Anda di halaman 1dari 12

SAHABATKU MALAIKAT

“Sausan!” teriakku pada Sausan. ia menoleh. Kuhampiri dia


“Hari ini cerah, kicauan burung pagi yang merdu membuatku senang..” Kata Sausan.
“Iya kau benar Sausan” Kataku.

Hai, Aku SherinaAliskha. cukup panggil aku Sher.


Aku dan Sausan telah 1 minggu bersahabat. dia murid baru yang cantik, baik hati, pintar, dan
imut. Rambutnya bewarnacoklat diikat dua setiap hari. Dia selalu mengatakan hal yang sama
seperti tadi. Aku dan Sausan bermain setiap sore di rumahku. Namun, ketika kuajak bermain ke
rumahnya, dia menolak katanya rumahnya jauh. Aku mengerti, mungkin dia takut ibunya marah
atau semacamnya.

Jam istirahat…
“Sausan, ayo ke kantin!” seruku.
“Terima kasih, aku tidak lapar..” katanya. Aku menghampirinya.
“Sausan, ada apa?” tanyaku. Kupegang tangannya ia begitu dingin, tak seperti biasanya..
Wajahnya begitu pucat.
“Sausan?” tanyaku lagi.
Ia berhenti bernafas, aku kaget.“Sausan!!, tolong! teman-teman! bantu Sausan!!” aku berteriak
kencang. Sausan pun pingsan. Kami membawanya ke klinik sekolah.

2 jam kemudian…
“Tidak!! jangan Sausan!!” Aku berteriak histeris. Sausan telah meninggalkanku. “Tidak!!!”
Aku terbangun dari mimpiku, untung itu hanya mimpi. Aku pergi ke luar lalu ke rumah Sausan
diam-diam.

Saat sampai…
Rumahnya begitu sepi.. tak ada seorang pun… “Sausan!, Sausan!” teriakku. Aku pergi ke
halaman belakang Sausan. Kulihat batu nisan bertuliskan nama Sausan. Aku tercegang begitu
kaget. Aku pun pulang lari bergitu cepat.

Di sekolah…
“Kamu kenal sama Sausanga?” tanyaku pada Mella temanku.
“Dia udah pergi, udah ke alam sana..” jawab Mella. kukira kemarin mimpi tapi… nyata..
Lalu siapa yang bersamaku 1 minggu yang lalu? Apa itu arwah Sausan?

Sesampainya di rumah… kuceritakan semua pada ibu


“Bu.. Sausan..” gumamku sedih.
“Iya.. dia meninggal 7 tahun yang lalu..” jelas ibu.
“Apa? lalu siapa yang bersamaku semasa 1 minggu yang lalu bu?” tanyaku.
“Dialah Sausan.. dia malaikat yang bersamamu..” jawab ibu.

Aku pun pergi ke tempat Sausan berbaring tenang. Aku berdoa agar ia Tenang di alam sana…
Dan aku tahu itulah akibatnya Sausan menolak bermain di rumahnya.. TerimakasihSausan…
NIA IN WONDERLAND

Aku baru saja tersadar dan aku terkaget aku ada di mana sekarang?. padahal beberapa saat yang
lalu aku sedang tidur di kamarku sambil membaca buku. tapi sekarang aku berada di tengah
hutan.

Aku berjalan tanpa arah, mengikuti jalan setapak yang ada di depanku, entah ada di mana aku
sekarang, tapi yang jelas aku takut. aku melihat seseorang sedang membelah kayu dengan
kapaknya di di depan mataku, seorang anak yang mengayunkan kapaknya ke arah kayu hingga
menimbulkan bunyi nyaring, TAK!!!, Dia melakukannya berulang-ulang, aku menyipitkan
mataku, untuk melihat jelas wajah anak itu dan sepertinya aku mengenalnya. dia adalah temanku
jerry, aku memanggilnya dengan suara lantang dan dia menoleh. aku segera menghampirinya,
perasaanku sangat senang karena setidaknya ada orang yang aku kenal.

“Siapa kau?”
Aku kaget mendengar dia mengatakan itu “ini aku nia” kataku “teman satu kelasmu”
“Maaf aku tidak mengenalmu” jawabnya
Aku terkejut saat mendengar jawabanya, entah apa dia mungkin terkena amnesia. aku akan
menanyakannya sekali lagi, tetapi saat aku ingin bertanya aku mendengar suara teriakan, di
ujung sana aku melihat kobaran api yang menyala-nyala menimbulkan asap pekat yang
melambung di udara. aku tersentak

“Ayo ikut aku” tiba-tiba jerry tersentak, dia menarik pergelangan tanganku dan mengajaku
berlari.
“Kita mau kemana?” Tanyaku
“Kita akan ke desa tempat tinggalku” sahutnya.

Aku hanya terdiam mendengar jawabanya, dan kakiku terus berlari di atas rumput hijau, dan
kami sampai di desa itu.

Aku terkejut saat melihat keadaan desa telah hancur, porakporanada, kepingan bangunan di
mana-mana, kobaran api yang menari-nari, mayat-mayat yang bertebaran seperti daun-daun di
musim gugur, dan yang melakukan itu semua adalah raksasa besar yang ada di hadapan kami.
raksasa hijau itu sangat menakutkan dia menatap jerry dan aku dengan mata merah seramya.

Jerry menyuruhku bersembunyi dan aku menuruti apa maunya. jerry berlari dengan gagah berani
dia berlari ke arah makhluk besar hijau itu, dan baju jerry berubah menjadi baju seorang kesatria
dan. jerry terbang dia mengarahkan kapaknya yang bercahaya ke arah monster itu, namun dia
berhasil menagkisnya, dan dia menembakan laser dari matanya, laser itu mengenai jerry hingga
dia terluka dan terjatuh ke tanah, dan monster itu ingin menginjak jery dengan kaki besarnya.
aku memejamkan mata karena tidak ingin melihat pemandangan ini.

Tiba-tiba ada suara muncul di kepalaku suara yang menyurhku untuk menyelamatkan jerry. Aku
kembali membuka mataku dan melihat tubuhku mengeluarkan cahaya sesaat setelah cahaya itu
hilang baju piyama yang tadi aku kenakan berubah menjadi baju dress biru yang indah, tapi yang
membuat aku terkejut kini aku memeiliki sayap di punggungku.

Aku masih takut dengan monster itu tapi aku harus menyelamatkan jerry, aku terbang dengan
sayapku. dan tiba-tiba muncul sebuah busur panah di tanganku, aku belum pernah memanah
sebelumnya tapi apa salahnya aku mencoba, aku membidik tepat di matanya dan melesatkan
anak panah yang bercahaya itu. Dan monster itu pun lenyap.

Aku berhasil mengalahkanya, aku kembali ke wujud semulaku, dan saat aku menghampiri jerry
tiba-tiba tubuhnya menghilang, semuanya menghilang dan tiba-tiba turun hujan. yang
membuatku tersadar bahwa semua hanyalah mimpi, aku terbangun dan merasakan celanaku ynag
basah bukan karena hujan tapi karena aku mengompol. mungkin inilah akibatnya jika tidak
berdoa sebelum tidur.
Kubah Besi
Dua ribu? Sepuluh ribu? Entah berapa banyak liter yang sudah aku habiskan hanya untuk
bernapas, atau hanya untuk membelai rambut jagungku saja.

Waktu itu layaknya seorang penguasa Eurasia, aku menghambur hamburkannya. Dan sekarang
sudah bisa kurasakan karmanya. Rasanya tercekik. Bernapas bukan lagi suatu kebutuhan tetapi
kegiatan yang dicaci dan harus dimusnahkan. Sayang, masih banyak yang ingin kucapai dan aku
tidak mau mati dulu.

Jadi kukumpulkan semua yang tersisa dari seluruh penjuru bumi yang bulat ini. Menyimpannya
dalam sebuah kubah besar berbahan dasar besi langka yang kudapat dari seorang petani tua
pesakitan. Mencoba berbagai cara mengembangbiakkan udara… gila memang. Tapi apalah aku
yang egois ini, yang masih mau bermimpi dan mewujudkannya.

Entah kekuatan dari mana, tapi kubah besiku bekerja dengan sempurna. Tidak mau menerima
karma yang buruk, dengan senang hati kubagikan semuanya ke makhluk yang mengiba udara,
termasuk mereka yang kehilangan muka karena mencaci kubah besiku.

Waktu terus berjalan dan orang orang memuakkan yang tumbuh semakin subur itu siap
melakukan fungsinya bahkan tanpa ada tanda peringatan. Mereka yang berpundi, melalui
pengkhinat yang bekerja untukku, menukarnya lebih banyak hanya untuk disimpan dan
dipamerkan kepada mereka yang terlunta.

Kututup kubah besi kebanggaanku karena demi Tuhan.. aku hanya ingin membuat keadaan
sedikit membaik bukan malah memperumitnya! Ada apa sih dengan orang orang itu? Apa harus
aku lagi yang mencari solusinya? Tidak! Tidak sudi.

Kalau sudah tau begini, kenapa dulu mereka tidak memperbanyak apa yang sering mereka sebut
‘sampah’?

Demi Tuhan kurindu dengan semua zamrud itu. Sungguh.

Sahabat Cermin
Aku termenung di balkon sekolah. Termenung sedih dan berkhayal, bahwa akan punya sahabat.
Sahabat setia yang tidak akan meninggalkan diriku sendiri. Tapi, tak ada yang ingin berteman
denganku. Bahkan semua orang membenciku. Padahal, aku tak pernah berbuat jahat kepada
mereka. Aku juga selalu berusaha yang terbaik agar mereka tak menganggapku aneh.

CaseylaDiandra. Itulah namaku. Orangtuakumemangil aku Casey. Tapi teman-temanku


memanggilku BadGirl. Panggilan yang sangat menyayat hati. Yah sebenarnya mereka yang
kusebut teman tidak menganggapku teman. Mereka lebih mirip dengan musuhku.

Setiap hari, kucoba jalani hari dengan senyuman. Tapi dibalik senyuman itu tersimpan beribu
luka yang sangat menyakitkan. Dan hari ini aku akan pergi membeli sebuah cermin untuk hiasan
di kamar baruku. Dengan segera aku pergi ke Mirror Shop. Di sana terdapat banyak model
cermin terbaru. Tetapi, pandanganku hanya tertuju kepada sebuah cemin besar yang dikelilingi
ukiran yang sangat indah. Dan setelah kutanya harganya Rp. 895.000. Karena tertarik, aku segera
membelinya tanpa pikir panjang. Kata penjaga di sana, cermin itu akan dikirim tepat jam 4 sore.

“Tiiiiiin!!! tiiiiiin!!!” klakson mobil pengantar cermin itu pun terdengar. Casey segera berlari
untuk membukakan pintu rumahnya.

“Silakan masuk Pak. Kamar saya ada di sana.” Ujar Casey sembari menunjukan kamarnya.

Tak lama kemudian cermin itu sudah dipasang. Orang-orang yang mengantar cermin itu, juga
sudah pulang. Casey yang sendirian di rumah, asyik meratapi cermin itu. “Ah, indah sekali
cermin itu.” Pikir Casey. Tapi, karena merasa janggal dengan cermin itu, Casey mulai mendekati
cermin itu. “Aaaaaa…” Casey berteriak keras. Ia sangat ketakutan. Itu karena ada bayangan
seseorang di cermin itu. Tapi bayangan itu bukan bayangan dirinya. Bayangan itu adalah
bayangan gadis seusia Casey dengan wajah riang. “Aaaaaa…” Casey kembali berteriak. Ia
berteriak kali ini karena bayangan itu bersuara kecil.

Lalu Casey pun membalas suara itu. “Siapa kau?”


“Hai Casey, jangan takut. Namaku Mirrory. Kau bisa memanggilku Rory. Aku tidak akan
menyakitimu. Aku di sini hanya ingin menjadi temanmu.” Jelas bayangan itu yang ternyata
bernama Rory.
“Oh, mmm… kalau begitu maafkan aku ya Ro…ry.” Ucap Casey ragu.
“Tentu,” jawab Rory.

“Oh ya, bagaimana kau bisa ada di cermin itu Rory?” Tanya Casey.
“Aku bisa ada di cermin ini karena kejadian 3 tahun lalu. Saat itu aku masih berumur 8 tahun.
Waktu itu aku menemukan cermin ini. Dan memencet tombol kecil di belakang cermin. Seketika
aku tersedot masuk ke dalam cermin. Lalu cermin ini ditemukan oleh seseorang. Kemudian
cermin in dijual di Mirror Shop.” Jelas Rory panjang lebar. Casey yang mendengarkan hanya
diam setia mendengarkan.
“Oh… Gitu,” Caseyber-oh ria.
“Rory, kau mau tidak jadi sahabatku?” Tanya Casey tiba-tiba.
“Aku sangaaat… mau.” Jawab Rory.
“Tapi, aku hanya bisa menjadi sahabat cermin untukmu.” Lanjut Rory tak bersemangat.
“Tidak apa-apa kok. Begini saja aku sudah senang.” Balas Casey. Lalu mereka asyik mengobrol
tanpa peduli apapun.

Kini Casey sudah punya sahabat. Walaupun ia tau bahwa sahabatnya itu ada dicermin. Rory pun
setia menjadi sahabat cermin seperti apa yang diinginkan Casey. Casey pun tak perlu lagi punya
sahabat lain. Baginya, Rory sudah lebih dari cukup. Dan tak ada yang bisa menggantikan
kedudukan Rory di hati Casey. Setiap hari, Casey berharap Rory akan menjadi manusia utuh.
Dan tidak lagi menjadi sahabat cermin. Tapi, entahlah, kapan itu semua akan terjadi.

Kotaku Yang Malang


Namaku Sasha. Setiap hari aku berangkat sekolah dengan menaiki mobil yang pintu dan
jendelanya ditutup rapat. Orang lain pun juga sama sepertiku. Sekarang sudah jarang sekali
orang berjalan kaki bila ingin bepergian. Hanya ada beberapa orang saja yang berjalan kaki,
yaitu orang yang kurang mampu. Mengapa mereka semua bertingkah seperti ini? Tidak seperti
Dulu yang menaiki apa saja dengan ruang, berjalan kaki dengan sedang. Semua ini ulah manusia
yang tidak memperhatikan atau mempedulikan lingkungan sekitar. Sampah plastik berserakan,
kaleng-kaleng bekas, makanan sisa dan semua sampah kecil maupun besar, semuanya ada di
jalan yang biasa mamusia pakai.

“Ckiit..” mobilku sudah berhenti di depan gerbang sekolahku. “Sudah sampai nak” kata ayah,
aku mengangguk lalu bilang “terimakasih ayah, jangan lupa ya kalo keluar mobil pake masker,
jaket dan kacamata biar ayah nggak sakit” jelasku. Ayah tersenyum, lalu aku melambaikan
tangan dan langsung menuju ke dalam sekolah.

Saat aku masuk ke dalam kelas, hanya ada 12 orang anak termasuk aku. Banyak sekali anak-
anak yang telah meninggal ada 8 orang anak, yang jatuh sakit ada 19 orang anak dan yang keluar
sekolah ada 5 orang anak.
“Hai Lili” kataku kepada teman sebangkuku. Dia terlihat pucat dan sering batuk-batuk. “Kamu
sakit?” tanyaku cemas. Dia tidak menjawab.

Besoknya saat aku masuk kelas Lili tidak ada. Lalu aku menanyakan keberadaan Lili kepada
Akia. Sungguh sedih mendengar kabar dari Akia bahwa Lili sekarang dirawat di rumah sakit
ditempatkan di ICU, dia sekarat. Aku langsung menangis tak henti-henti.
Andaikan seperti 10 tahun kebelakang, kota ini begitu bersih, indah, udaranya sejuk, dan lebih
banyak orang yang berjalan kaki. “Kita doakan saja semoga Lili baik-baik saja” jelas Akia
sambil menenangkanku.

Pulangnya saat aku sampai rummah. Ibu langsung memelukku dan berkata Lili telah tiara. Aku
langsung menangis, ibu menenangkanku. “Kita melayat yuk sayang” jelas ibu sambil
membelaiku. Aku mengangguk. Lalu kami pergi menggunakan mobil satu lagi.

Mulamya kami pergi ke rumah sakit yang ditempati Lili. Tapi jelas perawat jeazahnya sudah
dibawa ke rumahnya. Lalu kami pun pergi ke rumahnya. Setelah sampai aku langsung keluar
dari mobil tanpa menggunakan masker. Aku sudah tak peduli. Saat aku masuk ke rumahnya aku
langsung menemui jenazahnya dan memeluknya sembari mengatakan “Semoga kau baik-baik
saja di sana” tangisku semakin deras. Mama yang sedang menenangkan ibunya Lili pun saat
melihatku ikut menangis. “Jangan lupakan aku sobat”. Setelah aku mengucapkan itu aku melihat
sosok perempuan yang anggun dan cantik, wajahnya bersinar layaknya sinar bulan. Lulu gadis
itu mengucapkan “aku tidak akan pernah melupakammuSa, terimakasih untuk segalanya”.
Tangisku menjadi deras sekali. Aku yakin Lili bahagia di sana.

Pewaris Terakhir
Aku memandangi senjataku yang sudah berlumur darah, Ini semua salah mereka.. Siapa yang
suruh menyerang dan memburuku.

Mentari semakin bersembunyi dibalik gusarnya kekacauan kerajaan. Takdirku bagai tertulis di
lembar usang, terlupakan dan juga dicari disaat yang bersamaan, kutarik rambut panjangku ke
belakang telinga dan mulai melangkah melalui sekumpulan mayat tentara berbaju besi yang
tamak akan kenaikan pangkat. Bodoh… Mereka hanya memikirkan hasil tanpa peduli prosesnya,
padahal jelas-jelas Akulah Sang Pewaris Terakhir dari kerjaan yang penuh kutukan itu. Pewaris
dari Pedang yang akan memakan sisi manusiamu jika kau lengah, Pewaris dari mahkota berkarat
yang diperebutkan begitu keras.

Muncul lagi seseorang di hadapanku, kembali kutarik pedang yang adalah musuh sekaligus
kawanku, Lelaki itu tersenyum kecil, dia adalah salah satu orang yang ikut serta dalam perebutan
Takhta.
Mata hitamnya memandangiku tajam “Tidak apa-apa jika kau tidak ingin, tapi… kenapa kau
juga menarik pedang untukku?” ujarnya, Aku menatapnya siaga.

“Aku… Tidak peduli dengan siapapun, aku hanya ingin hidup” sahutku.
“Bohong” ia menyahut tanpa ragu “kau juga ingin ditemukan” lanjutnya, Aku terdiam sesaat
tanpa melonggarkan pertahananku.
Ia maju berberapa langkah dan mengusap darah di wajahku “Aku menemukanmu” ujarnya lagi
sambil tersenyum.
“Kenapa? Kenapa? semuanya seperti ini? Padahal Papa bilang semuanya akan baik-baik saja
Jika aku tidak tidur terlalu malam, dan Mama bilang semuanya akan berakhir bahagia jika Aku
menjadi anak baik, tapi kenapa? Mereka meninggalkanku dengan beban begitu besar.. Aku tidak
ingin menjadi Raja, aku tidak menginginkan Mahkota ataupun kekuasaan, aku hanya ingin
rakyatku bahagia” Aku sudah tidak tahan lagi, Lelaki tadi memelukku, dialah Tunanganku ketika
situasi masih baik-baik saja, Dan saat itu juga darah mengucur dari perutnya yang sudah
berlubang.

“Tapi Akulah sang Pewarias terakhir” Aku masih berada dalam dekapannya yang penuh darah
atas senjataku “Akulah orang yang akan menguasai semuanya, bukan dirimu, bukan Paman
ataupun musuh kita… Hanya Aku… Aku seorang” lanjutku.

Ia memelukku semakin erat, kurasakan bahuku basah akan sesuatu yang hangat.
“tidak apa-apa.. Aku sudah menemukanmu, karena itu… Jangan sembunyi lagi, MyLady”
ujarnya dan tubuhnya gontai kehilangan nyawa, Kutelentangkan jasadnya dan kututup dengan
jaket yang biasa kupakai.

Aku Bukan Patung


Awalnya gelap, tapi tiba-tiba… cahaya mentari menyilaukan. Sangat menyilaukan, tapi kenapa
aku tidak bisa menutup mataku? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku? Tubuhku, oh tubuhku tidak
bisa bergerak. Kenapa tubuhku membeku seperti ini? Kenapa ini Tuhan? Air, ikan koi, bunga
teratai merah muda? Aku dikelilingi mereka. Aku berada di tengah-tengah… kolam? Kenapa aku
bisa berada di tengah kolam ini, Tuhan?

Burung pipit kecil hinggap di bahuku, meloncat, lalu pergi. Hei burung pipit kecil, tolong aku,
aku tidak bisa bergerak. Hei, jangan pergi.. ya Tuhan, bagaimana ini? Apakah suaraku tidak
terdengar? Siapapun, aku mohon tolong aku!

Sepanjang hari, orang-orang yang lewat menyebutku tampan. Ah, benarkah. Aku bahkan tidak
menyadarinya. Aku terdiam lagi, mendengarkan gemericik pancuran air kolam, mengamati
bunga teratai merah muda yang perlahan mekar, meninggalkan masa kuncupnya. Bunga mawar
merah muda, bunga lily, anyelir, bunga kertas di tepi kolam juga ikut mekar. Rumput yang hijau
berembun dan pohon-pohon rindang yang meneteskan embun di ujung-ujung daunnya terlihat
segar. Indah sekali mereka, aku baru menyadarinya. Embun itu menguap sekarang.

Gemericik pancuran kolam, ikan koi yang tenang, bunga teratai merah muda kuncup dan mekar.
Aku menikmati semuanya. Berulang-ulang. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah
aku terperangkap di sini selamanya? Begini selamanya di tengah-tengah kolam?
Lalu, entah kenapa kali ini pandanganku tertuju pada sosok gadis cantik berbaju krem lembut. Ia
berjalan perlahan. Rambut lurus hitam terurai, bola mata coklat indah, bulu mata lentik, bibir
merekah, kulit putih langsat berjalan perlahan, ke arahku. Ah tidak, ia berjalan lalu duduk di
kursi tepat di depanku. Ia mengeluarkan buku dari tas tangan kecil putihnya dan membuka
perlahan buku itu.

Lalu, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan lincah. Tapi, tiba-tiba matanya
memandang padaku, melihatku agak lama, dan kemudian berjalan ke arahku. Apakah dia bisa
mendengarku? “Patung ini bagus sekali, terlihat tampan.” Ia lalu mengambil sesuatu di tas
putihnya. Sebuah ponsel. Ia lalu mengambil gambarku dengan ponsel itu dan kemudian
tersenyum. Oh, Tuhan.

Sementara ia di dekatku, ingin sekali aku memetik dan memberikan setangkai mawar merah
muda yang ada di pinggir kolam ini padanya. Ah, tidak, menyapanya saja, itu sudah cukup
bagiku. Tapi apa daya, aku tidak bisa bergerak. Tubuhku beku. Bibirku bisu. Aku hanya sebuah
patung tembaga di tengah-tengah kolam ikan koi kecil. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah
melihatnya, melihatnya, dan… melihatnya pergi.

Gadis itu pergi, gadis itu pergi. Oh, Tuhan, betapa menyedihkannya aku. Aku tidak bisa apa-apa.
Aku hanya patung, tidak bisa bergerak, berjalan, ataupun berlari. Bicara pun aku tak bisa.
Menutup mataku karena mentari yang menyilaukan pun aku tak bisa. Kenapa aku hanya sebuah
patung? Patung yang indah, tampan, tapi tidak berguna. Kenapa? kenapa aku hanya sebuah
patung? Kenapa? Kenapaaaa?

Perlahan, aku membuka mataku. Terasa berat. Kukedipkan mataku, berkali-kali. Kuraba
wajahku, masih lengkap dan tidak keras. Hanya tulang hidungku yang keras. Kugerakkan
kepalaku, ke kanan dan ke kiri, jari tanganku, lenganku, kakiku, semuanya, dan yang terakhir
adalah badanku.

Oh, aku masih berbaring di atas kasur empukku dan selimut hangat. Ternyata hanya mimpi. Aku
sedikit lega. Tuhan, aku bukan patung, aku bukan patung, dan jangan jadikan aku patung. Aku
adalah manusia. Aku janji akan mearaih tujuanku, cita-citaku, hidupku. Aku tidak akan malas.
Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku tidak akan membiarkannya pergi. Sekarang.

Dunia Manisan
Dahulu kala ada seorang anak yang sangat baik dan pintar, namanya adalah ely, ely adalah anak
yang sangat baik dan pintar.
Suatu peristiwa terjadi
Pada malam yang sunyi ada sebuah cahaya yang masuk ke kamar ely, lalu ely mengikutinya,
sampailah ely di titik cahaya itu, dia melihat sesosok wanita yang cantik bagaikan peri, dan
ternyata itu memanglah peri yang dikirim oleh tuhan untuk ely.

“Siapa kamu”
“Aku adalah peri kiriman tuhan, dia yang telah mengirimku untukmu, dia mengirimku hanya
untuk anak baik sepertimu, kau adalah anak yang mulia dan terpuji, maka ikutlah denganku”
“Tapi apakah ini nyata, apakah kakak peri?”
“Iya ely aku memang peri mendekatlah wahai anak baik”.
Tanpa berpikir lama ely mendekat ke peri itu, ely sungguh tidak percaya akan hal itu, tetapi dia
juga senang. Peri memegang tangan ely dengan lembut dan erat, ely merasa nyaman. Tetapi
dalam sekejap ely dan peri itu hilang dan pergi ke dunia yang berbeda

“Di mana aku peri, aku tidak percaya ini, tetapi bagaimana jika orangtuakumemcariku”.
“Tidak apa nak kamu akan aman bersamaku”

Dan ternyata ely dan peri berpindah ke dunia manisan, ely terkaget kaget saat di sana dipenuhi
dengan berbagai macam manisan, yaitu coklat, permen, buah buahan, danau susu dan masih
banyak lagi.

“Bolehkah aku memakan semua ini peri”


“Boleh ely semuanya memang untukmu, peri. Ely mencicipi semua makanan dengan gembira.

Ely sudah lelah karena banyak makan permen dan coklat dan dia pun akhirnya terlelap tidur. Dan
saat dia bangun dia sudah di rumah, serta ada banyak manisan di dalam kamarnya, ely sangat
berterimakasih kepada tuhan karena telah mengirim peri yang sangat baik kepadanya.
Ely memanglah pantas untuk menerima semua ini, dia adalah anak yang sangat baik dan
terpuji…!

Mesin Waktu
Pada tahun 2026 dimana dunia sudah mulai dikuasai teknologi canggih, ada 3 sahabat yang
bernama jack, nicole dan alex. Mereka baersekolah di sekolah yang sama tepatnya di smp ABC,
jika pulang sekolah mereka biasanya selalu bersama.
Saat itu mereka menuju ke stasiun kereta melayang yang jaraknya dekat dari sekolah mereka.
Saat mereka sudah mulai naik, beberapa menit kemudian kereta yang mereka naiki terlempar
keluar dari rel yang ada di atas kereta, mereka terlempar ke sebuah hutan yang sangat luas dan
gelap bersama dengan penumpang lainnya yang sebagian tewas karena benturan yang sangat
kencang saat mereka terjatuh.

Alice pun berkata “di mana kita?”


Alex menjawab “aku pun tak tau” sambil kebingungan
Jack berakata “sudah jangan khawatir, yang penting kita selamat”
“iya” alexdahnicole menjawab

Mereka pun berjalan mencari jalan keluar dan mencari pertolongan dengan berjalan ke dalam
hutan, saat mereka di dalam hutan.. terdengar suara “BUUMM..” yang kencang dan membuat
tanah bergetar, mereka pun menghampiri sumber suara itu dengan rasa berani.

Saat sudah hampir dekat dengan sumber suara, mereka melihat sebuah cahaya yang sangat terang
dari sana. Saat mereka lihat ternyata itu adalah sebuah mesin waktu yang jatuh dari langit,
dengan rasa penasaran mereka mendekati mesin waktu itu dan membukanya.

“1, 2, 3 waaaaaw…” kata mereka bersamaa, mereka masuk dan tak sengaja alex menekan suatu
tombol yang membuat mesin waktu tersebut membawa mereka keluar dari hutan yang gelap itu
ke kota yang dekat dengan rumah mereka… Saat sampai mereka hampir tak percaya bahwa
mereka mendapat petualangan yang sangat aneh dari mesin waktu itu. Saat mereka keluar dari
mesin waktu itu, mesin waktu itu pun tiba-tiba lenyap menghilang dan mereka kembali ke rumah
mereka masingmasing.

Pelukan Terakhir Untuk Ibu


Di tepi sungai yang agak luas, terdapat anak pohon apel dan ibu pohon apel, anak pohon
bernama Trei, berkelamin lelaki, dan ibu pohon bernama Treina. Trei ingin sekali memeluk
ibunya, lalu menciumnya, tapi.. Trei tidak bisa.., karena apa? Teman teman pasti taulah…

Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan beserta ayahnya berjalan melewati Trei, dan ibu
Trei. Anak itu bertanya pada ayahnya, “yah, bolehkah aku memetik satu buah apel?”
“tentu saja, boleh!” jawab ayahnya. Lalu anak perempuan itu memetik 1 buah apel dari daun
daun Trei.
Setelah mengambilnya, anak perempuan itu memakan buah apel yang dia ambil.
“hmm.., enak banget!, aku jadi ingin semuanya!” seru anak perempuan itu. “ayah!, bolehkah aku
membawa pohon apel kecil ini ke dalam taman rumah kita?” Tanya anak perempuan itu.
“hmm.., ayah agak ragu sih, untuk menjawabnya.., tapi, ayah bolehkan saja deh! Nanti, ayah
panggilkan tukang taman untuk mencabut pohon apel kecil ini! Kamu tenang saja ya, Rara!,
besok ayah panggilkan!” ayah anak perempuan itu, menuruti permintaan anaknya.
“makasih, ya, yah!” seru anak perempuan itu, yang ternyata bernama Rara. Ayahnya hanya
tersenyum manis. Mereka pun pulang.

Trei kaget mendengarkan obrolan anak perempuan itu terhadap ayahnya.


“ibu.. bagaimana, ini?, besok, aku akan dipindahkan ke tempat lain.., jadinya, aku tidak bisa
bertemu ibu lagi dong.. Huhuhu…” tangis Trei.
“tenang saja Trei.. kalau kamu dipindahkan, pasti Allah akan mempertemukan kita lagi di
surga…” hibur ibu Trei.
“terima kasih ya, bu..” kata Trei.

Esoknya…
Rara, ayahnya, dan tukang taman siap siap mencabut Trei.
“tukang taman.., ayo, cepat cabut pohon apel kecil ini!, dan masukkan ke dalam mobil pickup,
ya…” pinta ayah Rara.
“siap, pak!” seru tukang taman.
Tukang taman pun mencabut Trei. “dadah, ibu..” pamit Trei.
“dadah Trei..” kata ibu Trei.

Di rumah Rara…
“ayo cepat, yah!, tanam pohonnya di taman belakang!” pinta Rara.
“oke, Ra!” seru ayah Rara sambil mengacungkan jempol.
Setelah Trei sudah ditanam di taman belakang rumah Rara, Trei hanya bisa menangis tersedu
sedu tanpa dilihat oleh Rara, Rara hanya tersenyum senyum melihat Trei ditanam di rumahnya.

Setelah bertahun tahun lamanya, akhirnya Rara sudah bertumbuh dewasa dan Trei?, yaa sama
seperti Rara, Trei sudah dewasa, sayangnya, Ayahnya Rara sudah lebih dulu meninggal.
“Ya Allah.., pertemukanlah aku kepada ibu di surga nanti..” do’aTrei saat dewasa.

Kini, Trei dan Rara sudah beranjak ke masa tua. Rara sudah memiliki cucu. Senang sekali bila
menjadi Rara.
“Ya Allah.., pertemukanlah aku kepada ibu di surga nanti..” do’aTrei saat tua.
Sekarang Trei sudah mengganggu rumah Rara dan tibalah saatnya Trei ditebang…
SREK! SREK! SREK! Suara gergaji memotong Trei dan Trei MATI!

“ibu…!!” seru Trei sambil berjalan menemui ibunya dan memeluknya. Memang, Trei dan ibunya
berada di…, ya! Betul!, berada di SURGA!, Trei dan ibunya memiliki tangan dan kaki! Wah,
menyenangkan..
“Trei.. ibu senang sekali kamu berada di sini..” seru ibu Trei.
Lalu Trei mencium pipi ibunya seraya berkata, “aku juga senang bu.., aku sayang ibu…”.
Ramalan Bintang
Hazel sedang memainkan piano miliknya sambil sesekali meneguk jus blueberry dan memakan
fettucinicarbonara yang ia beli tadi pagi. Sekarang sudah menjelang sore, Hazel belum beranjak
dari piano. Padahal, mamanya sudah memanggilnya dari tadi tapi Hazel diam tak menghiraukan.
Kali ini, ke 1000 kalinya mama meneriaki Hazel.
“Hazel, ayo ikut mama ke tempat mbokoZevo. Mau melihat bola kristalnya yang baru”
“Ya sudah, Hazel ikut”

Hazel dan mamanya sudah sampai di rumah mbokoZevo.


“Tumbenan kau dan kau ke sini?” secara antusias mbokoZevo menyambut dengan ramah.
“Kami ingin melihat ramalan bintang dari bola kristal berwarna biru laut untuk memastikan
besok bukan hari sial bagi putriku karena besok ia akan mengadakan acara sesembahan dan
tolong carikan tanggal ulang tahunnya. Tanggal 12 Enorologi”
“Baik kuambilkan sebuah bola kristal itu agar besok kau dan anakmu tidak terkena sial oleh
Frozcie”
“Ikuti ucapanku Hazel. BombazoBazaokaPetorinjusBlak!”
Hazel mengikuti petunjuk mbokoZevo.

“Baik sudah. Bayaranya hanya 90 porip”


“Baik mboko, ini uangnya” mama menyerahkan uang itu kepada mbokoZevo.

Esoknya,
Hazel dipakaikan kostum yang telah dibelikan mamanya di pasar.
“Ayolah nak, percaya. MbokoZevo pasti benar”
Hazel mengangguk mengerti. Sebenarnya ia berpikir, manusia biasa mana mungkin bisa
mengubah nasib seseorang dan yang bisa hanyalah tuhan.

Hazel telah sampai diacara sesembahan kepada Nattel. Nattel tersenyum senang melihat Hazel
datang di tempatnya.
Namun ketika Hazel diajak Zesco pergi menaiki kapal menuju pulau Batho, kapal mereka
terkena arus badai. MbokoZevo tersenyum puas melihat kesenangan abadinya karena ia bisa
berkuasa dengan Ramalan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai