Anda di halaman 1dari 6

High School Escape : The Journal

Jakarta, CNN Indonesia — Selama beberapa tahun terakhir, sistem eliminasi


menjadi pertimbangan terbesar bagi lulusan SMP yang ingin melanjutkan
pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Jumlah siswa SMA
baru mencapai 1,7 juta. Artinya hal ini mampu meraih impresi sekitar 30%
dengan total calon murid yang ada.

Alvin menyandarkan punggungnya pada kursi lebih rileks, mata malasnya melirik
sebentar. "Ya ampun, jika saja pendaftaran itu lebih sedikit dari perkiraan maka
sekolah akan lebih menjadi fleksibel. Bahkan di saat seperti ini aku harus menulis
catatan, lihat dirimu apakah kau akan berdiam saja?".

"Siapa yang akan menulis catatan? Aku? Tidak, terimakasih banyak" jawab Hazel
tanpa menoleh pada Alvin. Alvin kembali menoleh ke Hazel, menatapnya dengan
jengah "Oh that's why. Aku tidak heran jika kau tidak masuk kedalam kelompok
siswa pintar di sekolah" mendengar itu Hazel hanya mendengus sebal.

Bel istirahat berdering, 2 jam pelajaran sudah berakhir di jam 11 siang. Hazel dan
Alvin sudah berada di kantin dan memakan makanan masing-masing, Alvin
menghela nafas panjang dan berkata "Aku kira semua anak SMA sudah bisa
berpikir dewasa, nyatanya masih ada yang mengalami reterdasi" entah ia sedang
menyindir siapa. Sepertinya ia kesal dengan beberapa siswa yang menurut nya
sangat jauh dari kata pelajar.

Larut dalam keheningan setelahnya Claudy datang menghampiri Alvin dan Hazel
dan duduk di depan mereka "Jadi sejak Sekolah Dasar? It's been a long time"
Claudy tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua tadi, menurutnya
reterdasi bisa saja dialami seseorang sewaktu masih kecil bukan?.

"Yah, memang waktu begitu cepat, sampai aku tidak sadar bahwa aku akan segera
lulus dari sekolah ini" jawab Hazel begitu sadar akan relativitas waktu. "Apa kau
tau tentang bagaimana sebuah paradoks? Kita merasa bahwa percepatan bumi
kian melesat" Claudy merasa waktu semakin berputar cepat tanpa adanya jeda. Itu
membuatnya semakin kebingungan dengan cara ia membagi waktu antara belajar
dan mengerjakan tugas sekolah nya yang menumpuk.

Tak terasa percakapan mereka harus terhenti ketika mendengar bel masuk
berbunyi, setelahnya mereka kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan
kegiatan belajarnya seperti biasa. Tapi sialnya pelajaran kali ini adalah mereka
diberi tugas kelompok, Alvin dan Hazel benci sekali jika sudah bersangkutan
dengan yang namanya tugas kelompok. Bukan, bukanya mereka tidak mau
mengerjakan. Tetapi, mereka terkadang merasa jengah dengan beberapa teman
kelompoknya yang ingin mendapatkan akreditas yang baik, seolah-olah ia yang
mengerjakan tugas itu sendirian.

"Jadi inikah yang dinamakan competation in class?" Hazel yang mendengar


perkataan Alvin seketika tertawa, tetapi untuk sekarang ia lebih memilih untuk
diam dan segera menghampiri kelompoknya.

Kelas telah usai, semua siswa-siswi berhamburan pergi meninggalkan gedung


sekolah yang terbilang cukup megah itu. Tepat pukul 3 sore Alvin sudah berada di
rumahnya, ia segera mandi dan pergi bersiap untuk mengerjakan ritual harianya
yaitu mengerjakan tugas. Ia sebenarnya bukan termasuk siswa yang rajin, ia
merasa sedang berada pada illusion of competence saja. Jika saja waktu begitu
cepat terputar, maka ia memilih untuk cepat-cepat lulus dari sekolah itu. Sungguh
ini menyebalkan, dia harus mengerjakan tugas-tugasnya, belum lagi dia harus
belajar dan mengerjakan hal lain.

