Anda di halaman 1dari 17

KETERAMPILAN DALAM KEPERAWATAN

KEBUTUHAN PERIOPERATIF
Disusun untuk Memenuhi Tugas Awal Early Exsposure I (Keterampilan Dalam
Keperawatan)

Disusun oleh : Kelompok 2 - 1B


Alip Hidayah C1AA22008 Muna Ashipah C1AA22104
Aliya Rahmawati C1AA22011 Nathania Dwi C C1AA22113
Aulia Fatimah S C1AA22020 Neng Lisnawati C1AA22119
Balkis Tiara C1AA22026 Puja Ramanandita C1AA22128
Dinda Nabila F C1AA22035 Putri Shafira H C1AA22134
Fazri Mutaqin C1AA22046 Ranti Nuranisa C1AA22140
Ilma Faoziah C1AA22062 Septyana Dwi C C1AA22155
Intan Maulineu P C1AA22065 Shepia Aulia I C1AA22158
Moch. Burhanudin C1AA22089 Suci Hariani C1AA22170

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KOTA SUKABUMI
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keterampilan Dasar Keperawatan dengan
tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar mata
kuliah Keterampilan Dalam Keperawatan yaitu Bapak Abdul Rahman La Ede,
S.kep.,M.kep yang telah membimbing kami saat perkuliahan.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


mengenai Kebutuhan perioperatif bagi pembaca dan tentunya bagi penulis. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Sukabumi, 26 Mei 2023

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
1. Definisi Peropertif...................................................................................................4
2. Etiologi perioperatif................................................................................................5
3. Patofisiologi............................................................................................................5
4. Menifestasi Klinis...................................................................................................6
5. Pemeriksaaan Fisik.................................................................................................6
6. Data Penunjang dari Kebutuhan Perioperatif.........................................................8
7. SOP Kebutuhan Perioperatif.................................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan perioperatif merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan modern. Suatu pelayanan kesehatan dikatakan berkualitas apabila dapat
memberikan kepuasan kepada pasien. Menilai kepuasan cukup sulit dilakukan,
mengingat sifatnya yang subjektif, kompleks dan multidimensional. Kepuasan
pasien perioperatif dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Mengetahui faktor-faktor
yang dapat memprediksi kepuasan pasien dapat mendorong perbaikan dalam
pelayanan perioperatif. Tujuan: Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
faktor-faktor pelayanan kesehatan yang memengaruhi kepuasan pasien perioperatif
berdasarkan literatur-literatur yang ada.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragamanfungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. (Smeltzer&Bare, 2002). Kata perioperatif adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan preoperasi,
intraoperatif, dan pasca operatif. Setiap fase ini dimulai dan berakhir pada waktu
tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah. Masing-
masing fase akan mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan yang
akan terangkum dalam peran perawat itusendiri (Irwanto, 1996). Tindakan operasi
atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami (Kamarullah, 2005).
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorangahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasilpemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan

1
fisik akanmembantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagiankepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi.Dengan petunjuk yang didapat
selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahlimedis dapat menyususn sebuah diagnosis
diferensial,yakni sebuah daftar penyebabyang mungkin menyebabkan gejala
tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untukmeyakinkan penyebab
tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasiensecara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital
ataupemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

Pemeriksaan fisik adalah salah satu prosedur yang biasa dilakukan dokter
untuk mendiagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan ini kemudian digunakan untuk
merencanakan perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara
sistematis. Mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan
empat cara, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

2. Rumusan Masalah
a) Apa Definisi kebutuhan perioperatif?
b) Apa etiologi kebutuhan perioperatif?
c) Patofisiologi kebutuhan perioperatif?
d) Manifestasi klinis kebutuhan perioperatif?
e) Bagaimana pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperatif?
f) Data penunjang dari kebutuhan perioperatif?
g) SOP/Prosedur pemberian fisik kebutuhan perioperatif?

3. Tujuan
a) Apa Definisi kebutuhan perioperatif?
b) Apa etiologi kebutuhan perioperatif?
c) Patofisiologi kebutuhan perioperatif?
d) Manifestasi klinis kebutuhan perioperatif?
e) Bagaimana pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperative

2
f) Data penunjang dari kebutuhan perioperative
g) SOP/Prosedur pemberian fisik kebutuhan perioperatif?

3
BAB II

PEMBAHASAN
1. Definisi Peropertif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang pembedahan pasien.
berkaitan dengan pengalaman. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan
yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu preoperative phase (fase
pra operasi), intraoperative phase (fase intraoperasi) dan post operative phase
(fase pasca operasi). Masing-masing fase ini dimulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat menggunakan proses
keperawatandan standar praktik keperawatan (Majid, Judha & Istianah, 2011).

Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari


pra bedah (pre operasi), bedah (intra operasi) dan pasca bedah (post operasi). Pra
bedah merupakan masa sebelum dilakukan tindakan pembedahan dimulai sejak
ditentukan persiapan pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah.
Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer di meja
bedah dan berakhir pada saat pasien dibawa ke ruang pemulihan (recovering
room). Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya.

Ada 3 fase keperawatan bedah :

1. Fase pra operasi dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien berada di meja operasi sebelum
pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun
rumah, wawancara pra operasi dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan dan pembedahan (Majid, Judha & Istianah, 2011).

4
2. Fase intra operasi dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan di ruang
pemulihan (Recovery Room) atau istilah lainnya adalah Post Anesthesia
Care Unit (PACU).
3. Perawatan post operatif merupakan salah satu runtutan dari keperawatan
perioperatif, yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
tanggungjawab keperawatan yang berhubungan dengan fase pre operasi,
intra operasi dan post operasi (Utami et al., 2019). Perawatan pasien post
operatif terdiri dari beberapa tahapan, antara lain pemindahan pasien dari
kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesi (Post Anasthesia Care Unit),
perawatan pasien pasca anestesi di ruang pemulihan (Recovery Room),
pemindahan atau transportasi pasien ke ruang perawatan, dan perawatan di
ruang perawatan (Majid et al., 2011).

2. Etiologi perioperatif
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :

a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi 3


b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks
yang Inflamasi.
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, Contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi
terhadap kemampuan untuk menelan makanan

3. Patofisiologi
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif
(Hipkabi, 2014). Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan

5
keperawatan profesional dan keterampilan psikomotor yang kemudian
diintegrasikan kedalam tindakan keperawatan 4 yang harmonis. Kemampuan dalam
mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau aktual pada setiap fase
perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan (Muttaqin,
2009).

4. Menifestasi Klinis
Perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai
ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan
professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam
tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah
pasien yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan
atas pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan membantu
penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien
bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan
cara mengimplementasikan rencana perawatan yang berdasarakan pada tujuan yang
5 diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan
tindakan mandiri dan kolaboratif. Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya
akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif
dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif.
Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi
saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik,
bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat
perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal dapat membantu
terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan perawat kamar
operasi.

5. Pemeriksaaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan
umum dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.

6
2) Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan
survei keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk
dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh
penyakit yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan. secara
ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemen-
elemen berikut ini:
a. Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
b. Tanda distress
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri,
kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu
perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan
diperiksa terlebih dahulu.
c. Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas,
atau sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan,
usia, dan gaya hidup.
d. Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur
tubuh yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan
alam perasaan atau adanya nyeri.
e. Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah
terdapat tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh
yang tidak bergerak.
f. Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan
rambut, kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi

7
karena kebersihan 7 diri yang buruk atau akibat patologi penyakit
tertentu. Kondisi kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting
diperhatikan karena dapat memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan
akan memberikan data dasar pada perawat untuk memberikan intervensi
praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan kebersihan area pembedahan.
g. Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain.
Alamperasaan atau status emosi diekpresikan secara verbal dan
nonverbal.
h. Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan
kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang
dipikirkan.

6. Data Penunjang dari Kebutuhan Perioperatif


a. Pemeriksaan Laboratorium sebelum operasi
Untuk mengidentifikasi kelainan fisiologis atau metabolisme yang dapat
meningkatkan risiko selama periode perioperatif, pemeriksaan laboratorium
dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan pada anak sehat yang
dijadwalkan untuk pembedahan rawat jalan. Selain itu, pemeriksaan foto toraks
rutin pada anak-anak sebelum operasi rutin tidak cukup sensitif untuk
mengidentifikasi kelainan yang terkait dengan anestesi or prosedur
pembedahan. Anak tanpa kelainan ginjal atau kandung kemih juga tidak
diberikan pemeriksaan urin sebelum operasi.
b. Pemeriksaan Darah Rutin
Anak yang akan menjalani prosedur dengan risiko kehilangan darah
yang signifikan serta anak-anak dengan penyakit jangka panjang dilakukan
pemeriksaan Hb secara selektif. Pemeriksaan Hb harus dilakukan pada bayi
berusia kurang dari 6 bulan karena pada usia ini secara fisiologis produksi
eritrosit mengalami penurunan tingkat Hb dapat sampai 7 g/dL. Selain itu, pada
bayi prematur, tingkat Hb kurang dari 10 g/dL telah dikaitkan dengan
peningkatan insidensi apnoe paska operasi Pertimbangan pemberian transfusi

8
tidak hanya didasarkan pada kadar Hb dan hematokrit tetapi berdasarkan atas
kehilangan darah yang sedang berlangsung serta faktor hemodinamik.
Transfusi pack red cell (PRC) harus dilakukan pada pasien dengan Hb 7 g/dL
tanpa adanya kelainan jantung dan kardiovaskuler.
c. Tes Koagulasi
Pasien yang akan menjalani blokade neuraksial seperti tonsilektomi atau
adenoidektomi, serta pasien di bawah usia satu tahun yang sebelumnya tidak
memiliki riwayat trauma atau perdarahan yang sulit berhenti, diberikan tes
koagulasi secara rutin. Pada situasi seperti ini Riwayat prematur dan neonatus
diperlukan untuk mengetahui faktor risiko gangguan perdarahan, seperti
rendahnya faktor IX akibat hati yang tidak matang dengan kekurangan vitamin
K.
Tidak semua anak dengan hasil abnormal akan mengalami gangguan
koagulasi saat operasi, dan hasil normal tidak sepenuhnya menyingkirkan
diagnostic gangguan perdarahan. Jika ada riwayat perdarahan sebelumnya, test
ini akan menunjukkan hal itu.
d. Pemeriksaan Elektrolit
Pada anak-anak yang sehat, kelainan elektrolit sangat jarang terjadi.
Untuk kelainan ini, skrining perioperatif biasanya tidak berguna dan tidak
mengubah cara anestesi digunakan. Pemeriksaan sebelum operasi rutin tidak
disarankan, bahkan bagi pasien rawat inap yang mungkin lebih rentan terhadap
kelainan elektrolit daripada pasien rawat jalan sehat.
e. Terapi Albumin
Sebelum operasi, terapi albumin masih menjadi perdebatan. Ini
dipertimbangkan karena kemungkinan efek toksisitas pada beberapa obat yang
digunakan bersamaan dengan albumin. Penggunaan fenitoin sebelum operasi
adalah obat yang paling sering dilaporkan. Albumin dapat berdampak pada
faktor koagulasi. Albumin dapat menurunkan agregasi trombosit dan
menimbulkan efek heparin-like activity sehingga mempengaruhi antitrombin.
Albumin mempengaruhi mikrosirkulasi karena perubahan permeabilitas
kapiler.

9
f. Tes Fungsi Paru
Pada pasien dengan bronkospasme yang reversibel, tes fungsi paru
sering digunakan untuk mengevaluasi respons terhadap terapi bronkodilator.
Tes ini mungkin berguna untuk menentukan apakah anak dengan kelainan
bentuk toraks atau paru-paru seperti skoliosis lebih rentan terhadap komplikasi
anestesi dan insufisiensi pernafasan paska operasi, meskipun jarang diperlukan
pada pasien dengan asma tanpa komplikasi. Pemeriksaan yang sering dilakukan
oksimetri denyut nadi oksimetri, kapasitas vital paksa (FVC) dan FEV1. Nilai
mutlak dan rasio dari 2 pengukuran (FEV1/ FVC) merupakan prediktor yang
berguna untuk mengetahui perlunya ventilasi mekanis paska operasi pada
pasien yang beresiko (kifoskoliosis). Namun, hasil akurat pengukuran FEV1
dan FVC membutuhkan Kerjasama pasien, sehingga memperoleh hasil yang
dapat dipercaya pada anak-anak kurang dari 6 tahun biasanya tidak mungkin.
g. Pemeriksaan Penunjang lain
Pemeriksan penunjang lain hanya dilakukan atau indikasi seperti
dilakukannya tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, tes urin rutin, rontgen, EKG,
ekokardiografi, USG, CT scan maupun Magnetic Resonance Imaging (MRI).

7. SOP Kebutuhan Perioperatif


1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan
b. Spigmomanometer
c. Termometer
d. Stetoskop
e. Jam atau pengukur waktu
f. EKG
g. Timbangan
h. Glukometer
i. Cairan antiseptic

10
j. Alat cukur
k. Obat-obat premedikasi, jika perlu
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Periksa lokasi dan jenis operasi, sesuai program
7. Jaga privasi pasien
8. Periksa apakah formulir persetujuan sebelum operasi ditandatangani, disaksikan,
dan benar
9. Periksa tanda-tanda vital, berat badan, EKG dan kadar glukosa darah
10. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan kimia darah (meliputi darah lengkap,
fungsi ginjal, fungsi hati dan/atau pemeriksaan lainnya), sesuai kebutuhan
11. Fasilitasi pemeriksaan penunjang (seperti radiologi atau pemeriksaan lainnya),
sesuai kebutuhan
12. Ajarkan teknik mengurangi nyeri pascaoperasi, latihan napas, batuk efektif, dan
preoparative teaching lainnya sesuai kebutuhan
13. Puasakan minimal 6 jam sebelum pembedahan
14. Bebaskan area kulit yang akan dioperasi dari rambut atau bulu tubuh
15. Anjurkan pasien mandi dengan cairan antiseptik (seperti klorheksidin 2%)
maksimal 1 jam dan minimal malam hari sebelum pembedahan
16. Fasilitasi pasien mengenakan pakaian/gaun rumah sakit
17. Minta pasien melepaskan perhiasan dan prostesis (seperti lensa kontak, bulu
mata palsu, gigi palsu, dan sebagainya)
18. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
19. Lepaskan sarung tangan
20. Pastikan kelengkapan dokumen-dokumen preoperasi (seperti surat persetujuan
operasi, hasil radiologi, hasil laboratorium)
21. Koordinasi dengan perawat kamar bedah
22. Transfer ke kamar operasi dengan alat transfer yang sesuai (seperti kursi roda,
brankar, tempat tidur)
23. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
24. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang pembedahan pasien.
berkaitan dengan pengalaman. Ada 3 fase dalam keperawatan bedah yaitu fase pra
operasi, intra operasi dan post operatif. Pembedahan dilakukan untuk berbagai alas
an seperti diagnostic, kuratif, reparative, rekonstruktif dan paliatif. Keahlian
seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan keperawatan profesional
dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan kedalam tindakan
keperawatan. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu keadaan umum juga
ttv dan penampilan umum seperti usia, jenis tubuh, postur, gerakan tubuh, serta
kebersihan diri. Sedangkan untuk data penunjang dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan darah, tes koagulasi, pemeriksaan elektrolit, albumin,
tes fungsi paru juga tes Kesehatan yang lainnya.

B. Saran
Adanya keterbatasan pengetahuan yang di miliki penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran diperlukan
serta harus adanya penyesuaian dan pembelajaran lebih baik dari mahasiswa
perawat dalam mengetahui dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai
Kebutuhan Perioperative dan motivasi serta bimbingan dari Bapak/Ibu dosen
pengajar serta teman-teman. Sehingga dapat digunakana untuk menjadi acuan
dalam penulisan makalah berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azwaldi. (2022). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia, Kebutuhan Oksigen, Eliminasi


dan Rasa aman dan Nyaman (Terintegrasi SDKI, SLKI, SIKI, SPO PPNI). (L. C.
Lentera, Ed.) Lembaga Chakra Brahmanda Lentera. Retrieved Mei 26, 2023,
from https://books.google.co.id/books?
id=5iyEEAAAQBAJ&pg=PA119&dq=kebutuhan+rasa+aman&hl=id&newbks=
1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUK
EwjmgbexopL_AhUyTWwGHT_MBMEQ6wF6BAgBEAU#v=onepage&q=ke
butuhan%20rasa%20aman&f=false
Harmoko, S. R. (2019). Standar Operating Procedure Dalam Praktik Klinik
Keperawatan Dasar. Indonesia: Pustaka Pelajar. Retrieved Mei 2023
Hidayati, R. (2019). Teknik Pemeriksaan Fisik. CV Jakad Publishing Surabaya.
Retrieved Mei 26, 2023, from https://books.google.co.id/books?
id=563ZDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pemeriksaan+fisik&hl=id&ne
wbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2
ahUKEwi5xp31kpL_AhVER2wGHYNLA9AQ6wF6BAgIEAU#v=onepage&q=
pemeriksaan%20fisik&f=false
Maimunah, S. (2019). Bimbingan Perawat Jenazah Dengan Penyakit HIV/AIDS Bagi
Santri Pondok Pasantren Lubbul Labib Kedungsari Maron Purbolinggo.
Retrieved Mei 26, 2023, from
https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/525
Novita Verayanti Manalu, d. (2022). Keperawatan Perioperatif Dan Medikal Bedah .
(A. Munandar, Ed.) Penerbit Media Sains Indonesia. Retrieved Mei 2023, 2023,
from https://books.google.co.id/books?
id=QIShEAAAQBAJ&pg=PA77&dq=kebutuhan+perioperatif&hl=id&newbks=
1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ov2=1&sa=X&ved=2ahUKEw
imzqyAp5L_AhWjT2wGHWqLDsMQ6AF6BAgFEAM
PPNI, T. P. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved Mei 2023,
2023
Rochimah, D. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. CV Trans Info Media.
Retrieved Mei 26, 2023

13

Anda mungkin juga menyukai