Anda di halaman 1dari 19

BIODATA PENULIS

NAMA : RAFLESSIAH, S. Pd
TEMPT, TANGGAL LAHIR : TEBAT GUNUNG, 07 APRIL 1966
NOMOR HP : 081373297603
ASAL SEKOLAH : SD NEGERI 20 PAGARALAM
ALAMAT : DESA TEBAT GUNUNG KEL.
LUBUK BUNTAK KEC. DEMPO
SELATAN KOTA PAGAR ALAM

JAMBU EMBAK KULAK


Pesan

Alkisah di tanah Besemah hiduplah satu

keluarga yang sangat bahagia. Keluarga tersebut

terdiri atas ayah, ibu, si sulung dan si bungsu.

Keluarga ini hidup sangat sederhana, tetapi mereka

hidup bahagia. Setiap hari orang tuanya bekerja di

ladang, tanpa takut hujan dan panasnya terik

matahari. Pagi-pagi sekali ke dua orang tua itu sudah

berangkat ke ladang, sedangkan si sulung mengasuh

si bungsu di rumah. Sambil mengasuh si bungsu, si

sulung membantu pekerjaan ibu di rumah.


Pesan

Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun demi

tahun berganti, tak terasa si sulung yang kemarin

masih usia kanak-kanak kini sudah menginjak usia

remaja. Si sulung tumbuh menjadi anak yang cerdas,

rajin, dan sopan kepada siapapun. Suatu malam, tiba-

tiba muka ibunya menjadi pucat dan badannya mulai

lemah. Si ayah langsung pergi ke luar rumah untuk

mencari tabib. Namun, tak satu pun tabib yang

ayahnya bawa. Semakin hari sakit ibunya bertambah


parah. Akhirnya ibunya meninggal dunia. Ketika

ibunya meninggal, si sulung dan si bungsu menjadi

piatu. Hal ini menyebabkan kehidupan keluarga itu

prihatin. Ayah terpaksa harus bekerja keras untuk

menghidupi keluarganya.

Pesan

Suatu hari ketika ayahnya hendak pergi ke

ladang, si sulung mendapat firasat buruk. “Ayah

sebaiknya jangan pergi”. Saya takut terjadi sesuatu

terhadap ayah.“ ujar anaknya. Namun, saran si

sulung ditepis ayah. Ayah tetap pergi karena harus

mencari nafkah. Di tengah perjalanan, tiba-tiba

hujan turun dengan lebat disertai angin yang sangat

kencang. Braaakk!!! Sebuah pohon tua yang besar

tiba-tiba tumbang dan menimpa sang ayah. Ayah

meninggal saat itu juga. Bak disambar petir

mendengar kabar itu, si sulung pun terduduk lemas.


Perasaannya hancur. Kini si sulung dan si bungsu

menjadi anak yatim piatu.

Pesan

Ketika si sulung dan si bungsu sudah ditinggal

pergi kedua orang tuanya, kini mereka hanya hidup

berdua saja. Akhirnya si sulung memutuskan untuk

mengajak si bungsu meninggalkan rumah. Mereka

berjalan tidak tahu arah dan tujuan tanpa membawa

bekal, hanya sebilah parang dan selembar kain yang

mereka bawa. Sampai akhirnya si bungsu tidak kuat

lagi berjalan kaki dan minta di gendong oleh

kakaknya. Kemudian si sulung menggambil selembar

kain yang dibawanya dan langsung dengan ikhlas

menggendong adiknya tersebut. Si sulung

menggendong adiknya sampai beberapa kilometer, di

tengah perjalanan si sulung meneteskan air

mata,teringat pesan ibunya. “ Sulung jaga adikmu

baik-baik”tutur ibunya sebelum meninggal.Perasaan


nya semakin sedih,bebanpun sangat berat.Tiba-tiba

si bungsu berkata “kak bungsu haus”

“Sebentar dik ,tahan dulu hausnya”kita

teruskan jalan, nanti kita akan ketemu dengan air.

Kata sulung menghibur adiknya,bungsupun

tersenyum,dalam benaknya akan segera menemukan

air.Langkah demi langkah di ayunkan kakinya untuk

menempuh perjalanan yang belum tau akan sampai

kemana.

Pesan

Tak terasa perjalanan sudah jauh, mereka

telah menemukan mata air yang sangat jernih.

Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di

sana. Mata air itu terletak di bawah tebing dan

Karena si bungsu tidak kuat berjalan lagi akhirnya si

sulung berkata kepada adiknya


“dik, duduklah disini dulu, kakak mau ke bawah ambil

air untukmu dan ingin mencuci muka”,

si bungsu hanya mengangguk mendengar perkataan

kakaknya. Si sulung langsung mencabut parang

peninggalan ayahnya untuk menebang sebatang

pohon bambu yang tidak jauh dari mata air, si sulung

menggunakan bambu itu untuk mengambil air. si

sulung minum sampai rasa hausnya hilang. Tak lupa

setelah dia minum, si sulung kembali mengisi bambu

dengan air sampai terisi penuh. Tak lama kemudian

terdengar suara dari atas,

“kak! Kak!” ternyata itu adalah suara si bungsu yang

sudah memanggilnya karena sudah sangat haus. Si

sulung pun langsung berlari menaiki tebing dan

membawa bambu yang berisi air untuk adiknya.

Kemudian si sulung memberikan bambu yang berisi

air kepada si bungsu dan langsung diminumnya,

sehingga rasa hausnya hilang, setelah beristirahat


sejenak perjalanan di lanjutkan lagi oleh si sulung,

adiknya kembali dia gendong menggunakan kain

peninggalan almarhumah ibunya.

Pesan

Belum lama berjalan mereka meenemukan

sebatang pohon jambu, si bungsupun tak sengaja

melihat ke atas,ternyata dia melihat sebuah jambu

yang sangat besar, sebesar kulak (suatu alat ukur).

Dan si bungsu pun memberi tau kepada kakaknya

bahwa ada sebuah jambu yang sangat besar di atas

kepala mereka, “kak! Ada jambu” si sulung mengira

bahwa si bungsu hanya bercanda karena dalam

perjalanan si bungsu selalu berceloteh, akan tetapi

adiknya terus menerus mengatakan bahwa ada

jambu yang sangat besar dan akhirnya si sulung

langsung melihat ke atas. Ternyata memang benar

apa yang dikatakan oleh si bungsu, bahwa ada jambu

yang sangat besar berada di atas pohon. Perasaan


keduanya sangat gembira saat itu, karena pikir

mereka perut yang tadinya lapar akan terisi penuh

dengan jambu. Segeralah si bungsu mencoba

memanjat pohon jambu itu akan tetapi, si sulung

tidak sanggup memanjatnya karena ukuran batang

jambu yang terlalu besar dan tinggi. Tidak habis

akal, si sulung pun mencari galah untuk mengambil

jambu tersebut. Akhirnya si bungsu mendapatkan

galah setelah mencari kesana-kemari dan langsung

mengarahkannya ke jambu tersebut.

“Hup! Hup!” si sulung mencoba mengambil jambu itu.

akan tetapi galah yang dia gunakan tidak cukup

panjang. Usahanya sia – sia. Kemudian si sulung

berkata kepada si bungsu bernada sumbang “dik

kakak tidak bisa mengambilnya, mungkin itu bukan

rezeki kita”. Dengan perasaan lapar dan kecewa si

sulung kembali menggendong adiknya untuk

melanjutkan perjalanan.
Pesan

Ketika baru beberapa meter berjalan si

sulung melihat tupai yang sedang memakan biji-

bijian di atas pohon. Dengan penuh harapan si sulung

meminta tolong kepada tupai dan berkata kepada

tupai

“ Tupai! Tupai tolong ambilkan jambu untuk adikku.”

Tupai menjawab “ dimana tempatnya?, tetapi ada

syaratnya sebagai upah buat saya”

“ Apa syaratnya ? “ Tanya si sulung

“ Syaratnya jambu itu harus dibagi untukku

Pesan

Dengan hati gembira dan penuh harapan si

sulung pun menyanggupi persyaratan yang di pinta

tupai, dan akhirnya mereka pergi bersama - sama ke

tempat dimana si bungsu melihat buah jambu itu.


Setelah sampai, si tupai langsung melihat jambu

yang sebesar kulak dan langsung memanjat serta

menggambilnya. Akan tetapi tupai menggingkari janji

yang telah disepakati tadinya. Tupai mulai memakan

jambu itu seorang diri di atas pohon tanpa

memperdulikan si sulung dan si bungsu yang

menunggu di bawah pohon dengan perasaan yang

sangat lapar, kemudian berkatalah si sulung kepada

tupai

“ hai tupai! Kenapa engkau lupakan janjimu?,

bukankah kita telah sepakat dengan perjanjian itu?”.

Akan tetapi tupai tidak menghiraukan apa yang

dikatakan si sulung. Tupai semakin asyik makan

jambu itu seorang diri, dan akhirnya si sulung

berkata lagi kepada tupai.

“tupai! Saya hanya meminta sebagian dari jambu itu

untuk makanan adikku karena adiku sangat lapar”


sang tupai kembali tidak menggubris perkataan si

sulung dan akhirnya si sulung dan si bungsu

meninggalkan tupai yang tamak, serakah dan

munafik tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan

dengan perasaan semakin kecewa.

Pesan

Ketika dalam perjalanan terdengar suara si

bungsu memanggil “kak! Kak! Aku Lapar ingin

makan”kemudian si sulung menjawab

“tahanlah sebentar dik semoga saja ada yang mau

membantu kita”

Akhirnya mereka bertemu dengan sampit. ( Sejenis

serangga yang mempunyai capit). Dan si sulung

berkata kepada sampit.

“sampit! sampit! Maukah kau membantuku?”

Sampit menjawab “ apa yang perlu aku bantu?”


Sulung menjawab lagi “ tupai tidak mau memberikan

jambu untuk adikku, saya minta tolong capitlah

tupai.”

Jawab sampit “aku tidak mau menymapit tupai

karena tupai itu masih temanku”

Dengan persasaan kecewa, si sulung dan si bungsu

pergi melanjutkan perjalanannya.

Pesan

Ketika kembali berjalan, si sulung menemukan

puntung (kayu bakar) dan berkata kepada puntung.

”puntung! puntung! Maukah anda menolong saya,

sampit tidak mau menyampit tupai, tupai tidak mau

mengembalikan jambu adikku. Saya minta tolong

untuk memukul sampit itu.” Dan puntung menjawab

dengan jawaban yang hampir sama dengan si

sampit.“sampit itu masih keluarga saya, saya tidak

mau memukulnya.” Dengan perasaan kecewa lagi. Si


sulung dan si bungsu pergi melanjutkan perjalanan

lagi.

Pesan

Dalam perjalanan si sulung bergumam. “

Siapakah yang mau menolong kami?. Ketika di

perjalanan si sulung dan si bungsu bertemu dengan

api dan langsung meminta tolong kepada api si sulung

berkata “api! api! Mau kah anda menolong saya,

puntung tidak mau memukul sampit katanya dia

masih keluarga kalau bisa tolong di bakar dulu si

puntung agar puntung mau memukul sampit” dan api

menjawab “puntung itu masih keluarga saya

juga,saya tidak mau saya membakarnya” dengan

persasaan kecewa, si sulung dan si bungsu pergi

melanjutkan perjalanan lagi.

Pesan

Ketika di perjalanan si sulung dan si bungsu

kembali bertemu dengan air si sulung berkata


kepada air kata si sulung “air! air! tolonglah saya, api

tidak mau membakar puntung kalau bisa tolong di

siram dulu si api” kemudian air menjawab sama

dengan api “api itu masih keluarga saya tidak mau

saya menyiramnya” dengan persasaan kecewa si

sulung dan sibungsu pergi melanjutkan perjalanan

lagi

Pesan

Ketika melanjutkan perjalanan si sulung dan si

bungsu bertemu dengan pematang (bendungan),

kerbau, tali tambang dan tikus. Kembali si sulung

meminta pertolongan kepada meraka, akan tetapi si

sulung dan si bungsu mendapatkan jawaban yang

sama, yang mengatakan bahwa mereka masih

keluarga dan tidak mau membantu si sulung dan si


bungsu. Sampai akhirnya, ketika mereka berjalan

terlihatlah seekor kucing jalang melintas di atas

pohon mencari mangsanya yakni tikus. si sulung pun

meminta pertolongan dan berkata kepasda kucing

jalang. “Kucing maukah engkau menolong aku?. Tupai

tidak mau memberikan jambu milik adik saya,

padahal kami sepakat bahwa apabila tupai

menolongku mengambilkan jambu dia akan diberi

sebagian, akan tetapi dia tetap mengingkari

janjinya. aku juga sudah bertemu dengan sampit,

puntung, api, ayek, pematang,kerbau tali tambang

dan yang terakhir tikus akan tetapi tidak ada yang

mau membantu dengan alasan masih keluarga”

mendengar curhatan si sulung, sang kucing jalang

menjadi kasihan kepada si sulung sehingga membuat

kucing jalang geram dan berkata “pucuk dicinta

ulampun tiba, tikus memang musuhku, akan aku


makan dan ku telan, kalau tidak mau gigit tali

tandan”.

Pesan

Tikus mendengar apa yang dibicarakan si

sulung pada kucing. Dia sangat ketakutan sampai-

sampai mukanya menjadi pucat. akhirnya tikus

memohon dan meminta maaf pada kucing agar tidak

membunuhnya. Tikus berjanji akan segera menggigit

tali tandan jika tali tandan tidak mau mengikat

kerbau. Sang kerbau takut apabila dirinya akan

diikat oleh tali tandan karena itu Kerbau juga akan

segera merusak pematang jika pematang tidak mau

membendung air. Melihat kerbau akan merusak

dirinya pematang akhirnya berkata kepada kerbau

“akan aku bendung air tetapi jangan rusak saya”

ketika air mendengar perkataan pematang bahwa

dirinya akan di bendung, sang air takut sehingga dia

mau menolong si sulung dan si bungsu unuk


memadamkan api jika api tidak mau membakar

puntung.api juga demikian karena dia tidak mau di

padamkan oleh air akhirnya dia mengancam puntung

kalau tidak mau memukul sampit dia akan

membakarnya, mendengar perkataan itu puntung

juga takut dan akhirnya dia siap untuk memukul

sampit jika sampit tidak mau mencapit tupai.

Mendengar ancaman dari sang puntung sang sampit

pun ketakutan dan akhirnya sampit mau membantu si

sulung dan si bungsu untuk mencapit sang tupai.

Akhirnya setelah tupai diancam oleh sang sampit,

bahwa sampit akan mencapit dirinya apabila dia

tidak mau memberikan jambu kepada si sulung dan si

bungsu. Sang tupai pun takut dan akhirnya sang

tupai mau memberikan jambu. Dengan perasaan

menyesal dan bersalah, tupai langsumg meminta

maaf kepada si sulung sambil memberikan sisa

jambu yang ia makan, walau tinggal separuh. Si


sulung dan si bungsu sangat berterima kasih kepada

tupai. Karena dia masih dapat menikmati jambu

itu,walaupun harus berjuang dan sabar untuk

mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai