Anda di halaman 1dari 5

Berawal Dari Mimpi

Cerpen Karangan: Rasiska Damayanti


Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 23 August 2017

Perjalanan yang amat sangat jauh, menyusuri jalan setapak yang penuh
dengan sebuah misteri. Setiap kulangkahkan kakiku saat itu juga kurasakan
betapa perasaan ini tenang, tentram, tanpa beban dan kudengar alunan
piano yang menenangkan jiwa, tapi setelah itu kejadian itu hilang setelah
aku tersadar karena telah mendengar sebuah panggilan yang menyuruhku
untuk bangun.

“Tok-tok-tok” suara itu yang selalu membangunkanku dari tidurku bagai


sebuah alarm yang selalu disetting untuk membangunkanku dari tidurku. Ya
tentunya ada seseorang yang selalu setia mengetuk pintu kamarku setiap
pagi ya dia Rayna dia adalah sahabatku selama aku tinggal di kos ini, selain
kos kita sama sekolah bahkan kelas kita juga sama.
Setelahku buka mataku kulihat sekelilingku, semua tetap sama aku masih
berada di kamar kosku ini, sambilku berfikir apa yang telah terjadi sebab
aku bermimpi yang sangat aneh, tapi itu hanyalah sebuah mimpi yang tak
mungkin terjadi di kemudian hari.

Setelah itu aku menuju ke kamar mandi, dan aku menghampiri Rayna
kemudian beranjak pergi ke sekolah. Sekolah kami sangat dekat dengan kos
kami diibaratkan 5 langkah dari rumahlah, eh kok kayak judul lagu ya, kalau
di lagu sih 5 langkah dari rumah pacarnya, kalau lagu ciptaanku sih kurubah
liriknya sedikit tapi nadanya tetap sama kok
Sekolahku memang dekat 5 langkah dari rumah tak perlu naik angkot
sepeda juga gak usah kalau berangkat sekolah tinggal jalan kaki saja … … …
Duh-aduh memang asik punya sekolah dekat biaya transport pun murah
enggak usah buang duit …

Sesampainya di kelas aku langsung menuju tempat dudukku dan melamun


membayangkan kejadian semalem, mimpi itu tampak jelas dan nyata. “Heh
Yuna kesambet kamu nanti, pagi-pagi udah ngelamun aja” ucap Rayna yang
membuat khayalanku hilang. “Ih apaan sih lo Rayna kamu ganggu aku aja”,
kataku.

“kring-kring-kring” bel masuk pun berbunyi tandanya semua siswa harus


masuk kelas dan memulai pelajaran. “ih pelajaran yang sangat
membosankan” ucapku dalam hati. Akhirnya Jam bergant jam bel pulang
pun telah dibumyikan kembali, secara serentak semua siswa sangat bahagia
termasuk aku, gimana gak bahagia waktunya beristirahat dari segala
pelajaran yang membosankan bagiku.

“Rayna nanti kita gak ada acara ke luar kan, soalnya aku capek banget mau
langsung tidur” ucapku lesu. “ih Yuna padahal besok hari minggu loh, nanti
kita jalan-jalan yuk aku deh yang traktir soalnya kemarin aku dapat kiriman
dari rumah dan lumayan lebih” celoteh rayna yang membujukku. “iya deh
kalau ditraktir sih aku mau banget nggak bakalan nolak dehh” ucapku yang
begitu semangat saat ingin di traktir. “ low ya kalau urusan traktiran pasti
yang paling semangat” ucap Rayna.

Sore itu aku jalan-jalan ke tengah-tengah kota untuk menghirup udara


malam serta melihat kelap-kelip lampu yang menyenangkan hati, setelah
jalan-jalan aku dan Rayna langsung pulang ke kosku karena hari telah
gelap, tepat di depan pintu, bu kos telah berdiri tegak dengan exspresi
wajah yang suram seperti akan menerkam mangsanya.
“kalian dari mana jam segini baru pulang” nada marah bu kos. “yailah bu ini
baru jam setengah 9 loh ini masih sore bu” ucapku pada bu kos. “sore-sore
kalian itu perempuan tak pantas kalau pulang malam-malam” kata bu kos.
“ih ibu jangan marah-marah lagi dong ini aku beliin martabak manis, ibu
pasti sangat suka kan” ucap Rayna membujuk ibu kos. “ih kalian itu selalu
deh… tau yang ibu suka” sambil merebut tentengan plastik yang berisi
martabak manis.

Hahaha ya begitulah ibu kosku yang selalu bisa dibujuk dengan martabak
manis, walau sebagaimana marahnya kalau ada martabak manis pokoknya
selalu luluh deh… sampainya di kamar kurebahkan badanku di kasurku,
tanpaku sadari mata ini menutup dengan sendirinya mungkin karena aku
kecapekan dengan rutinitasku di hari sabtu ini.

Saat mataku mulai terlelap aku kembali memimpikan kejadian kemarin


malam lagi-lagi aku berada di sebuah tempat yang tak bisa aku mengerti,
berdiri di atas jalan setapak yang tak tau ujungnya, kucoba menepuk
tanganku berharap ini hanya mimpi tapi memang benar aku tak merasakan
sakit saat kutepuk tanganku. Kulihat dari kejauhan ada sebercak cahaya
berwarna warni bagaikan pelangi dan cahaya itu menuju ke suatu tempat,
kuikuti cahaya itu hingga kutemui seorang laki-laki, dia memainkan sebuah
piano yang mengalun merdu yang menentramkan jiwaku.

Seketika kuhampiri laki-laki itu dia memakai kaos berwarna jingga dan
dilapisi oleh jaket berwarna abu-abu, dan juga rambut yang dijambulkan,
dia begitu tampan dan sempurna. “maaf mas boleh tanya ini di mana ya dan
mas siapa” ucapku. “aku zidan dan kamu siapa” ucapnya. “aku Yuna…”
kataku.
“Yuna kamu bangun dong katanya kamu akan ikut aku lari pagi” suara
teriakan Rayna di depan pintu kamarku.
Suara itu yang membangunkan aku dari tidurku, saat aku membuka mata
seperti biasa aku masih berada di kamar kosku, Entahlah aku pun bingung
kenapa mimpi itu terus berjalan dan tampak seperti nyata seperti aku
sedang dibawa ke suatu tempat. “Yuna…jadi nggak sih keburu siang nih dan
aku panggil kamu udah 2 kali ini loh tapi kamu juga nggak juga bangun”
ucap Rayna yang mulai jengkel padaku. “iya-iya ini juga bangun kok”
kataku.

Di saat lari pagi bersama Rayna kuceritakan keanehan mimpiku tapi Rayna
menganggap aku hanya berkhayal “kamu masih nggak percaya ya rayna
tapi itu benaran loh” kataku meyakinkan Rayna. “ya nggak percayalah,
kamu itu sukanya berkhayal aja” kata Rayna. “Mimpi itu seperti nyata”
ucapku dalam hati. “Rayna nanti malam aku tidur di kamar kamu ya” kataku
kepada Rayna. “Ok deh” ucap Rayna yang sambil nyengir.

Malam pun tiba aku tidur di kamar Rayna, dan aku tidur di samping Rayna.
Ku tutup mataku berharap akan bermimpi seperti yang lalu karena masih
banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada Zidan laki-laki yang
memainkan piano itu, dan akhirnya aku dapat bertemu kembali dengan
Zidan, dan kubawakan banyak pertanyaan yang inginku tanyakan
kepadanya.

“Zidan…” ucapku dari belakannya.


“iya yuna ada apa” kata Zidan.
“Zidan kamu memang tinggal di sini ya dan kenapa hanya ada kita berdua di
sini” ucapku.
“nggak kok… aku juga nggak tau kenapa aku bisa sampai di sini, mungkin
aku sama seperti kamu dan aku sampai di sini jauh-jauh hari sebelum kamu
datang, dan aku di sini juga sendirian sebelum kamu datang, aku tak tau
kenapa hanya ada kita berdua di sini” ucap Zidan.

Saat itu aku terbangun dari tidurku, perasaan aneh menerpa diriku rasa
penasaranku semakin menjadi, aku bingung kenapa ini semua bisa terjadi
pada diriku.

Hampir setiap hari aku hanya memimpikan kejadian itu dan anehnya mimpi
itu selalu berjalan maju dan seterusnya, dalam mimpiku aku dan Zidan
berpetualang ketempat-tempat yang indah, canda dan tawa Zidan
membuatku nyaman bersamanya, dan saat itu kami berdua berada di
sebuah tempat yang sangat indah.
“Yu …na” ucap Zidan yang sedang gelisah.
“iya Zidan ada apa?” jawabku sambil kebingungan melihat tingkah laku
Zidan.
“setelah kita lalui mimpi ini bersama-sama, aku yakin bahwa kau itu tercipta
untukku, dan pada kesempatan ini aku Zidan sastro handoyo ingin
mengungkapkan bahwa aku SU…ka sama KA…mu maukah kamu jadi
pacarku” ucap Zidan sambil memegang tanganku.
“tapi Zidan ini semua hanya mimpi bukan di kehidupan nyata” ucapku.
“ini bukan mimpi yuna melainkan sebuah pertanda bahwa kau itu memang
tercipta untukku, dan suatu kita akan bertemu di kehidupan nyata” jelas
Zidan.
“jika itu benar aku mau jadi pacarkamu” tanyaku.
“jadi kamu menerima aku menjadi pacarmu, dan nanti kita pasti akan
bertemu di kehidupan nyata” kata Zidan.

