Anda di halaman 1dari 73

Kata Pengantar

Puji dan Syukur selalu kami panjatkan kepada

Allah SWT karena limpahan rahmat dan karunia-Nya

kami mampu menyelesaikan novel dengan judul ‘Red

String’. Novel ini berkisah tentang seorang gadis yang

memiliki kutukan melihat benang takdir milik orang lain.

Gadis ini memiliki perasaan cinta terhadap seorang

pemuda bernama malik, pemuda yang tidak memiliki

benang merah di jari kelingking nya. Tanpa sadar takdir

mempertemukan mereka berdua melalui sebuah kotak

surat tua yang ada disekolah, perasaan yang perlahan

tumbuh membuat benang takdir terbentuk diantara

mereka.

Di dalam menulis novel ini, kami sadar bahwa

kami tidak akan bisa menyelesaikannya tanpa ada

bantuan dari berbagai pihak. Mereka telah

menyumbangkan energi dan pikirannya di dalam

1
penyusunan novel sehingga memiliki alur seperti

sekarang ini. Terimakasih terutama kepada Bu Elvi

Mardani S,Pd.,M.Pd, lalu teman-teman saya yang

membantu saya membenarkan kata-kata maupun tanda

baca yang salah pada penulisan novel ini.

Sebagai manusia biasa, saya juga sadar bahwa

novel ini jauh dari kesempurnaan. Kami sangat terbuka

menerima kritik dan saran dari para pembaca demi

kesempurnaan buku ini di kemudian hari.

Daftar isi

1. Kata Pengantar......................................................1

2
2. Daftar isi.................................................................3

3. Bab 1 .......................................................................4

4. Bab 2........................................................................18

5. Bab 3........................................................................33

6. Bab 4........................................................................42

7. Bab 5........................................................................57

8. Profil Penulis..........................................................74

Bab 1

3
A
da sebuah legenda mengenai benang takdir. Seutas

benang merah yang selalu ada di jari kelingking

setiap orang, yaitu benang yang menghubungkan

setiap cinta sejati. Itulah yang tertulis di buku dongeng yang selalu

Jelena baca. Namun sebenarnya itu bukan hanya dongeng.

Saat berumur 6 tahun Jelena pernah bertanya pada ibunya

“ibu, benda apa yang berwarna merah itu?” ,tunjuk Jelena.

4
Ibu nya melihat kearah yang tidak jauh dari jari putrinya

menunjuk “itu uang 100 ribu nak”. Jelena menggeleng tegas.

“bukan itu yang kumaksud bu (Jelena menunjuk kearah taman

bermain, terdapat seorang gadis remaja yang sedang bermain

bersama teman lelaki nya), benda itu! Benang merah yang

menyambung di jari kelingking mereka berdua”.

Ibu nya terkejut, ia memang sudah mengira bahwa ini akan

terjadi, tetapi ia tak menyangka akan secepat ini. Pasalnya setiap

keturunan perempuan keluarga Hadid harus terkena kutukan dimana

mereka bisa melihat benang merah milik orang lain.

Mungkin orang-orang akan berpikir ini adalah anugrah, namun

ini terasa seperti kutukan bagi yang mengalaminya. Semua orang

bisa dengan mudah berharap pada cinta mereka. Namun tidak ada

harapan bagi mereka yang bisa melihat benang takdir, beruntung

jika orang yang mereka cintai adalah jodoh mereka, tetapi jika tidak

maka hanya putus asa yang akan mereka rasakan.

Jelena sebenarnya sudah diperingatkan akan hal itu oleh

ibunya, sebab itulah ia tak berpikir untuk mencintai seseorang.

5
Tetapi perasaan tidak bisa diatur, Jelena tetap menyukai lawan

jenisnya dan berakhir nice try! Pada akhirnya ia akan menggalau di

kamar sembari memutar playlist galau brutal di spotify.

Waktu berlalu Jelena sekarang menduduki bangku kelas 12,

yang mana artinya sebentar lagi ia akan lulus SMA. Baginya masa

SMA adalah masa terbaik meskipun 2 tahun sebelumnya terjadi

pandemi COVID-19, ia merasakan banyak pengalaman yang

sebelumnya tidak pernah ia rasakan.

Namun yang paling membuatnya sangat menyukai masa SMA

adalah seorang pemuda bernama Malik. Pemuda yang tidak dapat ia

lihat benang merah nya, seseorang yang sudah ia sukai sejak kelas

11. Jelena yang biasanya selalu putus asa dalam hal percintaan, kali

ini ia memiliki sedikit harapan untuk mencintai seseorang, ini adalah

pertama kalinya ia tidak bisa melihat benang merah di jari

seseorang, karena itulah ia menjadi sangat bersemangat.

Tetapi yang Namanya kelakuan itu sulit diubah, ia tetap

menjadi gadis yang lasak dan hobi berbuat ulah. Seperti saat ini, ia

6
berada di gudang sekolah untuk bersih-bersih akibat dari perbuatan

nya yang meresahkan warga sekolah.

2 jam yang lalu …

Jelena sedang mengikuti pelajaran olahraga yang mana

mengharuskan setiap murid dikelas nya untuk berlari sejauh 1,000

meter. Tentu saja bagi Jelena yang gampang sekali ngos-ngosan

memutuskan untuk berpura-pura sakit yang dibantu oleh teman satu

sekte (sebutan untuk geng mereka) nya, marchell.

Pada dasarnya ia memiliki geng bersama 4 orang temannya di

sekolah, yaitu Ajoe, Hani, Davis, dan terakhir adalah Marchell. 3

teman lainnya memutuskan untuk tidak bolos, entah sifat ambis yang

terlalu melekat pada mereka, atau memang Marchell dan Jelena yang

terlalu biadab. Mereka berdua berpura-pura sakit di hadapan pak

Vrindavan yang dengan mudahnya dipercayai oleh nya.

Setelah melancarkan akting mereka pada pak Vrindavan, tanpa

babibu mereka langsung pergi ke kantin seperti rencana awal yaitu

bolos di jam olahraga.

7
“Len bagaimana kalau ada pak Vrindavan?” ucap marchell

cemas.

Jelena menepuk bahu Marchell, “semengerikan apapun dia,

pak Vrindavan tidak mungkin meninggalkan murid yang sedang

mengambil nilai olahraga?”, Marchell pun mengangguk mengerti, di

mata nya Jelena terlihat sangat pro dan hebat (dalam berbuat

curang).

Pak Vrindavan sendiri adalah guru olahraga yang sedang

mengajar di jam pelajaran kelasnya saat ini. Nama asli nya adalah

Justin Khan, ia tidak setinggi guru olahraga pada biasanya yang

selalu terlihat bugar, namun kehebatannya dalam menemukan murid

bermasalah membuatnya sangat ditakuti seantreo sekolah, ia selalu

memiliki insting yang kuat, tetapi Jelena lupa akan hal itu.

Jelena yang sedang mengunyah kuah bakso tiba-tiba

mendengar Langkah kaki yang ia kenal, disertai dengan kata-kata

menusuk.

“aku tahu lalat-lalat seperti kalian tidak akan benar-benar

sakit”, secara otomatis leher mereka memutar kearah belakang dan

8
mereka melihat sebuah pemandangan. Pak Vrindavan berdiri dengan

dua buah kertas yang bertuliskan ‘kami berdua bolos pelajaran

olahraga, mari hina dan tertawakan kami!!!’

Marchell tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, seharusnya ia

tak mengikuti Jelena yang sesat itu.

“halo lalat-lalat nakal!” ucap pak Vrindavan dengan senyum

evil khas nya.

“hehe halo pak” ucap Marchell cengengesan, “makan pak” tambah

Jelena yang memperburuk suasana.

Pak Vrindavan ikut tersenyum, ia senang jika ada murid yang

melanggar peraturan. Karena sebenarnya ia tak ingin menjadi guru,

ia ingin menjadi seorang tentara yang suka menghukum junior nya.

“aku mempunyai aksesoris yang menganggur, nampaknya

aksesoris ini sangat cocok untuk dipakaikan pada murid yang bolos

dipelajaranku”, keringat dingin mulai mereka rasakan, mereka tahu

setiap hukuman yang diberikan oleh pak Vrindavan selalu

merepotkan dan memalukan.

9
“Bagaimana jika kalian membersihkan gudang saja

MWEHEHE”, ucap pak Vrindavan

“jangan lupa tetap kenakan aksesoris nya kemanapun kalian

pergi ya!”, lanjut nya.

Mau tidak mau mereka harus menurut untuk membersihkan

gudang yang sejak awal SMA ini dibangun terlihat tidak pernah

sekalipun dibersihkan, apalagi ia harus menggunakan aksesoris

dengan ajakan menghina seperti ini. Ia akan memukul siapapun yang

menghinanya dengan tendangan putaran 360˚milik sung taehoon.

..................................................................Namun untuk saat ini

Jelena hanya bisa pasrah dan sedikit menyesali perbuatannya yang

bolos ke kantin, apalagi mereka berdua harus membersihkan gudang

yang berbeda. Jelena akan mengajak Marchell memakan ‘Mie

Pangsit Ahok’ sebagai permintaan maaf darinya.

Flashback of

*****

10
Disinilah Jelena berdiri saat ini, Sebuah tempat yang jauh dari

pemukiman warga sekolah karena berada di bangunan sekolah lama.

Gudang dengan banyak corat-coret cat pilox serta foto alumni

generasi pertama sekolah ini. Pada awalnya Jelena berpikir bahwa ia

akan ketakutan berada di gudang sendirian.

Namun suasana di gudang ini membuat nya merasa memiliki

memori yang sebenarnya tidak ada. Tumpukan foto kenang-

kenangan membuatnya sedikit merasa emosional apalagi sebentar

lagi dirinya akan merasakan hal ini juga. Mata nya terfokus pada

sebuah objek yang terlihat seperti rumah burung, itu adalah kotak

surat tak terpakai.

Rasa kepo menguasai dirinya, ia membuka kotak surat itu

yang terlihat bersih meskipun sudah ditinggal lama. Terlihat banyak

surat menumpuk dan seperti biasa tanpa babibu ia pun membuka

surat itu.

“gudang ini sebenarnya sangat bagus saat sinar matahari

memasukinya, karena itulah saat-saat yang pas untuk datang ke

gudang ini adalah di siang hari. Tapi setiap kali aku menceritakan

11
tentang keindahan gudang ini, teman-teman ku tak ada yang

percaya. Kuharap ada seseorang yang bisa melihat keindahan

gudang ini bersamaku”

Dari semua surat yang ia baca ia melihat beberapa surat

dengan tulisan yang sama.

“tanggal 23 September? Ini 3 hari yang lalu”, ia kembali

membuka surat lain, dan lagi-lagi tulisannya sama. Nampaknya

memang ada seseorang yang hobi curhat disini. Ia jadi terpikir

untuk membalas surat orang ini. Ia pun mengambil pena dan kertas

yang memang sudah ada disana.

“duh Apa yang harus kutulis ya?”

Tiba-tiba ia memiliki sekelebat ide

“Apa kau percaya mengenai benang merah yang ada di jari

kelingking setiap orang? Sejujurnya aku bisa melihat benang merah

itu, tapi ini rahasia keluarga ku jadi jangan kau bongkar pada

siapapun ya!.”

12
Tulisnya lalu ia masukkan ke dalam kotak surat itu.

“ternyata menyenangkan ya rasanya jika membongkar rahasia

keluarga wokwokw (tertawa dalam bahasa gaul)”, karena selama ini

tak ada orang yang bisa ia jadikan tempat curhat, ia merasa sangat

senang bisa curhat melalui media surat. Apalagi membongkar aib

keluarga nya yang tidak pernah diketahui orang lain.

Sudah 1 jam disini dan ia hampir melupakan tujuan awalnya,

yaitu membersihkan gudang. Ia pun dengan rasa malas mulai

menyapu gudang lalu setelah bersih ia pun kembali ke kelas nya.

***

Dalam perjalanan ke kelas nya Jelena bertemu dengan seorang

pemuda dengan membawa kantung berisi sampah. Kantung yang ia

bawa ternyata jebol, sampah yang dibawa nya berserakan di

lapangan namun pemuda itu tak menyadarinya. Jelena langsung

berhenti dan memungut beberapa sampah, ia berteriak pada pemuda

itu untuk memintanya berhenti.

13
“hei berhenti! Sampah mu berserakan”

Pemuda itu berhenti dan betapa terkejutnya ia ketika melihat

wajah pemuda itu. Ia adalah Malik, teman sekelasnya sekaligus

orang yang sudah lama ia taksir. Malik terlihat terkejut dan langsung

memungut sampah nya tanpa berbicara apapun. Jelena yang melihat

itu langsung ikut membantu Malik memungut sampah nya dan

mengambil plastic yang baru agar sampah nya tidak bercecer lagi.

“maaf merepotkanmu, terimakasih sudah membantu”, ucap

Malik saat Jelena memberikan kantung plastic baru.

Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Hembusan angin

kencang yang mulanya terasa dingin, perlahan membawa rasa

hangat bersamaan dengan detak jantung Jelena yang berdetak kian

cepat. Jika perasaan yang ia rasakan saat ini adalah penyakit, maka

sungguh beruntung baginya bisa mengalami penyakit itu.

Perpisahan dari pertemuan singkat yang baru saja terjadi

meninggalkan memori indah yang tak akan Jelena lupakan, memori

itu menambah perasaan cintanya terhadap Malik.

14
Setibanya dikelas Marchell yang mulanya berniat merajuk

pada Jelena, malah bingung dengan sikap gadis itu, ia hanya

termenung dikelas dengan wajah yang sangat menyebalkan, yang

lebih anehnya lagi gadis itu terus mengelus-elus tangannya yang

kotor setelah membersihkan gudang tadi.

Karena prihatin Marchell pun memutuskan untuk menegur

Jelena

“berhenti mengelus tanganmu yang kotor itu, kau terlihat

menyedihkan”

Jelena tersadar dari lamunan nya. Jelena langsung bersemangat

untuk bercerita mengenai kejadian yang tadi ia alami. Namun

semangat nya luntur saat melihat bu Caroline yaitu guru Mtk nya

memasuki kelas yang dibarengi oleh Malik yang sudah selesai

membuang sampah tadi.

Bu Caroline membawa banyak kertas hvs di tangan nya,

seketika ia merasa punya firasat buruk. Benar saja kertas yang

dibawa oleh bu Caroline adalah kertas ulangan harian.

15
Ketika kertas itu dibagikan, Jelena langsung merasa badmood.

Nilai nya tidak lebih besar dari nomor punggung baju bola Giggs

MU. Ia melihat nilai teman-teman nya yang tampak bagus,

sementara nilainya jauh berbeda dari nilai kebanyakan orang di kelas

itu. Dan nilai terbaik dikelas adalah nilai Malik, yaitu 100. Terlintas

dalam pikirannya betapa jauh level antara dirinya dan Malik.

Mungkin benar yang sering orang katakan bahwa saat kau menyukai

seseorang, akan ada fase dimana kau merasa sangat insecure dengan

orang yang kau sukai.

16
Bab 2

17
J
elena menyuap sesendok bubur ayam Mang Ojak yang

sering ia beli sebelum berangkat ke sekolah. Tangan nya

bergerak untuk memasang Earphone ke telinga nya dan

memutar lagu dari playlist galau brutal di Spotify, dirinya merasa

18
galau karena melihat nilai Mtk nya yang sangat jelek, saking

jeleknya lebih baik kertas itu ia jadikan bungkus gorengan saja.

Ia teringat betapa kerennya Malik yang selalu maju di depan kelas

untuk menjawab soal dari guru, ataupun betapa kerennya ia saat

duduk di perpustakaan sembari membaca buku medis. Ia selalu

berusaha untuk menjadi seorang dokter, dan bagi Jelena itu terlihat

sangat keren. Ia jadi berambisi untuk mewujudkan cita-cita nya.

Namun ia masih bimbang, karena ia merasa kemampuannya tidaklah

sehebat itu.

Ia berpikir untuk menjadi seorang seniman, karena hobi nya

yang selalu menggambar orang di buku nya. kadang kala ia bosan,

tanpa sadar malah menggambar di buku cetak sekolah yang berakhir

denda.

Titt!!!

Masa galau nya harus berakhir karena ia harus segera

berangkat ke sekolah, ibu nya sudah mengklakson motor hingga

anak bayi di sebelah rumahnya menangis.

19
“Jelena kalau tidak cepat ibu akan menyuruh pak Vrindavan

untuk menghukum mu lagi!”, ancaman itu sangat mempan untuk

Jelena, karena pak Vrindavan dan ibu nya dulu satu geng saat SMA,

sehingga sangat mungkin jika ia disuruh untuk membersihkan

gudang lagi.

Berbicara masalah gudang, Jelena berniat untuk kesana lagi

dan mengecek apakah surat yang ia tulis dibalas oleh si pecinta

gudang itu. Mungkin nanti ia harus meninjau nya nanti, tetapi yang

paling penting saat ini adalah berangkat ke sekolah, sebelum

gerbang sekolah tutup pukul 07.00 WIB.

Jam pertama dimulai dengan pelajaran fisika yang sangat

menyiksa. Hari-hari nya mereka diberi tugas berupa soal dan harus

dijawab masing-masing siswa sesuai nomor yang sudah diacak.

Terkadang di hari minggu yang seharusnya menjadi hari istirahat

dari tugas-tugas, Jelena malah harus mengerjakan tugas yang

dikumpul esoknya pada jam 06.55. Namun semua keletihan itu

dibalas dengan nilai 7,5 di kertas ulangannya, memang terkadang

usaha menghianati hasil.

20
Murid-murid yang telah selesai mengerjakan soal akan disuruh

untuk maju ke depan kelas dan menulinya di papan tulis. Malik

mengerjakan nomor 9 dan jawabannya sudah pasti benar,

sementara Jelena mengerjakan nomor 12 dan beruntungnya

jawabannya benar, tentu saja berkat bantuan teman se-sekte nya

terutama Hani dan Davis yang sangat pintar dalam fisika. Tersisa

nomor 3 yang belum dijawab, dengan keren Malik maju ke depan

kelas dan langsung mengerjakannya di papan tulis. Jelena

terkagum-kagum,

“Hani, lihatlah bahu Malik yang tegap itu. Kalau aku menjadi

pacar nya, setiap hari tidak akan kulewatkan tanpa bersender di

bahu nya”, halu Jelena.

“dasar mesum, itulah sebabnya kau tidak pernah memiliki

pacar”, Jelena langsung merasa tertampar, terlempar, meninggal

mendengar kata-kata dari Hani yang sangat menusuk.

Melihat Jelena yang memajukan bibir nya pertanda merajuk,

Hani dengan sigap meralat kata-kata nya, “hehe bercanda, dia bisa

saja kok menjadi pacarmu meskipun orang sepertinya mungkin

21
tidak pernah jatuh cinta”. Nampaknya Jelena memang salah mecari

pergaulan, semua tabiat teman nya tidak ada yang benar.

Tapi mungkin benar yang dikatakan Hani, temannya itu hanya

mencoba realistis saja. Itulah sebabnya realita itu menyakitkan.

Apalagi dia adalah orang yang tidak pernah hoki, contoh nya

kemarin ia dihukum membersihkan gudang oleh pak Vrindavan,

pulang-pulang tubuhnya sudah dipenuhi debu dan berimbas pada

hidung sensitive nya yang tidak mau berhenti bersin.

Omong-omong soal gudang, ia jadi penasaran apakah surat

nya mendapat balasan atau tidak. ke-kepoan tidak akan hilang bila

dipendam saja, sama seperti perasaan suka terhadap seseorang

yang tidak akan hilang bila kita tidak melakukan apapun, yang ada

perasaan itu akan semakin bertumbuh besar setiap harinya dan

memberi belenggu pada hati kita chuakss.

Kembali ke topik pembicaraan (mengenai gudang) Jelena

dengan sengaja membawa sebuah sun catcher untuk di gantung di

jendela gudang. Mengingat perkataan seseorang yang mengatakan

22
bahwa cahaya yang memasuki jendela itu terlihat bagus, maka ia

memutuskan untuk membuatnya menjadi lebih bagus lagi.

“Jelena kenapa kau membawa sun catcher ke sekolah?”, tanya

Hani.

“adadeh hehe, ini untuk basecamp baru ku”

“tcih sudah ada yang baru yang lama dilupakan ”

Jelena tahu bahwa Hani akan merasa sedikit kesal karena tidak

diberitahu tentang basecamp rahasia (gudang), karena itu ia sudah

mempersiapkakn senjata andalannya dan langsung

mengeluarkanya.

“aku juga membelikannya untukmu kok, jangan cemas baby”

Hani langsung tersenyum lalu memberi panah saranghaeo pada

Jelena, yang disambut baik oleh Jelena dengan memberi reaksi

seperti orang yang terpanah oleh cinta. Mereka memang

sefrekuensi.

***

23
Kelas Jelena tiba-tiba jamkos karena guru Bahasa Inggris tidak

masuk. Jelena tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, ia

berjalan menuju gudang sekolah dengan membawa sun catcher

yang telah ia beli, ia jadi sedikit jatuh cinta pada gudang itu.

Jalan nya sedikit letoy karena gudang sekolah lama memang

terletak jauh dari sekolah di gedung baru. Meskipun Gedung

sekolah lama sudah tidak terpakai untuk belajar, tetapi barang-

barang masaih banyak yang belum dipindahkan dan terkadang ada

banyak murid yang masuk ke Gedung ini untuk bolos ataupun uji

nyali.

Beruntung gudang sekolah lama terletak di bagian luar,

sehingga Jelena tak perlu memasuki sekolah tak terpakai itu. Saat

ia membuka gudang itu ia merasa sedikit terkejut dengan apa yang

ia lihat.

“wah gudang ini terlihat sangat bersih”, buku-buku yang

sebelumnya terlihat berantakan dan berada dibawah lemari sudah

berada di atas lemari yang memiliki space kosong. Foto-foto yang

24
sebelumnya berdebu sekarang terlihat bersih hingga ia bisa melihat

gigi kakak alumni nya yang mengkilat saat difoto.

“kenapa rasanya saat aku yang membersihkan, gudang ini

tidak terlihat bersih ya? Sepertinya aku harus belajar dari orang ini,

ia memiliki tangan yang hebat”

Jelena mengecek kotak surat dan ia melihat ada beberapa surat

baru.

“aku tidak menyangka seseorang akan membalas surat ku,

aku merasa senang hehe terimakasih. Omong-omong soal benang

merah, apa benar itu kenyataan? Bisakah kau menceritakan

padaku mengenai itu dan perasaanmu saat bisa melihatnya? Aku

jadi merasa penasaran”

Rasa senang menyelimuti dirinya. Baru kali ini ia bisa dengan

bebas bercerita masalah kutukan yang ia derita. Apalagi orang

yang ia ajak surat menyurat ini terlihat seperti orang yang sangat

baik, tingkah laku nya juga menggemaskan!

25
Ia membuka surat kedua yang berisi.

”aku juga memiliki rahasia yang tak pernah ku beri tahu pada

siapapun. Sebenarnya aku tidak bercita-cita untuk menjadi

seorang dokter. Sejak kecil aku sudah tertarik pada hal berbau

teknologi dan mulai belajar coding semenjak SMP. Tetapi ibuku

selalu memaksaku untuk mejadi seorag dokter, sementara aku

sendiri sangat takut dengan jarum suntik. Aku tidak tahu

bagaimana kedepannya, kuharap suatu hari nanti ibuku akan

mengerti dan membiarkanku menentukan pilihanku sendiri.”

Jelena merasa sedikit prihatin. Ia mulai membalas surat itu

dimulai dari surat pertama.

“keluargaku memang ditakdirkan untuk bisa melihat benang

merah. Tetapi seseorang yang bisa melihat benang merah tak akan

bisa melihat benang merah nya sendiri. Dan jika kau bertanya apa

perasaanku saat bisa melihat benang takdir, aku akan menjawab

26
’tidak enak’. Rasanya sangat sulit untuk menyukai seseorang

sementara kita sudah tahu bahwa jodohnya adalah orang lain.

Dan mengenai cita-citamu, lebih baik tak usah dengarkan

yang ibumu katakan. Sesekali durhaka tidak masalah asal kau

memperbanyak ibadah. Lagian kalau kau tersiksa seumur hidup

karena harus melihat jarum suntik ibumu tidak akan bisa

bertanggung jawab, karena ini adalah masa depanmu”

Ia merasa seperti orang yang sangat bijak. Padahal ia sama

bingung nya dalam hal memilih cita-cita.

Sebelum kembali ke kelas, Jelena mengambil sebuah kursi

untuk ia injak sebagai penopang untuk meletakkan sun catcher.

Tangan nya bergerak untuk menggantung sun catcher, namun

seperti biasa ia adalah orang yang tak pernah berhati-hati.

BRAKK!!

Kursi yang ia naiki ternyata sudah lapuk, beruntung ia sudah

menggantung sun catcher nya, yaa tidak rugi amat lah. pinggang

nya terasa sangat sakit.

27
Tepat saat itu jam 12.00 siluet matahari memasuki Jendela.

Dilihatnya sinar yang memantul dari sun catcher menghasilkan

berbagai warna. Gudang ini menjadi tempat yang sangat indah,

menampilkan sesuatu yang belum pernah ia lihat. Layaknya sebuah

pemandangan yang berada dalam kanvas.

Bahkan Ketika ia pulang kerumah tanpa sadar ia terus

mengingat pemandangan itu, ia tak ingin melupakannya dan segera

ia mengcopy pemandangan itu dalam kanvas nya.

28
Malik pov

29
Hari ini Malik mengalami kejadian apes. Guru Geografi yang

biasa disapa dengan pak John menyuruhnya untuk mengantarkan

buku-buku lama yang ada di perpustakaan ke gudang sekolah lama.

Malik sebenarnya sering menyendiri di gudang sekolah lama

hanya untuk sekedar berbalas surat dengan seseorang yang tak ia

ketahui identitas nya, ataupun membersihkan gudang itu agar

menjadi lebih nyaman untuk ditempati.

Tetapi jika untuk membawa tumpukan buku lama yang

berdebu dengan rute dari perpustakaan menuju gudnag sekolah

lama, hamba mana yang mampu melakukan itu. Jarak dari kelasnya

ke gudang sekolah lama saja sudah sangat jauh apalagi dari

pepustakaan, yang sudah jauh di lantai 2 pula letaknya.

“huft harusnya aku kabur saja tadi”, sesal Malik yang tentunya

sudah terlambat untuk disesali.

Ia berjalan dengan tubuh yang letoy. Tangan nya yang tidak

berotot itu ia paksa untuk membawa tumpukan buku ini. Langkah

nya sampai di depan gudang sekolah lama. Pintu gudang itu

terbuka lebar.

30
Ia berjalan secara perlahan untuk mengecek apakah ada hantu

atau hewan buas disana. Bisa jadi kan?

Namun yang ia temukan adalah seorang gadis dengan posisi

terduduk sambil menatap kearah jendela, lebih tepatnya cahaya

yang memantul melalui sun catcher. Bahkan ia terpanah akan

indahnya cahaya yang berwarna-warni itu.

Matanya kini melirik kearah gadis yang terduduk itu, gadis

yang punggung nya sudah sangat ia kenali. Gadis yang sering ia

pergoki sedang menatapnya diam-diam. Gadis dengan tingkah laku

unik dan penuh plotwist. Gadis dengan aroma lavender yang

membangunkannya dari tidur saat gadis itu lewat, aroma

menenangkan yang selalu terngiang-ngiang dalam pikirannya.

Ia adalah Jelena, nama gadis yang selalu memuji nya diam-

diam dan tanpa ia tahu Malik selalu mendengar itu.

Lalu apakah Jelena adalah orang yang selalu bertukar surat

dengan nya?

31
Bab 3

32
P
agi ini entah sudah berapa kali Jelena merasa terganggu

dengan benang merah yang menjalar di sekitarnya.

Biasanya jika diperlakukan cuek, benang merah ini

tidak akan muncul.

Mungkin karena pinggang nya yang sakit membuat

pengaturannya sedikit konslet. Ia jadi harus melihat benang merah

dimana-mana dan jujur saja itu menganggu fokus nya.

Jelena yang sudah tidak berselera makan akhirnya lebih

memilih untuk mencari keberadaan Malik di kantin. Mata nya

melirik kesana kemari, hingga tanpa sengaja ia membuat kontak

mata dengan seseorang. Tanpa perlu pikir Panjang ia sudah tau

bahwa mata indah itu adalah milik Malik.

33
(Apa ini adalah ketidaksengajaan, atau memang dia sedang

melirik ku ya? Tapi tidak mungkin sih), batin nya.

Bakso yang ia pesan sudah datang. Namun saking salting nya

ia malah mengambil dua sendok.

(kuharap Malik tidak melihatku), batinnya malu.

Tapi Jelena masih merasa kepo. Ia melirik sekali lagi dan

benar saja Malik memang sedang menatapnya. Ia memberanikan

diri untuk membalas tatapan Malik. Mereka bertatapan dengan

sangat lama, rasanya seperti tak ada manusia lain di dunia ini.

Namun Malik menghentikan kontak mata itu. Jantung Jelena

berdebar kencang, kejadian tadi adalah hal yang sangat Langkah

terjadi. Baginya Malik terlihat seperti bintang yang sangat indah

dan sulit untuk dilewati.

Seketika semua benang merah yang mengganggunya hilang.

Perut nya menggelitik, kalau kata orang seperti ada kupu-kupu,

namun bagi Jelena ia merasa seperti ada kebun Binatang dalam

perut nya.

Lirikan Malik memang mematikan.

34
Malik pov

Johan (sahabat Malik sejak SMP) mengajakku untuk makan di

kantin karena aku lupa membawa bekal ku. Kantin ini sangat

sempit dan satu-satunya kursi yang tersisa hanyalah di pojok

belakang.

“kau ingin apa? Biar aku saja yang memesan nya, tapi kau

bayari aku ya hehe”

“kau memang hobi memorotiku ya, kalau begitu aku mau

bakso saja”, mungkin orang-orang akan berpikir bahwa aku bodoh,

mau-mau saja disuruh membayari orang. Tapi aku tahu bahwa

Johan setiap malam nya harus bekerja paruh waktu untuk

membantu perekonomian keluarganya.

Bagiku yang baik dan tidak pelit ini mentraktir teman bukan

lah sebuah masalah.

Ditengah kebosanan sambil menunggu pesanan. Aku melihat

kearah seberang meja tempat ku duduk. Jelena duduk disana

bersama teman se-sekte nya.

35
Sejujurnya aku jadi sedikit penasaran tentang gadis itu.

Apakah teman se-sekte nya mengetahui bahwa ia bisa melihat

benang merah? dan masih ada banyak lagi pertanyaan lain dalam

benak ku, lalu tanpa sadar aku terus menatap Jelena.

Mungkin karena terlalu fokus mentapnya hingga tanpa sengaja

mata kami berdua saling bertemu. Rasanya agak sedikit

mengagetkan namun membuat nagih, aku bisa melihat reaksi

Jelena yang sedikit terkejut dan malu-malu, lalu dengan segera ia

memutuskan kontak mata.

Jelena terlihat menggaruk kepalanya, entah itu karena malu

atau ada kutu disana.

Aku sedikit menertawai tingkah lucu nya, ia sangat aneh saat

ini, memakan bakso dengan dua sendok? Kuharap ia tidak

menyadari aku yang menertawai nya.

Mataku masih betah menatap Jelena, ada banyak hal yang

menarik dari Jelena dan aku baru menyadari itu, kemana saja aku

selama ini?

36
Kelihatannya Jelena juga merasa penasaran denganku

(mungkin), Jelena Kembali menatapku, aku sedikit terkejut tapi

tak berniat untuk memutus kontak.

