Anda di halaman 1dari 28

Rumit

Karya Almami Lokita Sakurai

Di kawasan elite terdapat sebuah rumah mewah, yang memiliki halaman dan taman luas,
pada taman tersebut ada seorang kakak beradik yang sedang bermain dengan asik. Mereka
berdua terlihat sangat akur, didukung juga oleh cuaca yang cerah.

"KAK KENNETH TANGKAP INI" Pekik salah satu anak yang terlihat lebih muda, Erlanzo
Darren Clover namanya dan dipanggil dengan nama Erlan.
Erlan melemparkan bola ke arah sang kakak, tapi tanpa sengaja bola itu mengenai kepala
Kenneth Garrend Clover. "Aduuhhh sakiittt" Kenneth Memegang kepalanya yang baru saja
terkena bola, ia menatap tajam Erlan namun sedetik kemudian pandangannya berubah menjadi
lembut.

Disisi lain Erlan berlari menghampiri sang kakak.


"Kak Ken, kakak nggak papa? maaf kak, Erlan nggak sengaja, Erlan minta maaf, gara gara
Erlan kepala kakak jadi sakit kena bola hiks" merasa bersalah Erlan menangis.
"Iya nggak papa, kakak baik baik aja kok, tapi lain kali kalau lempar bola jangan terlalu
kenceng okey? udah jangan nangis Erlan" ucap Ken Menenangkan adiknya.
"Huaaa kakak maaf" tangisan Erlan semakin kencang.

" Iya Erlan kakak maafin, udah dong jangan nangis, kakak baik baik saja" Kenneth pun
memeluk dan mengusap punggung Erlan dengan lembut.

Sang ibu melihat kedekatan kakak beradik tersebut dari kejauhan, ia tersenyum kecil, ibu
dengan dua anak itu bernama Ruby Clover, umurnya baru menginjak usia 22 tahun, dia terlihat
sangat muda dan anggun. Ruby memiliki suami bernama Samuel Clover.
Samuel adalah seorang pewaris dari keluarga konglomerat yang memiliki kerajaan bisnis
berskala besar dan bergerak diberbagai bidang.
Samuel dan Ruby mendidik kedua anaknya untuk saling mengasihi dan menyayangi satu
sama lain sebagai saudara, tetapi tetap saja walaupun mereka dididik dengan cara yang sama,
mereka tetap memiliki karakter dan sifatnya masing masing.
"Ken! Erlan! Sekarang waktunya untuk makan siang!" Perintah Ruby untuk menyudahi acara
bermain mereka karena matahari semakin terik.
"Iyaa maa" sahut mereka berbarengan, mereka berlari menuju ruang makan dengan penuh
energi.

Ketika mereka tiba, meja sudah dipenuhi oleh berbagai hidangan, ruang makan tersebut
terdiri dari 10 kursi, atapnya dihiasi oleh lampu kristal yang menambah kesan mewah pada
ruangan tersebut.
Mereka Pun pergi untuk menempati kursi mereka masing-masing.

"Mama aku mau itu" tunjuk si bungsu pada salah satu hidangan, Caramelized butter
shrimp, Ruby pun mengambilkan hidangan tersebut karena terlalu jauh dari jangkauan Erlan,
sedangkan Ken, dia mengambil makanannya dengan mandiri.
Mereka makan dengan tenang tanpa keributan, setelah makan siang usai, Ken dan Erlan beralih
ke ruang keluarga yang luas untuk menonton tv bersama, ditemani juga oleh Ruby.

"Mama, kemana papa?" Tanya Ken.


"Dia sedang dalam perjalanan bisnis, sepertinya 2 hari lagi pulang, kenapa emang?" Jawab
Ruby dengan tenang. "Gapapa" singkat Ken, Erlan sendiri sedang fokus pada tayangan tv yang
ia tonton.

Tak terasa langit sudah gelap menandakan malam sudah tiba, setelah melakukan aktivitas
hari ini, Ruby memerintahkan mereka untuk pergi tidur.
"Ken, Erlan, besok pagi kalian harus berangkat sekolah, jadi tidurlah lebih awal agar tidak
terlambat" ucap Ruby.
"Oke ma, terimakasih sudah mengingatkan Erlan, aku akan pergi tidur, selamat malam
semuanya dadahh" sahut Erlan dan segera pergi ke kamarnya untuk tidur disusul juga oleh Ken.

Matahari Pun terbit dengan cerianya, mereka akan berangkat sekolah setelah melewati
libur akhir pekan. Ken dan Erlan masih duduk dibangku sekolah dasar, mereka bersekolah di
salah satu sekolah internasional terkemuka di negara A, sekolah swasta tersebut dinaungi oleh
yayasan besar, terdapat beberapa tingkatan dimulai dari TK, SD, SMP bahkan SMA, mereka
dalam satu lingkungan tetapi dipisah dalam beberapa gedung gedung besar.
Bertahun tahun pun berlalu

Disebuah kantin sekolah sedang ramai siswa siswi yang beristirahat untuk mengisi perut
mereka yang kosong.
"Bu, aku mau makanan seperti biasa yaa" ucap Erlan kepada ibu kantin
"Okee, ditunggu ya" Jawab ibu kantin, dia sangat hafal dengan Erlan yang sering memesan
makanan favoritnya.

Selagi Erlan menunggu pesanannya, ia memandang seluruh isi kantin yang sangat ramai

"Untuk siswa Erlanzo, ini pesanannya, selamat menikmati" ibu kantin memberikan
pesanannya.
"ah iya, terimakasih" Erlan berjalan menuju bangku kosong, tetapi bahunya menyenggol
seorang gadis dengan tidak sengaja.
"Aww! hampir saja aku jatuh" gerutu Leora sembari memegangi lengannya dan melanjutkan
langkahnya dengan tergesa.
"Sorry ak-" ucapan Erlan terpotong.
"Loh aku belum sempat menyelesaikan kalimatku kenapa dia sudah pergi, cepat sekali" karena
Erlan tidak enak hati ia berniat mengejarnya.
"Erlan ayo, kamu mau kemana? Kita udah nungguin kamu buat makan bareng" Seru Bryan
Bersama beberapa pemuda disampingnya mereka adalah teman Erlan, dia menyeret kerah baju
Erlan dengan riangnya.
"Aishh iya iyaa tapi jangan seret aku begini dong, memangnya aku kambing"

Keesokan harinya
"Tok tok tok" suara pintu yang diketuk membuat Erlan terusik dari tidurnya.
"Tuan muda Erlan bangunlah waktunya untuk sarapan" perlahan kedua mata yang tertutup
mulai terbuka menampilkan iris berwarna coklat yang menenangkan.
"Ya nanny aku sudah bangun" sahut Erlan.
Untuk Kenneth sendiri ia sudah berkuliah di universitas ternama di negara A, jadi Ken
memilih untuk tinggal di apartemen miliknya agar jarak ia menuju tempatnya kuliah tidak jauh,
Kenneth setiap libur pekan akan pulang kerumah utama untuk berkumpul dengan keluarganya.
Setelah sampai di sekolah Erlan memulai kehidupannya sebagai seorang pelajar.
Seperti biasa Setelah bel istirahat berbunyi, para siswa langsung pergi menuju kantin.
Erlan tiba bersama susu kotak di tangan kanannya, banyak pasang mata yang menatap setiap
langkahnya, ya bagaimana tidak Erlanzo bisa dibilang siswa populer di sekolahnya, selain
memiliki paras yang sangat tampan, latar belakang keluarganya pun menjadi pemicu
banyaknya perempuan yang berusaha untuk mendekatinya dengan harapan bisa menjadi
kekasih atau menantu keluarga Clover.

Mata Erlan melirik kesana kemari mencoba mencari perempuan yang kemarin ia tabrak,
Matanya terpaku pada satu titik, terlihat seorang perempuan yang tertawa dan tersenyum
dengan ceria.
'Manis' batin Erlan tanpa berkedip, jantungnya berdebar debar.
Sedangkan di meja yang biasa ia tempati dengan teman temannya, terdapat segerombolan
pemuda yang berteriak heboh memanggil nama Erlanzo, membuat Erlan tersadar dengan
lamunannya, dan tentu saja teriakan heboh temannya ia abaikan, percayalah saat ini Erlan
sedang menahan malu akibat kelakuan teman temannya.

"Ini buat kamu, sebagai permintaan maaf soal kemarin di kantin aku gak sengaja nabrak
kamu"Erlan meletakan susu coklat tersebut diatas meja.
"Astaga! ih kamu bisa nggak sih permisi dulu kek apa kek jangan main nimbrung bikin kaget
aja" Leora terlihat kesal.
'aaa lucunya' batin Erlan yang berteriak gemas, justru melihat menggemaskan di mata Erlan
saat Leora menggerutu kesal.

"Iya iya sorry ngagetin, aku cuma mau kasih susu kok sebagai tanda permintaan maaf" ujar
Erlan kikuk.
"Umm iya makasih susunya, lagian juga kamu gak salah sepenuhnya, sorry juga waktu itu aku
lagi buru buru jadi gak liat jalan" Jawab Leora.
"Iya gapapa kok, oiya kalau boleh tau nama kamu siapa biar enak gitu kalo mau nyapa hehe"
modus Erlanzo entah bagaimana dirinya merasa ingin dekat dengan gadis ini.
"Nama lengkap apa nama panggilan?"
"Hehe nama lengkap sekalian deh" jawab Erlanzo.
"Leora Axelienna Adler, just call me Leora"
Ya dia adalah Leora Axelienna Adler, putri semata wayang dari pasangan David Adler dan
Carolina Adler, Keluarga Adler juga merupakan keluarga terpandang di negara mereka tapi
jika dibandingkan dengan keluarga Clover tentu saja lebih berpengaruh keluarga Clover yang
sudah sangat sukses di kancah nasional maupun internasional,Clover memiliki gurita bisnis
yang meliputi Kuliner, Fashion, Pendidikan, Otomotif, Teknologi, Perhotelan, Kecantikan,
Tour dan Travel. Dan untuk sekolah Erlan sendiri tentu saja itu milik keluarga Clover karena
sekolah tersebut berada dibawah naungan yayasan keluarga Clover.

Melihat betapa besarnya Clover tentu saja mereka pasti membutuhkan penerus yang
bertanggung jawab, dapat diandalkan dan tentu saja cerdas, mereka berharap keluarga Clover
dapat tetap mempertahankan pengaruh serta perusahaan mereka dapat lebih sukses.

Libur pekan tiba, mereka berkumpul untuk mengisi waktu bersama keluarga di ruang
privasi khusus keluarga, jadi tidak akan ada orang luar maupun pelayan yang terlihat di ruangan
tersebut, semua hadir kecuali Erlanzo yang sedang mengerjakan tugas kelompok dirumah
temannya.
Kenneth sedang berjalan untuk mengambil minum namun saat dia kembali dia menghentikan
langkahnya karena mendengar percakapan keluarganya yang bisa dibilang penting.
"Bagaimana menurutmu" Tanya sang Kakek.
"Aku rasa Erlanzo adalah pilihan yang paling tepat, kita sudah melihat perkembangan mereka
berdua dari kecil bukan, dan memang Erlanzo unggul di beberapa aspek, Erlan juga lebih dapat
dipercaya, dia dapat diandalkan, dia sudah menunjukkan bakatnya dalam bisnis sejak kecil,
aku rasa Erlan layak menjadi penerus Clover selanjutnya" ucap Samuel memberi pendapat.
"Ya aku setuju denganmu, Ken memang memiliki kemampuan yang baik tetapi Erlan yang
lebih menonjol darinya" salah satu anggota keluarga menyetujui.
Ken yang mendengar percakapan tersebut lantas mengepalkan tinju dan matanya penuh dengan
kebencian.

Sejak pertemuan pertama mereka, Erlan dan Leora Lebih sering menghabiskan waktu
bersama, keduanya bisa dikatakan sangat dekat, Erlan merasa bahwa detak jantungnya selalu
cepat jika bersama Leora, tapi ia tak mengerti perasaan apa itu? Bahkan mengira bahwa dia
memiliki penyakit kronis jantung.
Leora mengisi waktu luangnya di perpustakaan untuk membaca buku, saat ini ia mencari cari
buku mana yang menarik baginya untuk dibaca.
"Gilaa banyak banget buku, tapi yang bagus yang mana ya?" Leora bertanya pada dirinya
sendiri.
"Umm buku mana buku munculah, aku disini" matanya melihat kesana kemari, tangannya pun
bolak balik mengeluarkan dan memasukan buku dari rak untuk mengintip judulnya.

Dan secara kebetulan Erlan juga berada disana, sedari tadi ia memperhatikan tingkah Leora
yang bertanya sendiri dan menjawab sendiri, entah apa yang dilakukan Erlan di perpustakaan
tapi yang jelas saat Erlan diajak ke kantin bersama teman temannya yang heboh itu, ia menolak
sambil berkata.
"Nggak mau ah, udah kenyang mending baca buku kan nanti ada ulangan harian Fisika,sekalian
kalian ikut aku aja belajar yo" ajak Erlan.
"Eeee Erlan perut kita kan lagi kosong nih nanti percuma dong kalo kita baca yang ada ilmunya
masuk perut bukan masuk otak, jadi lebih baik kita makan dulu ya, kalo udah kita susul kok"
tawar Bryan cengengesan.
"Idih bilang aja kalian malas baca buku,kebiasaan kalian memang dari dulu bener bener deh
mana pake alibi segala emangnya aku gampang dibohongin" Jawab Erlan sengit.

Dan jadilah Erlan berakhir di perpustakaan sendirian.


"Nah! Ketemu kayaknya ini bagus deh judulnya menarik, awas aja kalo isinya bosenin" Seru
Leora kegirangan.
"ehh tapi kenapa bukunya ada di rak paling atas sih kan jadi susah" kepalanya tertunduk lesu
Namun bukan Leora namanya jika menyerah begitu saja, ia mencoba untuk mengambil
buku itu kakinya udah menjinjit, tangannya berusaha menggapai buku sekuat tenaga tapi ujung
jarinya belum kunjung menyentuh buku, saat Leora ingin menyerah tiba tiba ada tangan yang
menggapai buku incarannya dengan mudah, ia mengangkat kepalanya keatas dengan wajah
penuh penasaran bertepatan juga Erlan yang menundukkan kepalanya Bertemu!.
Jantung mereka berpacu dengan sangat cepat, kedua pasang mata yang indah tersebut saling
bertatapan dengan dalam.
Leora menelusuri semua pahatan dari wajah menawan Erlan, mata tajam dengan iris mata
berwarna coklat, alis tebal sempurna, hidung mancung, kulit yang terlihat sangat halus di
bawah cahaya lampu perpustakaan dan bibir tipis yang seksi, sangat sempurna.
"Apa kamu sudah cukup menikmati wajah tampanku?" Memang Erlan memiliki tingkat narsis
yang tinggi.

Leora berkedip beberapa kali


"ih pede banget sih siapa juga yang liatin" Leora menolak untuk mengakui tapi terlihat bahwa
gadis cantik dengan tubuh mungil tersebut sedang salah tingkah
"Hahaha kamu aja salting tuh liat pipi kamu merah" Benar! Pipinya merah merona seperti
kepiting rebus, ia malu ditambah Debaran jantungnya yang tak kunjung berhenti
"kamu! Ngapain juga tiba tiba muncul kaya hantu hah?" Tanya Leora nyolot
"apa apaan hantu, ganteng gini dibilang hantu, tadi aku liat kamu kesusahan ambil buku karena
kamu pendek Yora, jadi aku dengan berbaik hati membantu si pendek ambilin buku" ucap
Erlan sembari tersenyum.
"Pendek pendek! Aku gak pendek itu raknya aja yang ketinggian" bantah Leora dengan sinis
"Udah nih bukunya, tadi Yora mau buku ini kan?" Tanya Erlanzo.
"Iya Makasih, terus Yora? Siapa Yora?" Tanya Leora clingak clinguk, tapi tidak ada siapapun
selain dirinya dan Erlan di bilik tersebut.
"Iya kamu lah siapa lagi"
"Aku? Aku Leora bukan Yora" Leora menunjuk dirinya dengan kebingungan
"Itu nama spesial dari aku, Yora aku ambil dari Leora jadi Yora, bagus kan?" Erlan tersenyum
dengan manis, ketampanannya jadi meningkat.
'Gila ganteng banget' batin Yora terpukau
"Hallo kok ngelamun sih? Terpana ya?"
"Ih narsiss, gak juga, terus tadi kamu bilang nama spesial? Kenapa kamu kasih aku panggilan
spesial?" Tanya Leora dengan penuh tanda tanya.
"Karena orangnya spesial jadi aku kasih panggilan spesial"
"Ngomong Ngomong kamu nggak ada niatan tuh kasih aku nama spesial juga?" Sedih Erlan
dengan hati yang terluka.
"Memangnya harus? Tapi lucu juga sih kayaknya, panggilan spesial umm" jari lentik Yora
memegang dagunya tanda berpikir.
"Erlanzo, Erlan?Nzo? Zo? Enzo! Itu bagus aku akan memanggilmu Enzo mulai sekarang "
senyum Yora antusias.
"Waa itu bagus, aku menyukainya" kedua matanya menyipit, ia tersenyum, senyumnya sangat
lebar hingga menampilkan gigi putih berderet yang rapi.
Satu tahun berlalu kedekatan Erlan dengan Leora semakin intens sejak kejadian di perpus
satu tahun lalu, mereka semakin akrab dengan karakter masing masing, sering menghabiskan
waktu bersama, sangat dekat selayaknya sepasang kekasih, tapi mereka belum di tahap itu,
Erlan melalui hari hari bersama Leora yang setia menemaninya dan bisa dikatakan setelah
mengetahui kepribadian Leora Lebih dalam, Erlanzo jatuh cinta, ia sangat menyukai
kepribadian, sikap, perhatian, keceriaan, serta Leora yang selalu ada saat ia membutuhkan dan
menjadi tempatnya untuk mencurahkan isi hatinya.

Dirumah keluarga Clover, Ken sedang bersantai di ruang keluarga sendirian, ini bukan
akhir pekan tapi Ken pulang untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di rumahnya, sedangkan
dari arah koridor rumah, terdapat Erlanzo dengan seragam SMA nya yang jauh dari kata rapi.
"Aku pulangg, loh kak Ken?"
"Erlan kamu sudah pulang?" Tanya Ken.
"Ini aku sudah dirumah, tumben banget kak, biasanya pulang libur pekan, kok ini hari selasa
pulang, kakak nggak bolos kan?" Tanya Erlan terheran heran.
"Ngarang kamu, kakak nggak bolos, kebetulan kelas pagi sampe siang lagi nggak ada dosen
jadi diganti malam, terus kakak pulang karena ada barang yang ketinggalan" Ken dengan sabar
menjelaskan atas tuduhan dari adiknya.
"Oh hehe, gimana kak kuliahnya?"
"Seperti biasa nggak ada yang menarik" ujar Kenneth.
"Baiklah baiklah, buat kehidupanmu lebih menarik biar gak lempeng aja" Erlan bercanda.
"Iyaa sebentar lagi"
"Oh iya aku juga sebentar lagi ada ujian Akhir semester"
"Belajar yang rajin, semoga berhasil" semangat Ken.
"Pastii, lalu bagaimana dengan pujaan hati? Apa kamu memilikinya kak?" Tanya Erlan
antusias.
"Belum aku nggak punya, tapi kayaknya aku tertarik dengan seorang gadis haha" tawa Ken
sumbang, tatapannya penuh arti.
"Kejar aja kak semoga dapat, udah dulu ya aku mau keatas,bersih bersih sekalian ganti baju"
Erlanzo berjalan menuju kamarnya.
Setelah selesai, Enzo duduk merenung, dia bingung dengan perasaannya, apa semua yang
ia rasakan saat bersama Leora adalah sebuah cinta? Jika dia benar benar mencintai Leora apa
yang harus ia lakukan? Ini pertama kalinya Enzo bingung dengan perasaannya sendiri,
sebelumnya ia tidak merasakan perasaan seperti ini kepada perempuan lain hanya Leora yang
bisa membuatnya bimbang, banyak perempuan yang mendekatinya tapi ia tidak merasakan
apapun, berbeda dengan Leora setiap waktu dia terus memikirkannya, bayang bayang Leora
selalu memenuhi pikirannya, dan setiap harinya ia selalu merindukan kehadirannya.
Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, dan yakin dengan perasaan yang ia miliki,
Enzo memutuskan untuk menjadikan Leora sebagai kekasihnya, ia akan menyatakan
perasaanya secepat mungkin.

Erlanzo menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya sekaligus menjadikan
pujaan hatinya sebagai kekasih dan akhirnya Enzo menyiapkan semuanya hari ini, mulai dari
tempat, hadiah, bahkan dekorasi semuanya diurus olehnya dengan bantuan orang yang ia
perintahkan, Erlanzo ingin memberikan kejutan untuk Leora dan sekarang semuanya sudah
siap.

Jam pelajaran terakhir usai, Enzo dengan perasaan membuncah pergi mencari Leora untuk
membawanya ke tempat yang sudah disiapkan dengan alibi ingin mengajaknya pergi jalan
jalan, Enzo mencari keberadaan Leora hingga di lorong dekat tangga, ia melihat Leora sedang
berjalan menuju rooftop, Enzo ingin memanggilnya tapi setelah melihat muka suram dan sedih
Leora ia memutuskan untuk mengikutinya daripada memanggilnya.

Rooftop sekolah
Terlihat seorang gadis mungil yang tengah berdiri di pagar pembatas rooftop dengan kedua
mata bulatnya yang tertutup, hidung mancungnya menghirup udara di sekitar dalam dalam,
rambutnya yang panjang dan halus bertebaran tertiup sapuan angin, keberadaannya terlihat
sangat indah dengan latar matahari yang perlahan akan terbenam.
Sesaat Enzo yang melihat pemandangan tersebut berdecak takjub.
'Sangat cantik' batin Enzo berbunga bunga

"Yoraa?" Panggil Enzo lembut


Merasa terpanggil, Matanya yang masih tertutup itu bergerak seirama dengan bulu
matanya yang lentik, dan secara perlahan mulai terbuka menampilkan iris berwarna hazel.
"Iya? Kenapa?" Leora menoleh dan melontarkan pertanyaan dengan tenang tapi jika dilihat
secara seksama raut wajahnya terasa berbeda dari biasanya.
"Aku tadi mau ajak kamu jalan jalan, tapi kayaknya kamu lagi ada masalah jadi aku ngikutin
kamu" jelas Enzo.

Leora hanya bisa menghembuskan napas dengan gusar


"kamu ada masalah? Aku siap jadi pendengarmu, kamu percaya kan sama aku? Kamu bilang
sendiri waktu aku ada masalah, kamu siap jadi pendengar, siap jadi tempat cerita,
bagaimanapun keadaannya kamu selalu dukung aku, jadi sekarang gantian".

Leora menghirup udara rakus sebelum dia bercerita dengan pandangan kosong.
"Aku rasa aku mencintai seseorang, dia cinta pertamaku, orang pertama yang berhasil
mengisi kekosongan hati aku, sejak kehadirannya hidupku lebih berwarna, aku ingin
bersamanya, menemaninya, jadi rumahnya, tempatnya mencurahkan semua isi hatinya, aku
tidak yakin apakah dia mencintaiku juga, sudah dari lama aku ingin menyatakan perasaanku
ke dia,tapi aku takut ditolak, aku takut menerima kenyataan yang menyakitkan itu menjadi
masalah dihati aku yang bimbang sebaiknya aku mengungkapkan perasaanku atau gak, namun
gak berhenti disitu saja masalahku, saat ini keadaan keluargaku lagi nggak baik baik aja,
perusahaan papaku hampir bangkrut, papaku ditipu sama tangan kanannya, dia bawa kabur
uang perusahaan, para investor juga menarik investasinya, keluargaku sudah sampai batasnya,
udah nggak ada lagi Dana darurat, dan satu satunya jalan yang bisa buat perusahaan kembali
stabil cuma perjodohan,aku bingung aku harus apa, apa aku harus mempertahankan dan
berharap tanpa kepastian dengan orang yang kucintai? Atau aku harus menyelamatkan
keluargaku dengan menikah bersama orang yang nggak aku kenal, aku harus apa Enzo? Aku
nggak mau sama orang yang gak aku kenal, aku cuma mau sama dia, apa aku harus ninggalin
dia sendirian?, tapi disisi lain aku juga nggak mau lihat keluargaku hancur" Leora bercerita
dengan air mata yang berjatuhan hatinya sangat sakit, kepalanya seakan ingin pecah
memikirkan itu.

'DEG'
Hatinya bagai ditusuk oleh beribu belati yang tajam, sakit! satu hal yang Enzo rasakan,
dunianya seakan runtuh, semua harapannya pupus, semuanya lenyap.
Mengapa harus disaat saat seperti ini?

"Lalu apa keputusanmu Yora?" Enzo tersenyum dengan getir, senyumnya mengisyaratkan
kesedihan dan luka yang dalam.
"aku sudah memikirkannya dari beberapa hari yang lalu, aku memutuskan untuk menerima
perjodohan itu dengan terpaksa dan memendam perasaanku kepada orang yang kucintai" jelas
Leora sedih, jujur dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi bagaimana? Leora nggak mau
keluarganya jatuh kesengsaraan, jauh didalam lubuk hatinya.
"Apa pilihanku tepat Enzo?" Leora bertanya sembari menatap dalam mata Enzo
"Haha apapun yang terbaik untukmu dan keluargamu" rasanya Enzo ingin menghilang saat itu
juga.
Hening..mereka sibuk bergelut dengan pikiran masing masing
"Lalu..siapa orang yang kamu cintai?kamu bilang kamu mencintai seseorang, siapa itu Yora"
Tanya Enzo ditengah kepedihannya.