Mimpi itu menjadi mimpi yang terakhir dan aku tak pernah memimpikan
kejadian aneh itu lagi, padahal aku baru saja jadian dengan Zidan tapi
kenapa mimpi itu harus berakhir, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu
kembali dengan Zidan. Hari-hariku semakin sepi, meskipun telah dihibur
oleh rayna tetap saja aku masih merasa kesepian.

“udahlah Yun itu Cuma mimpi, tapi kenapa kamu masih memikirkannya”
ucap rayna menenangkanku.
“tapi itu…”
“udahlah jika itu nyata kamu pasti akan bertemu kembali dengnnya, dan
sekarang kita lupain aja dulu kejadian itu, besokkan ada ujian matematika,
kamu belajar gih besok biar bisa ngerjain” kata rayna

Selesai belajar aku rebahkan badanku diatas kasurku, berharap akan segera
kembali bertemu dengan Zidan. Akan tetapi sampai aku terbangun di pagi
hari tak dapatku bertemu kembali dengannya.
“Rayna ayo berangkat aku udah siap nih” kataku sambil menenteng buku
yang lumayan banyak di tangnku.
“tumben kamu ngajak aku duluan biasanya aku yang ngajak kamu”
“udahlah jangan bawel tinggal berangkat aja kok” kataku.

Sampainya di sekolah
“Rayna kamu duluan ke kelas aja ya soalnya aku mau masih ke perpus
untuk ambil buku buat tambahan belajar” kataku
“Ok”

Kupercepat langkahku menuju perpustakkan, karena aku takut guruku akan


datang ke kelas lebih dahulu dari pada aku, aku berjalan dengan cepat dan
saat aku tiba di depan kelas XII ipa 2, tiba-tiba aku menabrak seseorang di
depanku “Bruk…” buku yang ada ditanganku jatuh berantakan.
“maaf-maaf mas nggak sengaja” ucapku sambil mengambil buku ku yang
berserakan, tanpaku lihat seseorang itu.
“iya nggak apa-apa kok sini aku bantu” ucapnya.
“aku seperti kenal dengan suara itu, seperti suara siapa ya…” ucapku dalam
hati.
Saat aku melihat ke arah dia, begitu terkejutnya aku. Lelaki yang ku tabrak
itu ternyata…
“Zidan…” ucapku dengan nada bahagia.
“Yuna, ini kamu beneran, akhirnya kita bisa bertemu di kehidupan nyata”
ucapnya.

Kring-kring-kring…
“yah udah masuk aja padahal aku kangen banget sama kamu Yuna”
ucapnya.
“aku pun begitu” ucapku.
“ya udah nanti pulang sekolah aku tunggu kamu di taman dekat sekolah ini
kamu datang ya” kata Zidan.

Bel pulang berbunyi betapa bahagianya aku, bisa bertemu lagi dengan
Zidan. Aku langsung memberi tahu kepada Rayna bahwa aku telah bertemu
dengan Zidan dan pulang sekolah aku akan bertemu di taman dekat
sekolah. Setelah sampai di taman aku langsung duduk di bangku taman
menunggu kedatangan Zidan.
“hay Yuna, aku kangen banget sama kamu” katanya sambil memelukku.
“aku juga, setiap hari aku selalu memikirkanmu” ucapku.
“iya Yuna, kenapa aku tak pernah tau jika kamu itu adek kelasku, dan kita
bersekolah di tempat yang sama kan” kata Zidan sambil melepas
pelukannya.
“begitu pun aku Zidan, mungkin ini semua sudah takdir yang maha kuasa”
ucapku.
“iya Yuna mungkin kita dapat bertemu di sini, semua itu berawal dari mimpi
kita yang menjadi kenyataan” ucapnya.
“iya itu semua berawal dari mimpi kita”
“dan sekarang kita jalin hubungan kita ini di kehidupan nyata, dan bukan
mimpi dan tak mengurangi rasa cintaku kepadamu Yuna meski kita berada
di kehidupan nyata, I LOVE YOU Yuna” ucapnya.
“I LOVE YOU TOO Zidan aku selalu mencintai kamu” ucapku sambil
tersenyum padanya.

Cerpen Karangan: Rasiska Damayanti

Anda mungkin juga menyukai