Anda di halaman 1dari 9

Last Time With You.

Jam berdentang tepat pada 12.00 tengah malam. Namun dentang jam tidak membuat sang gadis yang berada disudut
ruangan menoleh sedikitpun. Fokus sang gadis hanya tertuju dengan coret-coret kata yang terdapat dikertas putih dan
beberapa buku tebal disekeliling kertas itu. Kini ia sedang membolak-balikan halaman dan membaca beberapa bait
kata di dalam buku itu.

Ia berhenti membolak-balikan halaman buku, matanya tertuju dengan salah satu bait kata halaman itu. Untuk
sementara waktu dia tersenyum dan setelahnya dia tertawa. Bukannya dia menertawakan sesuatu hal yang konyol,
namun dia menertawakan betapa realitanya bait itu dengan kehidupan miliknya.

“Angin membawaku entah kemana. Aku hanya meninggalkan jejak kaki milikku dan mungkin jejak itu sudah
pudar, bersama mereka. Aku akan terus mengembara bersama mereka.”
- Kazuha

“Terdengar menyakitkan memang, namun begitulah takdir berjalan,” Ucapnya.

Kini dia meletakkan buku “Sang Pengembara Angin” bersamaan kertas putih dengan beberapa kata yang telah dia
tulis. Diaa letakkan itu dan dia melanjutkan tarian jari-jemarinya. Jari-jemari itu sungguh lihai untuk menulis bait
kata untuk kertas putih itu, namun tak jarang juga dia salah menulis kata.

Beberapa kali dia sempat menggeram atas kecerobohan yang telah dia lakukan. Tidak jarang juga dia frustasi akibat
jemarinya salah menulis kata dan hal itu menyebabkan dirinya menulis ulang kembali apa yang sudah dia tulis
disana. Namun, bukannya membaik hal itu malah mempeburuk keadaannya.

Dia berkali-kali merasa sabar sampai pada akhirnya dia telah mencapai batas kesabarannya, “Kenapa jadi salah
terus?” keluhnya, sembari menatapi para sengumpulan kertas dimejanya. Karena hatinya dilanda rasa prustasi, dia
mengobrak-abrikkan mejanya membuat buku-buku dan kertas-kertas berceceran di lantai.

Gadis itu berjalan menuju kasur bermotif putih polos mengabaikan barang-barang yang berjejeran dilantai akibat
ulahnya tadi. Dia hanya butuh tidur untuk menenangkan diri sendiri karena dia sudah lama tidak tidur karena tugas-
tugas yang menumpuk dan deadline tugas yang selalu menghantuinya.

Gadis itu menutup matanya. Namun sebelum dirinya benar-benaar menutup mata miliknya, dia sempat bergumam,
“Pengembara dalam buku itu pasti merasa kesepian, bukan? Walau memang ada seseorang yang bersamanya
kembali, tapi bukan berarti dia bisa merasakan hal yang sama lagi, kan?” tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

Begitu banyak pertanyaan yang menghantui gadis itu hanya karena novel milik temannya. Sebenarnya dia ingin
berterimakasih karena temannya telah meminjamkan novel miliknya dengan cuma-cuma. Namun, bukan berarti cerita
yang seberat ini! Gadis itu menyumpah serapahi temannya, “Yuki, Kezi tau betul kalo Yuki perhatian, tapi gak gini
juga caranya!” kesal gadis itu memukul bantal tidur polos miliknya, membayangkan bantal itu adalah temannya,
Yuki.

Akhir malam sang gadis bernama Akezi Mitsuki menghabiskan satu pache tissu akibat novel dari temannya,
Yoshiro Yuki. Padahal, hanya sebuah novel yang berceritakan seseorang pengembara. Ya, pengembara.
“Angin akan terus membawa langkahku. Tidak peduli apa yang akan menanti disana, aku akan terus
mengikutinya. Dan entah itu akan menjadi sebuah akhir cerita yang sedih atau bahagia, pada akhir cerita aku akan
sendirian.”
- Kazuha

Yang dia tau adalah desa ini dipenuhi oleh orang-orang yang ramah dan baik. Tak jarang dia melihat orang-orang di
desa ini bercengkrama dan tertawa baik itu anak-anak ataupun orang dewasa. Sesekali juga dia disapa dan sesekali
juga dia diajak bermain oleh anak-anak disana. Jujur saja dia merasa nyaman berkelana di desa ini, karena sejauh
yang dia tau tidak banyak desa yang seperti ini. Desa ini terlalu tentram dan damai, penduduknya juga ramah-ramah
dan baik tidak seperti tempat asalnya.

Dia melihat sekelompok anak kecil menghampiri dirinya dengan beberapa bunga ditangannya. Anak-anak itu
menyapa dirinya, “Kak Kazu!” panggil mereka.

Kaedehara Kazuha, sang pemuda yang mengembara seorang diri dengan mereka yang tersisah. Kazuha adalah
pengembara yang suka mengujungi desa dan mengumpulkan setiap informasi-informasi dari daerah yang dia
kunjungi. Karena dia pengembara, tentunya banyak cerita yang dia simpan disetiap tempat.

Kazuha seorang pemuda yang baik dan mudah bergaul dengan lingkungannya, contohnya seperti saat ini yang
dimana Kaedehara Kazuha diberi rangkaian bunga dikepalanya menambah kesan ramah terhadapnya. Anak-anak
kecil itu tertawa melihat Kazuha yang memakai rangkaian bunga dikepalanya membuat Kazuha tersenyum melihat
tawa mereka.

“Andai aku bisa melihatnya,” ucapnya dengan nada sedih yang dia buat-buat. Dan tentu saja karena nada sedih yang
Kazuha buat membuat anak-anak kecil itu berhenti tertawa dan mencari cermin untuk pemuda itu. Kazuha hanya bisa
tertawa dalam diam melihat mereka.

Seseorang gadis menghampiri mereka, “Mencari cermin?” tanya sang gadis itu dengan cermin ditangannya. Tentu
saja membuat perhatian Kazuha dan anak-anak lainnya menoleh kearah gadis berambut kepang pirang itu.

Salah satu anak mengambil cermin itu dan memberikannya kepada Kazuha, tentu saja Kazuha yang diberi
menerimanya karena Kazuha penasaran dengan penampilannya dengan rangkaian bunga yang berada diatas
kepalanya sekarang ini.

Sekali lagi Kazuha tertawa dalam diam karena ulah anak-anak kecil ini. Sebenarnya tidak hanya Kazuha yang
tertawa dalam diam tetapi juga gadis itu. Kazuha menyadari gadis itu tertawa dalam diam dan gadis itu juga merasa
ketahuan kalau dia sedang tertawa dalam diam, karena mereka tidak sengaja kontak mata jadi mereka tertawa
membuat anak-anak kecil itu bingung, “Kalian kenapa?” tanya salah satu mereka dan hanya gelengan dari keduanya.

Mereka terus menerus bercengkrama dengan gembira dan bermain bersama-sama. Tanpa sadar waktu ingin
memasuki malam membuat mereka berhenti secara paksa dan tentunya mereka menikmati sunset dimana matahari
akan bersembunyi. Namun pada saat itu juga Kazuha berpisah dengan mereka semua, meninggalkan jejaknya disini
dan melanjutkan berkelananya di daerah lain. Tentu saja hal ini membuat anak-anak di desa dan orang dewasa
terkejut mendengar hal ini dan memutuskan membuat acara perpisahan kecil untuk Kazuha.
Kazuha tidak menyesal menghabiskan waktunya disini dan Kazuha tidak sabar hal apa yang akan menunggunya
nanti.

Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah lima hari Kazuha berjalan untuk mencari desa selanjutnya namun masih
tak kunjung ketemu juga. Yang dia lihat hanya hutan belantara dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan
besar, tak sering juga dia melihat monster-monster dan beberapa monster jamur yang sedang berpesta ria bersama
temannya.

“Aku tidak tersesat, bukan?” tanya Kazuha pada dirinya sendiri. Jujur saja semakin Kazuha memasuki hutan
belantara ini, Kazuha merasa resah akan sesuatu di depannya entah hal itu baik atau tidak.

Semakin mendekati bagian terdalam hutan, Kazuha seketika mendengar suara seseorang berteriak mungkin lebih
tepatnya mengumpat serapahi sesuatu. Tentu saja selain menjadi pengembara, Kazuha juga adalah salah satu orang
berbakat dalam ilmu pedang ditempat kelahirannya, Inazuma. Dengan bantuan angin, Kazuha melewati dahan-dahan
yang mengganggu dengan sangat mudah dan terampil. Tak salah Kaedehara Kazuha dijuluki sebagai Pengembara
Angin dari Kota Electro.

Sesampainya Kazuha ditempat kejadian, dia melihat seorang lelaki terus menerus menganyunkan tebasan demi
tebasan pedang. Kazuha bukannya tidak ingin menolong langsung, dia hanya ingin melihat seni pedang apa yang
dikuasai oleh lelaki kepang pirang ini.

Beberapa menit sudah berlalu namun musuh lelaki berambut kepang pirang itu bukannya menjadi sedikit malah
terus bertambah sekian berjalannya waktu. Situasi semakin memburuk dan membuat Kazuha menolong lelaki itu.
Dengan bantuan dari angin, dia menyapu beberapa kroco-kroco monster jamur yang menjengkelkan baginya.

Sedangkan lelaki berambut kepang pirang itu sedikit terkejut dengan kedatangan dari Kazuha yang berhasil
menyapu beberapa monster jamur menjengkelkan itu. Entah bagaimana dia akan berterimakasih nanti, karena jelas
Kazuha adalah seorang penyelamatnya dari kerumunan monster jamur-jamur itu.

Lelaki berambut kepang pirang itu melihat cara Kazuha bertarung dengan pedang dan dibantu dengan angin, “How?
Bagaimana caramu menguasai ilmu tersebut?” tanya lelaki itu disela-sela petarungan mereka dan para monster yang
terus berdatangan.

Kazuha bukannya ingin mengabaikan namun Kazuha sedang berkonsenterasi dengan pertarungannya. Sedangkan
lelaki itu juga tidak mempermasalahkan bahwa pertanyaan dari dia diabaikan oleh Kazuha. Lelaki berambut pirang
itu berkata, “Kita gak bisa begini terus, semakin dihabisi juga bakal ada lagi cuman ada satu cara yaitu kabur tapi
susah buat kabur dari mereka. Contohnya kaya tadi waktu dimana aku mau kabur,” ucapn lelaki itu.

Kazuha berhenti menganyunkan pedangnya, dia berjalan kearah lelaki itu dengan gurat kekesalan. Lelaki berambut
kepang pirang itu hanya kebingungan karena perubahan dari pemuda di depannya. Merasa kurang enak hati dia
bertanya, “Kenapa? Ada yang salah?” tanya dia.

Kazuha terdiam untuk sementara. “Kenapa gak bilang dari tadi kalo ada cara lain selain melawan?” kesal Kazuha
menghunuskan satu tebasan kepada moster. Dan dengan entengnya lelaki itu menjawab, “Kamu gak bertanya.”

Kazuha terdiam lagi, sebenernya Kazuha ingin sekali mengumpat serapahi lelaki ini namun dia teringat bahwa
situasi sekarang bukanlah hal yang tepat untuk melakukan itu semua. Kazuha mengulurkan tangannya, “Mau ikut
tidak?” tanya Kazuha.
Lelaki berambut kepang pirang itu terdiam, dengan ragu dia menerima uluran tangan Kazuha. Tanpa basa-basi dan
perkataan lain dari Kazuha, mereka secara perlahan mulai tidak merasakan sensasi kaki mereka menginjak tanah lagi.
Benar, Kazuha dan lelaki berambut kepang pirang -entah siapa namanya itu- sedang berada di udara layaknya
burung.

Butuh waktu beberapa menit untuk keluar dari hutan belantara itu namun bagi mereka itu hanya sebentar karena
mereka saat diperjalanan bercengkrama sangat akrab walau baru pertama kali mereka bertemu. Kazuha dan Aether –
lelaki berambut kepang pirang- seketika berhenti berjalan karena mereka dihalangi oleh beberapa monster. Mereka
berdua saling melemparkan senyum seperti mengatakan, “Ayo beraksi kembali.”

Dari pertemuan singkat tersebut mereka menajadi sangat akrab dan mereka telah menjadi teman berkelana bersama.
Aether dan Kazuha adalah pengembara dengan tujuan yang berbeda. Kazuha menjadi pengembara karena dia ingin
mengetahui apa saja yang telah terjadi oleh dunia ini. Sedangkan Aether dia menjadi pengembara karena dia ingin
menemukan adiknya yang menghilang dibawa oleh sekelompok organisasi Hunter Derks. Tidak jarang pula mereka
saling menukar cerita mereka masing-masing dan terkadang juga mereka berlatih pedang bersama.

Waktu terus berlalu, sekarang mereka telah sampai dipelabuhan Chain, Inazuma. Masing-masing mereka memiliki
alasan untuk memilih Inazuma untuk perjalanan kali ini. Aether memiliki urusan dikota Inzuma, namun untuk
Kazuha itu menjadi alasan rahasia dan tentu saja dia tidak memberitahu Aether sama sekali.

Kazuha dan Aether berpisah karena mereka ingin mengurus urusannya masing-masing di Inazuma. Aether pergi ke
Kamisato Este untuk mengurus keperluannya dengan pemimpin Yashiro Comission, Kamisato Ayato. Sedangkan
Kazuha memilih untuk berkeliling Inazuma, kota tempat kelahirannya yang telah lama dia tinggal untuk berkelana.

Kaedehara Kazuha adalah seorang pengembara seorang diri, namun sebelumnya dia memiliki teman bernama
Tomo. Mereka berkelana dengan angin yang menentun mereka, tidak jarang juga mereka menerima permintaan dari
penduduk Inazuma ataupun desa-desa yang mereka kunjungi. Memori tentang Tomo terus berputar membuat kepala
Kazuha sakit dan membuka luka kehilangan seseorang terdekatnya.

Tomo sudah tidak ada, hanya pedang tanpa pengguna dan liontin abu-abu yang dia tinggalkan. Mengingat kembali
kenangan Tomo membuat api amarah yang selalu dia rendam kembali muncul membuat udara disekitarnya sesak.

Matahari perlahan tenggelam digantikan bulan yang menyinari Kota Inazuma. Aether dan Kazuha kembali bertemu
bersama sesuai dengan yang mereka katakan setelah baru sampai Inazuma. Setelah mereka sudah bertemu, mereka
memutuskan untuk makan malam disalah satu kedai populer di Inazuma.

Mereka berbincang-bincang tentang hal yang mereka lakukan hari ini. Namun perbincangan ini lama-lama membuat
suasana meja mereka canggung, ditambah lagi raut muka Kazuha yang tidak bersahabat sama sekali.

Brakk.
Bunyi pukulan tangan dan meja membuat perhatian para pelanggan dan pelayan di kedai itu menoleh pada meja
mereka berdua, Aether dan Kazuha. Dilanda keresahan yang besar, Aether bingung tentang apa yang harus dia
lakukan sekarang dengan keadaan Kazuha yang tidak bersahabat sama sekali. Andai dia tau apa yang membuat
Kazuha menjadi suram begini, mungkin dia akan minta maaf atas perkataan yang tidak sengaja dia ucapkan. “Kazu,
mau balik kepenginapan sekarang?” tanya Aether dan hanya anggukan sebagai jawaban pertanyaan miliknya
tersebut.
Diperjalanan pulang, Aether terkadang mengajak Kazuha untuk berbincang-bincang walau Kazuha hanya menjawab
seperlunya saja. Namun setelah Aether mengucapkan perkataan ini, suasana kembali canggung dan kali ini udara
begitu sesak, bernafas saja mungkin susah untuk Aether sendiri. Aether berkata, “Aku mendapatkan tugas tentang
konflik Inazuma yang lalu. Apa kamu masih ingat konflik tentang dekrit perburuan kekuatan Elementals? Konflik itu
ternyata belum kelar dan aku ditugaskan untuk tugas ini.”

2 Tahun sebelumnya.

Dekrit dari pemimpin Inazuma yaitu Raiden Shogun telah dikeluarkan. Dekrit itu berisikan pemburuan orang yang
memakai vision dan tentu saja dekrit itu membuat penduduk Inazuma geram dan marah. Jelas mereka marah karena
vision adalah bukti tekad mereka. Setiap vision memiliki Elementals yang berbeda dan tentu saja tekad dan cerita
mereka berbeda.

Pada saat itu, penduduk Inazuma berkumpul di Aula Inazuma dimana pusatnya pemerintahan berjalan. Mereka
semua menolak keras dekrit dari penguasanya sendiri karena mereka merasa dekrit itu tidak masuk akal bagi mereka.
Lagian juga, bila vision diambil secara paksa maka akan membuat pemilik vision bisa celaka dan bisa membuat gila.
Penduduk mereka sangat tau bahwa Raiden Shogun sendiri yaitu sang Penguasa Inazuma ingin menjadi abadi, namun
itu sangat mustahil.

Pintu aula terbuka memperlihatkan sang penguasa Inazuma dengan rambut ungu yang dikepang kebelakang yang
menambah kesan elegan. Dia menatap para penduduknya dan tertawa tipis melihat api amarah penduduk Inazuma
sendiri. Sejujurnya Raiden sendiri memilih keluar bukan untuk meladeni mereka sama sekali, Raiden hanya ingin
melihat api amarah penduduk Inazuma.

Namun, ada seorang pemuda dengan liontin elemental electro menerobos keluar dari kerumunan penduduk
Inazuma. Pemuda itu mengarahkan pedangnya kepada Raiden dan mengatakan, “Raiden Shogun, apa yang telah kau
lakukan dengan wilayahmu dan pendudukmu sendiri?” pertanyaan dari pemuda itu dengan suara tajam dan mata
yang begitu menusuk yang mampu membuat suasana menjadi hening.

Raiden Shogun menatap pemuda itu seakan dia tidak terintimidasi dari tatapan yang pemuda itu lemparkan
kepadanya. Dia tersenyum sebelum menebaskan satu serangan kepada pemuda itu. Dia tertawa melihat pemuda itu
mengeluarkan cairan berwarna merah. Tomo berusaha bangun walau kondisi tubuhnya terluka akibat serangan dari
Raiden.

“Betapa bodohnya kau melawanku,” Raiden.

Awan nampak berubah menjadi hitam keunguan, kilat petir saling bertubrukan menciptakan bunyi yang mampu
membuat orang takut. Raiden Shogun mengeluarkan jurus terakhir, Musou no Hitotachi.

Tomo yang melihat hal itu mempersiapkan dirinya untuk menerima serangan Raiden namun usahanya gagal. Sekuat
apapun Tomo, serangan Shogun adalah serangan dimensi dimana serangan itu mampu merobek ruang waktu. Tomo
bukan lagi mengalami luka ringan atau berat, Tomo sudah mencapai batasnya.

Namun, salah satu seseorang dari barisan kerumunan penduduk Inazuma, ada lelaki yang kembali menerobos
kerumunan tersebut. Lelaki itu langsung memeluk tubuh Tomo yang sudah tidak berdaya itu. Kaedehara Kazuha,
dialah sang pelaku.
Raiden yang melihat mereka hanya terdiam dengan gurat kekesalan diwajahnya. Raiden memutuskan kembali
masuk kedalam Aula Inazuma dan menutup pintu itu, lagian dia sudah tidak memiliki mainannya lagi dan juga tidak
ada yang bisa dia lihat diluar Aula Inazuma ini.

Kaedehara Kazuha masih terus memeluk tubuh Tomo yang tergeletak tidak berdaya, seakan bila dia melepas tubuh
itu dia akan kehilangan teman berharganya. Tangan Tomo membelai rambut Kazuha dan dia berkata, “Selamat
tinggal, Kazuha,” saat itu juga Kazuha melihat Tomo untuk terakhir kalinya.

Kazuha melamun untuk waktu yang lama. Kilatan memori tentang masa lalunya terus menerus membanjiri isi
kepalanya. Namun dia kembali tersadar saat melihat kondisi sekitar dan suara bising dari Aula Inazuma. Kazuha
terdiam mematung disana, fenomena Musou no Hitotachi terulang lagi. Kilat memori Tomo semakin cepat memenuhi
isi kepala Kazuha, terus berulang-ulang dia melihat kilat memori tentang Musou no Hitotachi dan Tomo.

Langkah demi langkah dia berusaha ke Aula Inazuma. Sesampainya dia disana, dia melihat Aether dan Shogun
sedang beradu pedang dan tombak. Suara benturan antara kedua senjata itu membuat udara disekitar mereka sesak
karena Aether dan Raiden Shogun sama-sama unggul dan lihai. Kazuha hanya mematung melihat pertarungan antara
keduanya tersebut, bukannya Kazuha tidak ingin menolong Aether tapi memang Kazuha tidak bisa menggerakan
tubuhnya saat melihat Raiden Shogun lagi.

“Jangan lagi,” Gumam Kazuha, namun tubuhnya berkata lain dari hatinya. “Kenapa kaki ini tidak mau
digerakkan?” tanya Kazuha pada dirinya sendiri.

Namun hasil yang mengejutkan, Aether menang melawan Raiden. Walau memang benar Musou no Hitotachi tidak
bisa dia tahan namun serangan itu hanya menyebabkan luka ringat pada dirinya itu. Sebelum keduanya tumbang,
mereka berhasil ditangkap oleh masinh-masing teman mereka, Yaemiko dan Kazuha.

Sebelum Yaemiko membawa Raiden masuk kembali ke dalam Aula Inazuma, Yaemiko melemparkan senyum
kepada Aether dan Kazuha. “Terimakasih karena berhasil memberhentikan kelakuan bodoh dari boneka ciptaan Ei,
dia masih anak kecil saat urusan politik seperti ini,” ucap Yaemiko sebelum memasuki Aula Inazuma.

Aether dan Kazuha kembali ke penginapan dan sesampainya mereka disana, Kazuha langsung memarahi tindakan
Aether yang semena-mena mengambil keputusan untuk melawan Raiden langsung. Memang benar bahwa
kenyataannya Aether telah berhasil menjalankan misinya namun dengan luka yang tidak bisa dibilang ringan ini
mungkin saja bisa membuat Aether berpindah alam.

“Ya maaf, aku juga gatau kalau Raiden sekuat itu apa lagi Musou no Hitotachi miliknya itu. Tapi lihatlah aku
sekarang! Aku masih bernafas secara normal disini dan aku masih bisa menggerakkan tubuhku dengan normal walau
memang sedikit sakit, Aww! Kauzha, pelan sedikit mengobati lukannya dan jangan ditekan!” Aether.

Kazuha melirik Aether dengan tajam, “Mangkanya ga usah banyak gaya kamu kalau begini aja kesakitan, giliran
disuruh lawan Raiden malah asal maju tanpa persiapan sama sekali!” Kazuha yang geram akan Aether terus menekan
luka Aether.

Aether terus mengringis akibat ulah Kazuha namun dia tidak protes dengan tindakkan Kazuha karena memang
benar apa yang diucapkan pemuda laki-laki itu, dia melawan Raiden tanpa persiapan sama sekali. “Tapi kau juga
senangkan kalau dekrit pemburuan sudah diberhentikan? Apalagi kau seorang pengembara dan pasti sudah melihat
banyak kejadian dimana seseorang dirampas vision mereka,” Aether. Dan lagi-lagi Kazuha hanya membalas
anggukan untuk jawabannya.

Kazuha sangat lega karena kasus dekrit pemburuan vision sudah ditutup dan tidak ada lagi korban yang berjatuhan
akibat dekrit tersebut. Kazuha juga lega karena Aether masih mengobrol dengan Kazuha dan berbincang-bincang
tentang diri mereka masing-masing. Kazuha lega nasib Aether tidak seperti nasib Tomo.

Kazuha juga memberi tau tentang Tomo kepada Aether karena sudah tidak ada alasan untuk menutupi kisah pilu
tersebut. Aether kini telah tau bahwa itulah alasan Kazuha suram saat Aether membahas tentang pemburuan vision.

Waktu terus menerus berjalan dan tidak terasa sudah dua minggu setelah kejadian dekrit pemburuan vision terhapus
oleh Raiden Ei. Tidak ada yang berubah dari Kota Inazuma hanya suasana Inazuma kini lebih hidup dari pada
sebelumnya.

Kazuha dan Aether kini berada dipelabuhan Chain dimana sebelumnya pelabuhan ini membawa mereka dari Liyue
ke Inazuma. Sembari menunggu barang-barang terangkat kedalam kapal, Kazuha dan Aether berbincang-bincang
tentang tujuan selanjutnya.

“Setelah ini ingin pergi kemana?” tanya Kazuha

Aether memandangi kearah langit, “Mungkin Sumeru? Tetapi sebelum aku kesana, aku harus melapor ke Liyue
terlebih dahulu dan itu sungguh memusingkan. Dan terkadang juga aku harus berurusan dengan para Fatui yang
menyebalkan itu,” cibir Aether.

Kazuha tertawa mendengar cibiran Aether, “Hahaha, aku tau kok rasanya berurusan dengan para Fatui itu. Jujur saja
itu sangat menyebalkan dan ribet,” setuju Kazuha.

Mereka tertawa bersama kembali, lalu Aether bertanya tentang tujuan Kazuha setelah ini dan tentu saja Kazuha
menjawabnya dengan serius tidak seperti sebelumnya lagi.

“Aku akan menetap di Inazuma untuk sementara waktu dan mungkin kita akan bertemu lagi di Sumeru,” ucap
Kazuha.

Aether tersenyum, “Aku berharap bisa mengembara bersama dengan mu lagi, karena mengembara seorang diri itu
tidak enak!” ujar Aether dengan anggukan setuju dari Kazuha.

Perbincangan mereka tertutup dengan suara pemberitahuan bahwa kapal menuju Inazuma ke Liyue siap untuk
berangkat. Mereka berpisah dan kembali sendirian tanpa adanya teman untuk saling menghibur satu sama lain, dari
sinilah kisah mereka berdua telah ditutup namun bukan berarti telah berakhir.

“Selama pedangku ini masih bersamaku, tidak ada tempat yang tidak bisa aku datangi. Meski hujan menerjangku,
aku dan pedangku akan tetap pulang meski harus berjalan.”
- Kazuha

Gadis itu menutup novel tersebut. Dia melihat kearah jam dinding yang sudah mengarah pada pukul 10.47 pagi.
Jujur saja sebenarnya gadis itu memiliki janji dengan pemilik novel ini, namun dia terlalu malas untuk bangkit dari
tempat tidurnya karena dia benar-benar lelah setelah membaca novel sepanjang malam tadi.
Tetapi disisi lain dia sungguh ingin memukul temannya itu, karena temannya memberi dia novel seperti ini. Mau
tidak mau gadis itu beranjak dari tempat tidur dan segera bersiap-siap kerumah temannya, Yoshiro Yuki. Dia bersiap-
siap sambil memikirkan rangkaian scenario untuk menumpahkan kekesalannya kepada temannya tersebut.

Namun, gadis itu juga sangat menyukai novel tersebut karena novel tersebut menggambarkan realita kehidupan
pertemanan karena awal mereka ada pertemuan, pengorbanan akan selalu ada, dan terakhir adalah perpisahan. Entah
perpisahan untuk selamanya atau sementara, yang dia tau hanya cerita mereka belum berakhir.

Gadis itu tersenyum dengan novel “Sang Pengembara Angin” ditangannya.


Gadis itu bernama Akezi Mitsuki, gadis yang berada diawal cerita.

TUGAS CERITA PENDEK

Disusun Oleh:

Nama : Nabila Kezia Maharani

Kelas : IX I

Nomer Absen : 17
MTsN 2 Bandar Lampung
Tahun Ajaran
2022/2023

Anda mungkin juga menyukai