Anda di halaman 1dari 5

KATANYA CEMARA

Pagi itu cuaca cerah. Matahari bersinar. Awan putih dan tipis berarak-arak ke barat.
Angin berhembus meniup dedaunan. Burung sriti terbang melayang.

Aku duduk di dalam tenda yang kudirikan kemarin berdiri kokoh di perkemahan LT 2,
kulihat beberapa temanku sedang mengikuti lomba. Dua orang temanku mengikuti lomba
sandi morse. Sebagian mengikuti lomba PBB.

Selama kami mengikuti perkemahan rasanya senang. Semua kegiatan kami lakukan
bersama. Perkemahan LT 2 mengajarkan kami arti kebersamaan dan berjuang bersama untuk
mencapai hasil yang kami inginkan. Setiap kegiatan kami lakukan dengan gembira dan penuh
semangat

Pada malam api unggun orang tuaku berjanji akan menjengukku, tapi yang menjagaku
hanya ayah dan mamah, mama adalah nenekku. Aku kecewa karena bunda tidak datang. Aku
dan reguku berhasil membawa banyak pulang piala, sayang sekali kita tidak bisa lanjut ke LT
3. Ayah berbincang-bincang dengan bunda di ruang keluarga, menceritakan ketika ayah
menjengukku. Aku sedikit menguping pembicaraan mereka. Bunda berkata kalau harus
menjaga kedua adikku yang sedang sakit. Aku merasa bersalah kepada bunda.

Keesokan harinya aku,ayah, dan Ahnaf berangkat bersama setelah berpamitan kepada
bunda dan mengucapkan salam, tibalah di sekolah Ahnaf kemudian ayah mengantarkanku ke
sekolah. Jujur saja aku merasa tidak enak kepada bunda, dan hari ini adalah ulang tahunku
yang ke-14. Pukul tujuh malam adalah acara ulang tahunku dimulai. Bunda sudah
menyiapkan banyak makanan untuk ulang tahunku. Pada acara ulang tahunku aku memeluk
kedua orang tuaku dan adikku.

Pada pukul tujuh malam di rumahku sangatlah ramai, banyak saudara yang datang di
acara ulang tahunku Dan juga teman-temanku. Aku menunggu ayah pulang kerja. Ada suara
sepeda motor aku kira itu adalah ayah dan ternyata itu adalah abang sepupuku.

Pada pertengahan acara tiba-tiba saja ada orang asing yang masuk ke rumahku dan
ternyata rumahku disita karena omku telah mengambil duit perusahaan,omku adalah adik dari
ayahku, omku saat itu sedang berada di Serang, ia mengambil duit perusahaan pada tempat
kerja yang dulu. Aku menangis, di hari ulang tahunku aku mengalami musibah seperti ini.
Ketika ayah pulang bekerja ayah tidak terima dengan semua ini karena ayah tidak

1
mengetahui bahwa om ku sudah membawa uang perusahaan yang cukup banyak. Sementara
itu kita pindah ke Palembang rumah uyutku yang sudah lama ditinggalkan.

Setelah sampai di sana, aku melihat rumah yang sudah tua itu. Aku harus menerima
semuanya dengan lapang dada. Ayah menyuruh kami masuk ke dalam rumah dan melihat ke
dalam. Bunda meminta tolong kepada ayah untuk menelpon bapak Sutis, bapak Sutis lah
yang menjaga rumah uyutku. Di sana memang sangat susah untuk mendapatkan sinyal yang
bagus, kita harus berada di dekat pohon untuk mendapat sinyal yang bagus. Hingga akhirnya
kita berlima keluar rumah dan Cia pun berlari ke pohon itu, "Kakak, abang ayo bermain
denganku di sini" teriak cia. Aku dan Ahnaf bergegas menghampiri Cia. Orang tuaku bahagia
melihat anaknya tertawa riang.

Setelah dirasa cukup untuk bermain, aku dan adik-adikku kembali ke rumah membantu
ayah dan bunda membersihkan rumah. Tidak lama dari itu ada teman ayah dan beberapa
orang untuk membantu merenovasi rumah kami. Ayah menyuruh mereka untuk
membuatkanku dan adik-adikku sebuah rumah pohon dan beberapa mainan di pohon yang
tadi kita bermain. Aku dan adik-adikku senang sekali.Rumah pohon dan mainan yang lainnya
sudah selesai aku dan adikku menuju ke arah rumah pohon tersebut. Setelah renovasi rumah
selesai, ayah dan ibu memanggil tetangga-tetangga untuk makan bersama di rumah kami.

Tiba-tiba ada yang menelpon ayah, Ahnaf memanggil ayah karena itu telepon dari
pengadilan. Setelah ayah menutup teleponnya aku tidak tau kalau ayah berbohong kepada
kami. Di malam hari ayah berkata kalau omku sudah mendapat surat panggilan lagi dan ayah
yang tidak tau apapun, ikut terkena masalahnya. Aku kecewa dengan omku, adik-adikku
yang masih kecil belum mengerti tentang ekonomi dikeluarga kita. Ayah berbicara kepadaku
dan Ahnaf bahwa kita berdua mulai besok sudah sekolah di sekolah yang baru.

Keesokan harinya ayah mengantarkan aku dan Ahnaf ke sekolah. Pada saat pertama
aku memasuki kelasku, aku tidak nyaman dengan suasana di kelas baru ini, mereka berbeda
dengan teman kelasku yang dulu. Tiba-tiba ada seorang siswa yang masuk ke kelas dan
berhenti di sampingku, aku merasa risih, siswa perempuan yang berdiri di sebelahku berkata,
"Kamu pindahan dari Lampung ya?" aku hanya mengangguk dan ia bertanya lagi kepadaku,
"Namaku Aul, nama kamu siapa?". Aku pun menjawab, "Namaku Viecca". Setelah itu datang
dua laki-laki memperkenalkan nama mereka, laki-laki pertama berkata, "Hai namaku Rehan".
Laki-laki kedua berkata, "Namaku Refan". Setelah kami memperkenalkan diri masing-
masing ada seorang murid perempuan datang dengan suara yang lantang mungkin itu ketua

2
kelas kita. Ia memperkenalkan diri, "Hai namaku Safa, nama kamu Viecca ya?" aku hanya
mengangguk dan ia berkata, "Senang berkenalan denganmu".

Bel sudah berbunyi, jam pelajaran pertama pun dimulai, pelajaran bahasa Inggris yang
membahas materi introduce myself yang diajarkan oleh mom Minah. Seorang siswa ditunjuk
oleh mom Minah untuk memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris, siswa tersebut adalah
Rehan. Rehan kurang lancar untuk berbicara bahasa Inggris, kemudian menyuruh siswa
kedua yaitu Refan, Revan pun sama dengan Rehan, akhirnya mom Minah menyuruhku untuk
berdiri dan memperkenalkan diri. Setelah memperkenalkan diri aku merasa senang karena
mom Minah suka ketika aku berbicara bahasa Inggris dengan benar dan lancar.

Sewaktu pulang sekolah, aku tidak tau bahwa ayahku kecelakaan saat bekerja karena
ingin menghidupi keluarga kami. Akhirnya dalam waktu beberapa hari ayah sudah berada di
rumah dan ibu menyuruhku untuk berjualan di sekolah, awalnya aku malu untuk berjualan di
sekolah tapi Aul dan Safa membantuku untuk berjualan. Mereka adalah teman yang baik tapi
aku masih saja teringat teman-teman pramukaku.

Beberapa hari di Palembang, Kela (anggota pramuka) menghubungiku untuk reunian.


Kita bertemu di hotel bintang 6. Setelah Kela menghubungiku aku berbicara kepada bunda
dan ayah agar mendapat izin dari mereka. Ayah marah dan tidak setuju karena hotel itu
sangat jauh dari rumah kami. Keesokan harinya di sekolah, pelajaran bahasa Indonesia
dimulai dan aku sedang asik bermain handphone. Pak wirawan mengetahui bahwa aku
bermain handphone di kelas dan handphoneku disita sementara, aku sempat bingung karena
tidak bisa mengabari teman-teman pramukaku.Sewaktu pulang sekolah Refan melihatku
sedang kebingungan, beberapa menit kemudian aku berkata kepada teman pramukaku bahwa
aku pergi ke hotel diam-diam.

Setelah aku sampai di hotel tersebut dan sampai di depan kamar mereka, aku berhenti
dan mengambil seragam pramuka angkatan kami. Setelah itu aku mengetuk pintu kamar
mereka dan salah satu dari mereka membukakan pintu untukku. Aku pikir bertemu dengan
mereka adalah hal yang indah, ternyata ketika aku masuk, aku melihat mereka sudah ganti
seragam angkatan kami menjadi seragam angkatan yang baru, aku sempat sedih melihat itu
tapi setelah aku masuk kamar, aku melihat ada satu anak yang asing bagiku dan teman-
temanku memperkenalkan dia kepadaku, namanya adalah Qeizha (anggota baru mereka).
Aku merasa bahwa hadirku di sana tidak berarti lagi bagi mereka. Aku berfikir bahwa teman
yang ada di Lampung dan di Palembang berbeda sifatnya. Aku lebih suka teman yang di

3
Palembang karena mereka setia kepadaku dan mereka berkata, "Jika kita sudah tidak bersama
kita tidak boleh saling melupakan". Aku berpamit kepada mereka semua untuk segera
kembali ke rumah karena sudah malam.

Sesampainya di rumah ayah dan bunda memarahiku, aku menyesal dengan semua ini
karena aku lebih memilih untuk bertemu dengan teman-teman tetapi di sana aku tidak
dihargai.

Keesokan harinya bunda mengatakan bahwa bunda hamil lagi dan ayah sangat bingung
dengan semua ini. Ahnaf dan Cia senang karena mereka ingin punya adik lagi. Aku
menyesali semua perbuatanku yang telah aku lakukan kepada ayah, aku sedih sehingga aku
memotong rambutku dan Ahnaf memelukku. Ketika aku berangkat sekolah aku dan Ahnaf
tidak nafsu untuk sarapan pagi. Ahnaf berangkat sekolah lebih dahulu dan disusul olehku
dengan mengambil dagangan bunda lalu pergi ke sekolah, dan bunda berkata, "Ada apa
dengan rambutmu kak?" aku hanya diam dan langsung pergi ke sekolah.

Di sekolah mom Minah heran melihat apa yang terjadi kepadaku. Rehan, Refan dan
Aul membelaku sehingga kita berempat dihukum berdiri menghadap bendera selama
pelajaran mom Minah. Aku tidak tahu bahwa ayah dipanggil mom Minah ke sekolah, ayah
ditanya oleh mom Minah, apakah aku ada masalah di rumah, aku tidak tau ayah menjawab
apa. Setelah pulang sekolah rambutku dirapikan oleh bunda. Aku bahagia mempunyai teman
yang dapat menghiburku.

Tiba-tiba ayah memasang papan yang bertuliskan "RUMAH INI DIJUAL". Aku dan
adik-adikku mengetahui hal ini merasa sedih karena aku dan adik-adikku sudah nyaman di
sini tapi ayah menjualnya. Sore hari pembeli rumah kami datang ke rumah dan membawa
surat kontrak jual beli, ayah hampir menandatangani surat kontrak itu, aku mengambil surat
kontrak itu dari tangan ayah karena aku tidak setuju ayah menjual rumah ini. Pada malam
hari kami berkumpul di ruang keluarga, ayah memarahiku karena yang aku lakukan kepada
ayah sore itu tidak sopan. Ayah kecewa kepada dirinya karena ayah tidak dapat
membahagiakan kami semua, ayah menangis, aku, bunda dan adik-adikku memeluk ayah.

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-15. Bunda membuat kue sederhana yang
dapat kita makan. Ayah sedang mengurus surat kontrak kemarin untuk dibatalkan. Setelah
bunda membuat kue dan berjalan ke arahku tiba-tiba perut bunda terasa sakit dan aku melihat

4
air ketuban bunda pecah, aku menelpon ayah untuk membawa bunda ke rumah sakit. Ayah
bergegas untuk pulang dan membawa bunda ke rumah sakit terdekat.

Beberapa jam kemudian, bunda sudah melahirkan. Aku, ayah dan adikku merasa
bahagia. Setelah itu aku dan ayah pergi untuk mengambil beberapa pakaian bunda di rumah.
Ayah melihat sebuah toko kue di sebelah rumah sakit tersebut, ayah menyuruhku untuk
menunggu sebentar. Setelah ayah keluar dari toko tersebut, aku terkejut karena ayah
membawa sebuah kue yang diberikan untukku. Ayah berkata, "Maafkan ayah, beberapa
tahun ini tidak pernah menemanimu di hari ulang tahunmu, waktu kamu lahir ayah takut
tidak dapat meluangkan waktu untukmu dan itu semua sudah terjadi, maafkan ayah ya nak?".
Perasaanku sedih ketika ayah berkata kepadaku tapi aku senang ayah sudah mulai berubah.

Selang beberapa hari, bunda pun keluar dari rumah sakit. Ahnaf dan Cia
menggambarkan enam buah pohon cemara di dinding rumah (satu pohon besar untuk ayah,
satu pohon ukuran normal untuk bunda, satu ukuran sedang untukku, dua ukuran kecil untuk
Ahnaf dan Cia, dan satu ukuran sangat kecil untuk adik kami yang baru lahir).

Kita semua bahagia, keluarga kami kembali membaik dari segi ekonomi maupun yang
lainnya. Semua ini adalah rezeki yang Tuhan berikan setelah kejadian yang keluargaku alami,
aku merasa bersyukur mempunyai keluarga yang cemara dan teman-teman baikku.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai