Awan yang cerah dan pagi hari yang begitu indah, aku mempunyai sebuah
keluarga, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, aku dan ara. Namaku intan dan
ayahku bernama ayah hartaji, ibuku bernama ibu muliani dan adekku yang
bernama ara.
Suatu ketika aku mengikuti jakarta dance competition. Ayah berjanji akan
melihatnya diwaktu acara tersebut, tapi yang aku lihat dikursi penonton hanyalah
ibu dan ara. Aku sangat kecewa karena ayah lebih mementingkan kerjanya
daripada kompetisi yang aku ikuti hari ini. Aku mendapatkan juara 1 jakarta dance
competition. Ibu berbincang-bincang dengan ayah diruang keluarga, berbicara
tentang apa yang terjadi pada hari ini. Aku sempat menguping pembicaraan
mereka. Ayah berkata kalau ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga
ayah tidak dapat menghadiri kompetisiku pada pagi tadi. Aku merasa sangat
kecewa pada ayah.
Setelah dirasa cukup untuk bermain, aku dan ara kembali kerumah dan
membantu ayah dan ibu membersihkan rumahnya. Beberapa menit kemudian ada
teman ayah dan beberapa orang untuk membantu merenovasi rumah kami. Ayah
menyuruh mereka untuk membuatkanku dan ara sebuah rumah pohon dan ayunan
yang berada dipohon yang tadi kita bermain, Aku dan ara sangat senang sekali.
Setelah rumah pohonnya selesai dibuat aku memanjat dan menuju kearah rumah
pohon tersebut dan ara berada diayunan bawah pohon tersebut,aku menunggu
rumah selesai direnovasi seraya memainkan handphone ku dan membuka aplikasi
instagram ku untuk chat dengan teman-temanku. Setelah itu ayah dan ibu
Tiba-tiba telfon ayah berdering dan aku menyuruh ara untuk memanggil
ayah karena itu telfon dari pengadilan, aku berfikir akan cepat pindah dari sini,
setelah ayah menutup telfonnya aku tidak tahu kalau ayah berbohong kepada
kami. Dimalam hari setelah kami selesai makan malam, ayah bekata kalau beliau
telah bangkrut dan surat ayah tidak diterima dipengadilan karena tidak cukup
bukti. Aku merasa sangat kecewa dan ara yang masih kecil tidak mengetahui
ekonomi dari keluarga kita. Ayah menjelaskan kepada kami berdua bahwa besok
aku dan ara mulai sekolah disekolah yang baru, aku sempat tidak terima dengan
semua ini.
Keesokan harinya ayah mengantarkan aku dan ara kesekolah. Pada saat
pertama aku masuk kekelas, aku sangat tidak suka dengan suasana dikelas baru ini
karena mereka sangat begitu menyebalkan dan sangatlah ramai sehingga
kehadiranku dikelas tersebut tidak ada yang tahu, beberapa menit kemudian ada
seorang siswa yang masuk kekelas dan berhenti tepat disampingku, aku merasa
risih dengan semua ini, siswa perempuan yang berdiri disebelahku berkata “kamu
anak baru dari jakarta yah?” aku menjawabnya dengan menganggukkan kepalaku
saja dan ia berkata lagi “namaku zahra nama kamu siapa?” aku menjawab
“namaku intan”,setelah itu dua anak laki-laki datang kepadaku dan
memperkenalkan nama mereka, laki-laki pertama berkata “namaku deni” dan laki-
laki kedua berkata “namaku dimas”. Setelah kami memperkenalkan diri masing-
masing seorang murid perempuan datang dengan suara yang lantang mungkin ia
ketua kelas disini, fikirku. Ia memperkenalkan diri kepadaku “hai namaku rindu
nama kamu intan yah” aku menjawabnya “iyah”, ia berkata senang berkenalan
denganmu.
Sewaktu pulang sekolah, aku tidak tahu bahwa ayahku kecelakaan saat
bekerja karena beliau berusaha keras untuk menghidupi kami semua. Akhirnya
dalam waktu beberapa hari ini ayah berada dirumah dan ibu menyuruhku untuk
berjualan disekolah, awalnya aku risih dengan semua ini dan kemudian rindu dan
zahra menolongku untuk berjualan mereka adalah teman yang baik tapi aku
memikirkan temanku yang ada dijakarta (4 wolf dance).
Setelah aku sampai dihotel terebut dan sampai didepan kamar mereka. aku
berhenti dan mengambil jaket putih dari grup dance kami,setelah itu aku
mengetuk pintu mereka dan salah satu dari mereka membuka kan pintu untukku,
aku fikir bertemu dengan teman-temanku adalah hal yang terindah, dan ternyata
setelah salah satu dari mereka keluar aku terkejut dengan apa yang sudah mereka
pakai yaitu jaket warna merah dari grup dance mereka, aku sempat sedih melihat
itu semua dan setelah aku masuk kekamar mereka aku lihat ada satu anak yang
asing bagiku dan mereka memperkenalkan dia kepadaku, namanya adalah difa
(member baru mereka). Aku sangat sedih karena hadirku disana tidak berarti bagi
mereka, mereka hanya menyuruhku untuk menonton dan memutarkan lagu untuk
Keesokan harinya ibu mengatakan bahwa ibu hamil lagi dan ayah terlihat
bingung dengan semua ini mungkin ayah berfikir dapatkah ayah menghidupi
keluarganya. Ara dipanggil untuk diberitahukan bahwa ibu sedang hamil, ara
sangat senang karena itu adalah do’a ara. Aku menyesali semua perbuatanku yang
telah aku lakukan kepada ayah, aku sangat sedih sehingga aku memotong
rambutku dan ara memelukku. Ketika aku berangkat sekolah ara dan aku tidak
nafsu untuk sarapan pagi. Ara keluar lebih dahulu dari kamar dan langsung
berangkat kesekolah kemudian disusul olehku dan mengambil dagangan ibu lalu
pergi kesekolah, dan ibu kerkata “ada apa dengan rambutmu,teteh?”, aku hanya
diam dan langsung pergi kesekolah.
Disekolah pak gilang heran melihat dengan apa yang terjadi kepadaku,
deni dimas dan rindu membelaku sehingga kita berempat dihukum berdiri
menghadap kebendera selama pelajaran pak gilang selesai. Aku tidak tahu bahwa
ayah dipanggil pak gilang kesekolah, ayah ditanya oleh pak gilang apakah aku ada
masalah dirumah, aku tidak tahu ayah menjawab apa. Setelah pulang sekolah
rambutku dirapikan oleh ibu dan ara membantu membersihkan rambutku yang
sudah terpotong. Aku sudah sangat bahagia disini, bahagia karena beberapa teman
yang dapat membuatku bahagia sekali.
Selang beberapa hari ibu pun keluar dari rumah sakit dan setelah itu kita
semua sangatlah bahagia sehingga ara menggambarkan lima buah pohon cemara
di dinding rumah( satu pohon besar untuk ayah, satu pohon normal untuk ibu, satu
ukuran sedang untukku, satu ukuran kecil untuk ara, dan satu ukuran sangat kecil
Dari situlah kami menyebut keluarga kami adalah keluarga cemara dan
setelah semua kejadian itu aku merasa bersyukur mempunyai keluarga seindah
keluargaku dan mempunyai teman sebaik temanku dibogor.
TAMAT