Anda di halaman 1dari 3

CERPEN BROKEN HOME

Karya : Reyhana Hilwa Fitria


No Absen : 23
Kelas : IX B
Tema : Keluargaku

Pada suatu hari, hiduplah seorang anak yang selalu bersedih. Bela namaku. Usiaku 15 tahun,
Aku tinggal Bersama ayah, ibu dan adik laki – lakiku yang Bernama Wahyu. Aku bersekolah di
SMP N 1 Gombong. Aku sering sekali menangis Ketika mendengar ayah dan ibuku bertengkar.
Keesokan harinya ayahku pernah berjanji akan memberikan hadiah saat hari ulang tahunku
tiba. Tetapi ayahku tidak berhasil menepati janjinya. Bahkan ayah lupa saat hari ulang tahunku tiba.
Aku sangat kecewa sekali dengan ayah karena tidak memberiku hadiah pada hari ulang tahunku.
Ayah sudah tidak saying lagi padaku, makannya ayah lupa tidak memberiku hadiah.
Suatu hari ibuku pernah menangis gara – gara perkataan ayah kepada ibu sungguh tidak sopan.
Keesokan harinya aku, ayah dan wahyu berangkat sekolah Bersama, setelah berpamitan kepada ibu
dan mengucapkan salam tibalah kita disekolah wahyu. Kemudian ayah mengantarku ke sekolah
sebelum berangkat kerja. Jujur saja pada hari itu aku masih kecewa kepada ayah.
Pada siang hari wahyu bermain bulu tangkis di halaman rumah. Wahyu sangat suka sekali
bermain bulu tangkis. Wahyu bersekolah di SD N 3 Gombong. Ketika ayah dan ibu bertengkar
selalu wahyu memelukku sambal menangis.
Aku mempunyai teman yang bernama Rehan. Rehan adalah temanku saat aku sudah kuliah.
Rehan tinggal di Bandung. Rehan adalah teman yang baik . dia adalah seseorang yang sudah
membuat hidupku menjadi lebih baik.
Pada malam hari aku melamun di balkon rumahku. Yang orang tau hidupku penuh dengan
kebahagiaan. Tapi beda dengan kenyataan yang hancur berkeping – keping. Di usiaku 17 tahun
walaupun usiaku sudah dewasa tapi aku belum siap menghadapi semua ini.
Aku yang asik melamun dikejutkan dengan suara adu mulut dari kedua orang tuaku itu. Apakah
mereka tidak bisa menyelesaikan masalah itu dengan kepala dingin apa harus dengan adu mulut,
adu rampar, persis seperti anak SD kalua ada masalah.
Begitulah orang tuaku masih labil. Apa semua ini akan terjadi jika nikah muda? Aku Cuma bisa
diam di kamar sambil memeluk adikku. Wahyu yang terus – terusan menangis. Aku Cuma bisa
memperhatikan dari bilik pintu kamarku. Rasa ingi menghentikan pertengkaran mereka berdua itu
ada. Tapii aku takut kalua ayah marah denganku, dikira aku ikut campur urusan mereka. Begitulah
aku sebagai anak pertama selalu salah dimata kedua orang tua ku.
Pada suatu Ketika aku mendengar ayah teriak “Lisa, lebih baik kita cerai”!. Ibu Cuma bisa
menangis mendengar perkataan ayah itu. Dan pasti sakit sekali rasanya.
Mataku mulai berkaca – kaca, mereka langsung menghampiriku dan wahyu di balik pintu
kamar, memberi pilihan aku mau ikut sama siapa ayah atau ibu. Aku, memutuskan tinggal bersama
ayah sedangkan Wahyu dengan Ibu.
Pisah dari anak laki – laki nya itu hal yang sangat sulit. Tapi mau bagaimana lagi ibu juga tidak
bisa melawan. Disini juga ayah mempunyai hak atas kewajiban sebagai ayah. Sejak perceraian itu
aku dibawa ayah ke Bandung membuatku jauh dari Ibu dan wahyu yang berada di desa.
Inilah awal hidup baruku. 2 tahun kemudian ayahku memutuskan untuk menikah lagi, jujur aku
tidak setuju dengan keputusan ayah itu, tetapi mau bagaimana lagi aku hanya seorang anak yang
tidak ingin melihat sang ayah kecewa.
Aku sempat berfikir, untuk kedepannya mungkin dengan ayah nikah lagi akan ada kasih sayang
seorang ibu yang selama 2 tahun ini tidak aku dapatkan. Tapi apa yang aku harapkan berbanding
terbalik apalagi semenjak adik tiriku lahir. Semua perhatian kedua orang tuaku semakin berkurang
untuk ku.
Aku tidak menyangka kehidupanku akan begini. Kenapa orang tuaku harus berpisah, Ketika
aku berusaha meraih masa depanku? Aku merasa tidak ada gunanya aku hidup di dunia ini. Aku
hanya bisa menyembunyikan semua ini dengan senyum palsuku. Tidak ada yang bisa
mendengarkan curhatku. Mereka tau apa yang kurasakan selama ini begitu sakit.
Walaupun disekelilingku teman – teman yang baik tapi ada kalanya juga anak broken home
benar – benar merasa kesepian. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, disbanding kasih sayang
kedua orang tuaku.
Sudah lama aku mencari tempat untuk menenagkan diriku, akhirnya aku menemukannya
tempat yang bakal ku gunakan untuk pelampiasan ku yaitu dengan cara merokok, meminum alcohol
dan berpesta. Aku merasa Bahagia dengan semua itu. Semua beban yang ku rasakan akhirnya
menghilang ketika aku melakukan hal buruk itu.
Aku tidak perlu takut lagi orang tua ku bakal tau. Lagian mereka juga tidak pernah
memperdulikan ku diluar seperti apapun aku diluar sana mereka tidak akan pernah
memperdulikanku.
Usiaku sekarang 19 tahun sekarang aku masuk di Universitas ternama di kotaku. Aku hidup
seorang diri. Tinggal bersama teman kampusku disebuah kosan yang kecil tidak jauh dari
kampusku.
Aku bisa menghemat waktu untuk berangkat ke kampus dan yang pasti hemat uang juga. Di
kosan aku tetap melakukan hal – hal yang buruk itu sudah berapa tahun lamanya. Dan hal itu masih
saja ku lakukan sampai saat ini.
Suatu Ketika aku ketemu Rehan ia teman kuliahku. Aku tidak menyangka ternyata dia sama
sepertiku tapi kehidupan dia jauh lebih baik dari pada aku. Akhirnya aku bertanya kepadanya “
Han, kok kamu bisa bahagia sih? Padahal nasib kita sama jadi anak broken home.
Ia hanya tersenyum, “ Yang harus kamu tau Nasib kita tuh lebih baik dari orang diluar sana.
Buka mata kamu deh lihat ke depan sana banyak orang diluar sana yang kehilangan ornag tuanya,
sedangkan kita kedua orang tua kita masih ada.
Kita harus bersyukur masih ada yang peduli sama kita. Sekarang gini loh diposisi mereka yang
gak punya kedua orang tua. Apa kamu tetap mau protes tentang semua itu. Kan kamu punya agama
lebih baik sekarang kamu berdoa sama Allah dari pada berfoya – foya nggak jelas seperti ini, saya
jamin hidup kamu akan lebih bermakna” ceramah rehan.
Sejak saat itulah, aku berusaha merubah segala kebiasaan buruk dalam diriku dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Ku biasakan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah dan membiasakan
diri untuk bersedekah kepada oranng yang membutuhkan. Semua ini aku lakukan hanya untuk
mengalihkan kebiasaan brukku menjadi lebih bermanfaat.
Hidupku pun berubah, hidupku terasa lebih berwarna. Tidak ada lagi yang Namanya kesepian,
aku mulai mengenali lagi Namanya kebahagiaan.
Kini aku mulai mengenali lagi ap aitu arti kebahagiaan. Terima kasih ya Allah. Aku sangat
bersyukur kau telah mempertemukanku dengan Rehan. Ia sahabat terbaik di dunia, aku sangat
berhutang budi padanya. Mulai hari itu aku berusaha untuk menerima keadaan. Aku mencoba untuk
beradaptasi dan mencoba untuk mencintai keluarga baruku. Aku berusaha dekat dengan keluarga
tercintaku.
Akhirnya rencanaku itu berhasil. Aku tidak lagi dicampakkan lagi oleh keluargaku. Aku sangat
menyesal kenapa tidak dari dulu aku melakukan ini semua tidak seharusnya aku meninggalkan
mereka.
Aku sangat menyesal dan meminta maaf kepada mereka. Mereka selalu mengkhawatirkanku,
aku mengucapkan beribu maaf kepada mereka berdua. Aku pun berlutut dihadapan ayahku, sembari
menangis aku memohon kepada ayah agar aku bisa bebas bertemu Ibu kandungku.
Akhirnya hati ayah memperbolehkanku unutk bebas bertemu ibu kandungku kapanpun dan
dimanapun. Sejak saat itulah aku pun jadi sering berkunjung ker rumah ibu. Begitupun sebaliknya.
Sekarang hidupku benar – benar seperti remaja – remaja lain.
Oleh karena itu, kalian yang diluar sana ingatlah bahwa kalian masih memiliki kedua orang tua.
Walau pun kedua orang tuamu tidak tinggal satu rumah lagi sama kalian. Tapi cinta mereka akan
terus mengalir untuk kalian.
Jangan pernah menganggap hidup kalian tidak utuh. Kalian hanya perlu yakin kan diri kalian,
bisa manyanggupi masalah ini. Jangan kalian terus menerus bersedih.
Ingatlah bahwa setelah kesedihan akan datang kebahagiaan. Mungkin air mata kalian nantinya
akan berubah menjadi senyuman. Pencapaian kedua orang tua bukanlah akhir dari hidup kalian,
melainkan awal yang baru bagi kalian untuk mendorong kalian untuk hidup lebih baik di masa
depan. Yakinlah bahwa tuhan nggak akan menguji hambanya jika tuhan tidak yakin bahwa
hambanya mampu menghadapinya

Anda mungkin juga menyukai