“Ah sebaliknya aku beristirahat terlebih dahulu, kapasitas otak ku tidak sebesar itu
untuk menampung soal-soal yang bahkan rumit untuk dikerjakan bukan?"
Alvin merebahkan dirinya pada kasur dan segera memejamkan matanya?

Alvin merutuki kebodohan nya sendiri karena tidak memasang alarm. lihat, dia
sekarang terlambat. Apakah ia akan mendapatkan begitu banyak poin kenakalan
siswa dalam sejarah hidupnya? Dan ketika poin itu terkumpul kau akan
dieliminasi dari sekolah.

"Kau darimana saja bodoh jam segini baru datang?" tanya Hazel, beruntung nya ia
tidak jadi mendapatkan poin, karena para manusia yang berkedudukan sebagai
guru lebih memilih untuk bersenang-senang di ruangan mereka.

"Diamlah, aku lupa memasang alarm" Alvin duduk di bangkunya, disusul Hazel
yang memilih duduk di depannya. "Alvin" panggil Hazel, namun Alvin hanya
berdeham sebagai jawaban. "Kau tahu? Aku baru saja membaca sebuah artikel
yang janggal tentang sistem sekolah di sini" Alvin yang awalnya tak berminat
dengan obrolan temanya itu sontak memandang wajah temanya itu dengan sangat
serius, seolah ia ingin tahu lebih.

“Kau tau? anak yang memiliki potensi akan dimasukan ke dalam kelas khusus,
dan mereka akan menjadi anak-anak yang istimewa. Apa kau berminat bersaing
dengan mereka?” kata Hazel dengan tatapan mata yang begitu sulit diartikan, ia
menunggu jawaban dari teman dekatnya tersebut.

Alvin terdiam sejenak, apakah se istimewa itu sampai-sampai ada kelas khusus?
Pikirnya “Potensi? Apa yang kau maksud itu seperti kinesis? Aku tidak yakin
dengan pengajaran yang akan diberikan” Hazel tampak memberikan respon
dengan menganggu kan kepalanya, ia setuju dengan jawaban Alvin “entahlah aku
rasa aku tidak akan lolos, aku tidak mempunyai potensi apapun”

Terdengar suara ricuh dari luar, Alvin dan Hazel nampak kebingungan. Pasalnya
tidak biasanya sekolah mereka begitu ricuh oleh siswa-siswi yang berkerumun,
mereka yang begitu penasaran pun ikut berkerumun di depan mading sekolah.
Setelahnya mereka mengetahui apa yang terjadi, itu adalah pengumuman anak-
anak yang lolos ke dalam kelas khusus dan pastinya mereka semua memiliki
potensi masing-masing. Tunggu, Hazel terkejut namanya berada pada deretan
anak-anak itu? Ia lolos ke dalam kelas khusus? Apakah ini halusinasi nya?, ia
mengucek matanya untuk memastikan apa yang baru saja ia lihat.

Alvin pun sama terkejutnya dengan Hazel, pasalnya nama mereka berdua tertera
di sana. Buru-buru meninggalkan tempat tersebut, Alvin dan Hazel memilih pergi
ke taman belakang sekolah.

“Alvin tolong tampar aku sekarang juga!!, aku pasti sedang berhalusinasi” Hazel
menarik tangan Alvin untuk menampar pipinya, “apa kau bodoh hah!! Kau seperti
kaum ortodoks kuno, jika kita merasa diri kita tidak memiliki potensi apapun.
Lalu kenapa kita bisa ditempatkan di kelas khusus??”

“Berarti pihak sekolah tau kalau kita punya potensi?” Alvin sempat terkejut
dengan pemikiran temanya itu, “tumben kau pintar, aku juga berpikir begitu.
Kalau saja benar, itu tandanya sekolah ini punya enigma yang disembunyikan ”

Beberapa waktu terlewat, kelas khusus telah dimulai, semua berjalan dengan
normal. Alvin dan Kenzo sudah dapat beradptasi dengan teman baru di kelas
mereka dan mereka semua tidak menemukan keganjalan apapun selama mereka
berada di kelas khusus itu, satu persatu potensi dari masing-masing siswa sudah
terlihat. Hanya menyisakan Hazel dan Kenzo yang belum menemukan potensi apa
yang mereka miliki, hal itu tak luput dari pengawasan pembimbing kelas mereka
yang juga kebingungan”

Sementara Alvin sudah lebih dulu menemukan potensi nya dan saat ini mereka
semua tengah menghadapi ujian, ditempatkan pada ruangan tak biasa. Ada begitu
banyak brankas dalam satu ruangan yang terlihat berdinding besi, dari salah satu
mereka tidak tahu menahu soal ini. Pengarahan yang di berikan oleh guru
pembimbing kelas mereka begitu tidak bernalar masuk di dalam otak mereka.
Mereka semua ditugaskan untuk mencari kode yang sudah di sembunyikan di
beberapa tempat dalam ruangan tersebut, lalu mereka akan mencoba membuka
brankas yang pastinya tidak ada satu dari mereka yang mengetahui ada apa di
banker tersebut. Tidak ada sebuah clue, hanya mengandalkan insting dn potensi
masing-masing dari mereka untuk menemukan kode tersebut.

Satu-persatu dari mereka mulai mencari di sudut-sudut ruangan maupun di segala


inci ruangan, kelas khusus itu terdiri dari beberapa siswa-siswi yaitu Kenzo,
Eloise, Daniel, Damian, Sheeran, Karren, Alvin dan Hazel. Damian, Karren, dan
Alvin sudah menemukan kode tersebut di beberapa tempat, mereka mencoba
membuka brankas yang cocok dengan kode yang sudah mereka cari.

“Alvin apa yang kau temukan dalam brankas itu” Damian bertanya kepada Alvin
karena ia kebingungan dengan isi brankas Alvin yang terlihat kosong, lalu disusul
Eloise yang membuka brankas di hadapan nya “Damian, punyaku juga kosong”

Kini giliran Damian yang membuka brankas di depannya “Eloise, Alvin. Lihat ini,
di dalam brankas ini terdapat serpihan liontin” mereka terkejut dengan hal itu.

Sementara Kenzo, Daniel, Karren, Sheeran dan Hazel juga menyusul dengan
menemukan kode tersebut, mereka membuka brankas secara bersamaan. Brankas
milik Kenzo, Daniel, Sheeran dan Hazel kosong, sementara brankas Karren berisi
sebuah pecahan logam. Karren mengambil pecahan-pecahan logam itu “tunggu”
Daniel mengambil alih pecahan logam tersebut dan menatanya seperti puzzle.

“Lihatlah di logam ini ada ukiran angka romawi” Daniel kembali menelisik
“angkanya menunjukan XXII-VI” Sheeran menunjuk ukiran romawi pada logam
tersebut, “coba kalian berfikir, Hazel coba gunakan potensi mu untuk menelisik
apa yang di maksud angka ini” Hazel gugup dan juga terkejut, masalahnya dia
belum menemukan potensi nya.

Di sisi lain Damian, Eloise, Alvin menggunakan potensi mereka untuk menyatukn
serpihan liontin tersebut, dan akhirnya liontin itu berbentuk sebuah bulatan manik
yang indah dengan warna merah darah yang mengagumkan. Alvin menggunakan
potensi untuk melihat ada hal ganjal apa yang terdapat pada liontin tersebut,
“kalian bisa lihat? Di dalam liontin ini berisi sebuah kunci” Damian dan Eloise
mengangguk dan segera menuju tempat ke tempat Hazel berada.

“Apa kalian menemukan sesuatu?” Hazel bersyukur karena kedatangan Damian,


Eloise dan juga Alvin. “Ini lihatlah” Kenzo menunjukan pecahan logam yang
sudah tersusun itu “Aku tahu” Damian bersuara “ato ikuti aku”.
Mereka semua mengikuti Damian untuk pergi ke entah kemana tapi sepertinya
Hazel mengetahui tempat apa yang sedang mereka tuju, “bukankah ini gudang
penyimpanan berkas penting sekolah?” semua terdiam di depan ruangan. “aku
minta kalian jangan berisik, Alvin, Eloise, Karren, ikut denganku. Sementara
Sharren, Hazel kalian berjaga di ruang bawah dan kau Hazel, Kenzo kalian
berjaga di balik pintu” mereka semua mengangguk mengerti dan segera berpencar
dengan tugas masing-masing.

Damian, Alvin, Eloise dan Karren menuju lantai atas dimana semua berkas
penting sekolah berada disana, mereka semua menggeledah tempat tersebut “aku
merasa kenapa sesuatu itu ada dalam brankas ini?” Alvin bergumam dan
mendekati brankas tersebut “Alvin apa kau menemukan sesuatu?” Damian,
Karren dan Eloise menghampiri Alvin.

“Entahlah aku merasa ada sesuatu di dalam brankas ini” Alvin menoleh kepada
temannya “coba buka” Eloise berkata kepada Alvin dan mendapat anggukan
darinya, “sepertinya ini terkunci” seketika Damian ingat dengan liontin yang
berisi kunci di dalamnya.

“Ini gunakan ini” Damian memberikan liontin itu kepada Alvin “lalu bagaimana?
Apa kita harus memecahkan liontin ini?” “kemarikan biar aku mencoba
membukanya” Eloise mengambil alih liontin tersebut dari tangan Alvin.

Eloise menggunakan potensi untuk menghancurkan liontin tersebut dan 'PYARR'


liontin tersebut pecah dan kunci yang berada di dalamnya jatuh di atas telapak
tangan Eloise, ia membuka brankas itu dan. . . berhasil brankas itu terbuka dan
betapa terkejut nya mereka dengan apa yang mereka temukan di dalam brankas
tersebut.

Terdapat beberapa berkas yang dimana di tuliskan bahwa Elimination System


Mosgaria School XXII-VI meraka menatap satu sama lain dan melihat apa yang
ada di berkas tersebut, terdapat foto dan catatan riwayat siswa-siswi sekolah itu
“gila ini sungguh gila, secara psychal mereka mengambil alih otak anak-anak
yang lolos dalam kelas khusus?” Alvin menatap tak percaya akan hal itu.

“Lihat di sini hanya anak-anak kelas khusus saja dan ada beberapa dari mereka
sudah lulus” Karren berasumsi bahwa mereka hanya seperti robot yang akan
terdistrak oleh pemimpin sekolah yang gila akan anak-anak pintar dan mempunyai
potensi. “dan lihat ini, mereka memperlakukan murid kelas bawah secara tidak
layak”

“Apakah kita akan mati disini?” semua menatap Eloise dengan tatapan yang sulit
diartikan, “APA YANG KALIAN LAKUKAN” sebuah suara teriakan
mengagetkan ke empat pemuda itu. Disusul dengan kedatangan Kenzo, Daniel,
Sheeran, Hazel.

“Oh anak-anak pintar ini sudah lancang berbuat lebih dari yang saya
perintahkan?!” semua membisu, saat orang tersebut ingin menekan tombol yang
sudah tersalur dengan bom tanam yang ada pada tubuh anak-anak kelas khusus itu
tidak terjadi apa-apa. Ia terlihat kebingungan dan saat-saat seperti ini tidak disia-
siakan oleh mereka untuk menyekap orang tersebut, setidaknya untuk sekarang

“Maaf presdir tapi kami bukan robot” Damian berucap “usaha sabotase yang
bagus Claudy” ia berbicara seolah-olah orang itu mendengar nya, yahh orang
yang sudah mengsabotase bom tanam itu adalah Claudy. Sejak awal Alvin, Hazel
dan Claudy sudah mencurigai sesuatu, Alvin meminta bantuan Claudy jika
mereka membutuhkan bantuan nanti dan benar saja hal ini akan terjadi.

Setelah nya mereka menyekap seluruh para diktator sekolah dan menyebarkan
berkas-berkas yang selama ini disembunyikan oleh pihak sekolah kepada seluruh
murid Mosgaria School XXII-VII.

Nama : Adinda Putri Nirmala Octavia

Kelas : XII Mipa 6

Absen : 33

Anda mungkin juga menyukai