihat yang
mengucapkan itu sapa

"galaknya calon aku"

"SAMUDRA, KAMU KOK MASIH DISINI SIH" teriaknya yang cukup membangunkan seisi rumah untung
samudra langsung lari menutup mulut Hazel agar tak berteriak lagi untung, pula papa belum balik jadi
aman.

"husst jangan kencang kencang nanti semua orang bangun" sambil melepaskan tangannya dari mulut
Hazel

"aishh maaf btw Hazel masih marah sama kamu"


"marah kenapa? aku salah yah? maaf"

"kesalahan kamu saja kamu gak sadarin sa gimana mau memperbaiki"

"maaf"

"itu permintaan maaf karna menyesal atau cuman main main?"

"kan gua udah minta maaf zel lu kok makin panjangin masalah sih" sewotnya sambil menatap hazel tak
kalah tajam

helaan nafas Hazel sangat terdengar dikuping samudra "huu kamu salahin aku? yaudah situasi diubah
aja kalau aku peluk pelukkan sama Nathan kamu marah gak?"
"marah lah kamu itu pacar aku"

"sama kayak aku, kamu itu pacar aku"

"kamu cemburu?"

"aku cemburu lah"

"cie cemburu"

"apasih sa auah mau beres beres rumah sana kamu"


"sini aku bantuin"

"gak usah Hazel bisa sendiri situ pergi makan Hazel udah buat sarapan tapi maaf cuman nasi goreng"

"gak papa, kamu udah makan?"

"bentar kalau udah beres beres kamu manggil abang aja gih nanti biar aku yang panggil Bianca gak usah
kamu"

"cie cemburu"

"Samudra ihhh tau ha kamu sana panggil bang Ervan"


"iya bawel"

PART 9

sayang sama orang tuh selayaknya memperjuangkan juga selayaknya

dan melepaskan dia sepenuhnya

-Mita Aurellia

Hari ini setelah sarapan Hazel, Samudra, Ervan dan Bianca langsung bergegas kesekolah. Karna hari ini
adalah hari senin waktunya upacara bendera, dia tak ingin telat. Hazel dan Samudra pergi bersama
dengan sepeda motor kesayangan seorang Samudra dan disusul dibelakangnya Bianca dan Ervan

Samudra dengan cepat melajukan motornya agar sampai dengan cepat kesekolahnya, setelah sampai
diparkiran sekolah. Samudra menghentikan motornya. Hazel terlebih dahulu turun dari motor ia
menyodorkan kembali helm yang dia pake tadi ke Samudra

"kamu gak tau pake dasi sa?"

"enggak"
"kalau ditegur pak dani gimana" sambil mengambil dasi cadangan yang ada didalam tasnya dan
memasangkan dasi di kerah Samudra

Samudra menatap Hazel dengan senyuman yang terukir di wajahnya "biar diperhatiin kamu btw kalau
lagi kayak gini kita kayak suami istri gak sih? Yang suaminya pengen ke kantor istrinya perbaikin dasi."
ujarnya sambil turun dari motornya dan mengelus rambut Hazel dengan lembut sambil melalui Hazel
yang bisa dibilang salting (salah tingkah)

"SAMUDRAA MAHESWARAAAAAA" teriaknya di sertai pipi yang merah padam dan berbalik badan
mengejar Samudra yang cukup jauh sekarang dari dirinya, untung dia bisa mengejar sosok pria itu

"zel sana kebarisan kamu"

"ngusir?" tanya Hazel agak sewot sambil menghadang samudra agar tak bisa melanjutkan
perjalanannya, ia menatap kedua bola mata sang pacar
"enggak ngusir sayang tapi lihat tuh pak Dani megang sapu emang mau dikejar pake sapu ?gak kan?
yaudah sana kebarisan, aku mau ke uks"

"kamu mau lihat anak pmr diuks yah?ngaku kamu, kok Samudra genit sih"

"Hazela Astagfirullah, udah sana pergi. Gak takut apa dilihat pak dani kumisnya naik turun"

"yaudah bawain tas hazel ke kelas aja kalau gitu" ujarnya sambil melempar tasnya kesamudra dan pergi
meninggalkan samudra

"dasar anak konda"ujarnya sambil pergi dari sana menuju ruang uks

Langkah Hazel terhenti dibarisan kelasnya, dia mengikuti upacara dengan sangat seksama setelah
upacara selesai Hqzel kembali kekelas dia dari tadi mencari amita entah kenapa mita tak tampak pas
upacara apa Mita sakit atau dia bolos
Hazel memasuk kedalam kelasnya, ia melihat Mita yang sedang tancap tancap khas anak sma zaman
sekrang ternyata dia bolos dan meninggalkan Hazel sendiri upacara dan lihat sekarang ia tidak tau
kehadiran Hazel padahal Hazel sudah duduk di sampingnya

"mit"

"mita" teriakny sedikit kencang

"Mita aurellia" teriaknya yang cukup kencang membuat seisi kelas kaget

PART 10

Untuk apa kamu takut kehilangan, jika dia saja tidak peduli dengan perjuanganmu, Semua pada akhirnya
akan sia-sia
-Nathaniel Wijaya

Meremas kedua ujung roknya. Debaran jantungnya berdetak begitu cepat dari yang biasanya. Berjalan
meninggalkan sekumpulan orang yang tadi berdebat dengannya
Entah bagaimana caranya, Hazel yang berusaha sekuat hati tak mengeluarkan air matanya kini sia-sia, air
matanya turun entah sejak kapan. Dia tak menyangka pacarnya yang tadi pagi bersikap romantis
sekarang hanya menatapnya dengan tatapan sulit diartikan

"lu nangis karna cowok itu atau nangis karna saudara-saudara lu"

"gua gak nangis mit, gua hanya kecewa sama tatapan samudra yang selalu natap gua dengan kayak gitu"

"kalau kagak nangis lu ngapain bambang"

"gak tau juga"

"GOFLOK" teriak kesel seorang siswi yang hanya dibales cengiran tanpa dosa

"gua mau ke toilet lu deluan aja"

"gak mau ditemenin?"


"gua bisa sendiri, gua bukan bocah 5 tahun yang kalau ke toilet harus didampingi" Hazel berlalu
meninggalkan mita yang ingin membalas ucapan hazel barusan

Hazel berjalan menuju kamar mandi khusus siswi yang disebelahnya kamar mandi khusus lelaki, baru
saja Hazel menghela nafasnya ketika membuka pintu kamar mandi dia sudah mendengar ucapan dari
mulut kemulut atau biasa anak milenial menyebutnya dengan kata GHIBAH, banyak yang membicarakan
kejadian yang baru terjadi didepan kelas samudra banyak yang berpihak kepada bianca

"menurut gua si Hazel egois, dia cuman pacarnya si Samudra bukan bininya tapi main larang larang si
Samudra dekat Bianca" bisik seorang siswi yang mengoleskan sesuatu dibibirnya

"betul banget lu lihat deh kalau Samudra sama Bianca pasti dua duanya bahagia banget si samudra
senyum mulu beda sama si hazel yang senyumnya samudra dipaksakan"

"ditambah lagi lu pernah lihat si Samudra makan bareng Hazel? bela Hazel pas dibully di sekolah apalagi
sama kak ervan yakan, yahh si Hazelnya disini guyss dia denger dong? tapi gak papa sih biar tau diri aj
gitu supaya lebih gampang ninggalin samudra ahahahah"

Tanpa niat meladeni ucapan orang orang, hazel langsung masuk dalam kamar mandi dia masih
mendengar cerita mereka yang membuat ia cukup sakit hati mendengarnya, pasangannya di sandingkan
dengan saudara kembarnya sungguh menyakitkan.

Bel berbunyi.
Siswi siswi tadi sudah keluar dari ruangan ini tinggal Hazel sendiri menatap dirinya yang sangat
memiluhkan, Hazel beranjak dari sana dan berjalan ke kelas

"LU DARI MANA MBAK"

"dari wc lu kan tau mit"

"lama banget pasti lu dengerin omongan kosong si cabe cabe sekolah yah?"

"sok tau btw Mit kalau suatu saat nanti lu punya pasangan terus dia nyuruh lu ninggalin gua atau ada
kejadian yang harus buat lu jauhin gua, lu bakal lakuin"

"soal pasangan palingan gua bakal tinggalin dia zel dan kejadian itu tergantung kesalahan lu apa btw nih
yah gua balik deluan yah nyokap balik ke indo"

"tapi masih ada mata pelajaran mit"

"gua udah izin heheheh hati hati lu kalau ada apa ngomong ama gua"
"huum lu kayak mak gua mit"

"IDEH DASAR MASIH MUDA JUGA" setelah membalas ucapan hazel mita beres beres untuk pergi ke
bandara

Kali ini hHzel berjalan sendiri ke kantin, dia tak berniat mengajak samudra makan bareng udah pasti
hazel bakal ditolak samudra pasti bakal lebih memilih seorang BIANCA sejak kapan Hazel prioritas
mereka sampai di kantin dia terlalu pusing melihat orang orang yang dorong dorongan seperti
pembagian sembako, dia memilih menjauh sedikit dari sana.

Biasanya Hazel hanya nitip di mita atau kalau Hazel makan dikantin dia bakal langsung duduk menunggu
mita membawa pesanan dia tapi kali ini berbeda Jazel sendiri

"Kalau jalan tuh pake mata" ujarnya sewot

"gua make kaki kalau jalan"

"lu yang salah lu yang sewot" ujar seorang siswi yang Hazel yakini itu si teman temannya bianca sapa lagi
kalau bukan inara dan irana saudara kembar yang suka membuly Hazel yang dikawal dengan anak Aespa
di belakangnya yang dapat dia lihat Samudra Nathan Bianca dan bang Ervan yang ada disana bersama
anak Aespaa lainnya
"lah kok gua yang salah, ini nih otaknya  di modifikasi pake rucika tololnya mengalir sampai jauh"

"anjing lu" teriaknya dengan amarah dan menampar Hazel dengan cukup keras kantin yang tadinya
cukup berisik sekarang cukup hening setelah mendengar keributan

"kalau gua anjing lu apa? jelmaan?"

"zel udah" kali ini samudra yang membuka suara berusaha menenangkan keadaan

"kamu kalau gak niat lindungin aku atau bela aku cukup lihat aku kayak tatapan yang selalu kamu kasih,
tatapan yang susah dimengerti "teriaknya menatap samudra dengan mata yang memerah

"kamu yang halangin jalan"

"terus mau kamu aku apa sa?"

"kamu minta maaf sama Inara"


"kamu serius sa? hahaha ngelucu kamu bukan aku yang senggol aku cuman berdiri disini dari tadi loh,
terus kamu suruh aku yang minta maaf?"

"gua gak butuh minta maaf lu" Inara berlalu berjalan ke arah sebuah gelas yang berisi minuman dingin
dan menumpahkan diatas kepala hazel

"upss maaf yah gua gak tau kalau ada orang disini gua kira tong sampah hahahaha" melihat Hazel dan
mendorong keras bahu hazel hingga membuat gadis itu terjatuh ditanah

"gua kasihan sih sama dia tapi gimana yah muka lu yang kayak gini malah buat gua makin senang" Irana
bersuara. kaki yang beralaskan sepatu itu menginjak tangan Hazel

"lu udah keterlaluan sih" kali ini nathan yang membuka suara. Ia melepaskan jaket yang dia pake dan
menutupi pakaian basah Hazel dan menuntun Hazel untuk berdiri dan meninggalkan tempat disana

"lu kayak pengecut sa" ujarnya sambil melindungi Hazel dibawah jaketnya dan pergi membawa Hazel

PART 11

Aku pernah berjanji untuk mempertahankanmu disisiku tapi lambat laun aku percaya, semua orang
memiliki kebahagian sendiri mungkin kebahagianmu bukan denganku tapi dengannya
-Hazela Abraham
Kali ini sekolah cakrawala digemparkan dengan berita dikantin, setelah melihat kejadian dikantin
terdapat pro dan kontrak dalam kasus ini ada yang menyalahkan Hazel dan ada pula yang kasihan
dengan Hazel

"lu gak usah dengerin ucapan mereka deh"

"Nat makasih"

"buat?"

"nolongin gua tadi"

"udah seharusnya orang saling tolong menolong bukan? masuk sana ke wc. Nanti gua balik ke sini,
bawain lu baju. owh iya ambil ini" ujarnya sambil memberikan headset kepada Hazel "dengerin sambil
tunggu gua balik"

"makasih" tanpa niat membalas ucapan Hazel, nathan berlari ke loker untuk mencari baju cadangan
yang biasa ia simpan disana, setelah mendapatkan barang yang dia inginkan ia kembali menemui Hazel
"zel"

"iya nat"

"pake ini" ujarnya sambil melemparkan pakaian olahraganya dari atas

"muat gak?"

"gimana mau tau ha?! gua aja belum make bego, kebesaran sih tapi gak papa makasih"

"Astagfirullah galaknya nih kak Ros Yaudah keluar sini gua udah bawain lu makanan juga"

"gak usah anjir"

"gua udah bawain masa gak dimakan"

"gua bawa bekal dari rumah tadi gua ke kantin cuman mau beli minum kan gak mungkin gua gak makan
bekal"
"gua makan bekal lu dan lu yang makan nih makanan yakan"

"terserah"

"Yaudah makan di rooftop aja"

Kakinya menghentak hentak mengikuti irama yang berasal dari hpnya dia sekali kali menyanyi, matanya
bergerak kesana kemari tapi pada akhirnya ia pejamkan matanya untuk lebih menghayati lagunya

"Zel makan"

"zel"

"ZEL!!" teriaknya sambil mencopot satu headset yang berada ditelinga Hazel "kalau orang tua cerita tuh
dengerin"

"HAHAHAA NATHAN NGAKU ORANG TUA"


"maksud gua tuh kayak"

"kayak apa ayok"

"gak tau juga"

"kenapa gak makan deluan Nat?" Gadis itu menyingkirkan hpnya dan mulai memakan nasi yang ia bawa
dari rumah

PART 12

kamu adalah ekspetasiku yang selalu membuatku terjatuh dalam kesakitan yang luar biasa
-Hazela Abraham

"nanyak keadaan bianca? gak salah? bukannya lu yang mau bunuh bianca yah"

"saa aku gak niat celakain bianca bagaimanapun dia saudara aku"

"Lu jujur aja, lu apain bianca"


"dia yang mau dorong aku"

"KAMU APAIN BIANCA HAZELA ABRAHAM?!SE BENCI BENCINYA LU SAMA DIA GAK USAH DORONG"

"aku gak apa-apain sa, aku iri sama bianca. Tapi, gak sampe ada niatan mau celakain dia"

"mau melucu apa gimana?gak dorong?kalau gak dorong bianca gak sampe masuk rumah sakit"

"sa aku gak dorong bianca, aku kan udah jelasin kalau bianca mau dorong aku"

"jujur zel jangan sok polos kayak gini, emang bener yah kamu itu sampah zel pantes bunda kamu
ninggalin kamu, ucapan bianca pas disupermarket emang benar yah kamu itu kasar cuman pake topen
biar kelihatan polos, lama-lama topeng kamu bisa retak zel! Berhenti pura-pura"

"Saa, kok ngomng gitu" gadis itu tersenyum kaku menahan tangisan yang bisa keluar kapan pun

"Topeng? Topeng berpura-pura bahagia?" batinnya menatap sosok sang kekasih


"Emang bener yang gua omongin, emang bener kata bokap lu. Kalau lu pembawa sial! Lu gak pantas
hidup!" bentak Samudra

"SAMUDRA MAHESWARA JANGAN BERANI-BERANI LU BENTAK TEMAN GUA ANJING"teriak mita yang
diuujung koridor rumah sakit ini yang berdiri disana tanpa memperdulikan kalau ini rumah sakit dilarang
berisik

"lu gak tau mit apa yang teman lu lakuin ini"

"coba lu tanyak gua dia lakuin apa"

"dia dorong saudara kembarnya sendiri ditangga hanya karna iri"

"sa"ujarnya lirih menatap samudra dengan tatapan tidak percaya yang baru diucapkan barusan

"saudara kembar?hazel bianca?" kali ini inara

"huum dia saudara kembar"


"lu dorong bianca zel?"pertanyaan yang dilontarkan mita membuat hazel tak percaya seorang mita
sahabatnya yang selalu melindunginya ternyata tidak percaya kepadanya

PART 13

aku bukannya tak memberikanmu kepastian tetapi aku bingung dengan perasaanku, aku menyukaimu
atau cuman kasihan kepadamu
-Samudra maheswara

Hazel duduk seorang diri dibalkon rumahnya. Dengan ditemani secangkir coklat panas membuat Hazel
semakin membuat kesan kesepian. Rumah Hazel dan rumah papanya bisa dibilang cukup dekat Hazel
dapat melihat rumah papanya dari balkon kamarnya tapi ketika malam daerah rumah Hazel sangat
rawan penjahat, makanya jika malam Haazel takut keluar apalagi pergi kerumah papanya walaupun
dekat dari rumahnya

Hazel melirik rumah yang bernuansa putih itu tampak sangat sepi, Hazel yakin semua orang masih
dirumah sakit menemani bianca. Dia berjalan kearah kasurnya dan merebahkan dirinya badannya cukup
sakit berbaring seperti ini saja sakit apalagi kabar kalau bibi tak balik lagi kesini dia mau menetap di
kampung itu semakin membuat beban di kepalanya

Dia melirik ponsel di meja lalu meraihnya. Ia menghela nafas dan mengaktifkan hpnya dia berharap ada
satu orang yang khawatir kepadanya atau memberikan semangat kepadanya ternyata tidak ada satu
orang pun yang mengirimkan ia pesan namun sebaliknya semua orang mengirimkan pesan untuk
membully dirinya apalagi grub kelasnya banyak anak anak yang membicarakannya terutama Mita ia juga
ikut gabung tanpa peduli Hazel berada digrup.
"ma izinin Hazel akhiri semuanya, Hazel capek ma, Hazel capek dengar semua omongan mereka. Hazel
capek dapat pukulan, Hazel rindu pelukan hangat" lirihnya menatap pisau buah yang tak jauh darinya
tapi niatnya ia urungkan

"Hazel tidak tau apa yang akan terjadi besok disekolah" ujarnya sebelum menutup matanya menuju
alam mimpi

°°°°
Setelah mendengar bel istirahat berbunyi Hazel merapikan barang barangnya dan mengambil kotak
bekal yang berada di lacinya kemudian berjalan diluar kelas sambil memakai headset ditelinganya dia
tak ingin mendengar omongan mereka.

Semua orang menatapnya dengan tatapan benci dia tak memperdulikan tatapan mereka semua rumor
yang hazel ceritakan ke mita beredar banyak orang yang memperbincangkannya sebelum sampai di
rooftop ia berpapasan dengan samudra mita nathan bang ervan dan sikembar inara irana

"huu anak pembawa sial mau makan guys hahahahha" teriak mita sambil jalan kearahku

"mit"

"why? gak terima?" ujarnya sambil mengambil kotak makan yang kugenggam dari tadi, ia membukanya
tepat diatas kepalaku
"upss gua kira tempat sampah"

"sayang kamu keterlaluan, kamu buang makanannya nanti dia makan apa? kan biasa dia dapat uang
ngemis dari kamu" kali ini bang ervan yang berbicara. bentar bentar sayang? mereka pacaran? padahal
mereka dulu musuhan

"kasihan yah dia udah gak ada ibu, pacarnya lebih milih sahabatnya, sahabatnya ninggalin dia bokapnya
nunggu kematian dia hahahahah miris amat tuh hidup"

PART 14

kukira kamu adalah obat kehidupanku, ternyata kamu luka terhebat dari kehidupanku
-Hazela Abraham

Pertemuan anak Aespa sudah selesai tetapi ada beberapa dari mereka masih disana yang ditugaskan
oleh ervan menjaga basecamp berjaga jaga sapa tau anak Garuda ada yang datang kesini, Sebagian lagi
sudah pergi menuju tempat yang sudah di atur ervan

"sa kita pergi sekarang aja yah"

"Yaudah ayok" Samudra menjatuhkan rokoknya dan mematikannya dengan cara menginjaknya.
Samudra memang tidak merokok jika didepan Hazel, ia takut jika hazel marah apalagi ketika hazel
tampak pucat saat ia menyesap rokoknya.
"Anjay mesrah amat pak sampai lupa pacarnya Hahahaha" goda dion yang diacuhkan oleh samudra

Ervan menepuk pelan pundak samudra


"jagain adek gua"

samudra hanya mengangguk tanpa niat menjawab

°°°
Hazel berjalan melusuri area sekolahnya, matahari hari sangat menyengat baginya ia lupa membawa
hoodie yang biasa ia bawa

Hazel menatap sebuah cafe yang tampak sangat ramai "mungkin hazel lembur lagi" ujarnya sebelum
masuk kedalam cafe itu

Hazel tersenyum ketika melihat bosnya yaitu mas rey yang sibuk memberikan pesanan orang orang
walaupun ia bos disini tapi dia tak pernah bersikap bossy kepada karyawannya

"masss" teriaknya sambil melampaikan tangannya

mas rey tampak mendongak kearah hazel dan kembali melanjutkan kerjaannya "zel ganti baju cepat
banyak yang harus di layani"
"iya mas"

°°°

Samudra menjalankan motornya menuju cafe dekat sekolah bersama bianca ia berpikir agar lebih
gampang mengawasi sekolahnya dari sini setelah sampai di parkiran bianca berjalan lebih dulu daripada
samudra

"kamu dimana bi?" ujar seseorang dari telfon

"dekat jendela sa"

"oalah iya iya aku udah dapat kamu"ujarnya dan menutup telfonnya dan berjalan kearah bianca

"mau pesen apa?"

"huum terserah aja sa"


"di menu gak ada menu terserah"

"aishhh ikutin kamu aja kalau gitu"

"itu juga gak ada di menu"

"Yaudah kamu may minum apa sa?"

"ice coffe" tanpa niat membalas ucapan samudra bianca memanggil pelayan agar membuat pesanan
mereka

"mau pesen apa mbak" ujarnya sambil bersiap siap menulis pesanan kedua pelanggannya

PART 15

untungnya aku mempertahankan kamu apa, kamu yang menyembuhkan lukaku tapi kamu juga yang
melukainya
-Hazela Abraham

Menganga, gadis itu tampak kaget melihat apartemen seseorang yang baru dia kenal. Bukannya Hazel
gampang di rayu atau apalah menurut kalian. Tapi, menurut Hazel, sosok pria itu orang baik yang tidak
mungkin berniat jahat kepadanya. Dari raut wajahnya sudah dapat membuat Hazel menyimpulkan
kepribadian sosok pria itu.

"Lu dari keluarga berada tapi lihat apartemen gua kayak gini lu udah nganggap, lu anak kandung apa
kagak sih" Galaksi memandang gadis itu dengan tatapan heran

"hehehehe maaf gua kayaknya bukan anak kandungnya deh"

"gua juga pernah bilang gitu sampai gua tes DNA diam diam buat tesin dan ternyata gua anaknya bokap
ama nyokap" jelas Galaksi sambil berjalan lebih dulu dari Hazel. Gadis itu hanya memberikan senyuman
sebagai balasan ucapan Galaksi

"tinggal sendiri?" tanyanya

"abang gua biasa disini. tapi kali ini dia keluar kota"

"owhhh gituuu"

"kita pesen makanan aja yah"


"kenapa gak masak aja gak baik makan diluar terus pasti lu suka makan diluar kan?"

"gak cuman makan mie instan" balasnya dengan acuh sambil memencet tombol lift

"YAK GAK BAIK TAU!" teriaknya sambil mengejar orang didepannya

"lo tau apa tentang baik dan buruk"

"maaf" ujarnya lirih

Hazel langsung menutup mulutnya rapat-rapat dia takut makin dimarahin sama orang di depannya ini,
kadang pria di depannya ini ceria tapi lihatlah sekarang tampak galak. Di dalam sana tidak terjadi
pembicaraan hanya tatapan kosong dan keheningan yang terjadi antara kedua orang itu.

Tak memperdulikan orang yang di sampingnya. Sampai akhirnya lift pun berhenti, Ia mengikuti sosok
pria di depannya ini yang seperti tiang listrik menurut Hazel. Hazel seperti kurcaci di belakang orang ini.
Setelah sampai depan pintu Galaksi langsung memberi tau kalau dia akan pergi keluar sebentar
"gua udah pesen ayam, gua juga udah bayar lu tinggal stay disini, gua mau pergi" jelasnya sambil
menjelaskan kata sandi dari tempat ini

"271192 gak usah bukain kalau ada orang" lanjutnya

"jadi ayam gua gimana kalau gua gak buka bego"

"iya juga yah....,tapikan lu bisa lihat dulu sapa yang bawa tuh ayam"

"iya Iya, yaudah sana"

"ini apartemen gua tapi gua yang di usir" Galaksi memutar bola matanya.

"lebay"

PART 16

Rasanya sangat sulit diterima ketika tau kenyataan kalau aku hanyalah sebuah pelampiasan dihidupmu
-Hazela abraham

1 bulan kemudian....
Setelah satu bulan berlalu dan tak ada yang dapat menemukan hazel atau hazel yang menampakkan
dirinya sendiri di lingkungan dahulunya. Lingkungan dahulunya sudah berubah kali ini hazel masuk ke
sekolah yang diantar oleh galaksi.

Selama hazel menghilang hazel hidup bersama keluarga galaksi, keluarga itu menerima hazel dengan
sepenuh hati. Hazel bercerita semua kisah hidupnya bersama keluarga mereka dan mereka ingin
mengangkat hazel menjadi keluarganya tapi hazel menolaknya mentah mentah ia masih menyayangi
keluarganya.

"Anjir dia datang tanpa dosa 1 bulan bolos sekolah hahahaha" bisik siswi yang memandang hazel dengan
tatapan jiji

Hazel menghela nafas yang panjang sebelum masuk ke kelasnya, Ia menemukan bianca bersama mita
tampak berbicara sangat akrab kehadiran hazel hanya dilirik oleh mereka berdua berbeda dengan
Nathan yang langsung menghampirinya

"Lu gak papa? Kok bisa bebas? Kenapa lu ngilang" banyak pertanyaan yang dikeluarkan dari seorang
Nathaniel

"Gua hilang atau pun enggak itu bukan masalah lu, bukannya kalian senang yah gua ngilang? berhenti
bersikap baik sama gua nat, gua tau lu gak sebaik yang gua pikir dan gak seburuk yang gua pikir, jadi lu
ngerti maksud gua kan" gadis itu meremas roknya menahan tangisannya sambil berjalan dibungku pojok
dekat jendela, Ia sadar diri kalau mita tak ingin duduk di sebelahnya
Gadis itu duduk dan meraih hp disakunya tampak ada pesan masuk dari seorang galaksi

Galaksi/galak

Lu udah makan?
gua kan udah bilang tadi lu sarapan!
kabarin kalau udah sampai kelas

pesan dari galaksi membuat gadis itu tampak tersenyum bukann karna apa dia merasa sekian lama ada
yang memperhatikan dia

udah, gua udah bilang juga gua gak suka sarapan!


udah sampai gua mau belajar

setelah menjawab pesan dari galaksi hape tampak menaikkan headset yang ia bawa dari rumah galaksi,
galaksi meminjamkannya katanya biar gak denger omongan orang mirip dengan perkataan nathan dulu
pas gua di bully dikantin

"Sayang balik kelas buru udah ada bu dinda dike..." ucapan seseorang terputus ketika matanya menatap
seseorang yang selama ini menghilang hazela
"sayang? mereka berdua pacaran? syukur lah hazel bukan jadi pengacau lagi dikehidupan mereka
berdua" batin hazel yang masih menatap mata seorang samudra

PART 17

"alasan aku belum bisa mengikhlaskan mu sepenuhnya adalah karna sampai sekarang kau masih
menjadi tokoh utama di hatiku"
-Samudra maheswara

Hazel berlari di koridor sekolah tanpa peduli tanganya berdarah, Ia tak merasakan sakit di tangannya
tapi sakit di hatinya, kenapa semua hal-hal yang Hazel tidak harapkan selalu hadir? kenapa Hazel tak bisa
bahagia walau sebentar saja. Kenapa sebuah kebahagiaan tak pernah hadir dalam hidupnya?

Hazel berhenti di halte bus depan sekolahnya dan duduk disana menunggu bus berhenti di jalur ini,
Hazel melirik luka ditangannya yang tak berhenti mengeluarkan darah

"sini gua obatin tangan lu"

"gak perlu makasih van"

"gua cuman mau bilang lu ikhlasin samudra salah satu kebahagiaan bianca samudra zel" Cowok itu
mengambil tangan hazel dan mengobatinya dengan hati hati
"abang gak pernh mikir salah satu alasan hazel hidup itu samudra kan?" gadis itu menghela nafasnya
dan menghapus air matanya yang sempat jatuh "tapi gimana pun samudra suka bianca, hazel cuman
pengisi waktu kosongnya seharusnya dari dulu hazel sadar dan ikhlasin dia. Hazel gak mungkin gangguin
hubungan mereka"

"apa ucapan lu bisa gua pegang?"

"apa keinginan abang cuman buat bianca bahagia? kalau itu keinginan abang hazel bakal belajar
mengikhlaskan"

"gua gak mau adik gua nangis, jadi gua mohon. Lepasin Samudra"

"kapan gua denger kata kata itu keluar dari mulut abang buat Hazel" senyuman itu terukir tapi
senyuman kecewa

"Gua mau kepedean, boleh? Apapun terjadi gua gak bakal pernah benci kalian. Tapi kalian harus janji,
apapun yang terjadi biarin gua bahagia. Biarpun kebahagiaan gua itu pergi jauh dari kalian"

"hazel duluan bang, bus udah ada makasih udah obatin" ujarnya sambil berjalan memasuki bus itu
"gua gak tau gua bisa jadi abang yang baik buat lu apa gak zel" batinnya menatap bus yang ditumpangi
hazel

°°°
Sementara disisi lain Samudra masih menatap kepergian Hazel. Bianca dan teman temannya sudah pergi
dari Kelas Mipa1, Samudra masih memikirkan kata kata Hazel, Entah kenapa kata putus yang Hazel
ucapkan membuat hatinya sakit.

Apa di mulai menaruh rasa? apa dia menyesal melepaskan sosok gadis itu?
Dia menatap kosong bangku yang hazel duduki tadi sampai ia dibuat gagal fokus dengan sesuatu
dilacinya, Obat.

PART 18

Kalian yang dulu membangun sebuah kebahagian di diriku tapi lama lama kalian juga yang
menghancurkannya
-Hazela Abraham

Gadis itu tampak lesu. Bagaimana tidak hari ini adalah hari Galaksi dan keluarga pindah ke Surabaya,
padahal  Hazel baru merasakan kehadiran keluarga di sana tapi semuanya udah pindah sungguh tidak
adil. Mamanya Galaksi emang ngajak Hazel buat ikut tapi gimana pun hazel gak mau merepotkan orang
orang disana apalagi dengan kondisinya sekarang

Gadis itu tampak berjalan di koridor sekolah dengan tampak tak bersemangat, Ia sempat berpapasan
dengan Samudra dan Bianca tampak sangat mesrah di banding dengannya

Ia menghela nafas sebelum masuk ke Kelas lemparan kertas ke arah dirinya adalah sambutan pagi
buatnya, Ia hanya melirik sapa yang melemparkannya sapa lagi kalau bukan anak anak cowok dikelas ini
"Oi bayar uang kas lu"

"berapa?"

"udah sebulan yah lu gk bayar, jadinya 120 ribu"

"besok aja gua bayar"

"besok besok kalau besok udah meninggal yang bayarin sapa!" teriaknya dihadapan hazel. Hazel
mengambil uang disakunya dan memberikannya ke putri, ia tak ingin memperpanjang masalah ini ia
capek.

"Itu lu udah ada uang malah suruh nunggu besok dasar bego" ujarnya sebelum pergi dari sana. Hazel
berjalan ke kelasnya dan duduk sambil membaca novel yang mita berikan pas ulang tahunnya. lagi 15
hari Hazel akan merayakan ulang tahunnya mungkin ulang  tahun kali ini akan sangat sepi, Ia tersenyum
kecut di balik novel yang ia baca

"minum" ujar seseorang memberikan sekotak susu coklat ke sukaan hazel.


"makasih tapi gak perlu gua gak mau dikira manfaatin lu nat" ujarnya kemudian memberikannya kembali
ke Nathan

Ia sempat melirik mita yang bercanda gurau bersama bianca yang entah sejak kapan ada dikelas ini.
"Gua pernah di posisi bianca yang bercanda bareng lu mit" batinnya sebelum memejamkan matanya

Ia membayangkan kehidupannya ketika berada di alam sana, Membayangkan ketika bang ervan
melindunginya ketika papanya memeluknya dan ketika samudra menjadikannya prioritas.

Byurr

"Bangun bu, lu pikir ini sekolah lu seenaknya tidur" inara menyemburkan air cola diatas rambutnya yang
membuat Hazel kaget dan terbangun, Ia melihat semua orang dikelas ini tampak tertawa melihatnya
dan sebagian hanya menatapnya terutama Samudra dan Nathan. Gadis itu berdiri untuk ke toilet
membersihkan dirinya tanpa niat meladeni orang orang yang menindasnya

Bruk.
lemparan penghapus papan tulis yang menghantam kepala hazel yang membuat gadis itu berhenti
berjalan dan melihat orang yang melemparkannya Ervan yah abangnya sendiri

"Lu punya mulut gak sih?!" teriaknya sambil menggoyangkan tubuh hazel dan mendorongnya ke tembok
"gua salah apasih sama lu nar" gadis itu memandang sosok yang mendorongnya dan berdiri dari sana.
Darah yang mengalir di dahinya mengalir entah sejak kapan darah itu muncul

"Salah lu berani beraninya deketin pacar gua nathan!" teriaknya sambil menginjak kaki hazel dan
menjambak rambutnya

"gua gak deketin pacar lu"

"hahahah kalau gak deketin Nathan, lu ngapain jual diri?"

PLAK
kali ini bukan berasal dari tangan Inara tapi tangan seorang  Hazela ia menampar perempuan di
depannya ini

"Jaga mulut lu! bapak sama mama lu orang berpendidikan kan? masa gak bisa ajarin anaknya sopan
santun sih!"

"Hahahaha emang lu punya sopan santun? tinggal bareng cowok yang jelas cowok itu musuh anak SMA
CAKRAWALA tapi wajar sih lu kayak gini orang gak ada yang ajarin lu sopan santun orang gak punya
nyokap sama bokap" Inara tampak menekan kata sma cakrawala
"Gua tinggal disana karna ada alasan dan gua gak tinggal berdua sama galaksi, nyokap bokap abangnya
juga disana! kalau gua gak punya nyokap sama bokap emang kenapa?! kalau gua gak pernah dapat
didikan orang tua emang kenapa ha?! lu pernah mikir gak sih kata kata lu itu yang nyangkut keluarga
sensitif dikehidupan gua! gua tau lu semua beruntung dapat ortu dan keluarga bisa lindungi lu, dapat
keluarga yang anggap kehadiran lu beda ama gua yang gak dapat itu semua yang gua dapat hanya
pukulan dan pukulan!" tangisannya pecah dia meremas ujung roknya dan berjalan mengambil tasnya
dan pergi dari sana

Gadis itu tampak berjalan kearah belakang sekolah untuk lompat, dia berniat untuk bolos hari ini. Gadis
itu tampak masih terisak tak henti hentinya sampai ia bisa lompat dari sana dan menunggu dihalte
sambil menenangkan dirinya dihalte itu, Ia baru ingat ini baru jam berapa tidak ada bus yang akan lewat
disini tandanya ia harus berjalan kaki untuk sampai dirumahnya. Uangnya tak cukup untuk pulang naik
taksi atau apapun itu

•••
Dilain sisi dikelas Mipa1 masih terjadi keheningan dengan kejadian Hazel yang terjadi barusan membuat
orang orang disana mencerna dari perkataan Hazel, terutama Ervan.

"apa adik gua kehidupannya sesakit itu?" batinnya masih memikirkan kejadian tadi

"apa gua sejahat itu sebagai abang, kenapa gua gak bisa lindungin adik gua sendiri kenapa gua terlalu
egois sebagai abang?" batinnya sekali lagi
Berbeda dengan Samudra dan Nathan. Samudra yang menyambungkan perkataan Hazel dan obat yang
dia dapatkan dilacinya, Apa dia sejahat itu sampai harus melihatnya saja selagi dia ditindas oleh anak
anak lain?

Nathan tanpa berpikir panjang langsung pergi dari sana mengabaikan panggilan inara yang memanggil
namanya terus menerus, Disusul oleh Samudra dan Ervan yang pergi dari kelas sana.

•••
Gadis itu berjalan menyusuri jalanan yang tampak sebentar lagi akan turun hujan yang lebat. Kenapa
semua masalah harus dia terima apa tak ada orang lain yang bisa menerimanya? yah aku tau Tuhan
tidak akan memberikan ujian kepada umatnya yang melebihi kemampuannya tapi bisakah Hazel sekali
diberikan kebahagian.

Gadis itu terduduk dijalanan yang sudah turun hujan entah sejak kapan dan sekarang semua orang
tampak berteduh ditoko keadaan sekitar cukup sepi sekarang.

"HAZEL CAPEK! HAZEL PENGEN BERHENTI BERJUANG HAZEL LELAH DAPAT CACIAN MEREKA!" teriaknya
dengan tangisan piluh

"kapan mama ambil Hazel, kapan tuhan menyayangi hazel dan mengambil Hazel" teriaknya sekali lagi
yang sudah terisak ditengah hujan yang turun

"Hazel tak sekuat hujan yang jatuh ke bumi terus menerus tapi tetap bertahan, Hazel gak bisa seperti
hujan yang rela jatuh demi orang orang yang menghindarinya"
"kenapa harus Hazel yang dapatin ini semua"Isakan gadis itu mendominasi sekarang di sini tak ada yang
lewat atau memeluknya sekarang juga

"Hazel mau cerita sama sapa? rumah berteduh Hazel dimana? keluh kesah hazel mau Hazel salurkan ke
sapa? kenapa mama ninggalin Hazel seorang diri, kenapa harus selamatin Hazel yang pada akhirnya
Hazel gak bahagia malah harus Hazel tanggung sendiri" gadis itu mengenggam tangannya dan
mendongak ke arah langit yang menjatuhkan butiran butiran air

"aku benci diriku sendiri, aku benci diriku yang tidak bisa berbuat apa apa" ujarnya sebelum berdiri dari
sana dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah

PART 19

kamu gak bakal tau seberapa sayangnya aku sama kamu, kamu juga gak bakal tau seberapa rapuhnya
aku dan terakhir kamu gak tau seberapa banyak aku berusaha menjauh dari dunia ini
-Hazela Abraham

Gadis itu telah sampai di depan rumahnya dengan basah kuyup, ia melihat 3 orang lelaki yang berdiri
didepan pintu rumahnya yang hanya dilirik oleh hazel.

"kenapa?"
"lu gak papa?" Ervan yang melihat keadaan Hazel sekarang yang tampak kacau. Mata yang membengkak
menandakan gadis itu sudah menangis saat di dalam perjalanan membuat ketiga orang itu menatap iba
kepada Hazel

"gua gak papa, kalian pulang aja. Gua gak butuh belas kasihan kalian" ujarnya dan mulai mendekatkan
tubuhnya kepintu rumahnya untuk membuka.

"lu adek gua, gua khawatir sama lu bukan karna kasihan"

Hazel tampak membalik badan menatap orang yang barusan berbicara "gua tau. Tapi, sosok abang mana
yang lu maksud , sosok yang mau melindungi adiknya atau sosok abang yang mau menghancurkan
kehidupan adiknya?"gadis itu mentap abangnya yang hanya menatapnya dengan tatapan kosong

"Apa Hazel segitu tidak bergunanya untuk merasakan ke bahagiaan di dunia ini? Kenapa kehidupan
Hazel berbeda dari orang-orang di luar sana, kenapa harus Hazel yang harus rasain semua ini? Hazel gak
sekuat itu yang harus menanggung semua ini" Hazel menundukkan kepalanya, ia tak sanggup melihat
wajah semua orang. Seperti, ia lelah menghadapi semua ini dan ingin berhenti berjuang

"Gua gak bisa ngomng apa-apa, gua juga bingung dengan perasaan gua, gua juga kadang takut lihat lu
kayak gini. Tapi, setiap kali gua mau rangkul lu, gua teringat mama zel, gua ingat wajah mama. Gua ingat
saat-saat mama relain hidupnya demi lu" Ervan sedikit menatap adiknya yang sedari tadi menunduk tak
ingin menatapnya. "Gua tau yang gua lakuin terlalu banci. Tapi, gua gak bisa lakuin apa-apa"
"Kalau emang lu pusing dengan kehadiran gua, kenapa gak bunuh gua aja?! Gua juga gak berharap di
selamatin kalau ujung-ujungnya gua harus nerima ini" Teriaknya menatap kedua pasang mata abangnya

"Lu pulang aja, gua bisa hadapin semua masalah gua" lirihnya sambil berjalan mendekat ke arah pintu
dan menutupnya.

•••
Hari ini Hazel tetap masuk ke sekolah walaupun dengan kejadian kemarin yang sangat menyebalkan
yang masih dibicarakan orang orang saat ini.

"Kamu kuat zel kamu harus hadapin semuanya, Hazela Abraham gak bisa nyerah, Semangat hazela! "

Gadis itu menolog kalimat penyemangat yang bisa membuatnya tenang. Ia mengambil headset di saku
roknya dan menyambungkan dengan hpnya kemudian memakai di telinganya, Ia memejamkan matanya
beberap saat kemudian membukanya lagi dan berjalan melewati orang orang yang membicarakannya.

Ceklek

Ia membuka pintu kelas dan berjalan langsung ke tempat duduknya di pojok belakang dekat jendela.
Gadis itu menyimpan headset dan hpnya di saku roknya kemudian menaikan novelnya untuk dia baca.

PART 20
Dikehidupan seseorang semuanya menjadi pemeran utama, Namun anehnya semua menganggap aku
hanya figuran saja
-Hazela Abraham

Cowok itu melepaskan jaket yang ia kenakan dan memberikannya ke hazel. Ia berdua berjalan menuju
mobil dan mengajak hazel untuk pulang, situasi saat ini sangat kacau.

Gadis itu sempat menolak karna ia tak ingin mobilnya Devan bau karna dirinya tapi Devan tetaplah
devan cowok yang keras kepala dan tak ingin mendengar kata tidak. Di dalam mobil hanya keheningan
dan suara musik dari mobilnya devan

"Kebenaran apa yang lu tau?" Hazel perlahan membuka pembicaraan

"gua tau semuanya kebenaran kematian nyokap lu, kebenaran tentang lu yang selalu dipukul sama
keluarga lu dan terkahir kebenaran sapa yang sebenarnya sakit disini"

"kenapa lu bisa tau semuanya?"

"lu tau galaksi? mas gio?"


"tau"

"Mereka sepupu gua dan bokap yang oprasi nyokap lu"

"berarti lu tau gua kemarin di rumah Galaksi"

"gua tau sempat lihat lu juga disana tapi karna gua sadar itu lu dan galaksi jelasin semua gua gak
ngomong ngomong sama anak aespa" jelasnya

"bisa di bilang lu penghianatnya anak aespa?"

"Asal ngomong lu gini gini gua sepupuan sama dia tapi gua tau kalau geng gua sama gengnya dia itu gak
bisa akur"

"gitu yah terus hubungannya sama lu selamatin gua apaan?"

"mas gio nyuruh gua perhatiin lu"


"biasa gua udah mau tolongin lu tapi biasa udah ada nathan atau lu udah pergi dari sana btw rumah lu
dimana"

"jalan pelangi, lu belok aja disitu"

"owhh okok"

"makasih dev udah selamatin gua"

"kenapa lu gak jujur aja sama mereka?"

"lu denger kan kata kata abang gua tadi dia baik karna tau hidup gua tinggal bentar lagi makanya dia
berencana jadi baik btw pas gua ngilang anak anak aespa ngomong apa dan gimana ceritanya Bianca
sama Samudra pacaran"

"Gua ngerti, Yah dapat lu tebak sendiri Ervan awalnya panik dan nyuruh gua lacak hp lu tapi pas anak
aespa debat dan pojokin samudra ervan nutup ini masalah tapi si nathan samudra gak setuju dan tetap
nyari lu tapi entah kenapa si samudra langsung dikabarkan pacaran sama bianca pas 6 hari lu ngilang"

"Enak banget hidup bianca yah beda ama gua"


"hidup lu juga berwarna kalau lu semangat hadapinya"

"disitu aja dev" gadis itu menunjuk rumah yang berwarna putih

"sipp gua bisa mampir dirumah lu gak?" cowok itu menghentikan mobilnya

"NGAPAIN ANJING!" teriaknya berniat kabur

"anjir gua gak bakal apa apain lu anjir niat gua cuman mau nungguin motor gua yang dibawa supir, gua
gak nahan bau nih mobil hehehe maaf kalau tersinggung"

"lu ketawa? iyaiya boleh maaf salah paham gua gak tersinggung"

"emang lu pikir gua gak bisa ketawa anjir!"

"kayaknya seperti itu"


•••
Gadis itu turun kebawah menemui cowok yang membantunya tadi.

"lu gak lapar?"

"enggak" singkat padat dan jelas

"minum gih terus lu ganti baju" Hazel memberikan kaos yang ia punya yang menurutnya itu kebesaran di
dirinya mungkin devan cukup

"kok lu peka sih" teriaknya dan berdiri dari sana melihat baju yang hazel bawa

"lu serius kasih ini baju?" Devan mebalik balik baju tersebut sambil bertanya dengan hazel yang hanya
dijawab anggukan oleh hazel, Anggukan polos.

"jelek yah? maaf gua cuman punya itu yang agak besaran" Hazel tampak menunduk karna merasa
bersalah
"gua cuman nanya. ini bagus anjir pasti lu beli di pasar senen yakan" Devan sedikit menggoda hazel yang
tampak lucu dengan muka yang akan nangis

"kok lu tau, yaudah gak usah pake" gadis itu tampak ingin mengambil pakaian itu yang membuat devan
langsung mengangkat tangannya agar hazel tak dapat meraih pakaian itu

"YAK DEVAN BALIKIN BAJU GUA!" teriaknya sambil lompat ingin menggapai baju itu

"tumbuh tuh keatas bukan ke pipi" ejeknya

"nyebelin!"

"Udahlah toiletny sebelah mana?"

"Dikamar hazel ada dilantai dua yang warna pintunya warna hitam" gadis itu menunjuk kamarnya yah
memang benar disini tidak ada toilet luar kamar semuanya dalam kamar jangan salahkan hazel karna
tidak menyediakan toilet tapi salahkan arsitektur yang bangun rumah ini

"gak ada kamar mandi diluar kamar lu gitu?"


" gak ada cepat sana lu bau anjir"

"antar gua anjir, gua gak tau bagian mana"

"KALAU GUA TEMENIN LU GAK BAKAL GUA MASAKIN SETAN SANA PERGI GANTI BAJU!" teriaknya sambil
mengambil bantal yang siap di lemparkan ke devan

"anjir lu lebih galak dari pada nyokap iya iya gua ganti baju dulu" ujarnya sambil berjalan ke arah yang
hazel tunjuk tadi sedangkan hazel pergi dapur untuk membuat makanan buat devan

Pov devan

" kamarnya yang mana anjir oalah ituu" gumamnya sebelum masuk ke kamar hazel

Devan tak langsung masuk kekamar mandi tapi melihat lihat kamar hazel yang tampak rapih dengan cat
hitam, sesuram itu hidupnya.
Tampak foto fotonya berjejer terdapat foto dia dengan ervan pas kecil, fotonya bersama papanya yang
disampingnya ada bianca foto bersama ibunya foto foto ini mendominasi fotonya bersama ibunya dan
samudra.

"Belum bisa move on ternyata" gumamnya sambil melihat sosok pria dan wanita yang tersenyum

"samudra bakal nyesel lepasin lu dan nathan bakal nyesel gak perjuangin lu"

Devan berjalan kearah kamar mandi ia tak ingin terlalu jauh melihat lihat kamar hazel bagaimana pun
hazel itu cewek dan ia pasti memiliki privasi khusus yang hanya wanita saja yang tau ia cukup mengerti.

Privasi seseorang harus di utamakan, Kepo bisa tapi jangan terlalu dalam mencari tahu kehidupan
seseorang jangan terlalu ikut campur urusan seseorang. Urusi urusanmu baru orang lain, kalau
urusanmu sudah selesai sudah benar silahkan ikut campur urusan orang. jika di iklan iklan di tv sediakan
payung sebelum hujan berbeda dengan situasi ini sediakan cermin sebelum ikut campur urusan orang.

PART 21

Cinta tak harus memiliki cukup memandangnya dari jauh itu sudah membuatku tenang
-Hazela Abraham

"DEV TURUN CEPAT LU MANDI YAH? KALAU IYA, BUKA LACI GUA DISITU ADA SIKAT GIGI. LU PAKE AJA,
MASIH TERSEGEL!" teriaknya dari bawah
"gua udah selesai anjing, lu telat ngomongnya." Devan kembali teriak sambil mengeringkan rambutnya
dengan handuk, ia tak melihat adanya hair dryer dikamar Hazel jadi ia mengambil handuk kecil yang
tergantung di belakang pintu gadis itu dan berjalan turun menemui Hazel

"Motor lu udah ada tuh dan si supir lu ambil mobil lu."

"bawel amat lu anjir sakit kuping gua"

"sungguh kejam bapak depan" gadis itu tampak merapihkan bahan bahan dapurnya dan duduk di sofa,
Jangan tanyakkan dimana letak meja makan gadis itu. Gadis itu sangat tidak berniat membeli meja
makan untuk rumah ini, bukan karna pelit atau apa. Tapi, menurutnya itu tidak penting, keluarganya
tidak akan kumpul bersama dirinya, jadi untuk apa gadis itu membeli meja makan?

"lu masak apa?" ujarnya sambil duduk di sebrang Hazel

"duduk sini gua keringin rambut lu"

"ga ha, nanti gua baper gimana"

"gua serius Dev, sini gua keringin ini juga salah gua"
Devan berjalan kearah Hazel dan duduk dibawahnya sedangkan Hazel diatas sofa mengeringkan rambut
devan

"lu ngapain sih anjir?"

"ngambil foto buat panas panasin mantan lu" jawab santai pria itu sambil memposting fotonya bersama
Hazel

"Gila lu, makan gih yang banyak" gadis itu masih setia mengeringkan rambut Devan yang sesekali gadis
itu mengelusnya dengan lembut. Ia langsung teringat Samudra yang sangat senang ketika dirinya
mengelus rambutnya.

"kalau gua mulai tertarik sama lu gimana zel?"

"lu gak bisa tarik gua"

"gak gitu maksudnya anj"


"heheheh kirain gitu maksudnya, jangan ngaco deh sana pulang. Gua disuruh ke rumah papa"

"mau gua antar?"

"boleh deh, gak repotin kan?"

"gak lah mau berangkat sekarang?"

"selesai lu makan dan selesai gua siap siap"

"siap siap cewek berapa jam?"

"5 menit makan gih gua mau siap siap" gadis itu berdiri dan meninggalkan Devan yang masih memakan
masakan Hazel

"5 menit cewek kayak 5 jam anj" umpat Devan yang melihat gadis itu sudah menghilang dari
hadapannya
•••
Devan melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Ia mengantar pulang kerumah papanya. Sampai
disana dia melihat motor samudra dan anak anak aespa yang lain dan mobil inara irana

"gua boleh masuk gak sih?" Devan bertanya sambil mengait kan helm yang Hazel gunakan tadi

"kayaknya boleh deh, karna yang lainnya juga ada, masuk gih"

Gadis itu masuk ke dalam rumah bersama Devan di sampingnya. Baru pertama masuk ia sudah di
sambut dengan tatapan tatapan mematikan mereka semua

"lu harus janji apapun keadaan nanti lu gak bakal ikut campur dan gak bakal bongkar rahasia gua"
bisiknya ke arah Devan yang hanya di balas anggukan

"Assalamualaikum" salamnya dengan sopan

"Waalaikumsalam kebelakang sekarang" tegur papa sambil menunjuk arah ke belakang. Hazel mengikuti
arahan papanya untuk ke belakang yang di susul oleh Samudra Bianca Ervan dan papanya

"kamu tau kesalahan kamu?" tegurnya sambil mengambil ikat pinggang


"Hazel tau" ujar Hazel sambil meremas ujung bajunya

"Gua tau kelanjutannya" batin Hazel

"kamu mau jadi apa nginap dirumah cowok?" Papa mulai memukulku dengan ikat pinggang yang baru ia
lepaskan dari celananya

"Ada papanya sama mamanya disana, bukan cuman Hazel dan dia"

"mau jadi perempuan murahan?" bentak papanya

"pa" hazel menatap lirih menatap ayahnya

"KAMU MAU JADI PEREMPUAN MURAHAN HA?!" teriaknya sekali lagi dan memukul Hazel bertubi tubi
dengan ikat pinggang

"Papa gak mau denger penjelasan aku? sakit pa harus bertahan dengan pukulan papa, kapan papa mau
denger penjelasan aku!" isaknya menahan tubuhnya agar tak jatuh
"penjelasan apa ha?! dapat berapa kamu!"

"KALAU EMANG HAZEL LAKUIN EMANG KENAPA?! ADA YANG SALAH?! EMANG ANDA BIYAIN HIDUP
SAYA? KASIH TAU SAYA MANA BENAR DAN MANA SALAH? APA PEDULI ANDA BAPAK ABRAHAM YANG
TERHORMAT" gadis itu berteriak dengan di iringi tangisan

PLAK
"Dia orang tua lu, gak seharusnya lu teriak sama dia!" bang Ervan yang berbicara kali ini dan menampar
kedua pipiku

"kapan Hazel benar di mata kalian? ngapain kalian semua peduli sama hidup gua?! Urusin kehidupan
Bianca aja karna dia satu satunya ke banggaan kalian kan?! sejak gua kecil ga ada yang pedulikan,
yaudah sekarang lu semua harus lakuin itu. Jangan peduliin gua, anggap gua udah gak ada"

"kamu sudah keterlaluan zel" Bianca tampak menenangkan Hazel walau Hazel tau dia ingin mencari
muka kadang Hazel berpikir Bianca cukup kaya karna harus merawat dua wajahnya.

"Kamu ngapain sih? mau cari muka?"

"lu udah di bantuin tapi balesnya gini" kali ini Samudra yang ingin mengambil Bianca dan membawanya
ke arah belakangnya untuk menjaganya
"kapan kalian bantuin gua sih?! kenapa semua orang berpura pura sok peduli ama gua?!"

Plak

"Berhenti berbicara Hazela!" teriak pak Abraham yang membuat semua orang yang di ruang tamu pergi
ke arah dapur
melihat kejadian ini

"Anda mau mukul saya kan sedangkan anda Ervan Abraham sangat ingin lihat jasad saya kan? saya bakal
berikan itu semua" isaknya kemudian mengarah ke dapur mengambil pisau dan mengiris tangannya

"KALAU GUA ADA APA-APA GAK USAH TANGISIN GUA ATAU NYESEL!!! Gua tau kalian senang kalau gua
menghilang" teriak gadis itu sekali lagi yang membuat ruangan itu bergeming tak ada suara

"ZEL! KALIAN BODOH YA, LU SEMUA GAK TAU KEJADIAN SEBENARNYA DAN KALIAN UDAH SIMPULIN?!"
teriak Devan dengan penuh emosi ingin mengambil Hazel yang sudah mengeluarkan darah

"DEVAN LU UDAH JANJI GAK BAKAL CERITAIN APAPUN!" teriaknya dengan sisa sisa tenaga yang dia
miliki
"anda sia-siain putri yang sangat berharga, saya yakin ketika anda tau sebenarnya anda menyesal" devan
berbicara dengan Abraham dan berniat mengambil hazel dari sana

"mau jadi penolong?" kali ini samudra yang menahan tangan devan

"Kalau itu dibutuhkan bakal gua lakuin karna gua pacarnya!" teriaknya yang membuat semua orang
terkejut bagaimana bisa Devan berpacaran dengan Hazel. Samudra tampak lemas ketika mendengar
kata kata itu dan melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Devan.

"Gua cemburu?" batinnya menatap Hazel di gendongan seorang sahabatnya, Devan.

PART 22

kita punya harapan, semesta punya kenyataan dan tuhan punya takdir
-Hazela Abraham

Devan dengan cepat mengikat tangan hazel dengan kain, Ia tampak panik melihat darah yang sejak tadi
tak hentinya keluar. Gadis ini cukup gila bukan cukup tapi sangat, ia berpikir kehidupan tidak berharga
banyak luar sana yang ingin hidup sedangkan dia, dia ingin mengakhiri hidupnya

"Bawa gua pulang gua gak papa" isaknya masih berlanjut


"gua bawa ke rumah sakit dulu lah"

"Dev gua mohon lu menjauh dari gua dan gua gak butuh rumah sakit gua cuman butuh lu pulangin gua"

"gua gak bisa menjauh dari lu"

"kenapa gak bisa? belajar jauhin gua kalau bisa lu harus jadi antagonis di kehidupan gua"

"Gua mulai nyaman sama lu, gua udh lama nungguin lu putus dari samudra"

"lupain gua. turunin gua disitu aja gua bisa pulang sendiri, gua mohon."

"Maaf zel tapi gua gak bisa lupain lu" Devan menghentikan motornya dipinggir jalan sambil menunggu
hazel turun dari motornya. Dengan mata yang sembab hazel masih bisa tersenyum dan berterimaksih
sebelum pergi dari hadapannya

Tangan gadis itu masih meremas ujung bajunya sambil menahan tangisannya, Ia tak ingin jadi
perempuan yang sedikit sedikit menangis ia harus kuat ia harus hadapi ini semua walaupun ia sendirian
tapi pasti bisa.
Dada hazel tampak sesak mengingat semua kejadian kejadian yang terjadi akhir akhir ini.
Tidak pernah sedikit pun berpikir jika semua ini terjadi satu persatu meninggalkannya. Apa semua ini
nyata terjadi? kenapa ia tak bisa meneri kenyataan ini

Mata terpejam cukup lama berharap semua ini hanyalah mimpi semata. Ia semakin menahan rasa sesak
di hatinya yang semakin napasnya susah diatur. Jantung berdetak dengan cepat.

Gadis itu membuka matanya dan mulai berjalan menuju tujuannya. Makam ibunya, yah saat seperti ini
ia harus menenangkan pikirannya dengan cara bercerita ke ibunya

Setelah sampai ke makam ibunya ia langsung bercerita semua yang terjadi akhir akhir ini dan rencana
gilanya

"Hazel tau ini gila tapi hazel capek" gumamnya sambil menatap batu nisan dihadapannya.

"hazel pamit pulang yah ma nanti hazel datang lagi tapi lebih dekat dengan mama" gadis itu tampak
berdiri dari sana dan berniat untuk singgah membeli minuman depan makam ini.

Gadis itu mulai tenang kali ini dan berjalan menuju tempat minuman tapi mobil tiba tiba dari arah kanan
dengan cepat mengarah kepadanya
BRAKK
Suara orang orang mulai mendatanginya banyak yang panik melihat kecelakaan ini, Hazel dapat
mendengar seseorang berteriak memanggil ambulance saat kesadaran gadis itu masih ada

"Mmafin hh-haazel pp-papa gak bisa jadi anak yang pp-papa inginkan" gadis itu menutup matanya

Disisi lain semua tampak panik tanpa alasan entahlah setelah kepergian hazel semuanya tampak panik
terutama bapak abraham. Suara nada dering dari hp samudra membuat semua mata tertuju padanya.

"Hazel yang menelfon"

"Angkat aja sa" kali ini ervan yang membuka suara entah kenapa perasaannya tidak enak

"Keluarga ibu ini yah?" tanya seseorang di sebrang sana

"maksudnya gimana yah pak?"

"gini pak terjadi kecelakaan di depan pemakaman dan ibu ini salah satu korbannya"
"RUMAH SAKIT MANA!" teriak Abraham yang tampak kaget mendengar berita ini

"Rumah sakit Ananda pak korbannya sudah dibawa kesana"

Semua orang menuju kesana, tidak lupa mengabari devan yang sepertinya tidak tau kejadian ini.

"Korban kecelakaan Hazela Abraham" Ervan tampak bertanya di loby dan lari menuju ruangan yang tadi
mereka tunjuk. Tepat ketika mereka semua datang dokter yang menangani hazel keluar dari ruangan itu

"dengan keluarga pasien"

"saya papanya ada apa dengan anak saya"

"Dia harus di donorin jantung pak atau nyawanya tidak bisa di selamatkan benturan yang terjadi akibat
kecelakaan itu cukup keras yang membuat jantungnya bermasalah, seharusnya dari dulu bapak udah
melakukan oprasi pada gadis itu. Jika cepat di tangani ini semua tidak akan terjadi pak"

"Maksud bapak apa yah?" kali ini samudra tampak bingung dengan perkataan dokter didepannya 'jika
cepat di tangani?'
"dia gagal jantung sa bukan bianca" teriak seseorang dari ujung sana

"KENAPA LU GAK NGOMONG DEVAN!" teriaknya dengan frustasi

"gua udah mau ngomng sa tapi dia larang gua!"

"bi jadi yang gagal jantung itu bukan lu tapi hazel?" semua mata tertuju pada sosok yang sedap tadi
diam membisu

"maaf bang bianca lakuin ini karna bianca gak mau hazel dapat kebahagian"

PLAK
"Kamu se tega itu sama kakak kamu ha?! kamu yang selalu papa banggakan karna sikap kamu ternyata
gini kelakuan kamu?!"

"sumpah gua ninggalin Hazel karna lu bi" samudra tampak tak percaya dengan kejadian ini bagaimana
bisa bianca bisa melakukan ini bagaimana bisa ia meninggalkan perempuan yang semasa hidupnya tak
ada kebahagiaan
"maaf memotong perkataan kalian semua tapi pasien membutuhkan donor jantung secepatnya" dokter
itu berjalan pergi meninggalkan semua orang dengan penyesalan

"gua harus telfon galaksi dan mas gio" batin devan

PART 23

Rindu, Bisakah bajingan ini mengatakan hal itu? Bisakah bajingan ini bersikap egois untuk buat kamu
kembali?
-Samudra maheswara

Sudah seminggu berlalu oprasi berjalan lancar, donor jantung telah didapatkan tapi gadis itu tak kunjung
sadarkan diri. semua orang tampak panik dengan keadaan ini. Galaksi, sosok pria itu dan keluarganya
sangat marah dengan kejadian ini ia ingin mengambil hak asuh Hazel.

Sedangkan bapak Abraham, tak ingin memberikannya. kini ia menyesal membuat anaknya semenderita
ini. bagaimana bisa ia memukul anaknya sampai memar, ia masih ingat jelas teriakan anaknya ketika
merasa kesakitan.

Semua tampak cemas disana tak ada yang berhenti melihat keadaan Hazel. Hanya penyesalan yang ada
saat ini, penyesalan dan penyesalan. Samudra tampak tak ingin pergi dari sana. setelah kehilangan Hazel
ia baru sadar dengan perasaannya. Ia sadar jika ia mencintai sosok itu

Tak ada harapan lagi untuk kesembuhan gadis itu, semua tampak putus asa. hanya doa yang bisa
membuka mata gadis itu. Samudra sangat menyesal telah membuat gadis itu tidak bahagia, ingatannya
dengan gadis itu berputar dikepalanya.
"Aku mohon kamu bangun zel, kamu mau jadi prioritas aku kan" batinnya menatap sosok wanita yang
sedang di penuhi dengan alat pernapasan

"maafin aku zel, aku telat sadari persaan aku, aku disini sendirian zel aku butuhin kamu yang ceria"
Samudra tampak mengeluarkan air mata ketika melihat  mantannya terbaring tak berdaya

"Kenapa kenangan kita terlalu menyedihkan zel kenapa gua cuman bisa lihat lu dalam bayangan gua gua
rinduin lu" Kakinya tampak tak kuat berdiri menatap gadis itu, kakinya lemas.

"Sa pergi makan dulu lu belum makan dari kemarin" bianca berusaha menenangkan samudra sambil
mengelus punggungnya

"Gak usah sentuh gua bi! gak usah sok peduliin gua dan gua cuman mau bilang kita putus" teriaknya
menatap bianca dengan tatapan benci, ia tak habis pikir dengan sosok gadis di depannya ini bagaimana
bisa ia berpikir se licik ini terhadap saudaranya sendiri

"sa" lirihnya menatap samudra yang hanya tak menjawab panggilannya

"Lu sayang gua kan? gua juga zel, gua mohon lu bangun" lirihnya menatap gadis itu sekali lagi
"Van bawain pakaian adik kamu kesini" Abraham tampak mendekat ke arah ervan dan duduk
disampingnya

"bianca?" ucap bingung ervan

"Hazela" jawabnya singkat, Bianca yang mendengar itu merasa sesak di dadanya apa papanya akan
sayang kepada hazel setelah ini? bianca tak mau kasih sayang ayahnya dan abangnya dibagi

"gua ikut bang" Samudra tampak berdiri dan berjalan ke arah ervan buat ikut dengannya ke rumah hazel

•••
Sesaimpainya dirumah Hazel, gerimis perlahan turun berubah menjadi hujan. Cowok itu langsung masuk
kerumah yang Hazel tempati sangat bersih dan harum hazel yang masih mendominasi dirumah ini.

Samudra perlahan memasuki kamar hazel yang hanya di dapat keheningan saja, kadang ketika samudra
membuka pintu ini ada hazel yang sedang berkutat dengan laptopnya yang tak ingin sapa pun
melihatnya. Samudra berjalan ke arah kasur hazel yang diatasnya terdapat laptop, ia membuka
laptopnya dan terdapat banyak video dari seorang hazela. terdapat fotonya bersamanya dan foto
keluarganya secara diam diam

Air mata samudra menetes sekali lagi ketika memutar video untuknya, tampak gadis itu duduk dengan
senyuman sambil memakan es krim kesukaannya.
"HAIII SAMUDRAAAA" teriaknya dengan senyum

"hari ini hazel bahagia banget bisa jalan jalan sama kamu hehehe tau gak sih hazel sengaja teriak teriak
biar dilihatin, biar semua orang tau aku tuh pacar kamu bukan bianca. walaupun pada akhirnya kamu
ninggalin aku karna bianca sendirian dirumah sih" Gadis itu menyimpan es krimnya dan memasang
muka marah kemudian kecewa.

"Hazel rasanya mau lepasin kamu tapi rasanya itu sulit, Hazel egois banget yah?" tanya gadis itu dengan
reflek samudra menggelengkan kepalanya walaupun ia sadar itu sudah telat

"mungkin hazel akan lepasin kamu sa tapi gak tau kapan hehehe hazel gak bisa se egois ini terus
menerus ditambah hazel capek berjuang biar dapat perhatian kamu" samudra tampak mengganti
videonya melihat video Hazel yang dibuat untuknya semua mengandung bawang baginya

"Hazel terlalu lama menunggu kamu tau perasaan kamu, sampai akhirnya hazel berniat menyerah tapi
kamu sendiri yang menyerah kamu pacaran dengan bianca" lirihnya dengan tatapan sedih

"maaf yah hazel ngilang waktu itu, waktu itu hazel ngilang karna galaksi mau tes sikap kalian semua
sama aku ternyata benar kalian semua gampang lupain aku, kalian semua sudah belajar biar gak merasa
kehilangan pas aku udah pergi buat selamanya"
"kamu ingat gak yang aku bilang ada teman cowok aku pas sd yang selalu lindungi aku, Galaksi orangnya
aku aja kaget pertama aku takut sama dia tau muka dia galak terlalu tinggi tapi selama sebulan ini dia
ngehibur aku tapi tenang aja kamu masih jadi pemeran utama di hati aku Samudra Maheswara"
Samudra tampak tersenyum mendengar gadis itu jujur dengan perasaannya

"sakit hati saya mas, pas saya ngilang gak ada nyariin pas balik dengar kalian pacaran terus tau kalau
kamu cuman kasihan sama kau" Gadis itu tampak ingin melucu tapi pada akhirnya air matanya menetes

"kamu jagain saudara kembar aku yah lurusin jalannya walaupun hazel tau jalan kamu juga belum lurus
canda sa jangan serius serius" sekali lagi gadis itu menghapus air matanya dan tersenyum

"sa ayok balik kerumah sakit" ervan menepuk samudra yang sedang menangis melihat video ini

"gua bisa gak ambil nih laptop mash banyak video hazel belum gua lihat"

"boleh yaudah ayok" saat ervan berbalik badan ia melihat fotonya waktu kecil bersama hazel, Saat ervan
menggenggam tangan adiknya dengan kuat sangat terlihat jelas kedua orang itu tersenyum dengan
bahagia

"kenapa pas besar gua gak bisa genggam tangan lu kayak gitu kenapa gua gak bisa jaga lu" batinnya
menatap foto yang terbingkai

PART 24
aku merindukanmu rapunselku bajingan ini merindukanmu aku mohon bangunlah
-Samudra Maheswaraa

"Gua bego banget yah bang sia siain cewek sebaik hazel"

"sa"

"dia sabar banget hadapi gua bang"

"sa lu kayak gini hazel makin sedih"

"biasa dia ngajak gua makan bareng tapi dengan gampangnya gua tolak bang, maaf yah zel bianca mau
makan bareng. itu kata kata yang selalu gua ucapin kata maaf"

"sa" Ervan merasa kasihan melihat samudra yang tampak seperti mayat hidup sekarang yang melihat
kondisi hazel.

"Sa tolongin hazel, hazel takut dan gua gak tolong bang gua matiin itu hp!" teriaknya menjambak
rambutnya. Ervan menepi di tepi jalan dan menenangkan samudra, sungguh ia juga terluka dengan
keadaan adiknya saat ini tapi bagaimana pun ia harus kuat tak seperti samudra yang seperti hilang akal.
"Hazel belum pergi sa lu harus kuat gak seharusnya lu kayak gini" ervan teriak menatap samudra yang
saat ini menatap kosong jalanan

mengambil napas yang panjang dan melanjutkan perjalanannya "lu cuman kehilangan sosok mantan
tapi gua kehilangan sosok adik sa"

•••
Dilain sisi dirumah sakit semua tampak cemas, kondisi hazel makin menurun tapi masih bisa di
selesamatkan. Abraham tampak bolak balik didepan pintu rawat inap putrinya

"bangun nak, biarin papa menebus kesalahan papa" batinnya melihat gadis yang berbaring tak berdaya

"kenapa gua harus sadar pas lu udah diambang kematian zel" nathan tampak tediam melihat sosok
gadis yang sangat ia cintai, Cinta dalam diam.

Dokter yang menangani hazel keluar dari ruangan hazel

"kondisinya sempat drop tapi syukurlah gadis itu masih bisa melawan, gadis itu tampak sangat kuat pak"
"Anak saya memang kuat dok" lirihnya menatap anaknya, Abraham sangat ingat dengan perkataannya
yang menyuruh hazel tak kuat kali ini ia bermohon agar anaknya itu kuat menghadapi mautnya, ia tak
bisa ditinggal anaknya. Dokter itu hanya membalas dengan senyuman sebelum pergi dari sana

Ervan samudra sudah balik dari rumah hazel dan langsung berlari setelah mendengar kabar kondisi
Hazel drop tapi untungnya kembali membaik.

"Bagaimana kondisi hazel?"

"udah kembali normal bang" Anak aespa dion menjawab Ervan yang tampak pucat.

Semua orang sedang disini saat ini anak aespa mita inara irana mereka semua tampak menyesal telah
memperlakukan hazel dengan tak manusiawi

"Gimana caranya hazel bisa berbaring disana sih" tanya mita

"Dari kronologi yang Devan dan orang sana ceritain, Hazel nyuruh Devan berhentiin motornya dan dia
jalan ke makam ibu kemudian pas balik jenguk ibu dia di tabrak" jelas ervan
"terus hubungannya galaksi sama hazel apaan?"

"Galaksi cowok yang lindungi hazel pas sd" kali ini samudra yang menyaut pertanyaan mita

"Lindungi pas sd?"

"dia mulai dibully pas sd karna gak punya nyokap dan ditambah keluarganya yang suka mukul dia nah si
galaksi yang selalu lindungi hazel kalau ada masalah pas disdnya"

"lu tau dari mana sa?" ervan tampak terkejut dengan perkataan samudra

"Hazel sendiri yang cerita yang part dibully pas sd yang part galaksi teman sdnya itu dari video yang dia
buat untuk gua" lirihnya menatap galaksi

"jadi selama ini kita salah paham dong dengan bilang hazel asal nginap dirumah cowo"

"kita disini udah tau kejadian sebenarnya yang itu, bokap nyokap galaksi yang ceritain dan hazel dekat
sama mereka karna abangnya galaksi Dokter gio itu dokter yang tangani penyakit hazel"
"penyakit?"

"gagal jantung, hazel gagal jantung dan bianca putar balikkan keadaan"

"FAK SERIUS?!" mita teriak tak percaya dan menatap bianca

"dan kejadian di tangga pas bianca jatuh emang benar bukan hazel yang mulai pertengkaran itu. Tapi,
bianca yang mulai mau dorong hazel"

" DAN SELAMA INI GUA JAUHIN SAHABAT GUA KARNA HAL YANG GUA GAK TAU?!" teriaknya sekali lagi

"gak tau diri banget lu masih sebut lu sahabatnya Hazel" galaksi tampak mengangkat bicara ketika mita
ngomong kata 'sahabat'

"emang Hazel sahabat gua!" mita sedikit nyolot menanggapi ucapan galaksi

"sahabat mana yang bully temannya? sahabat mana yang hitung-hitungan sama temannya dan satu lagi
sahabat mana yang ucapin kata kata menyakitkan buat temannya"
"gua tau gua salah tapi gak seharusnya lu ngomng gini sama gua, gua juga merasa kehilangan!"

"buat apa merasa kehilangan? lu sendiri kan yang nyuruh hazel pergi temuin nyokapnya, lu tuh kayak
anjing tau gak jilat luda sendiri" Galaksi tampak marah melihat kehadiran mita saat ini

"lu tau dia paling percaya ama lu sampai dia berusaha keras biar gantiin duit lu" lanjut Galaksi

"gua salah emang tapi gua gak tau kalau kejadian sebenarnya kayak gini!"

"mulai menyesal? sahabat itu yang percaya sama sahabatnya bukan dengan satu masalah yang belum
jelas asal usulnya lu langsung simpulin kalau dia itu yang bersalah"

"buat apa kalian menyesal sekarang kalau emang kalian sayang sama hazel kalian gak mungkin lakuin hal
hal nekat ke dia, lu pikir gua gak tau apa yang kalian lakuin ke Hazel!"

"lu tau apa anjir" teriak ervan berjalan mendekat ke galaksi

"gua tau lu nunggu mayatnya hazel, gua tau impian lu itu bukan jadi dokter tapi lihat hazel meninggal
bukan. lu ngapain sekarang panik lihat hazel didalam lu sendiri yang mau dia ada di posisi itu"
"Pura-pura?" lanjutnya

Deg
"kenapa dia setau itu dengan hazel sedangkan dia cuman orang lain, gua abangnya kenapa gua gak tau"
batinnya

"Buat apa gua pura-pura khawatir sama kondisi adek gua!"

"Adek? Gak salah denger? Bukannya adek lu Bianca doang?"

"ADEK GUA HAZELA ABRAHAM!!"

"bocah!"

"Galaksi!" teriak mama linda yang berusaha menenangkan Ervan dan Galaksi yang tampak berdebat

"berhenti berteriak teriak, ini rumah sakit. Galaksi kamu ngapain ha?! kamu tidak sepantasnya masuk
terlalu jauh di kehidupan Hazela sedangkan kamu, kamu itu salah nak kamu buat adik kamu terlalu
menderita kalian juga sama tidak ada yang perlu disalahkan semua orang tidak tau akhir cerita gadis itu
sangat tragis, mama mohon jangan mempersulit keadaan sekarang" Tante linda menatap Galaksi dan
Ervan secara bergantian setelah kadua cowok itu saling minta maaf tante linda kembali ke posisi
sebelumnya di samping om Danu dan Abraham

PART 25

meski kisah kita terlalu menyedihkan tapi kisah itu juga yang pernah membuatku tersenyum
-Samudra Maheswara

"Pasien sudah sadar tapi cuman beberapa yang bisa melihat. Yang atas nama samudra silahkan masuk
duluan pasien ingin menemui anda"

"makasih dok" ujarnya kegirangan mendengar kabar hazel. samudra masuk kedalam ruangan hazel
dengan raut wajah gembira. Ia melihat gadis itu dengan alat pernapasan disertai kabel kabel yang
tertempel ditubuhnya, Gadis itu yang menyadari kehadirannya langsung tersenyum kepadanya.

"maafin aku zel" lirih lelaki itu menggenggam jemari gadis itu "gua salah paham dengan perasaan gua,
aku sayang kamu zel, maafin gua." isaknya menundukkan kepalanya yang hanya dibalas senyuman dan
elusan lembut ditangan lelaki itu.

"gg-gaak ppp-ppap sa jangan nangis" gadis itu berusaha membalas ucapan lelaki di depannya dan
mengusap air mata yang jatuh itu

"jagain bianca yah jangan biarin nangis"


"gua benci dia zel gua benci" tangisannya pecah sambil mengelus tangan yang dipipinya

"kkalau kejahatan dd-dibaalas ke jahatan ggak ada habisnya sa, kalau ada yang jahat lu harus menjadi
orang terbaik" gadis itu tersenyum melihat samudra yang melihatnya dengan tatapan kagum

"gua salah nilai lu zel, lu perempuan paling baik dan gua sia-siain lu"

"jangan pernah menyesal, jangan pernah merasa bersalah"

"maafin papa nak, papa salah" lirihnya menatap anaknya yang sedang berbaring

"ppa-papa panggil hazel anak?" gadis itu tampak lemas karna berbicara terlalu banyak

"kamu anak papa" ujarnya lembut mengelus rambut gadis itu dengan lembut

"Hazel bahagia mendengar kata itu, rasanya Hazel ingin menutup mata"

"JANGAN!!" teriak samudra yang hanya di balas kekehan oleh Ayah dan anak itu
"kenapa gak boleh emang kamu sapa larang larang aku"

"lu pacar gua mulai sekarang gak ada penolakan"

"gua gak mau, pa Hazel gak mau sama nih orang" rengek gadis itu dengan masih lemas. Ayahnya hanya
mengelus rambut gadis itu dengan lembut "cepat sembuh sayang" ujarnya menyium dahi anaknya dan
keluar dari sana bagaimanapun ervan dan yang lainnya masih ingin menyenguk Hazel.

"kalau terjadi apa apa relain hazel yah, gak ada yang salah disini jangan nyalahin orang orang" gadis itu
kembali tersenyum

"aish gak boleh ngomong kayak gitu!"

"zel gua emang gak romantis kayak dilan yang bisa buat lu baper 7 turunan, tapi lu harus tau gua sayang
sama lu. sekarang gua bukan tembak lu karna rasa kasihan. gua mau mulai dari awal sama lu, selesai
SMA gua bakal kerja diperusahan bokap dan lamar lu, gua bakal kerja gua gak mau buat lu ikut
kesusahan" pria itu memeluk hazel tengah berbaring lemah "kisah kita yang dulu emang terlalu tragis
tapi gua berusaha biar kisah kita yang akan datang lebih indah" lanjutnya

"Hazel tungguin janji kamu yah" tangan yang kecil lembut itu mengusap rambut samudra dengan lembut
Satu persatu semua masuk menjenguk hazel kecuali bianca entah apa kesalahan hazel padanya sampai
ia tak ingin menemui gadis itu

Sudah berapa hari hazel dipindahkan ruang rawat inap makin hari kondisinya makin baik

"bang bianca mana" tanya gadis itu yang melihat abangnya duduk bersama samudra di sofa

"gak tau"

"kok jawabnya singkat sih, hazel mau ketemu bianca gak mau tau!"

"sapa lu nyuruh nyuruh gua makanya sembuh dulu baru lu ketemu sama bianca"

"gua udah sembuh!"

"jalan sendiri gih"


"tau ha gua mau tidur!"

"GAK BOLEH TIDUR HAZELA" teriak samudra yang membuat kedua orang lainnya kaget dengan teriakan
samudra bagaimana bisa pria ini menjadi posesif

"kok gak boleh, Hazel juga manusia bisa ngantuk!"

"intinya gak boleh. Gua mau cerita, lu harus dengerin gua. gak mau tau!!"

"apasih sa, gua ngantuk" Gadis itu tampak memohon kepada lelaki yang sekarang ini mengambil kursi
dan duduk disebelahnya

"gua mau cerita, gak baik acuhin cerita orang tua"

"samudra!"

"Hazela!" balasnya dengan nada jutek


"tau ha, cepat cerita"

"Kalau mau bucin jangan disini napa gua jadi nyamuk su" ujar pria dan mengambil bantal dan
melemparkanny kearah samudra

"apasih bang jangan ganggu, lu keluar aja sana"

"nih orang napa jadi soft gini" batin gadis itu menatap samudra dengan tatapan tak percaya

"lu aja yang keluar"

"gua gak mau"

"yaudah gak usah usir usir"

"kalian cocok deh bang ervan seme sedangkan samudra uke cocok" Gadis itu terkekeh lemah,  menatap
cowok yang di sofa dan di sampingnya secara bergantian
"LU GILA YAH?! GUA NORMAL" teriak Ervan yang tak lama kemudian suster masuk menegur mereka
karna terlalu ribut.

"gua normal masih suka Hazela Abraham, gua gak suka Ervan Abraham"

"ngomong apasih sa gak jelas deh, udah ha udah malam. Gua mau tidur"

"kok ninggalin aku sih"

"izinin gua buat gantung nih orang" teriak ervan frustasi melihat raut wajah samudra yang tampak di
buat imut-imutkan

"silahkan gih rela gua"

"Hazel jahat padahal di video laptop bilang sayang gua"

"Lu buka laptop gua?!


"hehehehe maaf, hari itu udah gak kuat tau lihat lu kayak gini sampai gua nangis nangis duduk di depan
ruangan lu, kalau ga percaya tanyak aja bang ervan" pria itu tampak menjelaskan kejadian yang terjadi
dan berbalik badan untuk melihat Ervan tapi ternyata sia sia pria itu tampak sudah masuk ke alam
mimpinya dan berbalik badan kembali dan melihat Hazel yang mulai menutup matanya

"Adek kakak sama aja kebo" pria itu sedikit berdiri dari tempat duduk dan mencium kening gadis itu
"jangan tinggalin gua yah" bisiknya di telinga gadis itu

[Image: "Adek kakak sama aja kebo" pria itu sedikit berdiri dari tempat duduk dan mencium kening gadis
itu "jangan tinggalin gua yah" bisiknya di telinga gadis itu]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi,
hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pernah menyia-nyiakan perjuangan seseorang, jangan membuat kesalahan seperti diriku.
Hargailah perjuangan seseorang selagi seseorang itu masih ada
-Samudra maheswara

PART 26

Kehidupan ini seperti roller coaster, kamu di buat sangat bahagia dengan cepat dan dibuat ketakutan
dengan cepat pula
-Samudra Maheswara

Keadaan gadis itu kembali drop, entah karna apa membuat gadis itu kembali tak sadarkan diri. Semua
orang tampak panik bolak balik di depan ruangan gadis itu

Sedangkan Samudra pergi menjalankan sholat untuk menenangkan dirinya, ia sangat ingat perkataan
gadis itu "jika kamu resah atau ketakutan sujudlah kepada sang pencipta, ia selalu mendengar
hambanya"

"Hamba mohon selamatkan gadis itu, saya tau saya salah ya Allah tapi saya mohon selamatkan gadis itu
saya tidak bisa melihatnya dengan kondisi seperti ini" Samudra membuka kedua tangannya meminta
doanya untuk diijabah oleh diatas
"jangan panggil gadis itu terlalu cepat ya tuhan" isaknya dalam doanya

Kadang orang tak tau bagaimana sakitnya mendoakan orang paling ia sayang dalam sujudnya,
bagaimana sakitnya menghapus nama seseorang dalam sujud terakhirnya tapi berbeda dengan samudra
ia tak ingin menghapus nama hazel di sujudnya ataupun dihatinya ia sangat mencintai gadis itu

Setelah berdoa menenangkan pikirannya samudra kembali disana dan keadaan sudah membaik untuk
kali ini, Om abraham, ervan dan bianca tampak masuk disana menemui hazel berbeda dengan samudra
yang duduk di ruang tunggu menunggu gilirannya masuk menjenguk gadis yang berada di dalam itu.

"Masuk gih dari tadi dia nyari lu" Devan berjalan kearah samudra sambil menepuk pelan pundaknya.

Pria itu berjalan dengan lemas ke arah ruangan itu, Air matanya lolos ketika hazel mengatakan pada
ayahnya

"sakit, pa" dibalik masker oksigen yang gadis itu kenakan, suaranya terdengar lirih. gadis itu mencari
tangan papanya untuk dia genggam.

"Bagian mana yang sakit sayang"


"Dada hazel sakit pa" Gadis itu berusaha mengambil napas, sempat terpenggal dengan waktu yang
cukup lama. Namun ia berusaha berbicara dengan ayahnya ia melihat samudra di dekat pintu yang
tunduk menangis

"Samudra"  pria yang merasa namanya dipanggil berjalan dengan cepat ke arah pujaan hatinya

"kamu kenapa bisa kayak gini" tangisannya pecah melihat gadis itu

"gak tau tapi rasanya sangat sakit sa" Gadis itu merintih menahan sakit di dadanya. Hazel tak berbohong
dadanya sangat nyeri saat ini, ia tak dapat berbicara banyak jika ia terlalu banyak bicara gadis itu akan
sesak nafas

Samudra mengusap rambut hazel dengan lembut sungguh ia tak sanggup menatap keadaan hazel saat
ini, Ia seperti lelaki pengecut dengan tatapan paling menyakitkan yang dapat gadis itu tangkap.

"jangan nangis sa yang lain juga gak boleh nangis, hazel gak suka orang nangis" lirih gadis itu

Samudra dan yang lainnya dengan berat hati mengangguk, ia tak akan pernah bisa menahan
tangisannya saat ini.
"dibilang jangan nangis" Hazel sedikit bergumam, Dadanya kembali perih.

"gimana caranya sih gua gak nangis lihat keadaan lu kayak gini" dengan kesal ervan menjawab hazel di
susul dengan tangisan

"sehat lagi yah sayang nanti kita jalan jalan satu keluarga" Pria paruh baya itu tampak tak bisa
mengendalikan tangisannya yang turun melihat keadaan anaknya sekarang

Siapa yang tega melihat kondisi gadis ini yang sekujur tubuhnya dipasangkan kabel, sementara lewat
layar monitor, tekanan darah gadis itu tampak menurun

Sementara hazel tak kuat lagi berkata kata ia hanya menatap orang orang disampingnya yang tak henti
hentinya mengeluarkan air mata. suara tangisan dan suara monitor sangat mendominasi saat ini

"diluar ada galaksi sama devan gak?"tanyanya.

"Ada. mau gua panggilin" dengan cepat samudra menghapus air matanya dan ingin beranjak memanggil
galaksi dan devan tapi ditahan oleh hazel

"jangan pergi temenin hazel disini"


"biar gua aja yang manggil" bianca tampak pergi dari sana san memanggil kedua orang yang ingin hazel
temui

Hazel menatap langit langit ruangannya dan melihat kisah waktu ia masih kecil, Ibunya yang
menggendongnya dipangkuan dan ayahnya yang mencubit pipinya dengan gemas.

"zel..."

Hazela berbalik melihat sapa yang memanggil namanya dan ternyata Devan dan Galaksi, Mereka berdua
tak kalah pucat dengan yang lainnya. Tak berbeda jauh juga mereka menangis melihat hazel kayak gini

"gua kan udah bilang kalau lu capek ke surabaya aja gua jagain zel" isak Galaksi menangis dibelakang
punggung devan, ia malu harus menangis didepan gadis ini.

"hehehe iya nanti hazel kesana yah" kekehan gadis itu sangat membuat samudra teringat ketika hazel
ingin memakan es krim tapi ia lebih memilih bianca.

"kalian kenapa sih nangis mulu katanya ketua geng, cowok cuek, cowok dingin tapi kalian bertiga nangis
hazel gak suka"
"lu kenapa gak langsung pulang tadi sih" devan menghapus air matanya dan menatap gadis itu

"nanti hazel pulang yah"

Suara monitor kali ini digantikan suara isak ketiga pria di depan mereka.

"sumpah gua gak kuat lu kayak gini zel" Galaksi beranjak dari tempatnya dan memilih untuk pergi dari
sana entah karna apa rasanya sakit melihat seseorang yang ia ingin jaga dengan kondisi seperti ini

"maafin gua yah zel gara gara gua lu gini, gua tinggalin lu sendiri disana"

"apasih dev, udah ha gak usah ada yang nyalahin diri sendiri"

"gua salah zel"

"gak lu gak salah percaya ama gua, lu percaya sama gua kan?" Gadis itu berusaha meyakinkan pria ini
yang hanya dibalas suara tangisan dan berjalan keluar dari sana.
Di ruangan ini tersisa Hazel dan Samudra yang makin pucat dengan mata yang sembab karna menangis
terus menerus, gadis itu mengusap telapak tangan samudra dan tersenyum

"Hazel gak papa jangan nangis lagi yah"

"gua berhenti kalau lu udah pulang zel gua gak mau lihat lu kesakitan"

"iya hazel janji pulang jangan nangis"

pria itu membungkukan badannya dan mencium dahi gadis itu bertubi tubi

"gua bakal bahagiain lu zel gua gak bakal buat lu menderita lagi gua janji" isaknyaa sekali lagi

PART 27

Kamu sudah pergi diatas sana dengan keadaan bahagia berbeda denganku yang bagaikan disambar
petir, rasanya sangat sakit.
-Samudra Maheswara

Tangan gadis itu terulur, mengusap pipi samudra. Bagaimana caranya Hazel bisa pergi dari pria di
depannya ini, Bagaimana Hazel bisa tidak cinta sama sosok di depannya ini
"aku juga minta maaf karna gak bisa jadi bahu kamu akhir akhir ini"

"aku mau kamu pulang zel kita bisa pergi makan mie ayam di mbak susanti, kita bisa makan es krim
bareng aku janji aku bakal jadiin kamu prioritas aku. kamu maukan sembuh?"

Hazel mengangguk disertai senyum tipis yang susah payah gadis itu tunjukkan. Tubuhnya serasa sakit
semua, Kepalanya , Dadanya, Kakinya semuanya sakit.

Gadis itu menutup matanya perlahan dan mendengar suara ibunya yang berteriak memanggil dirinya
dengan bianca.

"Hazel bianca masuk sini mama masakin makanan kesukaan kalian"

Suara mamanya yang berciri khas lembut membuat indra pendengaran Hazel terasa adem

"Kak bianca pengen lolipop itu" tunjuk anak kecil di sebrang sana yang membuat sang kakak berlari
membelikan adik kembarnya ini lolipop

"Zel!!! si botak udah main panggil bianca kesini gih"


"Papa pulang, anak papa kemana" teriak pria paruh baya berlari memeluk ketiga anaknya

"Zel udah makan belum?!" teriak kakaknya

"Kak main boneka ayok"

"Anak anak papa mau makan apa?"

"Hazel" suara lembut itu kembali lagi di pikirannya, suara mama.

Gadis itu berbalik badan dan melihat mamanya berdiri dengan tersenyum tapi disini tampak sangat
bersih, gadis itu menghampiri ibunya dan berjalan mendekat dan memeluk ibunya dengan erat ini
seperti nyata baginya

Dengan daster yang ibunya selalu kenakan jepitan rambut yang selalu berada di rambutnya. Hazel
menjatuhkan air matanya, agak mustahil baginya sosok ibunya berada di depannya tapi sekarang saat ini
ibu serasa nyata
"Ma" lirih gadis itu melihat ibunya dengan air mata yang mengalir

Mama menoleh ke arahku dan tampak tersenyum dengan lembut, senyuman yang biasa orang tua
berikan ketika melihat anaknya. Senyuman bangga.

"kamu capekkan?" tanya mamanya yang hanya di balas anggukan oleh anaknya

"mau ikut sama mama gak?" tanyanya sekali lagi

"pengen tapi gimana dengan papa abang bianca dan samudra ma"

"perjuangan kamu udah selesai, kamu gak perlu lagi merasa sakit dan kejamnya dunia" yang hanya
dijawab tatapan kosong oleh anaknya

"Hidup kamu udah sampai di tujuan, kamu harus turun. kamu gak mungkin jalan terus kan? nanti tabrak
tembok tau rasa"

Hazel tak berbicara hanya menatap wajah ibunya yang masih tersenyum kepadanya
"Hazel pengen ikut mama" lirihnya

"kamu udah siap ninggalin orang orang?"

"Hazel siap. Hazelkan udah sampai tujuan" gadis itu tersenyum. Di tempat ini Hazel tak merasakan sakit
sama sekali entah kenapa tapi disini sangat nyaman baginya

"kamu siap pergi jauh sekarang?" gadis itu mengangguk dengan antusias

Hazel geming. cukup lama, sampai akhirnya ia sadar ini bukan rumahnya tapi ruangan sempit yang gelap
(Claustrophobia) , semua masuk keruangan itu memeluk Hazel. samudra yang tadi menemaninya
sekarang berdiri memeluk gadis itu

Ervan memeluk kaki gadis itu dengan tangisan sesak, tak jauh dari sana bianca berdiri di samping ervan
menggigit bibirnya dengan kuat menahan tangisannya dengan kuat. Disebelahnya lagi ada papa yang
memanggil manggil namanya dengan sebutan 'anak'. Samudra mengelus pipinya dengan lembut di
sertai tangisan yang terus menerus keluar tanpa hentinya.

Devan Galaksi menatap kosong gadis di depannya itu sedangkan anak aespa yang lain hanya
menenangkan ervan dan samudra yang seperti orang kehilangan akal. Mama linda berusaha
menyuruhku bangun untuk mengingat tuhan, samudra meraih tanganku dan mengelus dengan lembut.
Aku masih bisa merasakan kehangatan itu
Hazel ingin mengatakan banyak hal dengan orang orang di dalam ruangan ini. Bagaimana Hazel sangat
bersyukur sebelum ia pergi orang orang kembali dengannya, sikap keluarganya kembali lagi. Bagaimana
Hazel sangat menyayangi orang orang ini. Hazel sangat ingin berminta maaf kepada mereka semua tapi
saat ini mulutnya tidak bisa bergerak.

Hazel sedikit sesak saat ini tapi ia berusaha memanggil abangnya yang tetap memeluk kakinya sedari
tadi

"bantu Hazel tahlil bang" gadis itu berusaha berbicara walau badannya seperti kehilangan raga saat ini

"Zel gua mohon jangan tinggalin gua, gua belum pernah tebus kesalahan gua" isak abangnya sebelum
berjalan kesamping adiknya mengambil tangan sebelah kirinya dan mengelusnya

"tuntun Hazel yah bang" gadis itu menatap abangnya dengan tatapan sayu.

"Laa ilahaa" suara bergetar ervan saat membantu adiknya dalam melakukan tahlil dan suara isakan
orang yang mulai terdengar

"Laa ilahaa" gadis itu berusaha mengikuti abangnya berbicara


"Illallah" Tangisannya mulai pecah pas mengatakan tahlil terkahir adiknya

"Illallah" gadis itu perlahan menutup matanya

semua orang menangis memanggil dokter, ia tak sanggup ditinggalkan. Samudra duduk lemas disamping
Hazel

"7 januari 2012 Hazela Abraham wafat" Dokter itu keluar di iringi teriakan histeris keluarga yang
ditinggalkan.

"g-gak, Hazel gua masih hidup!! Ini semua prank kan, hahahaha lu menang zel gua tertipu. Lu bangun
sekarang!" teriak samudra di sertai kekehan

Galaksi berusaha menenangkan Samudra dengan memeluknya.

"Sa ikhlasin kepergian dia"

"Lu percaya dia pergi? dia cuman prank, dia gak mungkin ninggalin gua!" teriaknya sekali lagi di iringi
dengan air mata yang terus mengalir di kedua matanya
Hazel kembali bertemu dengan ibunya disini, mereka tersenyum damai menggenggam jemari anaknya
sangat kuat

"perjuangan kamu udah selesai, waktunya kamu senang senang sayang"

PART 28

Singkat saja, saya merindukan seseorang yang sudah tenang disana, kalo boleh minta saya ingin sehari
saja dia kembali ada banyak cerita yang ingin saya sampaikan
-Samudra Maheswara

Semua orang yang berada di ruangan menangis sejadi-jadinya melihat hazel yang telah
meninggalkannya, Hanya sebuah kenangan yang tersisa. Alat-alat yang tadi sempat hazel kenakan sudah
dicabut oleh perawat disana

"BANGUN ZEL" samudra teriak. menggoyangkan sedikit tubuh gadis itu biar bangun.

"Lu bilang mau pulang lu mau makan mie ayam kan zel lu napa ninggalin gua" isak pria itu melihat tubuh
kaku dan dingin gadis yang dia cintai

"Lu ingkar janji zel lu ninggalin gua" teriaknya sekali lagi tapi kakinya terlalu lemah untuk berdiri
disamping hazel ia terduduk dengan muka pucatnya
"Maafin abang gak bisa jadi abang yang baik buat lu zel maafin abang" ervan berjalan dengan kaki yang
lemas ke arah kaki adiknya dan menciumnya

"lu adik gua dan selamanya lu adik gua zel"

"kak maafin bianca yang egois, bangun yah bianca rinduin kakak" bianca menangis se jadi jadinya di
pelukan papanya sedangkan papa Abraham hanya menatap kosong anaknya dan menenangkan orang
orang sekitar ia tak bisa berbicara lagi mulutnya seakan membisu melihat tubuh anaknya yang dingin

•••
Kursi kursi mulai di keluarkan tenda sudah dipasang. Kerabat tetangga mulai berdatangan memasuki
rumah duka

Samudra yang duduk diruang tamu menemani hazel disaat saat terakhirnya yang tak henti hentinya air
matanya mengalir, ia berpikir jika ini hanyalah sebuah mimpi semata. Mimpi ketika Hazel dibantu
mengucapkan tahlil oleh abangnya. Mimpi ketika hazel menutup matanya secara perlahan, semuanya
serasa seperti mimpi. Bayang-bayangan Hazel yang tersenyum ceria membuat air matanya menetes
kembali

Bianca sudah pingsan 3 kali melihat saudara kembarnya tak bernyawa disampingnya sedangkan ervan
berusaha agar tak menangis walaupun ia tau usahanya sia sia saja, ia duduk di samping adiknya untuk
terakhir kalinya.
Ia menatap wajah adiknya yang tampak kesal waktu ia mengambil cemilan yang iya makan, muka
adiknya pas marah, muka adiknya pas ia tertidur, semuanya berputar diotaknya dengan rasa yang cukup
nyesek di hati dan dipikirannya

"kenapa lu pergi"

"gua belum tebus dosa gua ke lu" lelaki itu terseguk. Mengingat kejahatannya bersama adiknya semasa
hidupnya. Mengingat ketika ia membantu adiknya untuk terakhir kalinya sungguh itu sangat
menyakitkan

"yang tabah nak"

Ervan merasakan bagaimana tangan tante Linda mamanya galaksi mendekap pundaknya kuat kuat. Tapi
dia tidak bisa rasanya tidak ada tenaga di dirinya "Saya jahat banget yah tan jadi abang seharusnya saya
yang di posisi adik saya"

"Jangan ngomong gitu hazel pernah ngomng dalam situasi ini gak ada yang salah kalian gak boleh saling
menyalahkan jangan lupa kamu yang menuntun adikmu itu sungguh luar biasa nak, ikhalsin kepergian
adik kamu yah"

"Saya ikhlas tan tapi rasanya hati saya gak ikhlas melepas kepergian adik saya"
Tante linda berjalan ke arah bianca yang tampak tak punya tenaga saat ini mukanya pucat

Ervan tak tau bagaimana derasnya air matanya jatuh ketika melihat adiknya seperti ini, ingatan kematian
mamanya belum lekas pulih tapi kenapa posisi mamanya digantikan Oleh adiknya ini.

"Van"

"Gua ditinggalin adik gua mit"

Air matanya turun lagi membasahi kedua pipinya sambil mengelus rambut hazel

"Hazel lebih bahagia disana bang ikhlasin yah, aku juga merasa nyesal udah tinggalin dia"

Mita juga sama kesedihanny ditinggalkan sosok sahabat yang menemaninya tapi sayangnya sekarang
seseorang itu meninggalkannya sendirian.Ketika jenazah hazel ingin dibawa samudra langsung berdiri
dari tempatnya dan memeluk hazel dengan sangat erat

"Jangan bawa hazel biarin dia disini bareng saya " teriaknya sambil memeluk hazel semakin kencang
"Nak ikhlasin hazel jangan kayak gini" Abraham tampak berdiri menenangkan samudra

"gakk. Gak ada yang boleh rebut dia dari saya"

"Tuhan lebih menyayangi hazel sa ikhlasin dia, lu mau lawannn Tuhan dengan larang ciptaanya
kembali?" Galaksi tampak berusaha menenangkan samudra yang bersih keras tak ingin melepaskan
hazel

"gua masih mau meluk hazel sebentar saja, ini terakhir kali gua meluk dia"

"sa"

"bagaimana gua bisa jalanin hidup"


Samudra menangis keras. mengundang iba kepada semua orang disana. samudra bukan kehilangan
sosok mantan atau pacar tapi kehilangan sosok orang yang mengerti dirinya, yang sabar hadapi dirinya

Galaksi juga tidak tau bagaimana bisa ia menjalankan hidup ini tanpa hazel, pria itu memeluk samudra
dengan penuh harapan biar dia bisa melepaskan hazel

"gua juga gak tau gimana mau jalanin tapi gak seharusnya kita tahan hazel yang udah mau senang diatas
sana" pria itu menatap hazel dengan tatapan lurus sapa tau gadis itu membuka matanya kembali
Semuanya tampak hening saat ini pelukan samudra makin melemah ditubuh hazela.

"biarin gua sekali saja minta izin sama hazel untuk terakhir kalinya" pria itu tampak menatap galaksi
yang masih menahannya

"silahkan sa"

Pria itu memeluk gadis itu untuk terakhir kalinya dan mencium pipi gadis itu kemudian kening gadis itu

"lu emang udah pergi zel tapi lu masih di hati gua gak ada yang bisa gantiin" bisiknya ditelinga gadis itu

PART 29

rindu terbert adalah ketika kamu merinduknnya tetapi tak ada celah agar kamu bisa bertemu dengannya
kecuali dengan satu cara 'kematian'
-Samudra maheswara

Samudra tak habis pikir bahwa akhir cerita gadis itu sangat tragis, kini dirinya turun ke bawah liang
lahap. samudra tadinya tak ingin turun, ia terlalu takut jika dia tak kuat melihat Hazel tak bernyawa lagi.
Tapi, ia disadarkan dengan sebuah pertanyaan yang mengalir dikepalanya. Kapan ia bisa melihat Hazel
lagi jika bukan saat ini?, Sapa yang bakal mengurus kepergian kekasihnya ini jika bukan dia?
Saat bang ervan membuka kain kafan adiknya hatinya sangat sakit melihat adiknya yang selalu
tersenyum kini hanya diam tak bergeming. Ditambah suara tangis Binca dan keluarga Galaksi membuat
hatinya semakin sakit

Semua orang menjerit menahan tangis. Termasuk Devan yang bergetar saat mengulurkan papan. Jerit
paling membuat ervan merasa sakit adalah jeritan Bianca yang sangat membuat hatinya sakit
bagaimanapun Hazel dan Bianca adalah anak kembar sakit satu semuanya merasakan itu yang dia
rasakan. Padahal gadis itu tampak biasa saja pas di rumah sakit tapi sejak Hazela dikatakan tiada dia
menangis sejadi jadinya.

Samudra, Ervan, Pak Abraham, dan papa Galaksi naik keatas meninggalkan Hazela di liang lahat itu
sendirian. Bunga bunga mulai ditaburkan diatas makam adiknya

Diatas gundukan tanah itu terdapat nama yang bernama Hazela Abraham, Ia tak sanggup tangisnya
pecah bersimpuh dan memeluk batu nisan adiknya

"lu ninggalin gua zel"

Samudra tampak pucat ia terduduk di sebrang Ervan dan melihat makam hazel

"Kalau gua rindu ama lu gimana zel, kisah kita terlalu berat. orang-orang biasanya terpisah oleh tembok
kepercayaan sedangkan kita terpisah oleh alam yang berbeda. Cuman kematian yang bisa nemuin kita,
apa gua harus bertindak bodoh?" Pria yang mengenakan pakaian serba hitam itu menunduk tak sanggup
melihat batu nisan yang bertuliskan nama hazel
Sementara mita mengingat kenangannya bersama sahabatnya itu hatinya hancur melihat gundukan
tanah itu yang masih basah

Hazela berlari di koridor sekolah untuk menghampirinya, Mita tak ingat jelas dengan kejadian itu yang
dapat dia lihat gadis itu tersenyum dengan dua kotak susu coklat ditangannya

"Mit lihat ini samudra yang beliin gua"

Mita menjawab gadis itu dengan tatapan kaget tidak biasanya lelaki itu memberikan hazela minum susu
pagi pagi

"wah gila kesurupan tuh kayaknya"

"Lebih enak dari biasanya mit"

"sini gua coba gimana sih rasanya susu kalau doi yang beliin"

"gak boleh ini pemberian samudra buat gua"


"pelit lu"

"biarin sekali kali"

Gadis itu duduk dengan ceria dikursinya sambil menaikkan novelnya dan mulai membacanya dengan
dua kotak susu disampingnya

"gua rinduin lu zel" gumamnya menatapi makam sahabatnya sekali lagi

Semua orang mulai pergi dari sana tinggal ervan samudra yang berada disana. Kedua pria itu merasa tak
ingin pergi dari sisi orang tersayangnya

"apa gua harus susul lu?" tanya samudra mengelus nisan Hazela yang langsung dapat pukulan maut dari
Ervan

"lu gila yah"

"gua gak tau bang kayaknya iya" Samudra tetap menatap lurus nisan Hazel denga tatapan kosong
"se sakit sakitnya lu gua lebih sakit sa"

"bukannya lo yang mau kematian dia?"

"Apa gua sejahat itu? tapi bagaimana pun itu masa lalu Hazel udah tenang di atas sana walaupun gak
kasih gua kesempatan buat perbaiki"

"kenapa lu sekuat ini" lirihnya air matanya kembali jatuh entah kenapa bayang bayang wajah tersenyum
gadis itu selalu ada di kepalanya

"gua tau Hazel gak suka gua nangis"

"gua tau dia yang hapus air mata gua pas diruang UGD bang dan larang gua nangis lagi tapi itu rasanya
sakit"

"gua nyuruh dia pulang tapi bukan kembali ke rahmatullah" lanjutnya


"gua ingat se berapa jahatnya gua bareng dia" kekehan samudra membuat ervan tertarik dengan
ceritanya

"gua pernah marah marahin dia, gua pernah buat dia kehilangan perkerjaanya tapi sungguh bang gua
buat dia kehilangan pekerjaannya karna gua gak suka tatapan pengunjung cafe di pojok kanan cafe itu"

"dia lihatin hazel dengan tatapan yang kurang ajar dan gua gak suka gua takut hazel kenapa kenapa tapi
gua gengsi ngomong gitu sama Hazel"

"gua pacaran sama Bianca juga karna bianca ngomng kalau gua pacaran sam dia, dia bakal jagain Hazel
dari pukulan lu sama bokap lu"

"jadi lu" Ervan tampak bingung dengan kata kata Samudra

"gua gak sejahat yang lu pikir dan gak se baik yang lu pikir"

"hati gua hancur pas lihat tangan dia berdarah karna gua, gua mau ngejar tapi bianca peringatin gua"

"jadi lu pura pura jahat ke Hazel dan pura pura baik ke bianca karna bianca janji sama lu untuk jaga hazel
dari pukulan?"
"gua kadang gak tahan bang kalau gua lebih prioritasin Bianca dari dia"

"kejadian pas Bianca jatuh? kejadian gua dapat obatnya?" samudra melanjutkan membongkar rahasia
yang selama ini ia jaga

"disitu gua belum tau kejadian sebenarnya dan gua tau kejadian sebenarnya pas gua lihat di cctv karna
Hazel ngomong di uks ceritain masa lalunya dan gua pikir dia gak mungkin lakuin sejahat itu dan
ternyata benar"

"part gua dapat obat di mejanya, gua langsung cek di rumah sakit dan disitu dokternya ngomng itu obat
gagal jantung dan gua kaget, gua langsung datang ke rumahnya dan yang gua dapat gua di usir jadi gua
langsung chat lu dan ngomong si Hazel sakit tapi saat itu bianca ngomong sama gua kalau itu obatnya
dan bukan obat Hazel gua sempat gak percaya tapi dia yakinin gua dan gua percaya"

"ternyata selama ini gue pelihara ular sa" lirih Ervan yang mengetahui kebenaran

PART 30 (END)

Apa kabarmu disana? apakah disana baik baik saja? Mungkin kamu sudah bahagia disana dan baik baik
saja tapi diriku tidak zel, It's not fine."
-Samudra Maheswara

Sudah 3 bulan kepergian gadis itu tapi kenangannya masih menghiasi orang orang sekitar, terutama
Samudra. Kini pria itu seperti orang kehilangan jalan setelah kepergian Hazel
Kadang lelaki itu menangis setelah melihat video gadis itu di laptop, Kebiasaan lelaki itu juga berubah
yang tadinya tidak menyukai susu coklat sekarang setiap kemana mana selalu membawa susu coklat di
genggamannya

Pertemanan dengan geng Outlaws juga kian membaik, tak ada lagi penculikan yang terjadi di masing
masing sekolah. Pria itu terduduk di rooftop sekolah memandang silau langit saat ini di temani laptop
headset dan susu disampingnya

"Haloo sa" teriak gadis itu di layar laptop

"kok gak jawab sih!" kesalnya yang hanya dibalas senyuman oleh samudra

"jangan sedih yah kamu kuat yakan udah janji juga owh iya aku pengen makan mie ayam mbak Susanti"
teriaknya kegirangan

"tapi kamu malah pergi makan sama bianca jahat banget kamu!" senyuman yang sedari tadi ia
gambarkan sekarang berubah menjadi raut wajah sedih

"sa" tepukan lembut dipunggungnya membuat lelaki itu berbalik dan melihat sapa yang mengganggunya
"ada ap?"

"nonton bareng yah" gadis itu berusaha duduk di sebelah samudra tapi dengan cepat samudra berdiri
dari tempatnya

"gak usah sok kenal sama gua bi" Samudra berjalan meninggalkan gadis itu sendirian disana

•••
Samudra berjalan ke arah makam Hazel, Ia memberikan buket bunga untuk gadis itu

"hai aku kembali" sapa pria itu

"gimana disana enak gak? gua mau ngikut sama lu tapi gua gak tega tinggalin nyokap gua, lu tau gak
kalau gua rindu lu gua bakal putar video lu"

"gua kayak hilang akal tanpa lu, gua pergi makan mie ayam sendiri tanpa lu dan itu sangat sakit zel"

"gua rinduin lu, zel" isaknya mengelus nisan diatas tanah itu
Hp pria itu berdering, ia langsung pamit dan bergegas pergi dari sana. Samudra menjalankan motornya
dengan kecepatan normal ia sangat ingat ketika naik motor seperti ini Hazel selalu berteriak tidak jelas
dan mengatakan

"Kirain gak kedengaran sa"

Kalau satu dua kali itu masih wajar tapi ini setiap naik motor, Samudra menghela napas yang panjang ia
sangat merindukan sosok gadis itu untuk disampingnya tapi bagaimanapun bukannya seseorang harus
belajar mengikhlaskan? walaupun itu yang paling sakit tapi ia harus berpikir mungkin kekasihnya itu
sudah berbahagia diatas sana

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Hazel pergi dengan menyimpan sebuah kenangan dan
sebuah penyesalan bagi orang orang terdekatnya

Ketika mengingat bayang bayang gadis itu tersenyum membuat samudra sangat bahagia.

"Sa kalau aku senyum aku cantik gak?" tanya gadis itu

"jelek zel cantikan kalau marah atau nangis"


Bayang bayang pembicaraan Samudra dan Hazel berputar di kepalanya sungguh dia sangat merindukan
gadis itu, sangat andai kata ia dan Hazel hanya berbeda negara ia akan pergi mencari Hazel tapi ia dan
Hazel berbeda alam sangat jauh disana hanya sebuah kematian yang membuat kedua orang itu bertemu

Kehidupan semua orang sudah kembali normal walaupun masih banyak penyesalan yang terdapat
diantara mereka tapi mereka berusaha sekuat tenaga untuk bangkit kembali menemus kesalahannya

Keluarga Abraham pindah rumah ke rumah yang Hazel tempati dulu, ia ingin merasakan suasana Hazel
didalam sana mbak Ati yang dari kampung mendengar ke pergian Hazel membuatnya tak sadarkan diri
setelah mendengarnya. bagaimanapun mbak Ati dan Hazel hidup bersama dari hazel kecil. Bi ati sudah
menganggap Hazel seperti anaknya sendiri.

Sedangkan Bianca iya menjalani hidup dengan kepedihan, semua orang tak membencinya atau
menyayanginya seperti dulu. Mereka bersikap biasa saja ke bianca terutama pak Abraham dan Ervan ia
tak membenci gadis itu atau menyayangi ketika membencinya ia teringat Hazel ketika terlalu sayang
terhadap Bianca iya teringat dosa dosa yang gadis itu perbuat

Semuanya berjalan dengan normal Devan yang pindah bersama Galaksi ke surabaya, ia tak ingin
mengingat kesedihan Hazel. ia terlalu terluka ketika mengingat gadis itu sedangkan Samudra masih
terpuruk dengan kepergian Hazel yang saat ini masih menetap di hatinya

Ia semakin dingin dengan orang orang sekitar, irit bicara tetapi ada satu hal yang membuat pria itu
berbeda ketika ia melihat seseorang dibully ia akan menolongnya bukan melihatnya saja ia teringat
hazel yang dibully dulu.
Ia mencalonkan menjadi Ketua osis dan terpilih, ia mulai mencari kesibukan sendri. Ervan mulai turun
jabatan menjadi ketua geng Aespa dan memberikannya ke Samudra. Ia merasa sosok cowok itu pantas
menjadi seorang pemimpin

Seseorang akan terasa lebih berharga ketika tak ada lagi disamping kita, maka dari itu hargai sebelum
terlambat.
-Samudra Maheswara

Tamat

Anda mungkin juga menyukai