Yora terdiam..pikirannya berkecamuk, apakah dia harus mengatakannya?apakah ini pilihan


yang tepat? tapi jika dia tidak mengatakannya sekarang, hatinya penuh dengan kegusaran

Setelah dia terdiam cukup lama, perlahan menghembuskan nafasnya yang berat
"Itu kamu, aku mencintaimu"
"Hari semakin sore sepertinya aku harus pulang, oiya untuk jalan jalan, maaf aku nggak bisa
ikut" Yora pergi dengan terburu buru tanpa menunggu jawaban Enzo.
Sedangkan Enzo? Membeku dia tidak bisa mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh
pujaan hatinya, entahlah dia harus menangis atau bahagia, semuanya berakhir sebelum dimulai
sungguh menyedihkan dirinya.

Sepanjang hari Enzo lalui dengan mengurung diri dikamar sepulang sekolah, hatinya
menjadi suram seperti kegelapan yang tidak ada ujungnya, dunianya seakan menghilang
setelah menerima kenyataan yang menyakitkan itu. Tapi hari ini Erlan keluar, karena ada tamu
yang datang untuk membicarakan hal penting, jadi ia harus hadir.
"Hai David bagaimana kabarmu? Lama tak berjumpa" sambut Samuel dengan senang kepada
sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu.
"Samuel, lama tak berjumpa seperti biasa keadaanku selalu baik, tapi ya seperti yang kamu
ketahui,dan kamu bagaimana kabarmu?" ucap David bertanya.
"Seperti yang kau lihat sobat" terang Samuel sambil merangkul sahabatnya lalu tertawa
bersama.
"Oh iya ini anak semata wayang kami Leora, Leora beri Salam" Perintah David
"Halo om, tante, selamat malam, saya Leora" sapa Leora dengan tersenyum manis
"Aaa cantik sekali anakmu Carol, aku sangat menyukainya" pekik Ruby tertahan
"Tentu saja, siapa dulu mamanya" ujar Ruby dengan bangga
"Sudah sudah ayo masuk"
"hampir lupa, ayo ayo masuk anak anakku juga sudah menunggu kalian" Ruby berkata dengan
penuh antusias

"Ken, Erlan, sapa mereka"


"Halo om, tante" sapa mereka bebarengan, tapi Erlan terlihat terkejut, tatapannya terpaku pada
seseorang, Matanya gemetar, seluruh tubuhnya membeku, Ken yang melihat reaksi tidak biasa
dari Erlan pun hanya bisa tersenyum miring,sama halnya dengan Leora yang terpaku
"Yora"
"Enzo" keduanya kembali terdiam membisu.
"Lohh kalian saling kenal?" Tanya Ruby kaget.
"Iya ma dia teman sekolahku" Jawab Enzo dengan pandangan yang rumit.
Sedangkan Leora hanya tersenyum malu
"Wah bagus dong kalo gitu, semoga kalian bisa jadi teman yang rukun ya" ujar Carolina
"Ah iya Leora, ini anak tante yang sulung, namanya Ken, anaknya agak pendiam memang,
kaku banget, makannya gak diheranin kalo dia nggak punya pacar" Ruby menjelaskan dengan
terkikik.
Ken menganggukan kepala tanda menyapa, Enzo hanya menyimak semuanya pikirannya
berkeliling.
"Ma kasian tamunya masa suruh berdiri terus" Samuel menggelengkan kepala dengan
kelakuan istrinya.
Setelah semua duduk
"Nah David bagaimana perusahaanmu?"
"Itu sudah tertangani walau masih ada beberapa masalah tapi ini jauh lebih baik dari
sebelumnya, semua berkat bantuanmu" jawab David.
"Syukurlah, jadi seperti kesepakatan kita sebelumnya dan juga rencana kita waktu masih muda,
apakah kamu benar benar ikhlas untuk menjodohkan putrimu dengan putraku Ken?"
Hati Enzo bagai disambar petir di tengah malam yang tenang, ia sangat terkejut dengan tutur
kata yang baru diucapkan oleh sang papa.
Ia seperti jatuh dari tebing yang sangat curam.
Apa ini? Mengapa? Kenapa kakaknya yang harus jadi orang yang dijodohkan dengan orang
yang dia cintai? Kenapa dunia begitu sempit? Kenyataan apa ini?

Reaksinya juga tidak berbeda dengan Leora dia tidak pernah menduga, ia jodohkan dengan
kakak dari orang yang ia cintai? Lelucon macam apa?

"Iya aku ikhlas, bukankah itu janji kita juga sewaktu muda ingin menjodohkan jika kita
memiliki anak? Lalu aku sangat berhutang budi padamu Samuel , aku sangat berterima kasih
kamu sudah membantuku saat dalam keadaan sulit"
"Ternyata kamu masih mengingatnya haha, dan kamu ngga perlu berterimakasih David, kita
sudah melalui berbagai macam hal bersama, aku sudah menganggapmu seperti saudaraku
sendiri" jawab Samuel

Mereka berbincang bincang hingga larut malam dengan penuh canda tawa, tapi berbeda
halnya dengan Enzo dan Leora, keduanya seperti merasakan sakit yang begitu dahsyat tapi
tidak berdarah, hati mereka lah yang hancur.

Setelah Samuel secara langsung mengantar tamu mereka sampai depan pintu, sekarang di ruang
keluarga pribadi mereka hanya tersisa empat orang.
"Pa,ma apa kalian benar benar akan menjodohkan Yora dan kak Ken?" Enzo bertanya dengan
hati yang hancur, mencerna guncangan kenyataan ini.
"Iya, aku dan David adalah sahabat dari kecil hingga sekarang, sewaktu kita masih duduk
dibangku SMA kita sama sama sepakat dan berjanji akan menjodohkan anak kita dimasa depan,
jadi inilah saat yang tepat untuk memenuhi janji kita, aku dan David sudah tidak bertemu sejak
lulus SMA, kita dipertemukan lagi tidak lama ini, itu mengingatkan kita pada janji masalalu
tentang perjodohan,lalu perusahaan David yang ia dirikan dengan tangannya sendiri sedang
dalam keadaan kritis, jadi aku membantunya sebagai tanda terimakasihku karena dia juga
dimasa lalu telah banyak membantuku" Samuel menjelaskan tentang persahabatannya dengan
David.
"Terus kenapa Leora harus dijodohkan sama kak Ken?"
"Karena itulah perjanjian kami, jika anak pertama kami berbeda jenis kelamin maka akan
kami jodohkan, tetapi jika anak pertama kami sama jenis maka kami akan menunggu hingga
anak kami yang berikutnya ada yang berbeda jenis, dan jika tidak ada yang berbeda jenis maka
kami tidak akan menjodohkannya, secara kebetulan anak pertama ku dan anak pertama David
berbeda jenis kelamin jadi aku dan David memutuskan untuk menjodohkan mereka".
"kenapa kamu memiliki pertanyaan itu?"

Enzo meraup udara disekitar untuk menyiapkan mental sebelum mengatakan hal yang
mengejutkan.
"Aku mencintai Leora"
"APA" Kaget mereka
Setelah tersadar dari keterkejutan pengakuan Erlanzo, kepala Samuel mendadak pusing
"Huft Erlanzo..apa kamu benar benar mencintainya?" Tanya Samuel dengan serius
"Ya aku mencintainya" tegas Erlanzo.
"Sejak kapan kamu mencintainya" dia menganggap masalah ini dengan sangat serius
"Dari satu tahun yang lalu tepatnya pada saat kelas 10" Erlan berbicara dengan suara bergetar
dan pikiran yang melihat kemasa lalu.

"Apa tidak bisa Leora dijodohkan denganku saja?" Dia bertanya dengan secercah harapan.

"Maafkan aku Erlan, tapi ini tidak bisa, janji yang diucapkan sudah tidak bisa ditarik atau
diubah, keputusan sudah bulat, semuanya sudah jelas, Leora akan dijodohkan dengan Ken, jadi
maaf Erlan sepertinya kamu harus melepaskan calon kakak iparmu, dan ada satu hal yang ingin
ku beritahu kepadamu dan juga Ken, seluruh keluarga Clover sudah menetapkan dan
memutuskan untuk menjadikan Erlanzo sebagai calon penerus berikutnya, kami semua sudah
berdiskusi dan memikirkan berbagai pertimbangan secara matang, kami rasa, kamu memang
cocok untuk menjadi kandidat sebagai penerus Clover selanjutnya, kami memiliki banyak
harapan darimu Erlanzo, kamu akan memikul beban yang berat, kamu menjadi harapan Clover.
Kami berharap kamu bisa mempertahankan puncak Clover dan bahkan naik kepuncak yang
lebih tinggi, kami hanya ingin kamu mempelajari, menambah wawasan, serta meluaskan
pandanganmu tentang dunia perekonomian yang akan kamu injak di masa depan. Semuanya
harus kamu pahami karena perusahaan yang akan kami serahkan tanggung jawabnya kepadamu
ini bukanlah perusahaan kecil semata tetapi perusahaan berskala besar, pelatihanmu sebagai
calon pewaris akan dimulai sebentar lagi, akan ada orang yang membimbingmu. Tolong
fokuslah untuk masa depan Clover, maaf jika papa mengatakan hal yang menyakitkan dan hal
mengejutkan secara mendadak yang terkesan menuntut. Dan satu hal lagi yang perlu diingat,
Clover tidak memilih pewaris mereka secara acak atau bahkan aturan anak sulung yang
menjadi pewaris, tapi Clover akan memilih orang yang memiliki kemampuan. Jadi siap tidak
siap kamu harus siap, dan untuk kekasih, kamu bisa memilihnya asal kamu sudah bisa
membuktikan bahwa kamu mampu memikul satu tanggung jawab besar sebelum kamu
memikul tanggung jawab lainnya" ia menatap lurus saat mengatakan semuanya, setelah
menyelesaikan pidatonya Samuel dan Ruby pergi ke kamarnya, Ruby tidak memberi
tanggapan apapun asal semua itu adalah keputusan yang terbaik.

Ken hanya bisa mengepalkan tangannya dengan sangat kencang sepanjang telinganya
mendengarkan pidato sang papa, Matanya penuh dengan kebencian saat melirik Erlan, tapi ia
berusaha untuk tetap tenang, tidak ada yang menyadari perubahan emosi Ken.

Erlan mulai memikirkan semuanya, setelah mendengar semua yang telah dikatakan
Samuel dan juga keputusan Clover ia mulai menerimanya, tetapi untuk Leora.. entahlah ia
akan berusaha untuk ikhlas semampunya.
Kamar Ken simpel tetapi memiliki kesan yang mewah, kamarnya dominan berwarna abu
dan putih sangat menggambarkan selera seorang laki laki dewasa, namun berbanding terbalik
dengan kondisi kamarnya yang mengenaskan seperti kapal pecah, banyak pecahan kaca
berserakan.
"PYARRR" Ken membanting lampu tidur hingga pecah berkeping keping.
"SIALANN, KENAPA HARUS KAMU YANG MEMILIKINYA, APA BAGUSNYA
DIRIMU BAJINGAN" dengan penuh emosi dia berteriak keras, seberapa keras ia berteriak
tidak akan ada yang mendengarnya, karena kamarnya memiliki peredam suara.
"Lihat saja aku akan membuatmu berada di bawah kakiku, pengecut sepertimu tidak pantas
menjadi pewaris" sebuah kilatan dingin melintas di matanya senyum miring ia tampilkan,
otaknya penuh dengan rencana untuk menghancurkan orang 'itu'.

Ujian Akhir semester tiba para siswa yang rajin belajar mulai mempersiapkan otak mereka
untuk mendapatkan nilai tinggi.
Erlan setelah menyelesaikan belajarnya untuk ujian hari kelima, ia datang ke ruang kerja
papanya.
"Tok tok tok"
"Masuk" sahut Samuel.
Erlan menutup pintu ruang kerja
" ada apa?"
"Aku ingin melanjutkan sekolah tahun terakhir di luar negri"
"Apa? Apa kamu serius?" Tanya Samuel terkejut dengan kalimat yang anaknya lontarkan.
"Kamu ingin melanjutkan sekolah tahun akhir SMA mu di luar negeri? Kenapa?apa kamu tidak
ingin menunggu sampai kuliah saja?" Samuel bertanya dengan beruntun.
"Tidak aku ingin melanjutkan tahun akhir SMAku di luar negeri, dan sepertinya saat kuliah
juga aku ingin tetap disana" jelas Erlanzo.
"Kenapa kamu ingin melanjutkan di luar negeri?apa nggak nanggung? tinggal satu tahun lagi
kamu sudah lulus SMA?"
"Seperti yang papa katakan, aku harus menambah wawasan, pengalaman dan banyak lagi, dan
jika aku disini aku hanya akan melihat hal yang menyakitkan"
Samuel menarik napas dengan berat, pikirannya melayang mengingat bahwa anak bungsunya
ini mencintai calon kakak iparnya.
"jika itu keputusanmu,pikirkan dengan matang kalo kamu benar benar yakin aku secara
pribadi mengijinkan kamu, tapi aku juga harus bertanya kepada mama mu apakah dia
mengijinkan kamu atau tidak".
"Aku yakin dengan keputusanku, disini terlalu menyakitkan, aku akan menunggu izin dari
kalian, terimakasih papa maaf mengganggu waktumu sepertinya aku harus kembali untuk
belajar, selamat malam " Erlan melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja Samuel,
Samuel hanya memandang kepergian anak bungsunya dengan banyak pikiran yang berada di
kepalanya.

Dua hari kemudian sepulang sekolah Erlanzo langsung pergi ke kamarnya


"Apa Erlanzo sudah pulang" Samuel bertanya pada tangan kanannya.
"Ya tuan, tuan muda Erlanzo sudah pulang"
"panggilkan dia kesini"
"Baik"

"Tok tok tok"


"Tuan muda Erlanzo, anda dipanggil oleh tuan untuk menemuinya"
" Ya aku akan kesana" Erlan berjalan dengan tangan kanan papanya.

Saat sampai ia mengetuk pintu lalu masuk kedalam ruang kerja milik Samuel
"Ada apa pa? Kenapa memanggilku?"
"Kami sudah membuat keputusan, kami mengijinkan kamu untuk bersekolah diluar negeri,
keberangkatanmu setelah hari akhir ujian semester usai"
"Benarkah? Kalian mengijinkannya? Terimakasih Terimakasih"
"Iyaa ini demi kebaikanmu, awalnya mama mu menolak dengan keras tapi setelah
memikirkan ulang akhirnya dia setuju, aku harap kamu bisa menjaga dirimu baik baik disana,
mulailah lembaran hidupmu yang baru, dan berjanjilah untuk kembali dengan selamat, kami
akan selalu mendukung apapun keputusan yang kamu pilih"

"Iya pa aku akan berusaha sekeras mungkin untuk membuktikan bahwa aku layak, aku
masih belum sepenuhnya mencerna keputusan kalian yang papa beritahu ke aku beberapa
malam lalu, tapi aku tidak menolak, aku berterimakasih kepada kalian karena sudah
mempercayakan semuanya ke aku, aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan harapan
kalian" Erlan tersenyum saat dia berbicara.
Benar ia sudah menerimanya bukan berarti Erlan mengincar posisi itu sejak awal, tapi dia
akan menerima semua keputusan yang keluarganya berikan, Erlan sangat menghormati
keluarganya mau itu jatuh ditangan kakaknya ataupun dia, Erlan akan menerimanya dengan
ikhlas, dia tidak gila harta dan kekuasaan yang papanya miliki.

Hingga tiba dimana hari ia akan memulai hidup barunya, 1 jam dari sekarang Erlanzo akan
berangkat.
"Erlan jaga dirimu baik baik, berjanjilah ke mama kamu harus sering pulang ya sayang,
kalo ada apa apa kasih tau kita oke, kasih kabar ke mama setiap hari, mama akan
merindukanmu, jadilah anak yang kuat mama akan jadi pendukung terdepanmu" Ruby
menangis, sebenarnya ia tidak rela membiarkan anak bungsunya pergi jauh dari
pengawasannya.
"Jagalah dirimu baik baik Erlan" Ken tersenyum hingga matanya menyipit.
"Tentu aku akan menjaga diriku, dan..jagalah dia" Enzo melihat gadis yang ada di belakang
Ken dan mamanya.
"Percayakan padaku"
"Kak bolehkah aku mengatakan sesuatu kepada calon tunanganmu?" Erlan meminta izin.
"Iya boleh dong"

Erlan perlahan melangkah menuju Leora yang menatap Erlan dengan mata berkaca kaca
"Yora terimakasih, aku tidak menyesal mengenalmu, aku nggak tau sampai kapan kamu
akan menjadi orang yang mengisi hatiku, sebelumnya aku ingin mengatakan perasaanku ke
kamu tapi sesuatu yang mengejutkan membuatku tidak bisa berkata kata haha, maafkan aku
yang terlambat mengatakan ini, aku mencintaimu namun mengingat kamu adalah calon kakak
iparku maka aku akan berusaha semampuku untuk mengikhlaskan mu, tetapi jika aku tetap
tidak bisa melupakanmu tolong jangan membenciku, aku tidak berniat untuk merebut sesuatu
dari kakakku bahkan jika itu adalah orang yang sangat aku cintai, aku akan berusaha
melepaskanmu, jagalah dirimu baik baik, semoga kita rukun sebagai adik dan kakak ipar".
"E-enzo" lidahnya kelu, air matanya berjatuhan dia terkejut dengan fakta bahwa Erlanzo juga
mencintainya.
Tapi sayangnya kedua orang tersebut tidak bisa bersama, mereka memang akan menjadi
keluarga tapi hanya sebatas ikatan 'ipar'.
Setelah mengucapkan perpisahan kepada keluarganya, dia masuk kedalam pesawat
perjalanannya menuju negara F akan memakan waktu yang panjang di dalam pesawat, Erlan
hanya memikirkan Leora, dia berusaha untuk mengusir pikirannya jauh jauh tapi tidak bisa
Leora selalu datang dan memenuhi isi otaknya.
'Huft entah sampai kapan akan seperti ini, aku harus melupakannya, Erlanzo ingat dia
adalah calon kakak iparmu dia bukan lagi gadis kecil yang manis dan selalu ada disampingmu
tapi sekarang dia adalah orang yang akan dijodohkan dengan kakakmu, arghh tapi bagaimana
jika tidak bisa apa aku harus memendam dan melihat semua dalam diam untuk selamanya? Ah
benar aku harus fokus pada pelatihanku, aku harus fokus ayolah, aku harus membuktikan dan
tidak akan mengecewakan pilihan Clover' sepanjang penerbangannya hanya diisi dengan rasa
frustasi.

Erlan sudah menempuh penerbangan selama 21 jam lamanya, akhirnya dia keluar dari
pesawat berjalan dengan langkah tenang, tidak lupa kacamata hitam bertengger di hidung
mancungnya ketampanan seorang Erlanzo meningkat, di depan bandara terdapat orang suruhan
ayahnya, ia menghentikan langkahnya, tangan kekar Erlan sebelumnya hanya berada di dalam
saku, kini terangkat untuk melepas kacamata hitamnya, tatapan tajam miliknya menyapu
sekitaran yang ramai orang berlalu lalang.

'Lembaran baru dibuka'

Erlan menjalani kehidupannya di negara ini dengan rasa kerinduan tak terbatas kepada
sosoknya, benar! Sudah terhitung setahun lamanya sejak ia meninggalkan tanah kelahiran, di
waktu itu juga dia berusaha dengan keras mulai dari dirinya yang kini menjadi pengganti
ayahnya sementara, hingga berusaha untuk melupakan Leora, bohong jika dia bisa
melupakannya, semakin dia berusaha semakin dalam juga rasa cinta dan rindunya, dia sadar
ini adalah kesalahan, seharusnya dia melupakan rasanya kepada perempuan yang dijodohkan
dengan kakaknya, tetapi hingga titik ini dia hanya merasakan rasa rindu yang semakin besar,
Leora semakin melekat di pikirannya, rasa tidak rela semakin menjeratnya, Erlan hanya bisa
memendam dalam diam.

Sama halnya dengan Leora yang tidak bisa melupakan 'dia' dan entah bagaimana Leora tidak
menyukai karakter Ken hatinya selalu berkata untuk menjauh dari pria itu.
"Erlan bagaimana kabarmu sayang?apa kamu baik baik saja?" Suara lembut penuh kasih
seorang wanita terdengar dari telepon itu adalah Ruby.
" aku baik baik disini, gimana keadaan mama? Apa sudah membaik ma?"
"Mama baik baik saja, kamu sudah bekerja dengan keras ya Erlan, kamu sudah tumbuh
dewasa,mama bangga sama kamu, hasil ujianmu juga buat mama bangga, kamu sudah berhasil
membuktikan dirimu mampu Erlan maafkan mama yang nggak bisa ikut hadirin acara
kelulusan kamu, mama menyesal hiks" air mata perlahan menetes.
Ruby tidak bisa menghadiri acara kelulusan Erlan, Erlanzo telah menamatkan masa SMA
nya, yang menghadiri acara tersebut hanyalah Ken dan sedikit anggota keluarga Clover, saat
itu Ruby tengah mengandung, usia kandungannya mendekati kelahiran dan Samuel tidak
mengijinkannya.

"Sstt udah ma jangan nangis, nggak usah dipikirin kasian adek bayi, Erlan juga tau kok
kondisinya gimana jadi Erlan maklumin, kan ada kakak sama om yang wakilin" Erlan
memenangkan mamanya agar tidak stres.

"Makasih Erlan, sekali lagi maafin mama ya?"


"Iya mama udah jangan dipikirin lagii kasian adek Erlan nanti ikut stres"
"Haha iya iya, oh ngomong ngomong apa kamu sudah melupakan Leora?"
Hening..
"b-belum ma" dia berkata dengan nada lirih.
"Nggakpapa, mama tahu pasti itu berat buat kamu, memang melupakan seseorang yang dicintai
akan memakan waktu yang tidak singkat, semangat kamu pasti bisa perlahan ikhlasin Leora"
Ruby tersenyum lembut saat berbicara
"Makasih atas nasehatnya ma"
"Iya, kapan kamu pulang? Kamu pasti sudah tau kan sebentar lagi Leora sama Ken mau
tunangan, dan 4 hari setelahnya akan ada peresmian kamu sebagai CEO perusahaan, segeralah
pulang kami merindukanmu Erlan"
"Tentu ma, hari ini, aku akan berangkat nanti malam" mengingat hal itu, rasa sakit menyayat
dihatinya.
"Oke, jaga dirimu baik-baik, kembalilah dengan selamat"
"Baik, jaga kesehatanmu ma, istirahat yang cukup love you mom"

Sedangkan di suatu ruangan tertutup, terdapat dua orang pria yang berbincang dengan serius.
"Bagaimana? Apa dia akan pulang?"
"Ya tuan, dia akan berangkat malam ini"
"Baiklah permainan akan dimulai"
"Baiklah permainan akan dimulai laksanakan rencana yang sudah disusun sesuai perintahku
sebelum peresmian dimulai, mengerti?"
"Baik tuan"

Erlan sudah tiba di kediaman Clover kemarin, acara pertunangan akan dilaksanakan malam ini
di sebuah gedung yang telah ditentukan.
Acara berjalan dengan lancar, semua tampak bahagia kecuali Erlan yang hanya diam
sepanjang acara bErlangsung, Leora yang tersenyum bahagia tapi rasanya hanya topeng belaka,
dan Ken yang menyeringai setiap kali pandangannya melihat sosok Erlan.

Tiga hari berlalu sejak acara pertunangan berlangsung, Ken dan Leora resmi bertunangan

Di Sebuah anak perusahaan, terdapat seorang pria yang duduk di kursi kerjanya dia tengah
Memerintahkan tangan kanannya.
"Persiapkan semuanya malam ini"
"Baik tuan"

Saat ini mereka berkumpul diruang keluarga dan jangan lupa disitu juga ada Leora, malam
ini dia menginap di kediaman Clover, Ruby merengek ingin bersama calon menantu
kesayangannya sepertinya hormon ibu hamil.

"Astaga" Samuel hanya memegangi pelipisnya yang pusing melihat istrinya yang sedari tadi
lebih menempel dengan Leora daripada suaminya sendiri.
"Ini sudah larut malam lebih baik tidur, besok adalah hari yang penting untuk Clover, Erlan
akan diangkat menjadi CEO secara resmi, jadi lebih baik kita beristirahat lebih awal, dan kamu
Ruby kamu sedang hamil sayang, banyaklah beristirahat, dari kemarin kamu nempel terus sama
Leora, apa kamu lupa sama aku? Leora nggak bakal hilang, nggak ada yang nyulik, sekarang
waktunya tidur"
Ken, Leora dan Erlan hanya bisa terkikik geli

Namun entah bagaimana hati Erlan ingin mengatakan sesuatu


"Ya mama istirahatlah yang banyak, kalo mama cape nanti adek bayi juga ikut capek, pa
jagain mama sama adek Erlan minta tolong, Erlan sayang sama mama, mama jangan
kebanyakan stres mama harus kuat sebentar lagi adek bayi lahir" Erlan menoleh ke Ken.
"Kak jaga Leora dengan baik, jaga mama, aku percaya sama kamu"
Ken tersenyum
"Dan Leora, terimakasih untuk semua, sepertinya aku masih tidak bisa melupakanmu, maaf
kak ken atas kelancanganku"
"Love you all"

Semua yang ada disana menatapnya aneh, tidak pernah sekalipun Erlan seperti itu sebelumnya.
"Erlan kenapa kamu tiba tiba ngomong begitu, kamu mau kemana hah?" Tanya Ruby
menuntut.
"Hehe aku juga nggak tau ma tiba tiba pengen ngomong ini, mungkin setelah peresmian
selesai aku jadi lebih sibuk dan jarang ada dirumah ini dimasa depan"
setelah mengobrol banyak mereka kembali ke kamar mereka masing-masing, ini hampir
tengah malam, saat semua orang tertidur, Enzo membuka pintu kamarnya dengan pelan lalu
melangkah meninggalkan kamarnya dan berjalan keluar kediaman, dia mengendarai mobilnya
menuju suatu tempat.

Tidak lama Ken juga menyusul, dengan senyum aneh di bibirnya, ia melangkah menuju
ke depan gerbang kediaman dan masuk kedalam mobil dengan sopir di dalamnya, mobil
tersebut jelas tidak ada di garasi rumah clover, sepertinya itu properti milik Ken sendiri, tidak
ada memperhatikan kepergian keduanya karena rumah besar itu tidak memiliki satpam yang
menjaga gerbang, kediaman clover penuh dengan teknologi otomatis jadi kehadiran satpam
tidak dibutuhkan disana.
Kemana perginya kedua kakak beradik itu? Entahlah kepergian mereka bahkan tidak ada
yang melihatnya kecuali seseorang yang terbangun tengah malam karena kehausan, saat
melangkah dalam kegelapan matanya tidak sengaja melihat siluet Ken yang keluar dari pintu
utama, alis orang tersebut hanya bisa mengerut kebingungan.

Erlan sudah sampai di tujuannya sebuah tempat luas yang sepi..tempat itu sepi saat malam
tetapi lumayan ramai saat siang hari, tidak ada kamera pengawas di tempat itu. Erlan sengaja
datang ke tempat tersebut untuk menenangkan pikirannya yang kacau selama beberapa hari
belakangan, ia meninggalkan mobilnya di dekat pohon sedangkan dirinya turun.
Ia berjalan kaki berniat untuk menikmati angin malam dan juga bintang terang ditengah malam
yang sunyi.
'Sudah lama aku tidak menikmati ketenangan ini' sudut mulutnya terangkat membentuk
senyuman yang tulus. Entah lah sedari tadi perasaannya tidak enak dan gusar.

Baru beberapa menit berjalan, tepat di tikungan jalan, ia mendengar sesuatu


"Meow..Meow" Erlanzo menoleh ke sekeliling untuk mencari asal suara dari makhluk kecil
berbulu yang ia sukai.
Matanya terfokus pada seekor kucing kecil tepat di seberang jalan
Sebelum menyebrang ia rasa jalan kosong, benar benar sepi, mengambil langkah ringan.

Disisi lain setelah tikungan, tiba tiba terdapat mobil dengan kecepatan yang sangat kencang
melaju
"BRAKKK" Erlanzo merasakan tubuhnya terhantam dengan sangat keras, tubuhnya melayang
lalu jatuh dan terseret beberapa meter dengan kencang.
Entah apa yang menghantamnya, semua terjadi terlalu cepat, setelah dirasa tubuhnya sudah
berhenti dan tergeletak ia merasakan sakit yang amat luar biasa di seluruh tubuhnya, rasanya
semua tulang yang ada didalam tubuhnya remuk berkeping keping, genangan darah ada
disekitar tubuhnya yang penuh luka, ia tidak bisa menggerakkan anggota badannya, rasanya
seperti akan mati.

Samar samar Erlan mendengar langkah kaki mendekat, Matanya melirik.


Erlanzo melihat mobil mewah berwarna hitam, sepertinya mobil tersebutlah yang menghantam
ia barusan saat menyebrang.

Matanya hanya melihat dua pasang sepatu mendekat. Ia berharap orang tersebut mau
membantunya
"Haha, apa dia sudah mati?" Erlan mendengar suara berat yang tidak asing di telinganya
"Erlanzo, apa kamu masih bernafas?" jelas dari suaranya dia adalah seorang pria, Erlan yang
sedang merasakan rasa sakit yang amat luar biasa di tubuhnya berusaha untuk mengangkat
kepalanya sedikit.
"K-kak" Erlan terkejut, ia bersuara dengan tenaga yang tersisa, menahan rasa sakit yang
menusuk.
"Oh kamu masih hidup ternyata, ku kira sudah mati" ia menatap tak percaya pada sosok yang
dipanggil kak.
Itu adalah Kenneth! Terdiam! Erlan sedang memproses apa yang terjadi, apa kakaknya
adalah orang yang menabrak dirinya?atau dia salah lihat? Mengapa? Tidak mungkin kan kakak
yang ia percayai itu menabrak dirinya dengan sengaja? Apa ini mimpi?.
Melihat sinar mata Enzo yang penuh dengan keterkejutan Ken hanya mendesis tertawa
"Apa? Kamu terkejut adikku tersayang?" Ken menyeringai puas.
"Kenapa kamu nggak mati? Kamu pasti terkejut dengan kejadian tak terduga ini kan? Huhuhu
adikku sangat menyedihkan, apa aku harus menolongmu? hei kamu tolong adikku, dia sedang
sekarat tolong antarkan dia menuju neraka" orang yang mengemudi atas perintah Ken hanya
bergetar ketakutan.
"M-mengapa?" Selain matanya penuh dengan keterkejutan disana juga terdapat rasa sedih,
kecewa, dan tidak menyangka, dadanya dipenuhi rasa sesak.
"Apanya mengapa? Bukankah kamu bisa lihat sendiri? Aku hanya ingin membunuh
serangga pengganggu sepertimu sialan! Pengecut yang mengganggu jalanku harus
disingkirkan, aku sangat membencimu Erlanzo bajingan, apa bagusnya dirimu, mengapa kamu
mendapat semuanya, sedangkan aku? Hanya diberi pengendalian anak perusahaan, lalu kamu?
Kamu mendapat kendali utama sialan, harusnya itu jatuh ke tanganku, kenapa malah kamu
yang mendapatkannya, tapi aku sudah berhasil mendapatkan orang yang kamu cintai haha,
seharusnya aku juga bisa mendapatkan yang lainnya. Perlu kamu ketahui Erlan sejak kecil aku
selalu memendam rasa ini, berpura-pura menjadi kakak yang baik, kamu selalu saja mengambil
perhatian mereka, aku sudah muak! Sekarang aku ingin membunuhmu maka aku harus
membunuhmu, aku tidak sudi perusahaan utama jatuh ketanganmu, posisi itu hanya pantas
untukku" setiap perkataan yang keluar seperti silet, dengan kejam Ken menginjak tangan Erlan,
perlahan tapi pasti tangan Erlan mengeluarkan suara 'krak', Kenneth melampiaskan
kebenciannya dengan sadis.

Sungguh rasanya menusuk, sangat sakit, hatinya juga hancur menerima pernyataan pahit
itu, seperti ditampar kenyataan, kakak yang ia percayai sedari kecil, yang ia sayangi sebagai
sesama saudara, ternyata menyimpan kebencian selama ini, kakaknya..merencanakan
pembunuhan untuknya, kakaknya mengharapkan ia mati, Ken membencinya. Apa ini semua
hanya karena warisan?
Perlahan air mata turun dari kedua kelopak matanya, yang selama ini menampilkan
keceriaan, sekarang hanya berisi kesedihan, dan luka yang dalam.
Erlan hanya berharap ini semua mimpi buruknya, bukan kenyataan, namun sekali lagi
kenyataan menamparnya.

"Cih apa gunanya aku ngomong sama orang yang sebentar lagi mati, buang buang waktu
saja" Ken menjambak rambut lebat Erlanzo, menyeretnya menuju batu besar dipinggir jalan.
"Katakan hal terakhir jika kamu mampu, aku memberimu kesempatan" diam Erlan hanya
berusaha menahan rasa sakit diseluruh tubuh dan hatinya, ia tak menyangka kakaknya yang
selalu baik, akan berubah menjadi iblis yang mengerikan.
"Tidak mau huh? Baiklah aku yang akan mewakilkannya"
"Aku membencimu sampai mati Erlanzo"

Hatinya semakin sakit


"DUG..DUG..DUG..DUG..DUGG" dengan sadis Ken membenturkan kepala Erlan ke batu
besar dengan seluruh kekuatannya..
Setelah dirasa cukup ia menghentikan perbuatannya, menarik napas untuk meredakan
emosinya, dan setelah melihat Erlanzo sudah tidak bernapas, dia tertawa dengan puas.
Benar..Erlan berhenti bernapas, dia meninggal dengan keadaan yang tragis, tubuh penuh
luka, entah itu dalam maupun luar, sangat parah, apalagi kepalanya.. pecah, kulit kepala yang
terbentur dengan batu, terkelupas dari tengkoraknya, genangan darah mengelilinginya, ia
meninggalkan semuanya dengan hati yang penuh akan rasa sakit dan kesedihan.
"Setelah ini semua akan menjadi milikku" Ken menendang tubuh tak bernyawa adiknya, dan
meninggalkannya begitu saja.

Tepat jam 5 pagi, seseorang menemukan tubuh mengenaskan Erlanzo yang tak bernyawa,
membawanya ke rumah sakit.

Telepon Samuel berdering, nomor tak dikenal memanggil.


"Halo selamat pagi, apa ini pihak dari keluarga Erlanzo Darren Clover? Tolong kerumah sakit
terdekat segera"

"DEGGG" sadar dari keterkejutannya.


Samuel bergegas memberitahu semua termasuk Ken juga ikut terkejut, reaksinya terlihat
sangat alami, seperti tidak terjadi apa apa sebelumnya.

Sekarang mereka pergi menuju rumah sakit terdekat, dengan Ruby dan Leora yang penuh air
mata.
Mereka tiba di sana dan langsung diarahkan menuju ruang otopsi, tentu semua yang hadir
dibuat bingung dan penuh kecemasan, mereka berharap pikiran yang selalu datang di otak
mereka bukanlah kenyataan.
Setelah menunggu, dokter keluar dari ruang otopsi
"adakah diantara kalian wali dari Erlanzo Darren Clover?"
"Kami keluarganya" Samuel berkata.
"Baiklah.. saya dengan berat hati menyatakan bahwa Erlanzo meninggal dunia, Erlanzo
diantarkan oleh orang yang menemukannya dengan keadaan sudah tidak bernyawa, kami masih
sedang dalam proses pemeriksaan lebih lanjut, hasilnya akan keluar 4-8 minggu mendatang..
saya turut berduka".

"GAKK GAK MUNGKIN ERLAN NGGAK MUNGKIN NINGGALIN KITA, ANAK AKU
KUAT GAK MUNGKIN DIA TEGA NINGGALIN KITA" teriakan Ruby sangat menyayat
hati. "GAKK ENZO GAK MUNGKIN MENINGGAL" Leora berteriak histeris.

Kedua perempuan tersebut menangis dengan histeris mereka tidak bisa menerimanya, kenapa
tiba tiba? Tadi malam dia baik baik saja, dia dalam keadaan sehat.
"Pasti itu bukan Erlan pa, ITU BUKAN ERLAN" Samuel hanya bisa memeluk Ruby dan
menangis dalam diam, dia masih mengingat dengan jelas, semalam anaknya sehat tidak ada
luka atau sakit apapun, kenapa tiba tiba seperti ini, ia masih tidak dapat menerima serangan
kejutan ini, Ken pun sama ia menangis dalam diam tapi dibalik tangisannya, mata itu
memancarkan kepuasan.
"Ruby..sayang..sayangg" Ruby sedang dalam masa mengandung ia mengalami shock berat.
Samuel dengan panik menepuk pipi istrinya beberapa kali sebelum menggendong dan
membawanya untuk pemeriksaan.

Acara pemakaman Erlanzo dilakukan, kediaman Clover dipenuhi oleh orang orang dan juga
temannya yang datang untuk berbela sungkawa, hati seluruh keluarga Clover diisi oleh
kekosongan yang hampa, apalagi leora yang tidak bisa menerimanya.
Kasus Erlan dianggap sebagai tabrak lari, polisi telah menangkap pelaku, dia adalah orang yang
mengemudikan mobil Ken pada waktu itu terjadi, dan seorang pria pemilik mobil tersebut.
Benar Ken menjadikan keduanya kambing hitam, dia mengancam keselamatan keluarga
keduanya, jika tidak menurut maka keluarganya akan dibunuh, jika mereka bersedia menjadi
kambing hitam, maka ia berjanji biaya hidup keluarga kedua orang itu akan ditanggung Ken.
Dibawah keterpaksaan akhirnya supir dan pria tersebut bersedia dijadikan kambing hitam, dan
dengan cerdiknya mobil yang ditumpangi itu bukan menggunakan atas namanya tetapi atas
nama orang lain, jadi selain supir, ada juga satu orang pria sebagai pemilik mobil yang
dijadikan kambing hitam.

Namun Leora mengamati hasil otopsi, ia merasa janggal dengan hasil otopsi, Leora
melakukan investigasi ulang secara diam diam, lalu mencoba untuk mengunjungi supir yang
sudah menjadi tahanan, supir dengan bersikeras tidak mau memberi tahunya, "Apa kamu
diancam? dengan apa? Apakah keluargamu? Jika kamu diancam aku menyarankan untuk tidak
terlalu percaya dengan tawaran yang orang itu berikan, dia saja bisa mengancammu, apalagi
menyakiti keluargamu, itu adalah hal yang mudah baginya " Supir diam tapi matanya memiliki
getaran ketakutan yang kuat.
"Iya? Kamu diancam dengan keluargamu?bisakah kamu memberitahuku siapa yang
memerintahkanmu, berkatalah jujur aku akan melindungi keluargamu dengan ketat, jika bisa
aku akan membuat mereka aman tinggal di luar negeri, jadi pikirkanlah baik baik" supir
bimbang, jatuh dalam kebingungan, ia takut keluarganya terancam namun Leora
meyakinkannya berulang kali, hingga ia mau buka mulut dan semuanya terungkap fakta bahwa
tunangannya lah yang sudah membunuh Enzo, dan Leora melakukan hal yang sama ke
kambing hitam yang lain.

Kasus kembali Dibuka untuk melakukan investigasi ulang, dan Kenneth secara resmi
dijatuhi hukuman seumur hidup atas pembunuhan berencana, Samuel dan Ruby tidak
menyangka hal tersebut. Mereka jatuh dalam kesedihan dan rasa penyesalan. Entahlah mereka
harus berbahagia karena kelahiran bayi mereka atau harus bersedih karena semua kejadian yang
menimpa anak keduanya dan anak pertamanya sebagai pelaku.
Leora mengunjungi makam Erlanzo, dia memandangi makam tersebut dengan penuh
kerinduan.
"Enzo, aku disini buat jenguk hehe, gimana kamu disana? Apa sudah bahagia? Kita disini
kangen sama kamu, kita udah cari keadilan buat kamu, sekarang dia sudah mendapat hukuman
yang setimpal, kamu yang tenang disana Enzo, dan apa kamu tau? Aku masih mencintaimu
sampai detik ini, terimakasih sudah menjadikan diriku sebagai cinta pertama dan terakhirmu
aku senang mengetahuinya, walau kita nggak bisa bersama itu mungkin sudah jadi takdir
Tuhan yang terbaik, aku ikhlas yang penting kamu bahagia disana, aku juga akan mencari
kebahagiaanku disini dengan caraku sendiri, haha.. tenang tenangg Enzo.. aku nggak akan
lupain kamu, ah hari sudah semakin sore kayaknya aku harus pamit, Makasih sudah menjadi
kuat, aku akan sering mengunjungimu..selamat tinggal, and love you" setetes air mata jatuh,
tapi dia dengan cepat menghapusnya lalu perlahan berjalan pergi.

Setelah mengalami semua kejadian yang berlalu Leora menyadari bahwa hati manusia
adalah sesuatu yang paling tak terduga, mudah untuk diputar balikkan, sebagai manusia
memang selayaknya saling percaya untuk membentuk sebuah ikatan, namun sadarilah juga
batasan jangan terlalu percaya kepada seseorang baik itu orang terdekat maupun orang jauh,
dia hanya bisa percaya pada dirinya sendiri dan juga Tuhan, tidak semua manusia memiliki
hati yang baik, dan sebagai makhluk ciptaan Sang Penguasa Alam Semesta pasti ada saatnya
untuk berpulang atas kehendak tuhan, seberapa enggan dirinya untuk ditinggalkan dan
meninggalkan pasti akan kembali ke sisi Tuhan, dirinya akan mengingat satu hal yang sangat
jelas bahwa tidak ada makhluk hidup di alam semesta ini yang akan abadi.

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai