Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Yasin

No. Absen : 21

CAHAYA DI ANTARA KEGELAPAN

Pada suatu saat, di salah satu rumah susun sederhana yang bernama Rusuna Garden
Flower No.32, tinggalah 1 pasang adik kakak. Sang adik bernama Lulu dan umurnya masih
11 tahun. Sang kakak bernama Sena dan umurnya sudah 18 tahun. Sang adik masih
bersekolah di sekolah dasar, sedangkan sang kakak sudah berada di sekolah menengah atas
(SMA). Mereka tinggal berdua karena kedua orang tua mereka pergi keluar kota untuk
bekerja. Mereka sudah hidup berduaan selama 2 tahun.
Kakaknya Sena terkenal dengan kedermawanan dan kebaikannya oleh masyarakat
luar dan sekolahnya. Adiknya Lulu, terkenal dengan sifatnya yang selalu ceria dan ramah
terhadap orang lain.
Pada minggu pagi, 29 Agustus 2015. Disaat matahari mulai bersinar menerangi kota,
seperti biasa sang kakak selalu terbangun terlebih dahulu dibandingkan dengan adiknya.
Setelah bangun sang kakak pergi ke wc untuk membasuh mukanya, kemudian pergi ke dapur
untuk mulai memasak masakan untuk sarapan. “Akan aku buatkan makanan kesukaan Lulu
khusus untuk hari ini” pikir sang kakak.

Tak lama kemudian sang adik terbangun, dan berjalan menuju ke sofa di tengah
rumah. “Eh Lulu, ternyata kau sudah bangun!” ucap sang kakak ketika melihat sang adik
berajalan sambil mengantuk. Saat di dekat sofa sang adik tak kuasa mengatasi rasa
kantuknya sehingga ia kembali tertidur di sofa. Sang kakak tersenyum melihat tingkah
adiknya yang lucu itu. “Aku bangunkan saat masakannya sudah jadi saja ah!” pikir sang
kakak, karena kasihan melihat adiknya yang masih ngantuk.

Ketika masakan sudah siap dihidangkan, sang kakak membangunkan sang adik yang
tertidur di sofa. Namun sang adik tak kunjung bangun. Akhirnya sang kakak menggunakan
suatu cara yang biasa ia gunakan ketika sang adik susah untuk dibangunkan, yaitu dengan
menggelitiknya. Tak lama setelah adiknya degelitik, akhirnya dia bangun. Tubuh sang adik
terlihat masih lemas, sang kakak berusaha membujuknya agar pergi ke wc terlebih dulu
untuk membasuh mukanya. Setelah adik pergi ke wc, sang kakak duduk menunggu di meja
makan. “Kak, menu sarapan hari ini apa?” Tanya sang adik dambil mengusap-usap matanya.
“Makanan kesukaanmu, Rendang” jawab sang kakak. Sang adik pun terkejut dan langsung
bersemangat untuk sarapan “Hore!!!” ucap sang adik. Kemudian mereka berduapun sarapan
bersama.

Di saat mereka sarapan, merekapun berbincang-bincang. “Hei Lulu?” Tanya sang


kakak. “Ada apa kak?” tanggap sang adik sembari mulutnya dipenuhi nasi. “makannya pelan-
pelan, jangan buru-buru, santai aja” ucap sang kakak sembari tersenyum melihat tingkah
adiknya yang lucu dan kekanak-kanakan. Sang adik pun menjawab “Oke, siap kak!”.

Terlintas dalam pikiran sang kakak “Aku ingin tahu apa yang sedang dikerjakan ayah
dan ibu sekarang”. Kemudian sang kakak berkata kepada adiknya “Bagaimana kalau sesudah
makan. Kita tanyakan kabar ibu dan ayah lewat telepon? Apa kau setuju? Soalnya sudah lama
kita tidak menanyakan kabar mereka di luar sana”. ”Aku setuju kak! Kalau begitu bagaimana
kalau video call saja? supaya bisa sambil melihat wajah ayah dan bunda sekalian” saran sang
adik.“Benar sekali, adikku memang pintar!” Puji sang kakak. “Ya iyalah, kakaknya juga
pintar, masa adiknya enggak, hehe!” Ucap sang adik.

Beberapa menit kemudian merekapun mereka akhirnya selesai sarapan. Kemudian,


sang kakak membereskan alat-alat makan yang telah mereka pakai. Setelah selesai
membereskan semuanya, sang kakakpun bergegas membawa hp nya yang berada di lemari di
kamarnya. Setelah ditemukannya, ia pun langsung menghubungi orang tuanya melalui video
call di whats app.

Tak lama kemudian, Sena pun terhubung dengan akun whats app ibunya. Namun saat
akan mengucap salam, adiknya mengambil hp nya dan langsung menanyakan keadaan
ibunya. Sena dan ibu pun tersenyum oleh tingkah Lulu yang lucu.”Lulu, jangan berebut hp
ya. Kasihan kakakmu tadi mau bicara.” Ucap ibu dalam video call sambil tersenyum. “Taka
apa-apa bu, biarin aja. Kasihan sudah lama Lulu tidak bicara sama ibu.” ucap Sena. “Maaf
bu, soalnya Lulu sayang banget sama bunda dan papa, karena udah lama gak bicara tatap
mata kayak gini.” curhat Lulu. Ibu pun menjawab sembari bertanya “ Iya gak apa-apa kok,
bunda juga tahu. Gimana kabar kalian berdua disana?”. Sena pun menjawab “ Alhamdulillah
bu, kami baik-baik saja.” Lulu pun menyangkal pembicaraan “Apalagi Lulu, Lulu sangat
sehat! Soalnya kakak selalu menjaga Lulu agar selalu sehat. Oh bu, makanan kakak tadi pagi
sangat enak!”. Ibu pun bertanya kembali “Sejak kapan kakak bisa memasak?”. “Sejak Ibu
pergi, kakak selalu berusaha untuk bisa memasak masakan sendiri, meskipun awal-awalnya
gosong semua, hihihi...” sangkal Lulu sembari meledek kakaknya.Sang Ibu tertawa dan Sena
merasa malu. Kemudian mereka berdua berbincang-bincang dengan ibunya dan ayahnya
yang sedang menyetir mobil.

Setelah percakapan hampir berakhir, sang Ibu menitipkan amanat kepada Sena dan
Lulu “Sena, ibu titipkan Lulu padamu. Mohon jaga baik-baik Lulu. Anggap saja Lulu seperti
kurcaci kecil yang selalu butuh pertolonganmu. Apabila ada masalah besar yang datang
kepada kalian berdua, hadapilah bersama-sama. Karena kalian berdua merupakan sosok yang
paling berharga bagi ibu dan ayah” ucap ibu sembari tersenyum. Kemudian adik kakak
tersebut menjawabnya dengan serempak “Siap bu!”. “Oke kalau begitu sampai jumpa lain
waktu, dah!”Ucap ibu sambil menutup video call. Kedua kakak beradik itupun melanjutkan
kegiatan keseharian mereka seperti biasanya.

Hari demi hari berlalu dengan cepat. Hingga pada tanggal 03 September 2015, mereka
melihat berita harian di televisi. Diberitakan ada sebuah kecelakaan di sebuah bandara akibat
pesawat yang gagal mendarat. Saat dipaparkan dalam berita tersebut daftar orang-orang yang
meninggal dalam kejadian itu, tertulis nama kedua orang tua mereka dengan foto yang sama
dengan wajah kedua orang tua mereka. Awalnya mereka tidak menyangka bahwa kedua
orang tersebut merupakan kedua orang tua mereka. Namun setelah dua hari berlalu setelah
kecelakaan tersebut terjadi. Ada sebuah mobil ambulan dan polisi yang terparkir di depan
rusuna mereka. Awalnya mereka menyangka itu merupakan ambulan yang biasa berkeliling
kota. Namun setelah dilihat dari kedekatan, ternyata ada dua mayit yang dibungkus kain
kafan, saat dibukakan kain kafan di bagian wajahnya, ternyata dua orang tersebut benar-benar
kadua orang tua mereka. Sena dan Lulu dulu tidak percaya pada data korban kecelakaan di
bandara dan mengira gambar yang dipaparkan bukan kedua orang tuanya. Namun
kenyataannya berbeda, mereka pun menangis karena tidak kuat menahan rasa sedih tersebut.
Tak lama kemudian mereka menyemayamkan mayat kedua orang tuanya di pemakaman
umum.

Dua hari berlalu setelah mereka mengubur kedua orang tuanya. Keduanya selalu
teringat terakhir kali mereka berbincang-bincang dalam video call. Namun sekarang, mereka
telah tiada meninggalkan rasa luka yang besar di hati. Sang kakak ingat saat terakhir kalinya
sang ibu memberikan amanat kepadanya, selalu terbayang-bayang dalam kepalanya “Apabila
ada masalah besar yang datang kepada kalian berdua, hadapilah bersama-sama. Karena kalian
berdua merupakan sosok yang paling berharga bagi ibu dan ayah”. “Apakah itu merupakan
pesan tersirat yang ibu berikan kepadaku bahwa sebentar lagi ia akan tiada?” Ucap Sena.
Lulu pun berkata kepada Sena sembari memeluknya “Andai ibu masih ada. Aku akan
memeluknya erat-erat dan takkan melepaskannya!”. Rasa sedih dan duka melanda di dalam
hati kakak beradik tersebut selama satu minggu.

Setelah satu minggu, mereka mulai ceria kembali seperti biasa. Namun ada suatu
masalah yang dihadapi sang kakak. Yakni biaya kehidupan sehari-hari yang menjadi semakin
berat semenjak mereka kehilangan orang tuanya. Meskipun biaya kehidupan mereka selalu
dibantu oleh paman dan bibi mereka. Namun sang kakak merasa tidak enak apabila selalu
mengandalkan bantuan orang lain. Sang kakak memikirkan bagaimana caranya agar biaya
hidup mereka berdua tetap berjalan semestinya dan tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Akhirnya sang kakak memutuskan untuk bekerja paruh waktu di sebuah pasar. Ia bekerja
sebagai tukang parkir.

Setiap berangkat sekolah ia selalu membawa pakaian untuk bekerja di tasnya. Setiap
hari sehabis sekolah, sang kakak selalu bergegas menuju ke pasar dan bekerja menjadi tukang
parkir. Setiap hari dia selalu pulang senja dengan keadaan berkeringat, kulit kering akibat
panas terik sinar matahari. Namun penghasilan yang didapatkan tidak selalu sesuai dengan
yang diharapkan. Kadang sehari hanya mendapat Rp.5000, Rp.10000, bahkan pernah tidak
mendapatkan satu rupiahpun. Namun sang kakak selalu bersabar dan tabah menghadapi
kenyataan tersebut.Ia selalu berdoa dan berharap kepada tuhan agar dimudahkannya dalam
segala urusan.

Pada malam tanggal 25 September 2015, cobaan lain datang menghampiri sang
kakak. Sang adik tiba-tiba jatuh ke lantai kemudian tak sadarkan diri. Sontak sang kakak
langsung kaget melihat kejadian tersebut. Ia meminta bantuan ke tetangga di sebelahnya,
namun tetangga-tetangganya sedang keluar berlibur. Akhirnya ia membawa sang adiknya
sendirian menuju rumah sakit menggunakan taksi. Sesampainya di rumah sakit, para perawat
langsung membawa Lulu ke ruang UGD dan tidak lama kemudian langsung ditangani oleh
dokter dan beberapa perawat. Sena hanya bisa diam menunggu di luar. Setelah 2 jam,
akhirnya sang dokter keluar. Sontak saja Sena langsung menghampiri dokter dan
menanyakan “Dok, bagaimana keadaan adik saya? Apa dia baik-baik saja?” Namun sang
dokter sedikit menundukan kepalanya dan berkata “Mohon maaf, adikmu terkena serangan
jantung ringan”. Serentak saja sang kakak terkejut dan berkata “Inikah ujian yang diberikan
kepada kami olehmu Tuhan?” Ia pun bertanya kembali “Kapan dia akan sadarkan diri dok?”
Dokter tersebut menjawab “ Mungkin jika keadaannya membaik, maka diapun akan sadarkan
diri. Namun untuk sekarang Lulu harus menjalani rawat inap”. “oh begitu. Baiklah, kalau
begitu saya akan terumenemaninya katika ia dirawat.” ucap sang kakak. Sang dokter berkata
“Untuk mendaftar rawat inap dan biaya segalanya harap pergi ke ruangan sebelah sana”. “oh,
baiklah dokter” jawab sang kakak.

Sena pun pergi ke ruangan tersebut dan bertanya “Maaf bu, saya ingin mendaftarkan
adik saya untuk rawat inap. Apakah benar di ruangan ini?”. Perawat pun menjawab “Benar
pak. Atas nama siapa ya adik bapak?” Sena pun menjawab “Atas nama Lulu”. Perawat
tersebut memasukan data tersebut ke komputer dan menanyakan beberapa hal lainya. Tak
lama kemudian, perawat tersebut berkata “Ini untuk rincian biaya operasi tadi dan rincian
biaya rawat inap per hari”. “Oh, baiklah” jawab Sena. Setelah dilihat ternyata biaya
operasinya sangat mahal. Sekitar 20 juta rupiah. Sena pun kebingungan ditambah rasa kaget.
Kemudian hatinya berkata dan bertekad “Walaupun mahal, demi adikku. Aku rela melakukan
segalanya, karena dia satu-satu orang yang paling berharga bagiku sekarang”. Kemudian
terlintas dalam pikirannya untuk menyebarkan sebuah pengumuman minta tolong atas perihal
tersebut kepada semua teman-teman dan kenalan orang tua mereka di whats app . Di samping
itu, sang kakak selalu memohon kepada tuhan untuk memudahkannya segala urusan dan
berdoa agar sang adik cepat sembuh.

Pada hari ke 3 setelah operasi, akhirnya sang adik sadarkan diri. Pertama-tama dia
menoleh ka arah kiri dirinya dia melihat kakaknya yang sedang tertidur menunggu sang adik.
Sang adik berbicara dengan pelan. Sontak sang kakak terbangun dan melihat adiknya sudah
duduk sambil mengelus-ngelus kepalanya. Sang kakak sangat terharu atas kesadaran adiknya
sampai-sampai dia meneteskan air matanya. Sang adik berkata “Kak, aku sudah kembali”.
Sang kakak menjawabnya dengan nada yang lembut sembari meneteskan air matanya “ya,
adikku tersayang. Kau sudah kembali”.

Hari berikutnnya stelah kesadaran adiknya kembali, sang adik berkata “Maafkan aku
kak, Lulu sudah banyak membebani kakak.” disertai ekspresi menyesal. Sang kakak
menjawab “Tak apa-apa, kakak ikhlas kok”. Namun, sang adik terlihat murung dan
menundukan kepala. Sang kakak heran terhadap tingkah adiknya itu, kemudian ia bergegas
bertanya “Lu, kenapa mukamu jadi seperti itu?” dengan nada yang halus.Lulu yang sudah
tahu kabar bahwa kakaknya selalu melakukan segala hal yang diluar kemampuannya hanya
demi membiayai adiknya. Awalnya ia tak berkata apapun, namun akhirnya ia menyatakan isi
hatinya “Kenapa kakak sebaik ini padaku? Padahal aku hanya selalu jadi beban bagi
hidupmu. Bukannya membantumu, malah menyusahkanmu. Setiap hari kakak kerja, namun
aku hanya main saja. Namun pada saat seperti ini, kau malah membantuku. Apa aku layak
berada di sisimu bila sifatku seperti itu?”. Sang kakak sontak kaget menerima jawaban
tersebut dan diam beberapa saat. Hingga akhirnya dia menjawab pertanyaan tersebut “Tak
peduli apapun kata-katamu, sifatmu,dan tingkahmu. Walaupun kau merasa menjadi beban
terhadapku, aku hanya bisa mengatakan satu hal bahwa kenyataannya kamu adalah satu-
satunya adikku yang paling aku cinta.” Sontak sang adik pun terkejut dan menangis bahagia
mendengar hal tersebut. Kemudian iapun berkata “Kakak ku adalah kakak yang paling bodoh
di dunia”. Sang kakak pun menjawab “Dengan kebodohanku itulah yang membuatku bisa
jadi seperti ini”. Mereka pun tersenyum bersama dan menikmati suasana ruangan rawat inap.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu mengetuk. Sang kakak membuka pintu
tersebut, dan terlihat seorang pria berjas hitam tersenyum padanya. Pria tersebut bertanya “
Apakah ini dengan kakaknya saudari Lulu?” Sang kakak menjawab “ ia benar sekali, apakah
bapak ada perlu dengan saya?” sang kakak menanya kembali. Sang pria tersebut tersenyum
dan berkata “ Ya, mulai dari sekarang biaya hidup kalian semuanya ditanggung oleh saya”.
Sontak, sang kakak dan adik pun kebingungan. Kemudian sang kakak bertanya “Apa yang
menyebabkan anda bisa mengatakan hal itu?” Sang Pria berkata “Saya adalah bawahan ibu
dan ayah anda, Sebelum ia meninggal, meraka mengangkat saya menjadi presiden
perusahaan mereka dan berwasiat kepada saya untuk mejaga dan membiayai kehidupan
kalian sampai kalian bisa hidup mandiri”. Meskipun gembira, Sena dan Lulu masih
kebingungan dan bertanya sekali lagi “Memang pangkat apa kedua orang tuaku di perusahaan
tersebut?” Sang pria berkata “Mereka presiden/pemilik perusahaan kami”. Kedua adik kakak
tersebut tak menyangka bahawa kedua orang tuanya memiliki sebuah perusahaan besar.
Keduanya serentak berkata “alhamdulillah, pertolongan tuhan selalu datang tepat pada
waktunya”. Sena berkata dalam hatinya “ Ternyata, usaha yang kita lakukan tidak akan ada
yang sia-sia. Dan pertolongan tuhan bagai satu buah cahaya yang muncul secara tiba-tiba
diantara kegelapan”.

Anda mungkin juga menyukai