“ 00.00 ”
DISUSUN OLEH :
1. Avenatania Rafifa
2. Canda Aurellia
3. Salsa Iriani
XII MIPA 3
GURU PEMBIMBING :
Bapak Abdul Latief, S. Pd
Rumah yang tadinya menjadi tempat pulang paling nyaman kini sudah tak
dirasakan lagi. Kehadiran saudara tiri membuat kebahagiaan Kara menjadi
sebuah kesengsaraan.
Lengkara Putri Langit mengusap kedua lengannya yang terasa ngilu akibat
dinginnya hembusan angin malam. Udara dingin seperti menusuk ke dalam
tulangnya, apalagi saat rintik hujan mengenai permukaan kulitnya.
Rambutnya yang terurai panjang terlihat begitu lepek akibat terkena cipratan
air hujan. Ia pun menyisir rambutnya yang berantakan, karena tadi sempat
berlari dari toko buku menggunakan jari-jemarinya. Malam itu, Lengkara
berdiri sendirian di depan toko di pinggir jalan yang sudah tutup. Ia baru pulang
dari toko buku tersebut untuk mencari bahan referensi tugasnya.
II. KOMPLIKASI
Sepuluh menit sudah ia berdiri di sana, dan tidak ada satu pun orang yang
menjemputnya. Tubuh gadis itu mulai menggigil akibat hawa udara malam itu
semakin dingin. La pun melirik ke jam tangan anti air yang terpasang di
lengannya. Lima menit lagi waktu akan menunjukkan pukul 00.00, ia pun
menghela napas perlahan.Saking dinginnya, bahkan hembusan napas hangat
membentuk asap tipis yang keluar dari mulutnya.
Mata gadis itu pun terus melihat sekitar, mencari transportasi apa yang kira-
kira dapat ia tumpangi untuk pulang. Matanya memicing saat melihat satu taksi
datang dari kejauhan di seberang jalan.Gadis itu pun segera bergerak keluar
sedikit dari tempat berteduhnya untuk memanggil taksi itu dengan mengangkat
tangannya tinggi-tinggi. Lengkara menghela napas lega saat taksi itu berhenti di
seberang jalan. La pun tersenyum tipis dan memakai tudung hoodie-nya.
Lengkara pun menyebrang jalan malam itu, tepat pukul 00.00.
Tak lama kemudian, grup chat SMA Crinay Jaya yang memiliki total anggota
kurang lebih seribu orang gempar dengan sebuah berita. Seseorang mengatakan
bahwa ada kecelakaan di dekat rumahnya tepat tengah malam. Banyak orang
yang mempertanyakan kronologi kecelakaan tersebut. Masnaka juga ikut
menanyakan lokasi kecelakaan tersebut.
Kecelakaan itu terjadi di simpang empat depan Kafe Serein. Geo yang
membaca pesan itu langsung menanyakan apakah kabar itu sudah terbukti
benar. Masnaka yang membaca pesan itu langsung meremas ponsel di
tangannya tanpa sadar, jantungnya berpacu begitu cepat.
Tangannya yang lain pun meremas dadanya yang terasa sesak itu dengan
kuat. Pesan yang masuk di dalam grup sekolah itu membuatnya kembali fokus
melihatnya. Ada kabar terbaru bahwa ada korban jiwa dari kecelakaan tersebut.
Seorang gadis, anak SMA, berambut hitam panjang.
Membaca pesan itu, Masnaka segera berlari keluar rumah, ia tidak membawa
apapun selain ponsel dan kunci mobilnya. Ia juga tak peduli dengan pengendara
lain yang mengklakson-nya akibat ia mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan
di tengah hujan yang sangat deras itu. “Kar… itu bukan lo kan?”
III. KLIMAKS
Harapan orang tua Lengkara yang sangat besar itu dibebankan begitu saja
kepada dirinya. Ekspektasi demi ekspektasi yang tinggi dipasrahkan kepadanya.
Mimpi yang sangat luar biasa mereka titipkan kepada Lengkara. Gadis ini tak
sekuat itu untuk menerima semua beban yang mereka berikan. Lengkara selalu
melakukan yang terbaik yang ia bisa. Namun, tetap saja hal itu masih kurang di
mata sang ayah. Lengkara tidak pernah menerima apresiasi sekecil apapun.
Entah itu karena dipaksa untuk belajar dengan ditarik paksa atau diguyur air.
Ditambah lagi dengan masalah yang terjadi di sekolahnya. Saudara tiri
Lengkara yang bernama Nilam menyebarkan tuduhan palsu tentang Lengkara.
Nilam mengatakan kepada gurunya bahwa Lengkara adalah sosok yang sudah
mengaktifkan tugas yang dikerjakannya untuk seleksi mengikuti olimpiade.
Hari-hari selanjutnya, Nilam terus mengganggu kehidupan Lengkara.
IV. RESOLUSI
Karya terbaik Tuhan favoritku. Perempuan paling cantik yang pernah aku
temui setelah Bunda. Aku yakin kalau kamu baca ini, itu artinya kamu udah tau
semua apa yang terjadi.
Maaf, ya, aku gak berani jujur dan malah main surat-suratan kayak gini.
Aku sepengecut itu, Kar. Segala hal yang berhubungan dengan kamu
membuat aku menjadi seorang pengecut. Aku gak pernah berani mengambil
keputusan karena takut apa yang akan terjadi kedepannya. Pada akhirnya, aku
emang gak pernah berada di posisi yang tepat buat jagain kamu.
Tapi, kamu harus tau, Kar. Saat aku bilang aku cinta kamu dan ingin buat
kamu bahagia, aku gak pernah main-main. Bahkan ketika Bunda udah rela buat
ngelepas aku, malah aku yang gak rela karena kamu belum lepas dari papa
kamu. Aku bertekad untuk hidup lebih lama sampai masalah kamu selesai.
Saat membaca surat ini, kamu harusnya bangga, sayang. Kamu yang jadi satu-
satunya alasan aku berjuang sampai detik terakhir nanti.
V. KODA
Kalau aku bisa sembuh, kita akan menikah dan hidup bahagia. Aku akan
membawamu ke taman bunga tiap minggu, lalu memotretmu. Aku ingin
memenuhi dinding kamar kita dengan semua foto itu.
Kalau aku tidak mati, aku akan datang dan menemukanmu kembali. Aku akan
hidup dan mencarimu bahkan hingga ke ujung dunia. Meski nanti aku
melupakanmu, meski nanti ragaku sudah tak utuh lagi, pada akhirnya, aku akan
tetap datang kepadamu.
Struktur Kebahasaan
Struktur Kebahasaan Teks/Kalimat