Kali ini Jelena menatapku sedikit lebih lama dari yang tadi,

aku merasa sedikit gelisah. Ada perasaan aneh yang tidak dapat

dijelaskan saat ini.

Tak ada satupun diantara kami berdua yang mengalah.

Mungkin sekitar 1 menit dan saat sudah tak kuat barulah aku

memutus kontak. Aku merasakan gejala aneh.

Jantung ku berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, bahkan

aku bisa mendengar suara jantung ku dengan jelas. Rasanya seperti

berlari sejauh 1.000 meter.

Dengan sengaja aku sedikit melirik Jelena, dan kulihat ia

sedang mengucek matanya. Kurasa karena kami terlalu lama

bertatapan, mata nya menjadi kering.

Aku terkekeh dan sekali lagi Jelena berhasil membuatku

tertawa.

37
Johan datang dengan kedua mangkuk bakso ditangan nya.

“kau ketawa sendiri, apa ini efek rumus Fisika?”

“ini adalah ciri-ciri orang jenius jo”, ucap Malik disertai smirk

yang menyebalkan.

“ya terserah kau sajalah”, pasrah Johan.

Kedua nya kini makan sambil melontarkan jokes. Sesekali

Malik tersedak bakso nya, dan Johan tersedak sendok. Memang

kalau sudah bersahabat cara makan pun mirip.

*****

Kini pelajaran seni, guru nya selalu tidak masuk tetapi mereka

selalu diberi tugas. Bagi Jelena seni adalah hal yang

menyenangkan. Ia selalu berhasil membuat orang kagum dengan

gambar nya.

Segerombolan siswi yang tidak membuat tugas, menghampiri

meja satu-persatu siswa disana untuk membuat konten tiktok ’tipe

gadis yang disukai’ yang begitulah.

38
Gilliran meja Malik yang dihampiri.

“sebutkan tipe gadis yang kau sukai!”, ucap aleta.

Malik sebenarnya terlihat terganggu karena ia sedang fokus

melukis. Lukisan buatannya terlihat buruk dan ia sedang mencoba

memperbaiki nya. Ia berpikir sejenak lalu berbicara.

Jelena yang mulanya hanya fokus pada lukisannya, langsung

menghentikan kegiatannya untuk mendengar jawaban Malik.

“gadis yang kusukai itu pendiam dan tidak bodoh, itu saja”,

jawab nya singkat.

Kuas Jelena terjatuh mengenai sepatu Davis yang kebetulan

melukis di sebelahnya.

“ah kuasnya terjatuh, maafkan aku”, sesalnya lalu mengambil

kuas itu.

Jelena merasa sedih, ternyata tipe perempuan Malik adalah

gadis yang sangat jauh berbeda dari dirinya.

“sudah jangan terlalu di dengarkan, fokus saja pada lukisanmu.

Kau yang seperti ini saja sudah sempurna”, hibur Davis yang

menyadari perasaan sedih Jelena.

39
“aku terharu loh, kau jarang melontarkan pujian padaku”,

gurau Jelena.

“aku akan menjadikan ucapannya sebagai motivasi untuk terus

belajar, jujur saja aku memang kurang belajar dan aku menyesali

itu. Jadi apakah kau mau menjadi tutor ku?”, lanjut Jelena.

“kau harus rajin ya! Ingat satu hari 36 soal, itu mutlak”,

perintah Davis.

“ayay kapten!”, ucap Jelena sambil hormat pada Davis, tanpa

dapat ditahan tangan Davis menepuk-nepuk pelan kepala Jelena.

Saat itu Malik sedang melihat kearah meja mereka. Lalu ia

kembali mengerjakan lukisan nya dengan kuas yang sedikit ia

cengkram.

Bab 4

40
Beberapa jam yang lalu…

41
M
alik baru saja kembali dari toilet. Ia menyusuri

koridor sambil mengelap tangan nya yang basah.

Mungkin setelah ini ia akan mengerjakan soal-

soal try out saja.

“meong cini, mau bakco tidak? Ututu lutuna”

Malik mendengar suara yang ia kenal. Ini adalah suara Jelena,

gadis yang akhir-akhir ini membuatnya kepikiran. Ia pun

bersembunyi di balik tembok sambil memperhatikan gadis itu yang

memanggil-manggil kucing.

“Len dia itu takut padamu”, jujur Ajoe.

Jelena melirik Ajoe yang berdiri sambil membuka bungkus

sosis. Dengan sigap ia meraih sosis itu dan memakannya, lalu

seperempatnya ia berikan pada kucing.

“hei itu sosis ku!!”

“ini akibat dari mulut pedas mu itu”, oceh Jelena.

“tcih mendokusai”

Malik menahan tawa nya. Entah mengapa setiap kali ia

melihat Jelena ia selalu tertawa. Ia semakin tertawa saat melihat

42
Jelena yang memuntahkan sosis untuk diberikan pada kucing itu

lagi, karena kucing itu kekurangan sosis.

Mungkin sesekali Malik akan mengajak Jelena untuk

mengobrol, sepertinya seru memiliki teman sepertinya.

Sekarang adalah pelajaran seni, sejujurnya Malik tidak

menyukai seni. tapi ia selalu mengingkan nilai yang bagus di

setiap mata pelajaran, sehingga ia akan tetap berusaha melakukan

yang terbaik demi nilai nya.

Tiba-tiba segerombolan siswi di kelas nya menghampirinya.

Mereka bertanya mengenai tipe gadis yang ia sukai. Malik

bukanlah orang yang pemilih dalam menentukan gadis

pilihannya, tapi sejujurnya ia tak suka gadis seperti mereka ini.

Gadis yang tidak pernah mengerjakan tugas dan selalu berbuat

keributan dimanapun mereka berada untuk menarik perhatian

lawan jenis nya, julukannya adalah gadis ’pick me’.

43
Malik yang merasa terganggu akhirnya berniat untuk

menyindir mereka.

“sebutkan tipe gadis yang kau sukai!”

(Tcih dasar orang-orang merepotkan, menggangguku saja.

Kerjakan sana tugasmu), batin Malik kesal dengan mereka yang

mengganggu kegiatannya.

“gadis yang kusukai itu pendiam dan tidak bodoh, itu saja”,

jawab Malik singkat.

Gadis-gadis itu terdiam.

Namun tanpa ia sadari Jelena juga ikut terdiam. Ia merasa

insecure, karena sejujurnya Jelena bukanlah gadis yang pintar

apalagi pendiam seperti yang Malik sukai.

Malik menoleh kebelakang untuk mengambil tissue yang

berada di tas nya. Namun ia justru melihat Davis dengan

mudahnya mengelus kepala Jelena, mereka terlihat saling

bersenda gurau.

Malik mengelap tangan nya yang terkena cat dan lanjut

melukis dengan kuas yang sedikit ia cengkram.

44
“apa aku merasa kesal? Tapi mengapa?”, gumam nya.

*****

Jelena sekarang sedang berpikir keras mengenai soal-soal yang

diberikan Davis. Ujian tinggal dua minggu lagi dan ia masih tidak

mengerti soal-soal dasar.

“kau turunkan dulu baru di subtitusi”, tunjuk Davis pada salah

satu soal.

Jelena malah bercanda dengan menurunkan buku nya, yang

berakhir mendapat pukulan kecil di kepalanya.

“bukankah anda terlalu kejam tuan, lihatlah murid mu ini.

Benjol”

“tidak ada pengampunan bagi mereka yang tidak bisa serius,

cepat kerjakan sebelum Malik diambil perempuan yang lebih

pintar darimu”, berkat kata-kata itu Jelena langsung mengerjakan

soal nya.

45
Ternyata ia bisa mengerjakannya, namun yang menjadi

masalah adalah ia terlalu lama dalam menghitung. Ia seperti anak

SD bagi Davis.

“aku akan sering memberi kuis dadakan. Satu kali salah satu

kali pukulan”

“kemana sisi baikmu pergi sih, kembalikan Davis yang dulu

huaaa”

Davis menggeleng, “ini demi kebaikan mu nak”

Hari -hari Jelena jalani dengan banyak tantangan. Ia sering

mendapat pukulan di keningnya karena tidak bisa menjawab soal.

Namun di setiap kemunduran terdapat kemajuan. Yang awal

nya mendapat 10 pukulan setiap hari, kini hanya 8 pukulan.

Jelena sangat bersyukur akan hal itu.

“hei Malik dari tadi kau kenapa melamun sih, lihat try out mu

sudah berganti subtes, cepat kerjakan”, tegur Charlie.

Malik melamun bukan tanpa alasan. Ini sudah 10 hari dan

Jelena sekalipun tidak mengunjungi gudang sekolah lama.

46
Padahal Jelena setiap harinya masuk kelas, meskipun terus-

terusan berduaan dengan Davis.

(meskipun sibuk, minimal surat ku dibalas dong), oceh Malik

dalam hati. Ia merasa seperti sesuatu yang penting baginya

direbut orang lain, ia tak suka itu.

“akhir-akhir ini wajah mu tidak bersahabat, kau sedang

badmood ya?”, tanya Charlie.

“tidak”

“tcih singkat sekali menjawabnya, oh ya omong-omong kau

gantikan aku piket ya hehe”

“apa imbalannya?”

“apapun untukmu malaikatku”

“baiklah, traktir aku mixue”, Charlie langsung melompat

kegirangan. Alasannya bolos piket adalah karena ingin berkencan

dengan pacarnya. Dasar ABG.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sebelum menyapu Malik

membuang air kecil terlebih dahulu, menunggu guru ceramah

benar-benar lama. Akhirnya Malik bisa melakukan panggilan alam.

47
“huft lega nya jika sudah selesai”, Malik pun membuka pintu

kelas.

Ceklek

Betapa kaget nya Malik saat ia melihat seseorang di kelas itu.

Ia adalah Jelena yang sedang menyapu kelas.

“kau piket hari ini ya?”, tanya Malik basa-basi.

“u-um iya hehe”, jawab Jelena gugup.

Lalu keduanya terdiam. (duh bicarakan apalagi ya, huaa),

ketar-ketir Jelena dalam hatinya.

(duh canggung sekali. Apa yang harus kulakukan?), tanya

Malik dalam hatinya.

“ekhm, kau sapu yang sebelah sana saja, biar aku yang disini”,

(duh apasih yang aku bicarakan, dia kan memang menyapu di

sebelah sana), Malik merasa sangat malu dengan apa yang ia

ucapkan.

“o-oh oke”, (apa aku terlihat malas-malasan ya? Huhu image

ku semakin buruk saja semakin hari).

48
Mereka berdua menyapu dalam keadaan sunyi, kedua nya tak

ada yang memulai percakapan lagi. Tiba-tiba beberapa lembar

kertas terbang karena tertiup angin, kertas itu berasal dari meja

Jelena tetapi sang pemilik tidak menyadarinya.

Malik berjongkok untuk mengambil kertas itu, matanya

membulat. Ia yakin tak salah lihat, itu adalah sketsa dirinya.

Semuanya ada 5 lembar dan semua nya bergambarkan wajahnya.

(apa selama ini ia mengamatiku untuk menggambar wajahku?

Apa ia…menyukai ku?), pikiran-pikiran aneh membuat jantungnya

berdebar kencang. Dengan segera ia merapika kertas itu dan

mengembalikannya ke meja Jelena sebelum pemiliknya menyadari

itu.

Telinga nya merah, keringat terus mengucur dari dahi nya. Ia

merasa sangat gugup. (dasar hati, tidak bisa diajak kompromi),

batinnya kesal.

Mereka berdua telah selesai menyapu kelas. Kini Jelena

menghapus papan tulis, namun karena ia pendek ia merasa

49
kesulitan menjangkau papan tulis itu. Malik berjalan kearah nya,

lalu berkata.

“biar aku saja”, ucap Malik lalu mengambil penghapus itu dari

tangan Jelena, dan tanpa disengaja tangan mereka bersentuhan.

Sejak tadi terdengar suara detak jantung yang sangat keras.

Entah itu detak jantung Jelena ataupun detak jantung Malik, yang

pasti telinga dan pipi keduanya sudah merona.

Dapat dipastikan nanti malam mereka berdua tidak akan bisa

tidur nyenyak.

*****

Jelena bersemangat untuk melaksanakan ujian kali ini. Ia

Sudah banyak belajar, meskipun diselingi dengan rasa baper saat

mengingat moment-moment antara dirinya dan Malik. Namun hal

itu tidak menghambat dirinya saat belajar, justru itu memberi

semangat bagi dirinya.

Sekolah masih sepi dan ia sudah menduduki bangku tempat

nya ujian. Ia membaca materi sambil sesekali menyuap roti ke

50
mulut nya. pintu kelas terbuka menampilkan seorang pemuda

dengan jaket hitam dan kacamata khas nya. itu adalah Malik

Jarak diantara mereka tidak terlalu jauh, sehingga mudah bagi

Jelena untuk memperhatikan Malik dari belakang.

Seperti biasa tak ada topik pembicaraan diantara mereka.

Namun dengan keheningan seperti ini saja sudah membuat Jelena

senang bukan main.

Murid lain mulai memasuki kelas. Davis datang dengan kisi-

kisi ditangan nya.

“hoi Len kau semangat sekali, apa kau sudah tidur semalam?

Maaf aku ketiduran di telpon hehe”

“tcih alasan, untung aku bisa mengerjakan kisi-kisi nya”, kesal

Jelena.

“nanti aku traktir mi pangsit deh”, bujuk Davis.

Malik yang memperhatikan mereka berdua mengerutkan

kening nya. (mereka terlihat sangat dekat. Telponan? Memangnya

mereka suami istri apa?!), batin nya mengoceh kesal.

Sebaiknya ia fokus saja pada ujian kali ini.

51
Selama ujian beberapa murid ada yang terkulai pingsan, ada

yang mencontek meskipun sesama tidak bisa. Ada juga yang

sedikit kerasukan Albert Einstein, mereka sangat lancar

mengerjakan ujian.

Namun Jelena adalah golongan yang normal-normal saja. Ia

sedikit kebingungan di beberapa soal, tetapi juga lancar di

beberapa soal.

Sekarang sudah jam 12.00. Jelena memutuskan untuk pergi ke

gudang sekolah lama, ia sudah sangat lama tidak mengunjungi

tempat itu. Karena terlalu fokus belajar ia sampai lupa berkirim

surat lagi.

“wah tempat ini masih terawat, bisa-bisanya aku lupa akan

tempat ini. Apakah orang itu masih mengirim surat ya?”

Jelena penasaran, ia mengambil surat yang berada di kotak

surat itu. Ternyata ada banyak surat disana. Ia mulai membukanya

satu-persatu.

52
“hari ini aku berbicara dengan ibuku mengenai cita-citaku.

Kubilang padanya bahwa aku tak akan menjadi seorang Dokter

dan memilih untuk masuk ke jurusan yang berhubungan dengan IT

lalu mengembangkan game. Terimakasih atas saranmu”

“tempat ini sangat cantik berkat sun catcher pemberianmu.

Aku menjadi semakin betah disini”

“akhir-akhir ini aku merasa sedikit penasaran dengan

seorang gadis, ia sangat menarik perhatianku. Namun bolehkah

aku berpikir bahwa ia juga tertarik padaku? Tolong berikan

tanggapanmu!”

“kenapa kau tidak mengunjungi gudang ini lagi? Aku sedikit

kesepian”

53
“ini sudah hari ke-12 dan kau masih belum membalas surat

ku. Aku masih menunggu Surat darimu, karena hanya disini aku

bisa mengobrol dengan leluasa bersamamu”

“semangat mengisi soal nya, aku yakin kau pasti bisa”

Semakin ia baca Jelena semakin terkaget-kaget. Orang ini

masih setia menunggu surat balasan darinya. Jelena jadi merasa

bersalah, karena sudah lupa untuk berkirim surat dengan orang ini.

Ia meraih kertas dan pena, berniat untuk membuat surat

balasan.

Namun saat sedang menulis surat ia merasakan kehadiran

seseorang.

“akhirnya kau mengunjungi gudang ini lagi”, ucap orang itu

sambil tersenyum lebar.

Orang itu adalah Malik.

54
Bab 5

55
M

ereka berdua saling bertatapan. Jelena masih tidak percaya bahwa

Malik adalah orang yang berbalas surat dengannya selama ini.

Rasanya seperti takdir mendukung hubungan antara dirinya dan

Malik.

56
“jadi kau yang membalas surat dengan ku selama ini?!”, tanpa

basa-basi Jelena langsung to the point.

Malik mengangguk, “maaf sebenarnya aku sudah mengetahui

identitasmu sejak lama”, ucap Malik sambil menggaruk lehernya

yang tidak gatal.

“kalau begitu mengenai benang merah-”

“tidak akan ku bocorkan pada siapapun kok, aku janji”, ucap

Malik dengan wajah panik.

“pfttt-ahahaha aku percaya kok, wajah mu lucu sekali aku

tidak bisa menahan tawa ku”, tawa Jelena.

Malik tersenyum tulus, suasana hati nya membaik.

“tapi aku jadi penasaran. Benang merah ku menyambung pada

siapa?”

Jelena langsung teringat dengan salah satu surat yang ditulis

Malik mengenai gadis yang membuatnya tertarik. Ia tak dapat

menahan dirinya lagi.

“sejujurnya aku tak dapat melihat benang merah mu, sama

seperti aku yang tak dapat melihat benang merah ku sendiri.”

57
“apa kau berharap gadis yang membuatmu tertarik adalah

jodohmu?”, tanya Jelena dengan berani.

“bisa jadi”, jawab Malik singkat dan itu membuat Jelena

menundukan kepala nya.

(rasanya seperti aku sudah ditolak sebelum mengungkapkan

perasaanku), batin Jelena sesak.

“kalau begitu bagaimana jika kau menebak gadis itu? Kalau

benar aku akan mengabulkan permintaanmu”, tantang Malik

dengan senyum lebar.

(dasar menyebalkan, kau berniat menghancurkan hatiku ya?

Kenapa tidak sekalian saja kau jadikan pakan ikan hatiku ini), kesal

nya lalu melirik sinis pada Malik.

“gadis yang kau sukai itu pasti pendiam dan tidak bodoh”,

ketus Jelena.

“kau benar, lalu tebak siapa namanya”

Jelena semakin kesal, hatinya sangat sakit karena harus

menebak gadis yang disukai pria pujaan nya.

58
“tidak tahu tuh, yang pendiam dan tidak bodoh hanya guru

Prakarya di sekolah ini”

Malik tertawa, jawaban Jelena sangat tidak terduga. Ia

memang sengaja memancing emosi Jelena, bahkan mungkin

sebenatar lagi emosi nya akan meledak.

“baiklah akan kuberi clue. Inisial nya J dan nama

belakangnya-”, Malik menjeda ucapannya, lalu ia tersenyum

sebentar.

Ia memajukan langkahnya. “kau penasaran ya, Apa nama

belakangnya?”

Jelena sedikit terkaget dengan Malik yang menggodanya, ia

tak menyangka Malik memiliki sisi seperti ini.

“yang pasti tidak mungkin elena”, sebenarnya Jelena berniat

mengucapkan dalam hati saja. Namun apa daya ia sudah tidak bisa

mengontrol emosinya lagi.

“Bagaimana jika jawabannya adalah elena?”

59
Jelena membulatkan mata nya. Setelah dijatuhkan sampai ke

dasar, kini ia diangkat hingga ke langit. Namun ia tak ingin

terjebak dengan ucapan Malik.

“me-memangnya aku pendiam dan tidak bodoh? Bukankah

aku sebaliknya??”, tanya Jelena dengan pipi merona.

“disaat bersamaku kau berubah menjadi pendiam, sekalipun

kau ribut aku tetap menyukaimu. Dan bagiku kau sama sekali

tidak bodoh. Kau selalu berusaha untuk mengerti hal yang tidak

kau pahami, orang yang bodoh adalah orang yang tidak mau

belajar, kau harus catat itu di kepalamu”, jawab Malik panjang

lebar.

Jelena tak dapat berkata-kata, mungkin wajahnya sudah seperti

kepiting rebus saat ini. Bukankah rasanya tidak mungkin orang

yang kau sukai ternyata juga menyukaimu?

“tapi sejak kapan?”

Malik menggelengkan kepala nya, “aku sendiri tidak

menyadari kapan itu terjadi. Tiba-tiba aku jadi suka

memandangimu, terkadang aku merasa sedikit kesal saat kau

60
berduaan dengan Davis, lalu aku sadar bahwa itu adalah rasa suka

padamu. Kemudian aku mulai bermimpi tentang mu, mengingat

hal-hal mengenaimu sebelum tidur. Terkadang aku mencoba untuk

dekat dengamu namun aku tidak memiliki keberanian”, jujur

Malik lalu balik bertanya.

“kau sendiri sejak kapan menyukai ku?”

“Bagaimana kau tahu?!!!”

“gelagat mu itu sudah jelas tahu. Sejujurnya aku sempat

meragu, namun aku sudah memastikannya tadi hehe”

“jadi itu tujuanmu membuatku kesal”, Malik terkekeh puas.

“aku menyukaimu sejak kelas 11. Kau adalah pria yang selalu

membuatku terkesan. Bagaimana caramu bergurau ataupun

bertutur kata, kau tak pernah menyinggung hati orang lain. Kau

juga selalu berusaha keras dan itu membuatku termotivasi, setiap

melihatmu rasanya kegelisahan ku hilang. Bahkan jika hanya

saling bertemu tanpa mengucapkan apapun bagiku itu sudah

cukup”

61
Kini Malik yang tersipu malu. Ia tak menyangka ada

seseorang yang menyukai nya sebesar ini, ia merasa sangat spesial

dan bersyukur.

“karena aku adalah orang yang baik hati, aku akan tetap

mengabulkan permintaanmu”, ucap Malik

“kau seperti jin”

“dan kau adalah orang yang menyukai jin ini”, Jelena Kembali

merona. Malik memang kadal.

“permintaanku tidak sulit kok”

Malik setia mendengarkan.

“mari bertemu kembali setelah mencapai tujuan kita masing-

masing”, pinta Jelena lalu mengeluarkan jari kelingking nya yang

disambut baik oleh Malik.

“aku berjanji”

Lalu mereka lanjut mengobrol. Malik bertanya mengenai cita-

cita Jelena, dan Jelena yang menjelaskan bahwa ia bercita-cita

menjadi seorang seniman dan mungkin akan melanjutkan

pendidikan diluar negeri.

62
Mereka juga membahas mengenai benang merah, dan jodoh

anak di kelas mereka. Terkadang mereka saling melontarkan

jokes.

Jam menunjukkan pukul 12.00. Matahari memantulkan sinar

nya melalui sun catcher, memberikan cahaya indahnya yang

disaksikan oleh Malik dan Jelena.

Cahaya indah di gudang ini akhirnya dapat mereka saksikan

bersama orang yang spesial bagi mereka.

*****

5 tahun kemudian..

Seorang pria dengan pakaian kantor nya berjalan dengan

langkah santai sembari membawa kopi ditangan nya.

“Malik!”

Ia menoleh saat seseorang memanggil namanya. Orang itu

adalah Davis.

63
Mereka sudah lama tidak bertemu semenjak kelulusan SMA.

Hari dimana Jelena tidak dapat dihubungi dan menghilang tanpa

berpamitan.

“Davis? Sudah lama sekali kita tidak bertemu”

Davis bersyukur ia berhasil menemukan Malik. 5 tahun sudah

berlalu, kini mereka sudah berumur 23 tahun. Inilah saatnya ia bisa

menceritakan apa yang terjadi pada Jelena.

“aku ingin mengobrol denganmu, Bagaimana kalau kita

berbincang di kafe saja?”

Malik bisa menebak bahwa ini adalah pembicaraan yang

penting, jadi ia menyetujuinya.

Setibanya di kafe Davis pun membuka obrolan.

“ini mengenai Jelena”

Malik langsung mentap Davis serius. Selama 5 tahun ia

mencari-cari keberadaan Jelena namun hasilnya nihil, sebanyak

apapun cara yang ia lakukan untuk menghubungi Jelena, ia tetap

tak dapat dihubungi.

64
Pada akhirnya ia menyerah dan mencoba untuk move on,

meskipun kerinduannya pada Jelena tidak dapat ia hilangkan. Ia

pun menyibukkan dirinya hingga akhirnya ia bisa mengembangkan

game buatannya sendiri.

Meskipun ada banyak Wanita yang jatuh hati padanya, ia tetap

tak tertarik pada hal-hal berbau romantis semenjak hilangnya

Jelena. Namun apa ini? Davis menghancurkan pertahanan yang

sudah ia buat.

“Apa yang terjadi padanya?!” , Davis tahu bahwa Malik

sedang memendam perasaan kesal bercampur sedih.

Ketegangan dirasaka Davis, Malik berubah menjadi orang

yang sangat dingin dan tidak bersahabat semenjak ia menyebutkan

nama Jelena.

Davis menhirup dan menghela nafas nya, ia mulai berbicara.

“dua hari sebelum kita semua lulus, keluarga Jelena terkena

tipu besar-besaran. Orang-orang berbadan kekar mendatangi rumah

nya dan mengusir mereka semua.

65
Jelena yang mulanya berniat untuk melanjutkan Pendidikan di

paris akhirnya harus pergi ke Amerika dan tinggal di rumah bibi

nya”

Malik terkejut namun ia tak berniat untuk memotong omongan

Davis.

“selama beberapa bulan tinggal disana ayah dan ibunya merasa

tidak enak dan akhirnya membeli apartement murah. Ibu nya

memutuskan untuk bekerja di China. Jelena membantu kedua

orang tua nya dan bekerja selama setahun untuk mengumpulkan

uang kuliah nya”

“lalu mengapa ia hilang kontak? Jelena sama sekali tak

menghubungiku!”, tanya Malik menggebu-gebu.

“mengenai itu mungkin kau akan merasa sedikit kesal”

“ceritakan saja”

Davis pun menceritakannya, “orang-orang berbadan kekar itu

mengusir mereka dengan cara kasar. Mereka menghancurkan

furniture bahkan pintu. Jelena tidak setuju dengan perbuatan

66
mereka, ia mencoba untuk menelpon polisi tetapi handphone nya

malah dibanting hingga hancur”

“beruntung saat Jelena masih bekerja di Amerika aku tidak

sengaja bertemu dengan nya. Akhirnya kami berhubungan lagi”,

lanjut Davis.

Davis menjeda kalimatnya lalu ia sedikit tertawa.

“kau tahu apa yang dilakukan Jelena selanjutnya?”

Malik menggeleng penasaran.

“Jelena memukuli mereka semua dengan tendangan 360˚ milik

sung taehoon. Semua orang berbadan kekar itu tumbang, dan

saking kesalnya ia juga menyetrika mereka sambil mengoceh

‘kalau mau mengusir pakai cara halus bisa kan?!! Memangnya

kami binatang, dasar manusia-manusia tak berotak’ wowkowokow

(tertawa dalam bahasa gaul)”

Suasana yang awalnya tegang berubah menjadi sedikit

mencair. Meskipun Jelena tak ada disini ia tetap berhasil membuat

orang lain tertawa dengan tingkah nya.

67
“tapi mereka tetap harus pergi dari rumah itu, karena ornag

berbadan kekar itu pasti akan terus mendatangi mereka”

“lalu bagaimana keadaan nya sekarang?”, tanya Malik

“ah tentang itu, aku ingin memberikanmu sebuah kartu

alamat”, Davis meraih kantung baju nya, ia mengambil sebuah

kartu dan memberikannya pada Malik.

“Jelena berhasil menjadi seorang seniman dengan nama

samaran Lumière, kami tidak sengaja bertemu dan ia menyuruhku

untuk memberikan kartu alamat ini padamu. Jelena sedang

mengadakan pameran lukisan di kota ini”

Malik meraih kartu itu, ternyata Jelena masih mengingatnya.

Senyum terbit bibir nya, ia sungguh bangga Jelena telah

mewujudkan impiannya.

“Jelena sangat merindukanmu loh, ia juga merasa sangat

bersalah. Lebih baik kau temui dia sekarang, pameran nya akan

berakhir malam ini”

Malik melirik jam nya, sekarang sudah menunjukkan pukul

17.48

68
“maaf aku harus pergi, terimakasih. Aku sungguh-sungguh

berterimakasih”, ucap Malik dengan tulus dan dengan segera

berlari ke kantor nya yang hanya berjarak beberapa meter untuk

mengambil kunci mobil.

Jatung nya berdegup kencang. Mengingatkannya akan

moment-moment manis mereka dulu. Ia sangat tidak sabar untuk

bertemu Jelena.

Perjalanan berdurasi 20 menit dari tempat nya. meskipun

terburu-buru ia tak berniat melanggar lalu lintas, ia tak ingin disaat

bahagia nya ini terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mobil nya telah sampai pada alamat yang diberikan Davis.

Malik merasa deja’vu pasalnya lukisan yang dipamerkan Jelena

adalah sketsa gambar wajahnya yang pernah ia lihat dulu.

Ada juga lukisan nya di kanvas saat sedang fokus belajar

ataupun menulis jawaban di papan tulis.

Namun yang membuat nya merasa sangat emosional adalah

lukisan sinar dari gudang sekolah lama yang memantulkan cahaya

69
melalui sun catcher. Bahkan penggalan-penggalan surat yang

pernah mereka tulis juga terdapat disana.

Memori-memori indah menerobos masuk dalam pikiran Malik.

Semua yang Jelena pamerkan di pameran ini berhubungan

dengannya.

Pandangannya terfokus pada seorang Wanita yang

memandangi sebuah lukisan. Lukisan yang paling besar di pameran

itu yang menggambarkan seorang laki-laki dan perempuan dengan

benang merah di jari kelingking mereka.

“aku selalu berpikir mengapa aku tak dapat melihat benang

merah di jari kelingking mu. Ternyata ibuku juga mengalami hal

yang sama saat ia bertemu dengan ayahku”

Malik pov

Wanita itu memutar tubuh nya menghadapku. Senyum nya

masih sama, aroma nya pun masih sama. Ia masih lah orang yang

aku sukai. Ia adalah Jelena. Wanita yang sejak dulu aku rindukan

kehadirannya

70
Jelena pov

Aku merasakan seutas benang merah di jariku. Pria itu telah

datang, benang ini membutuhkan waktu yang tepat untuk

menyatukan kami berdua.

Kulihat senyum di wajahnya dan mata yang berkaca-kaca.

Senyum yang selalu aku dambakan kehadirannya. Mata indah yang

selalu ingin kulihat.

Lalu ia berucap

“akhirnya aku menemukanmu”

71
Tamat

Profil Penulis

Qonita Ghina

Anbarputri, biasa

dipanggil Qonek oleh

temannya. lahir di Jambi

pada tanggal 23 Juli

2005. Jenjang

Pendidikan Sekolah

Dasar di SD-it Al-Azhar Jambi, sekolah Menengah SMP

N 1 Kota Jambi, melanjutkan ke SMA N 1 Kota Jambi

jurusan IPA. Dan sebentar lagi akan melanjutkan

Pendidikan ke Universitas.

72
Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara,

memiliki mbti ENFP (Extraverted, Intuitive, Feeling,

dan Preceiving). Memiliki hobi mencoba hal baru,

menonton film, berjalan-jalan, dan melakukan hal-hal

yang berbau Seni.

Novel ini disajikan dalam rangka ujian praktek pada

mapel Bahasa Indonesia, yang dibimbing oleh Ibu Elvi

Mardani S.Pd, M.Pd. Novel berjudul ‘Red String’

bergenre romantis komedi ini merupakan karya pertama

yang di karang oleh Qonita dan telah dibuat dengan

sedemikian rupa.

73

Anda mungkin juga menyukai