Anda di halaman 1dari 10

Cerpen mu

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa

Home 100 Cerpen Terbaru Cerpen Pilihan Cerpen of The Month Top Authors Film

Cerpenmu Kirim Cerpen Kontak Kami

Mitos Kupu Kupu Ajaib


Cerpen Karangan: Lingga Bhatavinurel Irawan
Kategori: Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat), Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 23 May 2019

Pagi ini seperti biasa aku membawa gitarku ke padang rumput, aku
duduk di bawah pohon besar. Di padang rumput itu hanya ada satu pohon
besar yang aku duduki saat ini, perlahan aku memetik senar gitar yang
mengeluarkan alunan yang indah. Ory, itulah namaku. Aku tinggal di
rumah kecil dengan sawah dan hutan, beberapa KM dari rumahku
terdapat jalan raya yang menghubungkan ke kota. Aku tinggal bersama
nenekku, dimana desa ini masih percaya dengan mitos-mitos zaman
dahulu. Namun aku tidak mempedulikan itu. Gitar yang kubawa ini, aku
beli sendiri ke kota. Aku memang jago bermain gitar.

Petikan gitarku ini mengundang seekor kupu-kupu yang indah. Berwarna


putih dengan garis hitam mengikuti garis sayapnya. Baru pertama kali
aku melihat kupu-kupu seindah itu. Kupu-kupu yang bercahaya!
Cahayanya berwarna putih, menambah keindahan kupu-kupu itu. Lalu
aku memberhentikan sejenak alunan gitarku. Aku menangkapnya dan
mengajaknya ngobrol.
Seperti anak kecil saja, maklumlah di desaku ini tidak ada remaja yang
seusiaku. Jadi aku selalu pergi ke padang rumput untuk menghibur diri.
Aku juga tidak bersekolah karena faktor biaya, namun sehari-hari
nenekku selalu mendapat uang dari hasil kerja kami. Aku bekerja
membantu nenek dengan cara menjual hasil panen ke kota, seharusnya
diusiaku yang masih terbilang muda ini bersekolah ditingkat SMA. Selain
menjual hasil panen ke kota, aku juga mengajar ngaji anak-anak kecil di
desa. Jangan heran jika aku pandai bermain gitar, karena aku selalu
mendapat buku-buku bekas dari orang kota. Di desaku ini juga ada
banyak ustadz yang mengajariku mengaji.
Aku lanjutkan petikan gitarku, kupu-kupu yang indah itu seakan menari-
nari di hadapanku. Subhanallah! Dengan indahnya kupu-kupu ini seakan
mengerti arti alunan musik gitarku ini. Setelah berlama-lama di padang
rumput, aku pulang ke rumah. Aku mengerjakan pekerjaanku sehari-hari.

Hingga sore pun tiba, setelah lelah bekerja pulang pergi ke kota. Aku
pergi ke padang rumput itu lagi sambil membawa gitar. Lagi-lagi, kupu-
kupu itu datang lagi. Sepertinya ia menyukaiku hehehee. Kejadian
bertemu kupu-kupu itu membuatku tak bisa tidur, masih terngiang-
ngiang di benakku. Berhari-hari, berminggu-minggu aku memang selalu
menemui kupu-kupu itu. Hingga aku tak nyaman dengan keadaan ini
karena kupu-kupu itu selalu datang tepat waktu ketika aku membunyikan
senar-senar gitarku, kemudian kupu-kupu itu selalu mengikutiku
kemanapun aku pergi. Sangat mengganggu bukan? Kemudian aku
menceritakan hal ini pada nenek.

“Nek, akhir-akhir ini aku selalu diikuti kupu-kupu Nek. Dan anehnya lagi,
setiap aku pergi ke padang rumput setiap pagi dan sore, kupu-kupu itu
datang tepat waktu!” kataku.
“Kupu-kupu? Bagaimana ciri-cirinya?” tanya nenek yang sambil meramu
jamu.
“Kecil sih, warnanya putih bersih banget, terus ada garis hitam di pinggir
sayapnya, dan bercahaya putih!”
“Kupu-kupu ituu…” nenek terlihat sedang mengingat sesuatu, aku
semakin bingung dengan nenek. Bukannya memberiku solusi, ia malah
termangu. “Sebaiknya, kamu bawa kupu-kupu itu ke sungai! Lalu, kamu
cepat-cepat pulang!”
“Kenapa begitu? Aneh,” kataku.
“Kamu tidak tahu cerita soal kupu-kupu bercahaya itu?” nenek bertanya
padaku yang membuat aku semakin penasaran, sebenarnya ada apa
dibalik semua ini?
“Cerita apa sih Nek? Itu kan kupu-kupu biasa,”

“Kupu-kupu itu sebenarnya di desa ini hanya tinggal satu-satunya,” kata


nenek yang masih tetap meramu jamu.
“Emang nenek pernah ngitungin banyaknya kupu-kupu? Ada-ada sajaa,”
aku menanggapinya dengan cuek.
“Kamu tidak tahu ya, mau nenek ceritakan? Di desa ini ada mitos tentang
kupu-kupu itu! Dan anehnya lagi, mitos itu terkadang masih dipercaya
sama orang di desa ini,”
“Cerita nek ceritaa!” dengan senangnya aku mendengar cerita soal mitos
desa, sambil mendengarkan nenek bercerita, aku merapikan rambut yang
berantakan karena habis mandi.

“Dahulu, pas nenek masih muda, masih gadis, masih cantiiikkk jelita,”
kata nenek dengan PDnya.
“Ih nenek genit banget deh,”
“Iya, dulu pas nenek masih muda. Di desa ini pernah ada seorang laki-
laki yaa usianya sama kayak kamu Ry. Dia itu hobi berfoto ke padang
rumput sambil nyanyi, memang suaranya bagus. Terus ada kupu-kupu
seperti apa yang kamu ceritakan barusan, kupu-kupu itu selalu menari-
nari di depan si laki-laki itu, namun ia juga cuek. Beberapa hari kemudian
kupu-kupu itu jadi selalu mengikuti laki-laki itu kemanapun ia pergi,
sampai akhirnyaa,”
“Eittss, bentar dulu nek. Kok hampir sama kayak cerita aku ya?” tanyaku.
“Iya, makanya dengerin dulu,” nenek pun melanjutkan ceritanya.

“Sampai akhirnya laki-laki itu bosan dan ia membawa kupu-kupu langka


itu ke sungai untuk dihanyutkan ke sungai, ehh ketika ia beranjak pergi,
tiba-tiba ada yang memanggil namanya, seorang perempuan cantik,”
“Wah? Yang bener nek? Seriusan?” aku semakin yakin kalau kupu-kupu
itu benar-benar jelmaan perempuan cantik.
“Jangan senang dulu,” kata nenek yang sedang meminum jamu.
“Perempuan itu berkulit putih bersih, mengenakan pakaian berwarna
putih dan rambutnya yang hitam digerai kedepan, selendangnya yang
menyangkut di lehernya melayang-layang terkena angin sungai yang
pada waktu itu cukup kencang,”
“Lalu?”
“Perempuan itu berkata; “Geeemaaa! Terima kasih kau sudah
menyelamatkanku!” lalu si laki-laki yang bernama Gema itu berbalik dan
melihat sosok perempuan cantik seperti bidadari dari Kayangan, Gema
terpaku. Lalu berkata; “Ss, ss, ss, siapa kamu?”. “Akulah Vania! Aku
dipelet oleh seseorang yang membenciku sehingga aku menjadi kupu-
kupu selamanya, agar aku terlepas dari kutukan itu harus ada seorang
laki-laki seusiaku yang melemparkanku ke air sungai!””
“Berarti apa kupu-kupu itu benar jelmaan wanita itu nek?” tanyaku
penasaran.
“Nenek tidak tahu, lalu Gema pun percaya dengan apa yang dikatakan
perempuan itu. Hingga akhirnya mereka bersahabat selamanya,” kata
nenek. “Nenek diceritakan oleh buyut kamu, yang waktu itu sedang
mendengarkan penjelasan sang pemuda yang bernama Gema itu, sampai
sekarang cerita itu dibukukan dan disimpan di perpustakaan desa,”

