Anda di halaman 1dari 8

MISTERI DI SEKOLAH

Sekolah ternama dan mempunyai akreditasi yang tinggi, Cahya Angkasa,


merupakan tempat yang dihormati namun menyimpan misteri gelap. Kasus
kematian yang diduga pembunuhan misterius mengguncang kedamaian sekolah.
Satu per satu, siswa - siswi menghilang tanpa jejak, dan sekolah dengan sigap
menutupi fakta demi menjaga reputasinya yang tinggi.
Suasana kantin, tempat pertemuan siswa – siswi kasta teratas, terasa hidup
dengan penuh obrolan dan tawa. Namun, di pojokan kantin terlihat seorang gadis
misterius bernama Seren yang sedang menikmati makanannya dengan tenang. Ella,
sahabatnya yang energetik, menghampirinya dengan panggilan yang tak terlalu
lembut.
"Seren!" seru Ella, mencoba memecah keheningan Seren.
"Lo gabisa lembut dikit apa manggil gue? Sifat sama muka lo beda 180 derajat
tau ga!?" balas Seren dengan sinis, tanpa banyak berbicara.
"Galak banget lo! Muka lo doang artis Jepang, sifat lo juga beda 180 derajat tau
ga," sahut Ella, mencoba menggoda Seren.
"Serah lo dah. Ngomong-ngomong, lo curiga ga si? Sama kasus siswa yang
hilang di sekolah kita? Menurut gue ini janggal banget," ujar Ella dengan serius,
mengubah nada obrolan.
"Maksud lo ini ada hubungannya sama pembunuhan?" tanya Seren dengan mata
tajamnya.
Ella mengangguk, menaikkan kedua alisnya, memberi isyarat bahwa dia yakin
ada sesuatu yang lebih dalam. Belum sempat Seren menjawab, Elena tiba-tiba
muncul dengan kehadiran yang dramatis.
"BRUKKK!" Elena menggebrak meja kantin dengan penuh semangat.
"ELENAA!" Seren dan Ella membalas sapaannya yang menciptakan kekompakan
di antara mereka.
"Ih kalian imut bangett, kok bisa kompak bisa begitu sih?" celetuk Elena,
menyapa dengan rasa penasaran.
"Sumpah na, lo mirip jailangkung—" ucap Seren, dihentikan oleh leluconnya
sendiri.
"Datang tak dijemput, pulang tak diantar," tambah Ella, membuat mereka bertiga
tertawa bersama.
Elena yang kesal dengan perhatian mereka hanya menggeser bangku dan pergi
dengan wajah bermuram durja.
"Yah, kasian ngambek," ledek Ella, menambah kegembiraan di kantin yang
penuh misteri ini. Tapi di balik tawa mereka, kecurigaan dan ketidakpastian
menyelimuti setiap langkah yang diambil di Sekolah Cahya Angkasa.

Bel istirahat berdentang, merayakan akhir dari keceriaan sejenak. Suasana


kantin yang sebelumnya riuh rendah kini mulai mereda. Seren, Ella, dan Elena bersiap
-siap meninggalkan kantin.
"Yok udah ganti jam mapel," ucap Seren sambil membereskan sisa-sisa
makanannya.
Ella mengangguk setuju, "Iya, ntar kita telat masuk kelas lagi,"
"Tungguin woi," tambah Elena sambil menghela napas.
Mereka berdiri dan berjalan menuju lorong sekolah yang ramai oleh siswa-siswi
yang kembali ke kelas masing-masing.
"Yaelah gue baru nyadar ini pelajaran olahraga," ujar Seren, mencoba mencari
sisi positif dari rutinitas sekolah.
Ella tertawa, "Santai aja ren. Kita kan juga biasanya nonton bocah-bocah main
bola juga."
“Gue bosen juga ngeliatin mereka yang main. Masa kita ga ngapa-ngapain? Jadi
supporter bola gitu?! Tim bola kita menang aja kagak,” ujar Elena dengan sedikit
kekesalan.
“Yaudah lah daripada disuruh-suruh mereka. Mending nontonin aja, ditambah
Pak Satoru juga santai ama kita di pinggiran,’ ucap Seren yang menerima kenyataan.
Mereka pun sampai di kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya yaitu
olahraga. Walaupun tidak suka harus dihadapi. Lalu Pak Satoru menjelaskan bahwa
hari ini mereka akan mengadakan latihan basket, maupun putra atau putri.
Dikarenakan jumlah murid di kelas melebihi komposisi tim basket, diadakan seleksi
untuk memilih siapa saja yang akan mengikutinya. Dengan hoki manjur, ketiga
“sahabat” tersebut tidak dipilih.
Pada jam olahraga berlangsung, Seren dimintai tolong untuk mencari bola
basket di gudang sekolah. Sesampainya Seren disana, Ia bingung mengapa ada
pintu terbuka kecil dan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Ia tahu bahwa
tidak ada seorang pun yang pernah membuka pintu tersebut. Karena penasaran,
Seren mengintip kebingungan. Ia lalu menemukan tas olahraga yang mencurigakan
di pojok ruangan.

“Apa sih ni? Bau banget gila... Ada lalatnya juga,” ujar Seren kebingungan.
Setelah itu Seren membuka tas tersebut dengan rasa bingung. Ia dikejutkan
dengan isi tas olahraga yang berisi potongan-potongan mayat seorang siswi sekolah.
Seren sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, lalu Ia mengambil bola basket
yang dibutuhkan dan memberinya kepada para pemain. Dengan pintu masih terbuka,
Seren langsung bergegas untuk memberi tahu teman dekatnya.
“LENA!! ELLA!! WOI!!!” ucap Seren yang sedang berlari ketakutan.
“Kenapa ren?” ucap salah satu dari mereka.
“Lo pada tau gak sih gue abis liat apa?” dengan nada ketakutan
Elena tertawa, “Apa sih ren? Lo kok bisa ampe gemeteran gini,”
“Iya ren, tumben banget lo takut, napa emangnya? Nemu crush lo apa?” Ella pun
menyetujui Elena sambil menertawainya.
“Gue serius ini! Tapi lo pada bisa tutup mulut ga??” Seren meminta mereka
untuk lebih serius.
Wajah Seren masih pucat dan matanya masih mencerminkan rasa kejut yang
tak bisa hilang begitu saja. Elena dan Ella yang awalnya menganggap ini hanya
sebuah lelucon, kini mulai cemas dengan ekspresi Seren. Mereka pun memiliki
keprihatinannya masing-masing.
Elena dan Ella bergegas mengikuti Seren yang masih terguncang. Sambil
menuju tempat Seren menemukan tas mengerikan itu, Elena melihat ke gudang
dengan ekspresi heran, sambil berkata, "Ini kan pintu yang gapernah dibuka. Aneh
banget."
Mereka tiba di gudang, dan Seren menunjukkan tas olahraga yang masih
terbuka, memperlihatkan potongan-potongan mayat yang menjijikkan di dalamnya.
Elena dan Ella, awalnya skeptis, segera terdiam dengan ketakutan melihat
pemandangan yang tak terbayangkan.
Wajah Seren masih pucat dan matanya masih mencerminkan rasa kejut yang
tak bisa hilang begitu saja. Elena dan Ella yang awalnya menganggap ini hanya
sebuah lelucon, kini mulai cemas dengan ekspresi Seren. Mereka pun memiliki
keprihatinannya masing-masing.
"Ini... apaan...?" ucap Ella dengan suara yang hampir tak terdengar dan
gemetaran.
Seren, yang masih terguncang, menyambung, "Awalnya gue kira ini cuman prop
halloween... tapi kenyataannya ini beneran mayat asli.. "

Ella mencoba melihat lebih dekat, "Ren... ini mayat siswi sekolah yang ilang...
yang di rumorin anak-anak berminggu-minggu lalu..."
Ella menatap Seren, "Kata gue sih, kita ga boleh kasih tau siapa-siapa. Insting
gue ngasih tau kalo pembunuhnya ada di sekolah ini, tapi siapa...?"
"Iya sih... walaupun kita kasih tau ke guru atau atasan... gue yakin mereka pasti
ngomong kalo ini mayat orang yang ga dikenal," tutur Seren dengan kecewa.

Seren dan Ella pun beranjak dari gudang, tanpa menyadari bahwa Elena, yang
sejak tadi bersama mereka bergegas dengan panik langsung keluar dari gudang
untuk mencari seseorang dikantin, tanpa disadari oleh mereka berdua. Sementara itu
Seren dan Ella melangkah pergi, kebingungan dan ketakutan masih mewarnai
gudang itu, di mana rahasia misterius masih berselimut di antara teman-teman
mereka.

“Codename S21 ketauan... gimana sih Lo fan..” tutur Elena dengan suara yang
kecil dan kesal menuju keberadaan Elfano.

Sementara itu, Elfano sedang menuju ke kantin melewati area belakang yang
dikenal sebagai Area Cacing. Dikenal karena jalur terefektif untuk bolos sekolah,
Elfano berusaha untuk tidak ketahuan oleh teman-teman kelasnya. Berhasil untuk
menuju ke area tersebut, Ia tidak menghabiskan banyak waktu, Ia lalu bergegas ke
arah kantin sembari mengeluarkan suara yang minim.

Sesampainya di kantin, Ia melihat Elena, sang manipulator, sedang menuju ke


arahnya saat ini. Ia lalu menghadapi Elena dengan bingung akan ekspresi Elena yang
terlihat seperti tidak biasanya.

"Len? apa ada sesuatu yang terjadi?" ucap Elfano yang mempunyai firasat buruk
pada saat itu juga.

"Lo lupa kunci pintu gudang kan? sekarang udah ada dua murid yang tau ada
mayat disitu. harusnya lo tuh ga ceroboh kayak gini!" ucap Elena kesal akan prilaku
Elfano yang tidak teliti.

“Len... lu bodoh ya? Udah gua bilang emang harus di kuburin dari kemaren,
ujung-ujungnya pasti bakal ketauan juga kan?” ujar Elfano dengan kesal.

“Emang lo mau nguburin dimana dodol. Lo ga bisa terang-terangan gali tanah


apalagi di daerah sekolah gini. Mikir dong Fano! Semuanya bisa berantakan tau ga!”

“Lo gosah sok ngatur Len. Gua nyisihin lu gara-gara lu itu ‘spesial’. Sekarang itu
mayat mau di apain? Itu udah susah kalo tiba-tiba di buang ke sungai, udah ketauan
banget... Hadeh lo bikin susah aja,” tutur Elfano yang semakin kesal.
“Tapi, mereka bilang...” Elena menjawab dengan ketakutan.
“Apa?” kata Elfano tegas
“Mereka ngomong kalo mereka ga bakal ngasih tau siapa-siapa kok." Ujar Elena
yakin.
Elfano menarik nafas "Duh Len.. Lo ini gabisa main percaya gitu aja Len!
emangnya lo apanya mereka hah?!"
"Mereka temen gue fan, Temen deket gue... jadi harusnya mereka bisa gue
hasut" Kata Elena dengan senyuman licik.
"Kalo begitu gue minta lo urus mereka berdua dan JANGAN sampai ada yg tahu
lagi selain mereka, soal mayatnya yang disana biar gue yang urus."
"Tenang aja, Fan. Lo punya gue yang bisa diandalkan, Udah lo balik ke kelas
sana!" ucap Elena sambil menepuk kecil bahu Elfano.
Elfano menggelengkan kepala, masih terlihat ragu, "Gue ga nyangka lu bisa se-
macem ini, Len."
“Ini bukan kali pertama, Fan. Gue kan selalu tahu cara mainnya. Just trust me,
ya.” Elena tersenyum licik setelah mengatakan tersebut.

Elfano menatap Elena dengan ketidakpastian, namun akhirnya ia pun mengikuti


arahan Elena sambil melangkah meninggalkan gudang, meninggalkan kebingungan
dan ketidakpastian di belakangnya. Elena, dengan senyuman licik yang tak pudar,
merasa telah membuka lembaran baru dalam permainannya yang penuh intrik.
“Seengaknya gua tau diri sendiri Len, gua udah ngelakuin ini dari lama, ga
mungkin gua bakal blunder” tutur Elfano ke diri sendiri.
Elfano secara diam-diam kembali ke gudang tersebut. Dengan pintu yang berisi
mayat masih terbuka, Elfano memasuki ruangan berbau nyengat tersebut dan
menaruh sesuatu yang berbentuk seperti kartu nama. Dengan hati-hati
menyembunyikannya di dalam tas olahraga, Elfano lalu keluar ruangan dan
menguncinya.
“Kunci ada, kartu udah. Sip,”

Jam olahraga selesai dan waktunya untuk jam pelajaran baru. Berbalik kepada
Seren dan Ella yang masih cemas di dalam kelas, mereka pun dengan sangat
waspada melihat seluruh area kelas dan anak-anak di dalamnya. Meskipun pikiran
mereka tentang mayat yang di gudang sudah mulai mereda, kini muncul masalah
baru untuk mereka.
“Ren...”
“Napa...?” ujar Seren dengan ketakutan.
“Berarti bener dong ama rumor anak-anak ilang. Berarti itu ga cuman omongan
doang dong...?” tutur Ella dengan sungguh ketakutan.
“Menurut lu!? Itu tadi mayat La... Kalo ga salah itu Sari siapa gitu... adek kelas
yang pernah ujian bareng kita,”
“Ohh yang absen 20an itu?”
“Iya. 21 kayaknya,”
“Itu kan adek kelas pas kita masih kelas 11 Ren. Bukannya katanya dia pindah
ke sekolah yang lain?” ucap Ella dengan kebingungan.
“Iya tau, kan udah gua bilang, yang pernah ujian bareng kita... ujian akhir seinget
gue. Ditambah itu kata sekolah, dari omongan temen sekelasnya sendiri dia gada
kepengen buat pindah sekolah,”
“Lah lo tau dari mana?”
“Pas keluar rumor dia pindah sekolah lah bodoh,” ujar Seren dengan tegas.
“Maksud gue, lo yakin yang diomongin adek kelas kalo dia ga kepengen pindah
sekolah itu beneran?”

Seren terdiam disitu juga. Memikirkan bahwa ada benarnya juga Ella untuk
menanyakan pertanyaan tersebut. Seren tahu bahwa apa yang Ia dengar hanya
rumor dan omongan belaka. Tapi semenjak saat menemukan mayat tersebut, rumor
tersebut bukanlah sekedar rumor. Seren kemudian melanjutkan percakapan dengan
menjawab apa yang Ia dengar saja.
“Gatau juga sih... itu yang gue denger dari adek kelas,”
“Gini Ren, kita doang yang tau tentang mayat itu kan sama Elena? Yang gue tau,
yang ngebunuh si Sari itu diantara kita,” ucap Ella dengan bijak.
“Orang bodoh juga pasti tau kalo gitu doang La...” tutur Seren dengan kecewa.
“Maksud gue gini, ga mungkin ada pihak ketiga gitu loh. Dari luar maksudnya,”
“Jadi yang lo maksud, yang ngebunuh si dania itu ada di sekolah ini, terus dia
bisa lagi belajar kayak kita sekarang?”
“Iya. Ga mungkin guru kan?”
“Mereka kan cuman peduli reputasi sekolah ama gaji doang,” ucap seren ketus
"Ren gimana kalo kita cari tau aja siapa dalang dibalik dari hilang dan kematian
murid disini, termasuk si mayatnya Dania"
" Bener juga si, tapi kita mulai dari mana buat nyari bukti siapa dalangnya " ucap
seren kebingungan
" Kita bisa ambil foto mayatnya, dan siapa tau di sana juga ada identitas dari si
pembunuhnya " ucap Ella
" Eh ren,la. tapi jangan sekarang kita cari bukti siapa dalang dibalik semua ini,
kan tadi Ella bilang siapa tau dalangnya juga sama kaya kita murid di sekolah ini dan
mungkin aja dia lagi merhatiin kita sekarang"
" Bener juga si kata lena jangan sekarang deh la gw takut, nanti kita lagi jadi
korban selanjutnya ihh serem" ucap seren ketakutan
"Ish gimana si ren labil lu "
" Ya gimana la kan gw takut mati apa lagi dibunuh belom siap gw "
" Yaudah besok aja mau gak Len, ren "
" Boleh boleh " ucap serem dan elena

Di ke esokan harinya ketiga sahabat itu sudah mulai mempersiapkan diri


untuk mencari bukti bukti pembunuhnya, pada jam istirahat pertama ketiga sahabat
itu mulai berjalan menuju ke gudang sekolah sambil berjalan dengan tenang supaya
tidak di curigai oleh murid lain. Sesampainya di depan gudang

" Ren buruan buka pintu nya nanti keburu ada murid lain lewat " ucap Ella
terburu buru
" Sabar sebentar Ella ini juga lagi gw buka pintunya " ucap serem sedikit kesal
" Kok lu bisa punya kunci gudang ren ? Kan seharusnya kunci gudang cuma guru
sama anak ekskul doang " ucap elena kebingungan
" Kan gw cerdik jadi gw pinjem aja sama anak ekskul tadi, tenang gak ada yang
curiga ko " ucap seren
Pintu gudang pun terbuka mereka bertiga langsung segera masuk kedalam
gudang dan berjalan menuju pintu rahasia. Namu ada sesuatu yang membuat
mereka heran
" Lah ren ko pintu gudang yang ini gak bisa dibuka " ucap Ella kebingungan
" Masa sih lu kali gak punya tenaga la, awas coba gw buka "
" Bisa gak ren "
" Hehe gak bisa la ternyata "
"Kan sudah gw bilang apa gak bisa ngeyel si lu"
" Terus gimana dong kan mayatnya di dalem, apa kita dobrak aja kali ya
pintunya "
" Nah ide bagus tuh ren dobrak aja pintunya, kalo rusak tenang aja ada bapak lu
yang banyak duit bisa gantiin pintu "
" Weh bantuin lah kan gw cewe masa gw dobrak sendiri "
"Satu,dua , tigaa " ucap mereka bertiga
"Lah ren kemana mayat sama tas nya kok gak ada " ucap Ella terheran heran
" Ya kemaren disini kan lu liat juga kan la, Len , mayatnya gw tunjukkin disini tapi
kok ilang ya "
" Apa jangan jangan udah di kubur ya sama pihak sekolah " ucap Ella
" Bisa jadi tuh ren mayatnya udah dikubur kemaren ruangan ini juga udah gak
bau kaya kemaren " ucap elena menyambung kata Ella
" tapi gw juga masih penasaran siapa pelakunya. Masa kita biarin gitu aja si
masalah kaya gini" ucap Ella
" Ya kan yang ada murid di sekolah ini habis semua termasuk kita juga pasti
habis "

Anda mungkin juga menyukai