Anda di halaman 1dari 2

Legenda Batu Menangis

Di suatu desa, hiduplah seorang ibu paruh baya bersama anak perempuannya yang sangat
cantik tetapi sombong. Pada suatu hari, sang ibu hendak pergi ke pasar dan ingin mengajak anak
gadisnya itu.

Ibu : Nak, ibu ingin ke pasar. Tapi belanjaan ibu hari ini agak banyak. Ayo temani ibu,
nak.
Putri : Balas ah bu. Biasanya juga pergi sendiri.
Ibu : Iya nak, tapi kali ini ibu butuh bantuanmu.
Putri : Oke oke. Tapi ada syaratnya.
Ibu : Syarat? Ko pake syarat nak?
Putri : Kalau ibu tidak mau ya sudah, aku juga tidak mau pergi.
Ibu : Baiklah, apa syaratnya nak?
Putri : Saat berjalan, ibu harus berjalan beberapa langkah dibelakangku, dan jangan sekali
kali ibu bilang kalau aku ini anak ibu.
Ibu : Baiklah nak.
Putri : Ya sudah ayo kita pergi.

Sang anak gadis dan ibunyapun pergi ke pasar. Selama dalam perjalanan, sang ibu selalu
jalan dibelakang anaknya. Saat di pasar semua orang berdecak kagum akan kecantikan gadis itu
dan penasaran siapa ibu yang berjalan dibelakangnya.

Mayang : Wah cantik sekali kamu Putri. Siapa ibu dibelakangmu? Apakah dia ibumu?
Putri : Bukan. Dia bukan ibuku. Dia adalah pembantuku. Mana mungkin gadis secantik
aku memiliki ibu seperti dia.
Mayang : Aku kira dia ibumu. Jika dia ibumu, jangan melangkah terlalu cepat, kasihan dia.
Dia selalu tertinggal di belakang.
Putri : Ah....... apa urusan kamu mengatur-atur saya!
Mayang : Aku hanya memberi saran, kalau memang dia bukan ibu silakan lanjutkan
perjalananmu.

Sang gadispun melanjutkan perjalanannya. Kemudian diperjalanansang gadis bertemu


degan sahabatnya.

Sari : Hai Putri. Apakah ibu yang berjalan dibelakang adalah ibumu?
Putri : Hai Sari. Dia bukan ibuku, dia adalah pembantuku.
Sang ibupun sangat sedih dan tidak tahan dengan perlakuan putrinya. Ia pun berdoa
kepada Tuhan untuk menghukum putrinya. Tiba – tiba langit bergemuruh. Sang gadispun
merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.

Putri : Kenapa dengan kakiku. Mengapa aku tidak bisa menggerakannya.


Ibu : Aku telah berdoa kepada Tuhan untuk menghukummu nak. Kamu sudah sangat
keterlaluan.
Sari : jadi dia ibumu? Kenapa kamu berbohong? Cepatlah meminta ampun padanya.
Putri : Ibu maafkan aku ibu. Aku menyesal Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi.
(Sambil menangis terisak – isak)
Ibu : Sudah terlambat, maafkan ibu nak.
Putri : Ibuuuuuuuuuuuu!

Anak gadis itu terus menatap dan menangis kepada ibunya. Akan tetapi semuanya telah
terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu,
namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikan air mata. Seperti sedang
menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu
disebut “Batu Menangis”

Anda mungkin juga menyukai