“Apakah di jaman sekarang ini masih ada mitos itu? Dan masih berlaku?”
aku bertanya sambil menyeduh segelas susu hangat.
“Nenek tidak tahu, tapi sepertinya cerita itu sudah tidak berlaku dijaman
yang modern ini. Sudah-sudah! Kamu habiskan susumu, lalu pergi tidur!
Hari sudah malam, besok nenek akan siapkan sarapan kesukaan kamu
Ory!” perintah nenek padaku.
“Asiik dibuatin singkong rebus sama teh manis hangat niih,”
“Iyaa,”

Keesokan hari pun tiba, aku sudah melihat singkong rebus dan teh panas
di atas meja, itu pasti nenek yang buat. Tetapi aku tidak melihat nenek.
Nampaknya ada suara dari arah luar. Aku melangkah keluar dan ternyata
nenek sedang membuat bakul dari anyaman bambu, karena bakul yang
lama sudah rusak dan berbulu. Kemudian aku meminta izin pada nenek
untuk pergi ke padang rumput seperti biasa sambil membawa gitar.
Nenek pun mengizinkan.

Setibanya di padang rumput. Aku langsung saja bermain gitar sambil


bernyanyi, kupu-kupu itu datang lagi. Ini cukup membuatku marah dan
kesal karena kali ini perilaku kupu-kupu itu sangat agresif. Ia mengelilingi
kepalaku dan hinggap di rambutku yang keren ini. Kemudian, aku
tangkap kupu-kupu itu dan kubawa ke sungai seperti apa yang nenek
ceritakan semalam.
Namun aku bukan karena ingin melihat sosok perempuan cantik itu, tapi
karena kupu-kupu ini benar-benar membuatku bosan dan marah. Selama
perjalanan aku memarahi kupu-kupu itu.
“Iih dasar kupu-kupu iseng! Ngapain sih kamu terus menggangguku
bermain gitar? Lebih baik sekarang kamu aku hanyutkan saja ke sungai,
nanti kamu akan bertemu dengan surgamu!” gerutuku. Aku tahu hal ini
membuatku bodoh.

Sesampainya di sungai, langsung saja kuhanyutkan kupu-kupu yang


indah nan cantik itu ke sungai. Aku berbalik arah bermaksud untuk
kembali ke padang rumput. Namun tiba-tiba ada seseorang memanggil
namaku. “Ory!” suaranya seperti perempuan, tanpa basa-basi langsung
saja aku berbalik arah dan melihat sesosok wanita cantik berbaju putih
dan berambut panjang, namun keadaannya sangat basah kuyup. Aku
terbelalak melihatnya, dia sangat cantik.
“Siapa kamu? Kenapa tiba-tiba ada kamu di sini?” tanyaku sambil
menutupi wajah dengan tangan.
“Aku Putri, si kupu-kupu yang kamu hanyutkan. Terima kasih tela h
membuatku kembali ke bentuk semula!” kata kupu-kupu itu yang
ternyata manusia bernama Putri. Terjadi percakapan diantara kami
berdua.

“Jadi, yang diceritakan nenekku semalam itu benar?” kataku yang mulai
membuka wajah dan masih terbelalak dengan kemunculannya yang tiba-
tiba. “Kamu kupu-kupu?”
“Jangan kaget Ory, aku tahu semuanya. Kamu sudah membuatku
bahagia, kamu membuatku terpesona dengan alunan gitarmu yang indah
itu,” kata Putri sambil menunjuk ke arah gitarku.
“Sudah biasa,”
“Maukah kamu menjadi kekasihku wahai Ory?” tanya Putri dengan
agresifnya.
“Apa? Kenapa secepat itu? Lagipula kamu ini kan perempuan, seenaknya
saja kamu menembakku!” jawabku sok jual mahal.
“Tapi, bolehkah?”
“Baiklah, aku mau jadi kekasihmu. Akan kuperkenalkan kamu ke
nenekku, maukah kamu?”
Putri hanya tersenyum dan mengangguk, pakaiannya yang basah kuyup
membuatnya dingin. Lalu, aku pasangkan jaket yang kukenakan
padanya. Namun sepertinya tetap saja itu membuatnya semakin dingin,
biarlah dia mengganti bajunya di rumahku.

Sesampainya di rumah aku langsung mencari nenek, dan ternyata nenek


ada di dapur.
“Neeekk, neneeekk,” teriakku dengan senangnya.
“Ada apa Oryy??” jawab nenek dari arah dalam rumah. Ketika nenek
keluar rumah, ia kaget karena aku membawa seorang gadis berbaju putih
dengan rambut terurai basah. “Kamukah kupu-kupu langka itu?” tanya
nenek.
“Iya nek, cucumu sudah menyelamatkanku dari kutukan seorang sihir,
tapi aku bukan kupu-kupu yang sama yang ditemukan oleh Gema,” jelas
Putri.
“Tunggu-tunggu, kenapa kamu kenal Gema?” tanyaku.
“Aku Putri nek, aku ini saudara perempuan Vania yang jaman dulu pernah
dipelet oleh orang yang membencinya, ternyata kutukan itu jatuh juga
kepadaku karena dahulu warga desa ini sangat membenci dengan
kecantikanku,”
“Tapi kenapa kamu masih hidup? Bukankah cerita itu terjadi sekitar 4
generasi yang lalu dari nenekku sekarang?” aku makin penasaran dengan
apa yang diceritakan Putri.
“Sudahlah, sekarang kamu harus berganti baju. Nenek akan sediakan
kamu baju sementara yang dahulu pernah nenek gunakan sewaktu masih
muda sepertimu,” saran nenek pada Putri. Aku hanya duduk lemas tidak
percaya dengan apa yang aku alami.
“Terima kasih nek,” kata Putri.

Sambil menunggu Putri berganti baju, aku kembali memainkan gitarku.


Memetik senar-senarnya sehingga mengeluarkan suara yang indah,
membuat Putri semakin menyukai alunan gitarku. Beberapa saat
kemudian, keluarlah Putri dengan dress panjang berwarna merah jambu,
namun ia tidak mengenakan alas kaki, kemudian aku ambilkan flatshoes
biru muda milik ibuku dahulu, kebetulan sepatu itu tersimpan lama di
bawah tempat tidur. Cocok sekali dengan Putri yang menggunakan dress
merah jambu.
Kemudian aku mengajak Putri ke padang rumput untuk bernyanyi
bersama, aku memainkan gitar dan Putri menyanyi sebuah lagu.

Tiba-tiba ia berhenti bernyanyi dan seperti mengingat sesuatu, lalu ia


mengatakannya padaku.
“Ory,” kata Putri.
“Kenapa berhenti? Kamu mengingat sesuatu?” tanyaku.
“Iya, aku baru ingat bahwa sebenarnya masih ada masalah yang belum
diselesaikan,” wajah Putri terlihat sangat khawatir.
“Apa itu? Bukankah kamu sudah berubah menjadi manusia kembali?”
“Iya memang begitu, tapi orang yang mengutukku sewaktu dulu, ia sudah
bersumpah agar jika aku sudah berubah menjadi manusia, aku akan
segera menyusul saudaraku Vania yang sudah meninggal,” matanya Putri
mulai berkaca-kaca dan berlinangan air mata.
“Tapi kenapa itu bisa terjadi? Dan kenapa nasibmu sama dengan Vania?”
“Kutukan itu berlaku sampai mitos kupu-kupu ajaib ini benar-benar sudah
tidak dipercaya lagi oleh warga desa ini, sekarang sepertinya aku harus
pergi, melalui kamu, aku minta bagaimanapun caranya agar warga desa
ini tidak percaya lagi dengan mitos kupu-kupu ajaib, supaya tidak ada lagi
korban sepertiku, terutama gadis-gadis desa. Mereka rawan sekali
dengan kutukan ini, aku mohon Ory,” Putri sangat memohon kepadaku
sehingga aku melihat air matanya menetes sedikit demi sedikit.
“Baiklah jika itu maumu, tapi apakah warga desa percaya dengan
omonganku dan ceritaku?” tanyaku sambil memegang tangannya.
“Aku yakin mereka percaya, karena mitos itu masih dipercaya! Baiklah,
aku harus pergi dan jangan cari aku,” selangkah Putri menjauhiku lalu
berjalan cepat menuju sungai yang diujungnya terdapat air terjun. Aku
mengetahui apa yang akan dilakukan Putri, aku mencegahnya agar ia
tidak pergi, namun dengan berat hati ia harus melakukan hal ini agar bisa
mengakhiri mitos ini dan ia bertemu dengan saudaranya yang sudah
meninggal.

Dengan sedih aku melihat Putri berjalan perlahan ketika mendekati air
terjun yang amat deras itu, ia tersenyum. Lalu melemaskan diri sehingga
ia terjatuh ke derasnya air terjun. Aku tidak sanggup melihatnya, padahal
aku baru saja menemui bidadari cantik nan ajaib. Setelah itu, aku berpikir
bagaimana caranya membuat warga desa ini tidak percaya dengan mitos
kupu-kupu ajaib, supaya tidak ada korban lagi.

Aku menemukan ide! Aku pulang ke rumah untuk menemui nenek dan
menceritakan semuanya, lalu aku mengadakan pertemuan dengan warga
desa di depan balai desa dan menceritakan semuanya, hingga semuanya
benar-benar percaya dengan ceritaku dan mulai menghilangkan mitos itu,
akhirnya warga pun setuju untuk menghapus mitos itu dari desa dan
tidak akan pernah diingat dan diceritakan ulang ke keturunan mereka,
sudah cukup sampai generasi ini saja yang percaya dengan mitos itu,
semoga anak cucuku suatu saat nanti tidak akan pernah tau mitos ini,
agar tidak ada lagi korban selamanya.

Cerpen Karangan: Lingga Bhatavinurel Irawan


Blog / Facebook: Lingga Bhatavinurel
Film Cerpenmu Kirim Cerpen Kontak Kami

Tuhan dan Hantu


Cerpen Karangan: Afri
Kategori: Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat), Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 12 May 2019

Bertepatan dengan hari Haloween, ia muncul di sana, di pinggir sungai


tua, dekat tempat mainan anak-anak. Sebetulnya tak ada manfaatnya ia
berdiri di sana. Kehadirannya di tempat ini tak lebih dari pengganggu
anak-anak. Namanya adalah Hantu, wajahnya serem. Menakutkan, iiih.

Tak sedikit anak-anak yang lari pontang-panting sambil menangis setelah


melihat wajahnya. Bahkan, ada beberapa di antara anak-anak itu nyaris
menabrak pohon, karena mereka berlari sambil menoleh ke belakang.
Mereka takut kalau Hantu itu lagi berburu anak-anak untuk menjadi
santapannya.

Tangisan anak-anak terdengar sampai di tahta kerajaan surga. Tak lama


kemudian, Pemimpin Bala tentara kerajaan surga, di bawah mandat sang
Tuhan, mengerahkan malaikat pelindung yang bertugas melindungi anak-
anak untuk segera menghukum Hantu itu.

“Aku tak mau anak-anakku dipermainkan oleh Hantu. Hantu itu memang
jahat. Sudah dibuang ke neraka tetap juga tak mempan, ia malah bolos
dari sana dan bikin kacau dunia. Ayo sekarang pergi. Selamatkanlah
anak-anakku!” Demikian perintah Tuhan dari tahtanya.
“Ya Tuhan! Kami siap!” Jawab malaikat-malaikat itu. Mereka lalu terjun,
menghibur melindungi, memeluk dan menyembuhkan anak-anak itu.

Sebagai balasan atas apa yang dilakukan Hantu itu, Tuhan mengutuknya:
“Aku mengutuk engkau wahai Hantu. Mulai dari sekarang, engkau tak
boleh pindah dari tempatmu, dan engkau akan melewati empat musim di
tempat ini (musim semi, musim panas musim guur dan musim dingin).
Sebagai hukuman, karena kau telah bolos dari neraka, maka dari
sekarang kau akan duduk di tengah salju. Biar kau tau rasanya dingin.”
Setelah mengatakan demikian, Tuhan merubah wajah Hantu yang tadinya
serem menjadi sedikit ganteng: matanya besar, hidungnya panjang
seperti wortel, namun mulutnya hilang. Alhasil wajahnya lucu.

Hantu yang sama kini berubah menjadi tontonan yang lucu. Anak-anak
yang tadinya takut Hantu mulai memahami bahwa ternyata Hantu ada
sisi lucunya juga. Sehingga mereka tidak lagi takut terhadapa hantu.

Cerpen Karangan: Afri


Home 100 Cerpen Terbaru Cerpen Pilihan Cerpen of The Month
Top Authors Film Cerpenmu Kirim Cerpen Kontak Kami

Anda mungkin juga menyukai