Anda di halaman 1dari 9

Mariposa

Sahabat Dan Cinta

Kamu itu seperti Mariposa.Kalau aku kejar dan coba tangkap,Kamu menghindar.Tapi, jika aku
biarkan,Apa kamu mau mendekatiku?

-Natasha Kay Loovi-

Bagiku Kamu seperti bunga Matahari,Sebuah simbol kebahagiaan dan keceriaan.Tanpa bunga
matahari seekor mariposa tidak bisa hidup.Aku membutuhkan mu ,maka aku akan mendekatimu.

-Iqbal Guanna Freedy-

Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis gila dan pria berhati batu.

Natasha kay loovi atau biasa dipanggil acha,adalah seorang siswi SMA Trisakti kelas XI Ipa 1. Dia
adalah gadis favorit dan cerdas disekolahnya,dia tinggal bersama ibu tirinya yang sangat baik dan
menyayanginya.

Iqbal Guanna Freddy atau iqbal,adalah seorang siswa SMA Arwana Kelas XI Ipa 4 seorang pria yang
bersikap dingin,keras kepala,dia juga sangat cerdas,dia tinggal bersama keluarganya yang sangat
rukun.

Triinggggg,Bunyi lonceng berbunyi,seorang pembeli masuk ke dalam cafe membuat beberapa


pasang mata refleks menatap kearahnya.Penasaran atau tidak itu sudah menjadi jalannya impuls
manusia yang dapat menghubungkan reseptor ke efektornya.

“Wahhhh Dia Iqbal kan??? Ucap seorang Gadis,berparas tirus dan kulit putih.Sebut saja namanya
Acha. Ya...Natasha Kay Loovi. Sang pemeran utama dalam cerita ini.

Kedua mata acha tak lepas dari seorang pria berseragam dengan earphone terpasang ditelinganya.
Pria yang baru saja memasuki cafe tersebut,pria itu sedang berdiri didepan kasir,sepertinya sedang
memesan.

“Siapa sih?” tanya sosok gadis lain ikut tertarik dan membalikkan badannya untuk melihat jelas sosok
pria bernamakan iqbal.“Ahhh,si hati batu”sahutnya sembari berdecak dan senyum miring.

“Amanda,Lo kenal dia?” Tanya acha semakin antusias .“Ya Allah,Lo teman Sekolahnya kan?” lanjut
acha baru menyadari.

“Loh sendiri kok bisa kenal iqbal?dia gak se-famous itu sampai sekolah lain harus kenal dia!” heran
Amanda.

Acha Tersenyum Licik.

“Dia itu cowo yang gue ceritain 2 minggu lalu .Cowok satu camp-olimpiade.cowok berwajah dingin
tapi berhati malaikat!”

“Hati malaikat pantat lo!”decak amanda tajam. “ngomong aja jarang,gua kira dia itu bisu.Jadi maksud
lo iqbal yang ini?cowok yang lo bilang sangat dingin,irit ngomong,pinter,tapi suka bantuin orang lain
di camp-olimpiade,dan lo masih baper sama dia?”

“That’s Right,Baby! Yes,he is!”jawab acha penuh semangat.


Acha Berdiri dari kursinya, mengeluarkan ponsel dari tasnya dengan buru-buru.Amanda menatap acha
semakin curiga.keningnya berkerut.

“Mau apa lo?” tanya amanda dengan heran.

“Doain Gue!”

Acha berjalan mendekati iqbal yang sedang duduk dikursi tunggu pemesanan take-away.acha
tersenyum merekah,menatap wajah iqbal dari dekat saja sudah membuat jantungnya berdetak lebih
cepat.

“Minta No Hp lo!”ucap acha sembari menyodorkan ponselnya ke iqbal.

Iqbal mendongakkan kepalanya,menatap gadis didepannya dengan bingung.iqbal mengerjapkan


kedua matanya beberapa kali,raut wajahnya datar dan sedikit bingung.siapa sihgadis aneh dan gila
dihadapannya ini?apa yang dilakukannya?iqbal mengernyitkan kening ,ia seperti pernah bertemu
gadis ini,tapi dimana,dia tidak ingat.

“Gue minta nomer lo!pinta acha sedikit cemberut.

“Buat apa?”tanya iqbal dingin.

“Buat deketin lo,gue suka sama lo.” ucap acha terang-terangan.

Iqbal menghela berat ,kemudian berdiri dari tempat duduknya,kemudian berjalan keluar dari cafe
tersebut.

Amanda memasukkan kepalanya kedalam tas, ia sangat malu melihat ulah sahabatnya itu yang kini
menjadi tontonan semua orang didalam cafe.kan apa amanda bilang! Iqbal akan menolak gadis itu!
Amanda menyebut dalam hati.

Bayangkan saja jika kalian yang punya teman kayak gitu!

Langkah iqbal mendadak terhenti,5 langkah lagi ia harusnya sampai didalam kelas.namun,
karena kedatangan gadis yang entah datang dari mana,membuatnya terpaksa harus mematung di
tempat.

“Selamat Pagi Iqbal”sapa seorang gadis dengan senyum paling ceria didunia.

Iqbal mengerutkan kening,mengingat wajah gadis ini terlalu familiar dikedua matanya.

“Lo siapa?” tanya iqbal.

“Lo lupa sama gue?”ucap gadis itu kecewa. Senyumnya perlahan memudar.

“Mmmmm....Siapa ya?”

Gadis itu menghela berat,menatap iqbal kesal.

“Nama Gue Natasha kay loovi,panggil aja acha,dua hari kemarin gue masih sekolah di SMA
TRISAKTI,tapi karena gue suka sama lo,gue pindah sekilah di SMA ARWANA mulai hari ini,dan gue
masih jomblo kok”

Iqbal ingat sekarang,sangat ingat.Dia gadis gila yang ditemuinya di cafe 3 hari yang lalu. Iqbal menatap
gadis itu setengah tak percaya.Dia sedang tidak dikerjain kan?. Iqbal dengan cepat berjalan masuk
kedalam kelasnya,Iqbal tak ingin mempunyai urusan dengan gadis itu.membuatnya semakin
risih,sama sekali bukan tipe gadisnya.
Acha menghela berat,meratapi kedua kali nasib tak beruntungnya. Ia menatap pintu kelas iqbal
dengan pandangan nana,kedua mata acha menyorot tajam.

“GUE AKAN TERUS KEJAR LO!!! GUA PASTIKAN LO AKAN SUKA SAMA GUEDAN JADI PACAR GUE, IQBAL
LO JUGA AKAN SUKA SAMA GUE.”

Sudah hampir 3 bulan lamanya gadis ajaib ini sekolah di SMA ARWANA dan mengganggu
kehidupan iqbal.kemana-mana ngekorin iqbal,diusir tak mampan,dimarahin malah senyum-
senyum.mungkin di yasinin dulu kali yah.... itulah Natasha kay loovi,gadis cantik muka baja.

Akhirnya Iqbal mulai angkat tangan,cara apapun telah ia lakukan untuk mengusir gadis ini,bertingkah
semakin tak waras didekatnya.Iqbal memilih mengalah.

Rian dan Glen adalah sahabatnya Iqbal,hanya saja tingkah mereka jauh lebih gila dengan iqbal. Di
kantin Rian dan Glen geleng-geleng melihat tingkah acha yang tak bisa diam,terus ngoceh seperti
burung beo dan mengusik iqbal yang sedang makan.mereka berdua jadi heran bagaimana iqbal bisa
hidup dengan gadis gila yang terus mengikutinya.

Acha terduduk dibangkunya dengan wajah cemberut,kedua tangan nya menopang dagu,tatapannya
menurun,meratapi nasibnya yang terus-menerus tidak beruntung. Amanda menepuk-nepuk
punggung acha melihatnya dengan rasa prihatin.

Keesokan Hari,Rian menaruh tas nya diatas meja,melihat teman sebangkunya sudah datang lebih
dahulu,membuatnya heran sekaligus takjub.

“Tumben jam segini pangeran udah datang?”sindir rian sembari duduk di kursinya.

Tak ada sautan dari pria disebelahnya.Rian menatap iqbal yang tengah sibuk mengeluarkan berbagai
cokelat,bunga,dan kado dari kolong mejanya.Wajah iqbal terlihat serius mengecek satu-satu barang
yang diberikan fans nya.

“Kenapa ga ada cokelat dari acha?” Teriakkk Iqbal.

Rian diam,anak sekelas diam,glen yang baru masuk diam. Iqbal Mengacak-acak rambutnya frustasi
bagaimana dirinya bisa sampai keceplosan seperti itu.

Acha memang setiap hari selalu memberi iqbal satu bungkus cokelat putih dan acha juga selalu
mengambil cokelat-cokelat dari gadis-gadis lain,hanya menyisahkan cokelat putihnya
disana.Namun,hari ini iqbal sedikit terkejut melihat kolong mejanya yang masih penuh dengan cokelat
dan bunga.

“Dia sakit? Nggak masuk sekolah? Batin iqbal beertanya. Ditambah dengan semalam acha yang
biasanya bakalan terus menelfon tidak dilakukan lagi,Entahlah,Iqbal merasa sedikit heran.

“Kenapa gue harus mikirin tuh gadis gila?”

“Harusnya Gue seneng dong nggak diganggu sama dia?”

“Lo bebas iqbal”

“Lo Harus Seneng”

“HARUSSS”

Acha telah menjauhi iqbal selama 4 hari. Tidak mengirim pesan kepada pria itu, tidak menyapa, ia
menghindarinya. Dan yang lebih menyedihkan lagi, iqbal pun sama sekali tak memberi kabar kepada
acha. Pria itu seolah-olah tak merasa kehilangan dengan ketidak adanya keberadaan acha, seolah tak
peduli dengannya.

“Jahatnya....” lirih acha dengan kesal .

Acha mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia sudah tak tahan lagi.

Acha melangkah melewati lorong sekolah dengan kepala tertunduk, kedua kakinya terasa begitu
lemas sama sekali tidak ada semangat selama 4 hari ini. Ia tak seceria seperti kemarin. Kemarin ia
benar-benar rindu dengan Iqbal. Sangat...!!!

”Chaa!!!”

Langkah suara Acha terhenti, Acha mengenali pemilik suara itu, itu suara Iqbal. Dengan cepat Acha
berusaha menyambunyikan senyumnya, ia mencoba untuk bersikap cuek. Kemudian membalikan
badannya. Acha melihat Iqbal berjalan ke arahnya dengan napas ngos-ngosan. Iqbal berdiri dihadapan
Acha pria itu mengatur napasnya sejenak.

“Ini...” ucap Iqbal sembari menyerahkan dua lembar tiket nonton.

“A...Apa...Apa in..ini ?” tanya Axha tak mengerti. Ia menjadi gugup sendiri.

“Tiket nonton ?” balas Acha so jual mahal.

“Ya...Nonton”

Acha terdiam sebentar , apa yang harus ia jabaw.

“Ach.....Acha udah nonton kemarin sama juna “ jawab Acha dingin.

Iqbal menatap Acha lekat, menyembuhkan gejolak kecewa dihatinya. Entah kenapa mendengar Acha
menjawab itu membuatnya sedikit kesal.

“Oh gitu” Iqbal tersenum kecil . “oh yaudah”

Iqbal tersenyum miris, membodohi dirinya sendiri. Apa yang sedang ia lakukan. Kenapa ia melakukan
sesuatu yang sama sekali tidak berguna. Entahlah Iqbal sendiri tak mengerti kenapa dia melakukannya.

Acha mengepal kedua tangannya kuat-kuat, dadanya terasa pedih dan sesak. Ia merutuki ucapannya
sendiri padahal ia sama sekali ingin nonton film dengan Iqbal.

Ke-Esokah Hari....

Bercak berwarna coklat kemerahan mengotori sepanjang lantai putih sekolah, pagi ini hujan tiba-
tibaturun dengan deras. Matahari nempaknya sedang bersedih. Seperti hati seseorang yang cintanya
bertepuk sebelah tangan.

Seperti hari sebelumnya, kelas Iqbal dan Acha memiliki jam yang sama dimata pelajaran olahraga.

Kini giliran kelas Iqbal yang kosong.

Iqbal,Rian,dan Glem duduk di tribun lapangan, sesekali melihat kelas Acha yang sedang diberi materi
volley oleh Pak Tono.

“Wihhh...Si Juna tau aja nyari cela!” ucal glen sengaja sembari menyenggol bahu Iqbal.
“Apa?” Sahut Iqbal so tak peduli. Ia segera memalingkan pandangannya.

“Noh lihat...Acha lo lagi” Kompor glen semakin gencar.

“Nggak ada urusanya sama gue!”

“Lo nggak cemburu ?” goda Glen.

“Nggak lah, Gue gak suka sama Dia”

“Masa ? bohong banget !” ucap Glen meremehkan.

Iqbal tak membalas , ia malas meladeni Glen. Bisa-bisa topik pembicaraanmereka semakin lebar da
tidak penting. Sesekali Iqbal melihat ke lapangan sebelah memperjelas pandangannya. Tanpa ia sadar
ia tersenyum sinis, teringat dengan ucapan Acha. yang mengatakan bahwa Acha sama Iqbal.

“Ciihh...Cuma seka sama gua?? Bullshit banget”.

Gumam Iqbal sangat pelan. Mungkin hanya dirinya sendiri yang dapat mendengarnya. Dengan cepat
ia memutar pandangannya ke arah lain. Iqbal menyadari bahwa sedari tadi Acha terus mencuri-curi
mata ke arahnya. Namun, Iqbal mencoba tak peduli, memutar bola-matanya agar tidak saling
bertatapan.

Entahlah, Iqbal masih tidak tau tentang perasaannya sekarang yang sebenarnya. Acha memasuki kelas
Iqbal, tak ada siapapun dikelas itu.

Mungkin semuanya masih sibuk ganti baju olahraga atau berada di kantin. Acha pun tak menemuka
Iqbal disana. Acha berjalan ke bangku Iqbal. Ia duduk di kursi yang biasanya diduduki Iqbal.

“Iqbal....” panggil Acha pelan, lebih tepatnya berbicara ke dirinya sendiri, menganggap seolah Iqbal
ada disana.

“Ada yang ingin Acha bicarakan. Iqbal dengar ya”.

“Iqbal...”

“Acha nyerah sekarang”

“Maaf”

“Bukannya Acha nggak mau lagi berjuang buat dapetin hati Iqbal. Tapi hati Iqbal tidak mau
diperjuangkan oleh Acha.”

“Acha masih ingin berjuang tapi Acha takut Iqbal, jadi benci ke Acha.”

“Acha gak mau jauhin Iqbal”

“Karena Acha suka Iqbal . Acha akan berusaha pelan-pelan melupakan rasa suka Acha ke Ibal, Acha
gak akan ganggu Iqbal lagi.”

“Selamat tinggal Iqbal, maaf Acha menyerah.”

Acha berdiri dari kursi iqbal, ia berjalan keluar dari kelas Iqbal dengan langkah yang lemas. Acha tak
bisa tersenyum dan tertawa. Menyukai seseorang memang sengat menyakitkan.

N A M U N ......
Tanpa Acha sadaro, sedari tadi seorang pria telah terbaring dibangku paling belakang. Pria itu tertidur
diatas dua kursi yang digabungkan. Jadi tidak ada yang bisa melighat. Pria itu mendengar semua yang
diucapkan oleh Acha. pria itu membangunkan tubuhnya, senyum kecil terangkat terpaksa dari kedua
sudut bibirnya.

‘Bukankah harusnya gue seneng dia akhirnya nyerah, ga ada yang akan ganggu gue lagi, gue bebas
dari gadis gila itu”.

Iqbal terdiam lagi, tatapannya kosong.

“Diluar mendung kah ? kenapa hati gue mendadak risau gini sih “.

“SIALLLLLL”

Dan untuk kesekian kalinya, Iqbal terdiam lagi. Berkutat dengan pikiran nya sendiri. Ada apa dengan
dirinya.

Mungkin dia masih belum yakin dengan perasaannya .

Semua buth waktu dan proses, begitulah cara bekerja cinta.

Keesokan Hari.

“Kantin yukk” ajak Amanda

“Malas”

“Siapa tau lo melihat bazar buku yang diadakan anak osis di lapanan utama”

“Gue males kesana, panas!”

“Ada Juna loh disana”

“Bodo Amat”

“Kayaknya ada Iqbal juga dusana”

“Gue lagi mencoba MOVE ON !” Tegas Acha.

Tiba-tiba terdengar suara dari sound system lapangan utama terdengar hampir diseluruh penjuru
sekolah.

“SELAMAT PAGI SEMUA”

“DISINI SAYA AKAN MEMBUKTIKAN SESUATU PADA SESEORANG SPESIAL”

Semua orang mendadak diam. Mendengar suara juna.

“ACHA GUE HARAP LO DENGER PENGAKUAN GUE, GUE TAU HATI LO BELUM TERBUKA BUAT GUE.
DAN GUE HARAP LO MAU NGASIH KESEMPATAN KE GUE. GUE JANJI AKAN BUAT LO BAHAGIA. GUE
HARAP LO DATANG KESINI DAN NGASIH JAWABAN SEPERTI YANG GUE INGINKAN.”

Kedua telinga Acha tiba-tiba terasa tidak dapat mendenga apapun, pandangannya sedikit memburam
dan kepalanya sangat berat. Apa yang dilakukan Juna saat ini membuatku tertekan hebat.

“Cha jangan sia-siain kesempatan ini” Ucap Amanda

“jangan sampai lo nyesel”


“lo bener , gue gak boleh nyesel dikemudian hari.” Ucap Acha yakin.

Acha pun pergi meninggalkan amanda.

“I Q B A LL “ Teriak Acha.

“Lo ngapain disini, lo gak ke Juna ?”

“Ada yang ingin Acha tanyakan ke Iqbal.”

“Gue peringatin sebelum lo menyesal, lebih baik lo sekarang ke Juna dan terima dia.”

“Acha hanya ingin mencoba yang terakhir, kalau emang Acha ditolak lagi Acha akan pergi ke lapangan
utama dan terima Juna.” Jawab Acha.

“Iqbal ? “

“Apaan sih ?”

“Acha mau tanya,Iqbal beneran ga ada rasa sakit sedikit pun ke Acha, Acha harus ngasih jawaban ke
Juna hari ini.”

“Enggak . apa jawaban gur kurang Jelas?”

“Sekali lagi Acha tanya, Iqal ingin Acha nerima Juna?”

Kali ini tak ada jawaban dari Iqbal.

“Iqbal jawab, sedikit saja ga ada ruang untung Acha dihati Iqbal, Sedikit aja , apa ga boleh. Iqbal
jawab!”

Kepala Acha tertunduk, ia menatap ke bawah dengan tatapan nanar, iqbal benar berar pria yang
sangat kejam dan jahat. Pria itu hanya mendiamkannya. Kedua tangan Acha tanpa sadar terkepal
kuat.

“Acha akan hitung sampai 5, kalai Iqbal ga jawab ,Acha anggap Iqbal gak nerima Acha”. ucap Acha
dengan suara bergetar, ia masih menangis tanpa suara.

Acha mengela berat, menata kembali hati dan pikirnnya menyiapkan segala hal burut setehalh ini.

“Satu” ucap Acha menghitung

“Dua”

“Tiga”

Ingin rasanya ia pergi dari sini tapi hatinya memberontak menginginkan untuk tetap dan mencoba
kesempatan terakhir ini.

“Empat”

Acha menangis lagi.

“Lima” Ucap Acha dengan nada pasrah.

Acha merasa sangat malu di depan Iqbal , Acha tersenyum miris.

Kedua mata Acha menatap sebuket bunga, bunga yang dipegang oleh Iqbal dan disodorkan ke
arahnya. Acha melihat ke arah Iqbal dengan perasaan campur aduk.
“Iqbal apa ini ?”

“ Bunga, ayo ambil !” Iqbal tersenyum.

Dengan sedikit ragu, tangan Acha bergerak menerima bunga itu.

“Jangan terima Juna”

Acha mendadak diam.

“Kenapa ?” tanya Acha seolah tak tau.

“Lo ga suka sama dia kan ?”

“Kan Acha bisa membuka hati pelan-pelan buat Juna”

“Jangan pernah lakuin itu”

“Kenapa?”

“Lo ke lapangan dulu sana, tolak si Juna”

“Jawab dulu Acha.Kenapa Acha harus nolak Juna?”

“Gue Juga gatau kenapa”

Acha kehabisan Kesabaran.

“Jawab,Iqbal suks ga sama Acha ? IYA apa NGGAK ?”

“Lo penge gue jawab apa “ Tanya Iqbal datar

“Acha pengen Iqbal jawab Iya”

“Yaudah.” Jawab Iqbal Datar.

“Lo ga ke Juna ? Kasian dia nunggu lo lama banget.”

“Ke bawah dulu sana, kasian Juna nungguin, buat lo tolak”. Ucap Iqbal tersenyum merekah.

Tanpa sadar Acha pun ikut tersenyum.

“Yaudah Acha ke bawah dulu”

“Iya Cha”

DRTTDRTT

Acha merasakan ponselnya berdering, ia mengambil ponselnya, membuat nama panggilan untuknya.

“Iqbal ? kenapa “ jawab Acha jutak.

“Balik ke Belakang”

“Nggak ada siapa-siapa” ucap Acha bingung

“Masa?”

“Iya Iqbal. Kosong”

“Yaudah”
“Apanya yang yaudah ?” Kesel Acha

“Yaudh, kaya gitu hati gue kalau ga ada lo”

Acha tak bisa menahan senyum bahagianya, ia tidak menyangka seorang Iqbal bisa seperti itu juga.

“Aku mengungkapkannya karena aku tau bahwa keterlambatan selalu ada hukumannya. Saat ini aku
sedang membuat cerita hidup baru antara aku dan kamu menjadi kita”Gumam Iqbal.

Acha berjalan memasuki lapangan utama, akhirnya ia menemukan pria yang sedang menunggunya
itu. acha berusaha merangkai kata-kata yang tidak akan melukai Juna.

“Cha” panggil Juna

“Juna bisa ikut Acha gak ? Acha gak bisa disini”

“Kenapa cha “

“Juna ikut Acha ya sebentar kita bicara”

Juna mengacak-acak rambut Acha dan tersenyum bahkan terlihat lebih tampan.

“Gak perlu Cha. Gue sudah tau jawabannya “ Juna tersenyum.

“Iqbal udah nerima perasaan lo ya ? baguslah. Setelah ini lo gak akan sedih lagi Natsha. Gue harap
Iqbal bis buat lo bahagia”Juna tersenyum

“Maafin Acha Juna”

“Juna pasti nemuin cewe yang kebih baik dari Acha”

Juna tersenyum mendengar Acha/

“Makasih Juna”

Setelah itu Acha berlari melewati lorong tempat Iqbal menelfonnya. Acha senyum-senyum lagi ketika
mengingatnya. Ia pun cepat-cepat bertemu Iqbal lagii. Acha terus berlari menuru kelas Iqbal. Pria itu
berjanji untuk menunggunya

Begitulah kisah singkat tentang gadis gila dan pria hati batu, yang perlu dipercaya hanyalah
kebahagiaan akan datang ketika kamu menunggunya dan mau percaya bahwa hal itu akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai