Anda di halaman 1dari 2

Rumah Tenteram dan Damai

Di suatu desa tinggal keluarga yang damai dan tenteram. Rumah mereka jauh dari
perkotaan. Keluarga itu beranggota empat orang. Mereka memiliki dua seorang anak. Anak
mereka perempuan semua. Anak pertama bernama Windy Silegar Maelani. Nama panggilan
Maelani. Maelani adalah gadis yang sholeha. Dia tumbuh dikeluarga yang harmonis. Anak
kedua bernama Leni Septia Dwi Ramadhani. Nama panggilan Leni. Leni adalah perempuan
yang pandai menghafalan ayat suci Al-Qur’an. Dia sama seperti Maelani. Maelani adalah
kakak dari Leni. Pada suatu pagi ayah menyuruh Leni untuk menyetorkan hafalan. “Leni, sini
anakku. Waktunya kamu setoran hafalan!” kata ayah. “Baik ayah, sebentar lagi Leni
menyetorkan hafalan. Leni masih menyapu” kata Leni. Leni setalah menyapu langsung
menghampiri ayah. “Ayah, Leni mau setoran hafalan surat Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, dan Al-
Hadid” kata Leni. “Tidak satu surat saja dulu” sahut ayah. “Tidak ayah, Leni mau hafalan
surat banyak” sahut Leni. “Baiklah, kalau itu mau kamu nak” kata ayah.

Sembari Leni hafalan, Maelani membantu ibu untuk memasak. Maelani mendengarkan
bacaan mengaji sang adik dari dapur. “Bu, suara adik bagus sekali” kata Maelani. “Iya,
apalagi selalu diasah pasti tambah enak” sahut ibu. “Hafalan adik juga mulai lancar dan
bacaan juga sesuai makhruj’ “ kata Maelani. “ Alhamdulilah, semoga adikmu selalu
istikomah untuk menghafal” sahut ibu. Pagi mereka sangat menyenangkan dan penuh
perasaan bersyukur. Rumah setiap pagi disapu dan dipel. Jadi kelihatan bersih. Menjadi
enak dilihat rumah kalau bersih. “Dek, tolong perhatikan bacaan kakak. Kakak mau baca Al-
Qur’an” suruh Maelani. “Baik kak, kakak ke kamar saja. Aku juga lagi baca-baca cerita
tentang nabi” sahut Leni. “Ok dek” kata Maelani. “Suara kakak sudah bagus tinggal
pengaturan nada. Dan untuk huruf-huruf juga sesuai kaidah makhruj’ kak” kata Leni. “Kamu
itu dek. Kakak dari dulu sudah bisa mengaji” sahut Maelani. “Itu pujian dan penyemangat
buat kakakku yang nyebelin ini” kata Leni.

Rumah sangat damai dengan suara-suara ayat suci Al-Qur’an. Orang tua mereka selalu
mendidik mereka dengan tutur kata yang sopan. Dan mereka selalu diajari bersyukur
kepada ciptaan Allah swt. Nilai-niali agama yang ada di rumah mereka sangat kental sekali.
Setiap hari selalu baca Al-Qur’an. “Dek lagi menghafal surat apa?. Kayaknya sulit banget!”
tanya Maelani. “Lagi baca surat Al-Hasyr kak. Sulit untuk di hafal. Mungkin kurang fokus
kak” jawab Leni. “Kalau begitu adik tenangkan dulu fikirannya. Biar lebih mudah untuk
menghafalkan” saran Maelani. “Baik kak. Terimakasih atas sarannya” kata Leni. “Len, tolong
ayah mencarikan buku ayah!” suruh ayah. “Baik ayah. Leni carikan” sahut Leni. Sore itu
anggota keluarga sibuk mencari buku milik ayah. Buku tentang keluarga Rasullollah. Ayah
sangat senang membaca buku. Buku yang dibaca adalah buku tentang sejarah islam.
Setelah lama mencari buku akhirnya ditemukan. Ternyata buku berada di bawah kasur.

Pada menjelang sholat isa’ ayah menceritakan tentang kehidupan Nabi Sulaiman a.s. Aku
dan adik mendengarkan cerita sampai habis. Ceritanya sangat bagus sekali. Dan di Al-
Qur’an juga diceritakan tentang Nabi Sulaiman. Terdapa pada Surah An-Naml ayat 38-44.
Aku semakin penasaran cerita kehidupan nabi-nabi yang lain. Setelah usai menceritakan,
aku dan keluarga sholat isa’ berjamaah. Dengan sholat berjamaah pahala kita dilipat
gandaankan menjadi 27. Usai sholat aku membaca buku tentang sejarah Indonesia.
Sedangkan adik menghafalkan Surat Al-Mumtahanah. Sekarang Leni menghafalnya lebih
lancar daripada surat sebelumnya. Besok pagi dia mulai setoran lagi ke ayah. Jadi dia harus
bersungguh-sungguh menghalanya supaya dia hafal.

Setiap pagi di rumah selalu ada suara alunan orang mengaji. Siapa lagi kalau bukan Leni.
Aku juga ikut membaca Al-Qur’an karena waktu aku setoran bacaan Al-Qur’an ke ayah.
Sebelum aku setoran bacaan, aku belajar dulu. Supaya waktu disimak oleh ayah bacaan
aku benar. Ini saatnya aku membaca Al-Qur’an dihadapan ayah. Aku merasa dag dig dug
dan badanku panas dingin. Syukur alhamdulillah, bacaan Al-Qur’anku tidak ada yang salah,
ayah memberi tepuk tangan.

Pada suatu hari aku jalan-jalan keluar bersama adik. Biasanya kita ditemani ayah. Tetapi
sekarang tidak karena ayah ada acara. “Kak, aku pingin ikut lomba membaca Al-Qur’an”
rintih Leni. “Boleh saja dek. Dimana diadakan lomba baca Al-Qur’an dek?” tanya Maelani.
“Ini kak, Leni tadi baca koran ini” jawab Leni. “Kita bilang ke ayah dek, siapa tau ayah
mendukung keinginan kamu!” kata Maelani. “Iya kak, Leni dari dulu ingin ikut lomba tentang
Al-Qur’an kak” kata Leni.

Sepulang dari jalan-jalan. Kami duduk-duduk diteras rumah. Tidak lama kemudian ibu keluar
menghampiri kami. “ Bagaimana jalan-jalannya? Apakah menyenangkan? Apa saja yang
dapat kalian ambil dari jalan-jalan tadi?” tanya ibu.

Anda mungkin juga menyukai