Anda di halaman 1dari 46

Memulai

Hari ini Alan sudah diperbolehkan untuk pulang ke


rumah.

"Assalamualaikum, bunda!" sapa Sherin melihat bunda


Raya sedang membereskan baju-baju Alan.

"Waalaikumsalam, sayang!" balas bunda Raya.

"Alan udah boleh pulang, bun?" tanya Sherin sambil


membantu Raya.

"Udah dong!" jawab Raya.

"Alhamdulillah," ujar Sherin.

"Berisik!" ketus Alan.

"Alan!" lirih Raya dengan menatap Alan dengan


peringatan.

Sherin melirik Alan yang sedang bermain ponsel di sofa,


jujur saja satu minggu setelah kejadian itu Sherin sama
sekali tidak menginjakan kaki di rumah sakit.
Ia lebih sering menanyakan kabar Alan dari sahabat-
sahabatnya.

"Sebenarnya dia siapa, bun?" tanya Alan dengan nada


ketus sambil memandang Sherin.

Mendengar itu Sherin melengoskan kepalanya menahan


air mata yang hampir saja jatuh, sakit hati? tentu saja.

"Ohh! Aku anaknya temen bunda Raya," bukan Raya


tetapi Sherin yang menjawab sambil mendekatkan diri
pada Alan.

"Salam kenal, aku Sherinna Naura!" ujar Sherin sambil


mengulurkan tangannya dihadapkan Alan.

Deg!

Nama itu, bagaimana mungkin? ia merasa tidak asing


dengan nama tersebut, batin Alan.

Ia hanya memperhatikan tangan dihadapannya tanpa ada


niatan untuk membalasnya. Dan ia berdiri meninggalkan
ruangan.

Melihat itu Sherin menarik kembali tangannya, "Tangan


ini yang biasa kamu genggam, Al," gumam Sherin.

"Kenapa kamu jawab seperti itu, Sherin?" tanya Bunda


Raya sambil menarik Sherin ke dalam pelukannya.

"Sherin nggak papa, bunda," balas Sherin.


"Sherin pengen Alan kenal Sherin dari awal dan mulai
semuanya dari awal," lanjut Sherin.

"Doain Sherin bunda, semoga Sherin berhasil," ia


melepaskan pelukannya.

"Apapun keputusan kamu, bunda selalu dukung kalian


berdua," kata Raya.

"Makasih, bunda!" ungkap Sherin.

"Sama-sama, sayang."

***

Suasana pagi hari di SMA ANGKASA kedatangan Alan


Lazuard yang baru saja sembuh dari sakitnya. Membuat
mereka semua antusias untuk menyambut
kedatangannya.

ANZENG ALAN ABIS KOMA TAMBAH COOL

DIA HABIS SAKIT AJA TETEP GANTENG BRENGSEK

REFLEKS JATUH CINTA SAYA BANG

TUMBEN NGGAK BARENG SHERIN

LO NGGAK TAU KALO ALAN HILANG INGATAN


ANJIRRRR GUE LUPAAA

Alan hanya mengabaikan mereka semua, ia tetap berjalan


dengan tampang cool nya.

"Hai, Ay-Alan!" sapa Sherin sambil menghampiri Alan.

"Ini ada titipan dari Mama aku!" Sherin menyerahkan


kotak makan.

Alan menerimanya dengan senang hati, ini dari teman


bundanya tidak mungkin kan aneh-aneh? pikir Alan.

"Thanks buat mama lo," ucap Alan.

Mendengar ucapan Alan, Sherin sangat senang walaupun


ia harus menyangkutkan nama Mama Fifi.

Ia rela bangun subuh untuk membuatkan bekal Alan.

"Hai, Rin!" sapa Reza yang baru saja datang.

"Hai!" balas Sherin.

"Widih! pagi-pagi udah dapet kotak, Al!" ujar Reza yang


memperhatikan kotak ditangan Alan.

"Minta boleh kali," lanjut Reza sambil mengulurkan


tangannya untuk mengambil kotak tersebut. Tetapi
dengan cepat Alan menyembunyikan kotak tersebut.

Dalam diam, Sherin yang memperhatikan itu tersenyum


tipis.
"Pagi, Rin!" sapa Daffa yang baru saja gabung dengan
merangkul Sherin dari samping.

Sherin membalas dengan senyuman, "Pagi."

Alan memperhatikan bagaimana Daffa merangkul


Sherin, mengapa ia merasa tidak suka dengan apa yang
dilakukan Daffa?

Sialan! batin Alan sambil mengepalkan tangannya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Alan berjalan


meninggalkan mereka semua.

"Lepas, anjir!" decak Sherin pada Daffa.

"Hehehe! sorry," balas Daffa cengengesan sambil


melepaskan rangkulannya.

"Itu orang kayaknya cemburu," ujar Reza memperhatikan


punggung Alan.

"Mana mungkin! dia aja nggak kenal gue," balas Sherin


menampilkan senyum manisnya.

"Gue ada ide!" ucap Daffa.

***
"Hallo kak Alan!" sapa perempuan yang tak lain adalah
adik kelas Alan. Ia menghalangi jalan Alan dan spontan
Alan berhenti.

"Aku boleh bareng ke kantin nggak?" tanya perempuan


tersebut sambil menampilkan wajah imutnya.

"Bareng sama yang lain!" balas Alan ketus.

"Aku belum ada teman kak, boleh ya kak?" perempuan


tersebut menampilkan puppy eyes.

"Nanti kalo aku kesesat gimana kak?bareng yaa, please?"


tanya perempuan tersebut dengan lembut sambil
menyentuh tangan Alan.

"Nggak sopan banget, nyentuh tangan orang


sembarangan?" seseorang menyentakkan tangan
perempuan itu dari Alan. Yang tidak lain adalah Sherinna
Naura.

"Lo nggak liat, dia nggak nyaman sama lo?!" tanya


Sherin.

"Masih kecil, mau jadi bibit lontong?" sindir Sherin.

"Kakak siapa sih?" tanya perempuan tersebut sebal.

"Lo tanya gue siapa, huh?" tanya Sherin tidak percaya


sambil memperhatikan name tag yang perempuan itu
gunakan. STELLA.
"Terserah deh kakak siapa, aku kan cuma ngomong sama
kak Alan," ujar Stella tersebut memperhatikan Alan yang
tetap dengan wajah dinginnya.

"Kak aku boleh bareng kan?" tanya Stella kembali pada


Alan dengan muka polosnya.

"Anj–" ucapan Sherin terpotong karena demahan Alan.

"Hm," jawab Alan santai. Karena ia tidak mau lagi ada


perdebatan yang tidak bermanfaat.

Mereka berdua berjalan meninggalkan Sherin sendirian.

Anjing! batin Sherin geram. Ia akan menandai orang yang


dekat dengan Alan. Awas saja Stella.

Mood Sherin turun drastis karena perempuan sok polos-


polos bangsat yang membuat ia ingin muntah.

"Lo salah cari lawan, Stella!" gumam Sherin sambil


menyeringai.

"Yang salah cewek gatel itu, Alan nggak salah!" decak


Sherin.

"Anjir! gue bolos aja deh, badmood!" decak Sherin


berjalan menuju tempat yang asik menurutnya.

***
Di kantin, semua pasang mata melihat ke arah Alan dan
perempuan yang mengikutinya dari belakang.

"Siapa yang sama Alan?"

"Masih cantikan Sherin!"

"Dih muka tuh cewek pengen gue cuci deh!"

"Biasa ppb!"

"Apa tuh?"

"Polos-polos BANGSAT!"

Banyak bisik-bisik terdengar, baik Stella dan Alan hanya


mengabaikan mereka semua.

Sherin? batin Stella.

Bodoamat! yang penting gue bisa deket Alan, lanjut batin


Stella.

Alan mendudukan diri ke meja Daffa, Reza, Anastasya


dan Alexa.

"Siapa, Al?" tanya Daffa memperhatikan perempuan


yang baru saja duduk disamping Alan.

Alan hanya mengangkat bahu, seolah-olah ia tidak tahu.

"Temen-temen kak Alan ya?" tanya Stella dengan nada


lemah lembut tetapi ditelinga mereka terdengar seperti
menye-menye.
"Anjing! merinding gue denger suara dia," bisik Reza
pada Daffa.

"Sperti kuntilanak," lanjut Reza.

"Iya, kita temen Alan!" balas Daffa.

"Reza, Anastasya, Alexa, dan gue Daffa," Daffa


memperkenalkan mereka satu persatu.

"Kenalin aku Stella calon pacar kak Alan!" ujar Stella.

"Pfftt! Hahahhahaha!" tawa mereka semua pecah saat itu


juga.

Ini perempuan halunya ketinggian apa emang ia masih


dialam mimpi?

"Halu lo?!" tanya Reza masih berusaha menahan


tawanya.

"Maksud kakak apa ya?" tanya Stella dengan polosnya.

Sedangkan Alexa dan Anastasya hanya memperhatikan


perempuan tersebut dalam diam.

Wah! cari masalah ini orang! batin Anastasya.

Let's play game! batin Alexa.

"Mau cari masalah?" tanya Alexa santai.

"Aku nggak ngerti," balas Stella.


"Kalo lo perlu tau, Alan udah punya cewek," ujar Reza.

"Dia sama lo, bedanya antara langit dan bumi! Jauh


bangetttt!" tambah Anastasya.

Alan hanya bermain ponsel tanpa memedulikan teman-


temannya yang tidak tahu apa yang mereka bicarakan
pada perempuan tidak jelas yang mengikutinya dari tadi.

Mendengar hal tersebut, Stella merasa sebal, "Kak Alan


punya pacar kah?"

"Nggak!" balas Alan.

Anjing, Alan! batin Alexa.

"Tuh kan! selama kak Alan belum punya pacar, aku


bebas deketin kak Alan," ujar Stella.

"Kalo lo nggak percaya, lo bisa tanya satu sekolahan


siapa cewek Alan!" ucap Anastasya.

"Lo itu cuma remahan rengginang, jadi jangan sok rebut


Alan dari temen gue, cantik."

"Dan lo salah cari lawan, Stella Ananta!" bisik Alexa


tajam pada Stella.

Dan mereka semua kecuali Alan dan Stella meninggalkan


kantin.

***
De Javu
Suasana makan malam dikediaman keluarga Andrean,
seperti biasanya.

"Aku udah selesai," ujar Sherin membereskan piringnya


lalu membawa ke tempat cuci piring.

Semua yang melihat Sherin hanya tesenyum tipis. Karena


sifat Sherin berubah.

"Selamat malam!" Sherin pergi meninggalkan meja


makan menuju kamar.

"Malam!!"
Di kamar Sherin, ia menuju kamar mandi untuk
membersihkan tubuh. Setelah selesai dengan urusannya,
ia menuju meja belajar.

Ia menggambil ponsel yang sudah banyak notifikasi dari


sahabat-sahabatnya, yang tentunya tidak begitu penting.

Sekarang tidak ada notifikasi Alan yang spam dirinya,


terasa sangat sepi.

"Hufft!!!" hela nafas Sherin.

Sherin membuka laci meja belajarnya, menemukan kotak


yang ia simpan semenjak Alan koma.

Ia membuka kotak tersebut yang isinya berbagai macam


pemberian Alan, mulai dari surat-surat, barang couple,
hingga aksesoris lainnya.

"Apa aku terlalu memaksa jika aku ingin kembali ke


masa lalu?" kekeh Sherin sambil memandangi kotak
ditangannya.

"Tuhan, kenapa sulit sekali?!" gumam Sherin meneteskan


air mata memandangi figura foto dirinya dan Alan yang
baru saja jadian.

Ia kembali menaruh kotak tersebut di dalam lacinya. Ia


berharap besok terjadi hal-hal baik.

***
Pagi hari di kamar Alan, yang baru saja membuka
matanya. Lalu ia melihat jam di ponselnya yang
menunjukan pukul 06:50 , yang berarti 10 menit lagi bel
masuk sekolah berbunyi.

"Shitt!!" desis Alan langsung menuju kamar mandi.

Tidak lama, ia keluar dari kamar mandi dengan seragam


yang melekat di tubuhnya meski tidak terlalu rapi. Alan
menuju lantai bawah.

"Kamu nggak sarapan, Al?" tanya Bunda Raya melihat


Alan yang terburu-buru.

"Di sekolah, Bun," balas Alan singkat.

Raya menggelngkan kepala pelan, "Bunda nitip, tolong


kasih ke Sherin," ujar Raya memberikan kotak makanan
pada Alan.

"Suruh Sherin main kerumah kalau bisa," lanjut Raya.

Alan menerima kotak tersebut, ada apa dengan Bunda


nya ini? sepertinya ia dekat dengan Sherin-Sherin itu.

"Aku berangkat, assalamualaikum," pamit Alan sambil


menjabat tangan Raya.

"Hati-hati, waalaikumsalam!"
***

Sepertinya keberuntungan berpihak kepada Alan,


buktinya sekarang pukul 07:15 gerbang sekolah masih
terbuka lebar. Entah mengapa, dimana penjaga gerbang
berada?

Alan langsung memasuki sekolahan dengan santai, ia


masih membawa kotak makanan ditangannya sambil
melewati koridor yang sepi.

Ia melihat ada kerumunan di lapangan, tetapi ia tidak


penasaran dengan kerumunan tersebut.

"Gue ngasih jabatan mayoret utama itu sama Nayla,


bukan lo?!" teriak seseorang dari lapangan.

Merasa tidak asing dengan suara tersebut, Alan berjalan


menuju lapangan. Dan benar saja seseorang tersebut
adalah Sherin yang selalu mengikuti dirinya. Seseorang
tersebut seperti sedang dilanda emosional. Tapi mengapa
dirinya peduli?

"Tapi aku yang pantas jadi mayoret utama?!" seseorang


perempuan menyolot.

"Lo itu cuma murid baru, anjing!" bentak Sherin pada


seseorang tersebut, siapa? STELLA.

"Memangnya nggak boleh? aku ini anak salah satu


komite di sekolah ini kak?!" kata Stella.
"Kan dia bukan siapa-siapa, yang pantas itu aku," lanjut
Stella.

"Si paling berkuasa," bisik-bisik yang lainnya.

"Ya gue nggak peduli, mau lo anak yang punya sekolah


aja, gue nggak peduli!" Sherin mencoba menahan
amarahnya.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik lengan Sherin, lalu


membawa dirinya keluar dari lapangan.

Semua pasang mata memperhatikan mereka berdua, sama


seperti sahabat-sahabat Sherin bingung dengan apa yang
dilakukan oleh Alan, apa jangan-jangan Alan sudah
mengingat Sherin kembali? itu berita baik.

"Rasain! Pasti itu kak Alan marahin dia, kan kak Alan
suka sama aku," ujar Stella dengan pe-de nya.

"Anjir! itu manusia bukan sih?" decak Anastasya.

"Ngaca, bangsat!" Daffa meninggalkan kerumunan.

"Apaan sih kalian! pasti iri ya?" Stella dengan wajah


songongnya

"Mimpi lo ketinggian, jatuh itu sakit kalo lo perlu tau!"


bisik Alexa pada Stella, lalu meninggalkan lapangan.

Semua orang meninggalkan lapangan, tidak mau


mengurus orang yang sakit jiwa, pikir mereka.
***

Alan menarik Sherin hingga di taman belakang


sekolahan.

"Kok main tarik aja? kan aku belum selesai sama pmg
itu?!" protes Sherin pada Alan.

Pmg = pick me girl

Alan melepaskan tangannya Sherin, ia juga bingung


dengan apa yang ia lakukan. Langsung saja ia
memberikan kotak yang dititipkan bunda nya tadi.

Sherin melihat kotak tersebut dengan bertanya,"Apa?"

"Dari Bunda gue," jawab Alan.

"Ah! makasih," ungkap Sherin menerima kotak tersebut.

"Lo sebenarnya siapa?"

"Kenapa gue ngerasa lo itu nggak asing?" tanya Alan


beruntun.

"Gue pacar lo!" gumam Sherin gemas sendiri.

"Apa gunanya aku kasih tau? kalo kamu nggak percaya,"


jawab Sherin.

"Percaya," tekan Alan.


"Hufftt!!" Sherin menghela nafas kasar. Ia takut jika nanti
yang dikatakannya disebut omong kosong.

"Aku itu pacar kamu, Alan!"

"Sherinna Naura itu pacar Alan Lazuard, terserah kamu


mau percaya atau nggak," ujar Sherin langsung
meninggalkan Alan sendiri di taman belakang sekolah.

Mendengar itu Alan terpaku sebentar, ia menyerap apa


yang dikatakan Sherin tadi ke dalam otaknya.

"Aku itu pacar kamu, Alan!"

"Sherinna Naura itu pacar Alan Lazuard,"

Kalimat tersebut terus berputar di otaknya, kenapa ia


tidak bisa mencernanya?

Merasa pusing, Alan menjatuhkan badannya di salah satu


bangku di sana.

Ia memperhatikan sekitar dengan tangan yang berada di


kepalanya karena merasa semakin pusing.

"Lo ngapain disini?"

"Bolos."

"Ngapain bolos, perempuan nggak baik bolos, sana


masuk kelas."

"Suka-suka gue lah."


"Lagian gue nggak ikut pelajaran, tetep pinter."

"Balik atau gue gendong."

"Ishh, lo siapa sih, pacar bukan, bokap bukan."

"Lo mau jadi pacar gue?"

"A-apasih, nggak lucu."

"Arghhh!!" teriak Alan sambil mengacak-acak


rambutnya sendiri. Kepalanya seakan ingin pecah.

Nafasnya tersegal-segal,"Siapa dia?" Alan bertanya-tanya


pada dirinya sendiri, kenapa ia hanya mengingat sedikit
saja? bahkan ia tidak bisa melihat wajah perempuan
tersebut.

Alan meninggalkan taman dengan perasaan campur aduk.


Apakah itu Sherin? iya sangat tidak yakin.

***

"Gue kan nggak bawa mobil! gimana bisa pulang?" decal


Sherin.

"Lo sih Rin, tadi sok-sokan nggak mau bareng


Anastasya!" lanjut Sherin menggerutu pada dirinya
sendiri.
"Sial mulu deh gue!"

"Ehh! astaga mulut gue," gumam Sherin menepuk


beberapa kali  mulutnya sendiri.

"Ini juga kenapa Mama nggak online lagi," decak Sherin.

"Sherin, Sherin cobaan lo banyak bener deh,"

"Udah nggak di inget pacar, nambah lagi Stellanjing,


huh!" gumam Sherin merasa kasihan dengan dirinya
sendiri.

"Ayo, pulang!" ucap seseorang yang baru saja tiba


menggunakan motor.

Sherin menengok kanan kiri tetapi hanya ada dirinya,


"Hah?"

"Pulang bareng gue," ujar Alan.

"Emang tau rumah aku?" tanya Sherin.

Alan memutar bola mata malas, "Kan lo bisa arahin."

"Oke!" balas Sherin mengacungkan jempolnya.

Sherin terpaku saat Alan memasangkan helm, mata


mereka berdua saling beradu.

Mata lo nggak asing, Sherin batin Alan.

De javu? batin Sherin.


"Naik!" suruh Alan.

Alan mulai menjalankan motornya, jalanan yang masih


ramai ditambah macetnya di lampu merah membuat
mereka berdua menikmati perjalanan.

Tiba-tiba Alan menarik tangan Sherin untuk


melingkarkan di perutnya.

"Jatuh, gue nggak tanggung jawab!" ujar Alan sedikit


berteriak.

Sherin tersenyum lebar mendengar itu, "Makasih!"


ucapnya sambil menempelkan dirinya pada Alan. Tetap
terasa sama. Nyaman.

Selama perjalanan mereka hanya diam, menikmati udara


sore hari.

"Belok kiri!" ujar Sherin memberikan arahan pada Alan.

Sesampainya di depan rumah Sherin, Sherin turun dari


motor Alan dan melepaskan helm.

"Makasih!" ungkap Alan sambil menyerahkan helmnya.

"Alan, mampir dulu ke rumah Mama!" teriak Mama Fifi


dari depan rumah yang sedang menyiram tanaman.

"Ma!" balas Sherin.

"Kamu mau kan, nak?" tanya Fifi memohon.

"Boleh," jawab Alan sambil melihat ke arah Sherin.


Alan memasukkan motornya ke halaman rumah Sherin.
Dan mereka semua masuk ke dalam rumah.

Nggak asing, batin Alan.

"Kamu di sini dulu, aku mau ke kamar," pamit Sherin


pada Alan.

Selama beberapa menit Alan menunggu, Sherin belum


kunjung keluar.

"Tante, Alan ijin pulang," pamit Alan yang menghampiri


Fifi didapur.

"Iya, kamu nggak pamitan sama Sherin?" tanya Fifi.

"Dimana?" balas Alan singkat.

Fifi menggelengkan kepala pelan, "Kamu naik ke atas, ke


kamar Sherin."

"Boleh?" tanya Alan.

"Hahaha, boleh! tante percaya kamu," balas Fifi terkekeh


pelan.

Alan berjalan menaiki tangga menuju kamar Sherin,


bagaimana ia tau kamar Sherin? karena didepan pintu
kamar terdapat tulisan nama pemiliknya.

Ia mencoba mengetuk kamar Sherin, tetapi tidak ada


balasan dari dalam.
Dan ternyata pintu kamar tidak di kunci, ia membukanya
dan tidak menemukan siapa-siapa.

Memperhatikan kamar yang lumayan luas untuk satu


orang, kamar yang berdominan warna cream.

Ia berjalan menuju meja belajar Sherin, yang terdapat


beberapa tumpuk buku pelajaran dan ada sebuah pigura
foto kecil.

Alan mengambil pigura tersebut, yang sepertinya


didalam foto tersebut ada dirinya dan Sherin.

Kepala Alan rasanya seperti berputar sekarang.

"Arghhh!" erangan Alan memegang kepalanya yang


teramat sakit.

"Will you be my girlfriend Sherinna Naura?"

"Answer only yes or I will."

"Ta—tapi, gu—" 

"Nggak ada bantahan Sherin."

"yes, I will."

"Ini pertama kali gue pacaran, sorry kalo gue nggak bisa
romantis. Tapi gue janji bakal jaga perasaan lo dan
nggak akan nyakitin lo."

"Jangan janji doang, buktiin."


"Kalo ada masalah atau gue buat salah? bilang,
diselesaiin bareng dan jangan ambil keputusan sepihak,
promise?"

"Promise!"

"Jangan tinggalin gue, apapun keadaannya."

"I'm here kapten."

"how? your mom?"

"I'll tell you later."

"Udah mau mulai, sana gih."

"Nggak disemangatin gue?"

"Nyinyinyi, tutup mata."

"Cepet!"

Cup

"Semangat pacar Sherin."

Shit!! batin Alan.

"Makasih untuk semuanya, aku nggak bisa deskripsiin


kebahagianku sekarang."

"Aku akan lakuin apapun, buat kamu bahagia Sherin. Itu


janjiku pada diriku sendiri."
"Kamu cantik dengan cara kamu sendiri Sherin, aku
bahkan sampai takut karena tiap hari makin jatuh cinta
sama kamu."

"Jawaban apaan, melebihi ekspetasi."

"Kalau minta lebih, nikah dulu."

"Apasih!"

"Kamu lucu kalo blushing."

"Ayy!"

"Bercanda."

"Maksih untuk malam ini, aku nggak akan pernah lupa


apa yang kita lakuin bersama."

"Alan!" panggil Sherin menepuk punggung Alan.

Yang merasa dipanggil menghadap ke belakang,


"Sherin–"

***
Kembali
Sherin yang baru saja keluar dari kamar mandi sedang
mengeringkan rambut dengan handuk.

Ia melihat Alan yang berada di meja belajarnya sembari


memegang figura foto kecil ditangannya.

"Alan!" panggil Sherin menepuk punggung Alan.

Yang merasa dipanggil menghadap ke belakang,


"Sherin–"

Tubuh Sherin hampir terhenyun ke belakang karena tidak


kuat menahan tubuh Alan yang tiba-tiba memeluknya.
"Maaf!" lirih Alan dengan suara bergetar.

"Maaf, karena aku nggak ingat kamu."

"Maaf, karena aku buat kamu nangis."

"Maaf, karena aku bentak kamu."

"Maaf, karena aku ingkar janji sama kamu."

"Dan maaf, karena aku selalu nyakitin kamu," lirih Alan


yang masih memeluk Sherin dengan erat dan air matanya
yang sudah membasahi punggung Sherin.

"Aku nggak terlambat kan, Rin?"

Mendengar hal tersebut, tubuh Sherin mendadak terasa


kaku, ia tidak bisa mencerna omongan Alan baru saja.

"Alan? Ka-mu?" tanya Sherin dengan suara terbata-bata.


Ia juga ikut meneteskan air mata.

"Aku ingat, Sherinna Naura."

"Aku ingat semuanya!" balas Alan mengeratkan


pelukannya pada Sherin.

Tangis Sherin pecah saat ini juga, ia membalas pelukan


Alan tak kalah erat. Alan yang ia cintai telah kembali dan
mengingatnya. Alan yang ia tunggu telah kembali
dipelukannya.

"Alan! Aku rindu kamu," lirih Sherin.


"Alan-"

"Aku nggak sia-sia kan Al?" Sherin terisak pelan.

Alan menggelengkan kepala, "Makasih udah nunggu aku,


Sherin."

"Kita tidak bisa menyalahkan takdir tuhan, Alan."

"Maksih udah ingat sama aku, kita mulai semua kembali


ya?" ujar Sherin menatap lekat mata Alan.

"Tentu," balas Alan memberi kecupan di kening Sherin.

"Ihh! Jelek banget cowok nangis," ejek Sherin mengusap


air mata Alan yang berada dipipi.

"Rin-" rengek Alan.

"Apasih! Pacar aku lucu banget!" gemas Sherin mencubit


pipi Alan pelan.

"Kamu tetep ganteng!" puji Sherin.

"Aku bukan pacar kamu!"

"Tapi kamu pacar aku!" lanjut decakan Alan.

"Iya-iya! Aku pacar kamu,"gemas Sherin mencubit


hidung Alan.

"Sakit-!" lirih Alan.


"Utututu! Mana yang sakit, sayang?" tanya Sherin
dengan nada imutnya.

"Sini," balas Alan menunjuk hidungnya.

Cup

Sherin mengecup hidung Alan pelan, gemas sekali Sherin


pada laki-laki satu ini.

"Masih sakit, hm?" tanya Sherin dan dibalas gelengan


oleh Alan, sama persis seperti anak kecil.

Lucu sekali hidup, baru kemarin di buat menangis dan


sekarang di buat senang, kita tidak tahu apa yang akan
terjadi di masa depan. Tugas kita hanya mengikuti alur
ceritanya saja.

"Sana pulang, gih!" suruh Sherin pada Alan.

"Nggak," balas Alan.

"Nanti kamu di cari bunda, Alan!" ujar Sherin mengacak


rambut Alan.

Mereka sekarang berada di ranjang Sherin, dengan Alan


yang tidur di paha Sherin sebagai tumpuan kepala.
Mereka tidak melakukan lebih dari hal tersebut.

"Kan aku masih kangen kamu, Sherin!" decak Alan.

"Elus-elus lagi!" lanjut Alan.


"Idih! Manja banget kamu, kalo diluar aja kayak orang
nggak punya perasaan, sok-sokan cool," kata Sherin.

"Aku manja cuma sama kamu dan bunda," balas Alan.

"Iya-iya, sayang!" gemas Sherin sambil mengelus rambut


hitam Alan pelan.

"Tapi nanti pulang, ya?" tanya Sherin.

"Hm," balas Alan dengan demahan.

"Rin, kamu pasti kecewa sama aku kan?" tanya Alan.

"Cewek mana yang nggak kecewa, tapi mau gimana


lagi?" balas Sherin.

"Maaf ya?" ungkap Alan dengan tulus.

"Kamu udah minta maaf berapa kali? udah aku maafin


Alan."

"Ini bukan kesalahan kamu, dan aku bersyukur karena


kamu masih diberi keselamatan saat itu," balas Sherin.

"Makasih," lirih Alan dan Sherin memberi tanggapan


dengan senyuman.

Sherin terus menepuk-nepuk dan mengelus Alan hingga


Alan tertidur di pangkuannya. Karena merasa lelah ia
menggeser tubuhnya agar Alan tidur di ranjang dengan
benar.
Setelah memberi selimut pada Alan, ia memandangi
sebentar wajah lelap Alan. Menurut Sherin wajah yang
polos dan lucu.

"Gemas! Makasih banyak untuk semuanya," lirih Sherin


memberikan satu kecupan dipipi Alan.

Terima kasih, Tuhan! batin Sherin.

Dan ia berjalan meninggalkan kamar menuju lantai


bawah untuk membantu Mama Fifi mempersiapkan
makan malam.

***

Pagi hari SMA ANGKASA dihebohkan dengan


COUPLE FAVORITE mereka semua yang datang ke
sekolah bersama.

Kabar bahagia hari ini, bahwa mereka semua tau bahwa


Alan sudah sembuh total dan bisa mengingat semua
kembali.

ANJIR COUPLE GUE COMEBACK

MAU JADI SHERIN

MEREKA SAMA-SAMA BERUNTUNG

COTY WOIII
Seperti biasa berbagai teriakan dan bisikan memenuhi
parkiran sekolahan.

"Makasih!" ucap Sherin saat Alan melepaskan helmnya.

"You're welcome," balas Alan sambil mengacak rambut


Sherin.

"Anjayy mabar! Kapten!" goda Reza yang baru saja


datang dengan Daffa.

"Berhasil, Rin!" ucap Daffa pada Sherin.

"Thanks, Daff!" balas Sherin menampilkan senyum


manisnya.

"Thanks, udah jaga Sherin!" ujar Alan tulus pada Reza


dan Daffa.

"Santai aja! Kita kan best friend forever!" balas Reza.

"Nggak gratis sih, gue mengharap kembalian!" canda


Daffa. Dan Alan hanya menggelengkan kepala heran.

"Hai kak Alan!" teriak Stella yang berdiri di depan Alan


tiba-tiba.

"Aku denger kalian berangkat bareng?" tanya Stella.

"Hih! Kak Sherin gatel banget deh."

Mendengar hal tersebut, wajah Alan berubah menjadi


merah karena merasa geram dengan perempuan yang
berada didepannya.
Lain dengan Sherin yang masih tenang, menunggu Stella
selesai berbicara.

Sherin juga menahan tangan Alan agar tidak terpancing,


takut nanti Stella babak belur karena Alan, kan tidak
lucu.

"Apa cuma aku yang nggak pernah boncengan sama


sembarangan cowok?" ujar Stella dengan nada melasnya.

"Itu artinya lo nggak laku, dek!" sargah Daffa.

"Mulutnya jahat banget! Banyak kok yang suka sama


aku, tapi akunya aja nggak murahan," balas Stella dengan
wajah songongnya.

"Maksud lo yang murahan siapa?" tanya Reza.

"Ya, kak Sherin lah!" balas Stella dengan nada tinggi.

ANJING STELLA CARI MASALAH

TAKUT DI KEROYOK CIRCLE SHERIN

SIAGA SATU

INI SIH BIBIT ELANJING

"Lo ngomong apa barusan, cantik?" tanya Alexa yang


berada di belakang Stella dengan menarik rambut Stella
ke belakang.

Semenjak Stella berbicara, memang Alexa dan Anastasya


sudah datang tetapi mereka tidak menampakkan dirinya.
Sherin tau, maka dari itu ia tidak berbuat banyak. Biarkan
sahabatnya turun tangan.

"Awssh!" ringih Stella merasakan sakit di kulit


kepalanya. Ia masih mendongak karena rambutnya belum
di lepaskan.

"Berani banget lo ngomong gitu sama sahabat gue!" desis


Alexa.

"Lo pikir lo siapa? Udah gue peringatin kan? Tapi lo


nggak denger," lanjut Alexa.

"Kakak ngomong apaan sih?" decak Stella.

"Dan ini Akibatnya, Stella!" ujar Alexa dengan menekan


layar ponselnya.

Ting!

Ting!

Ting!

NGGAK NYANGKA GUE STELLA

MUKANYA AJA YANG PPB

IYUHH JIJIK BANGSAT

SASIMO

MURAHAN
Bisik-bisik semua orang sembari melihat ke arah Stella
dengan pandangan merendahkan.

Stella yang merasa di hina, ia mengambil ponsel Alexa


dan disana terdapat gabungan video yang terdapat
wajahnya.

"Itu bukan gue, anjing!" teriak Stella.

"Lo pasti edit kan? bangsat!"

"Gue bakal laporin lo ke bokap gue!" teriak Stella pada


Alexa seperti kesetanan. Ia tidak menyadari telah
membuka aib nya sendiri.

MANA STELLA YANG AKU KAMU

HIDUP TAK SELAMANYA INDAH ADEK-ADEK

NGGAK PRO MAIN PILEM

INI SISI LAINNYA

KOCAK GEMING BROO

PUNCAK KOMEDI!

"Mana sini yang pinter ngedit?!" teriak Anastasya.

Seseorang  salah satu murid maju didepan Anastasya.

"Gue tanya sama lo, editan?" tanya Anastasya pada laki-


laki tersebut sambil menunjukan layar ponsel.
"Ini real bukan editan!" balas laki-laki tersebut yang
dikenal profesional editing SMA ANGKASA.

"HHHUUUU!!" seru semua orang mengarah pada Stella.

Karena merasa malu dan di permalukan, Stella lari keluar


sekolah.

Tentang video? Video tersebut berisi tentang Stella yang


selalu bergoncengan dengan laki-laki, bukan hanya satu
tetapi setiap harinya berbeda-beda, dan Stella di club
malam, berdansa dan menggoda laki-laki hidung belang.

Semua orang membubarkan diri dari kerumunan karena


bel masuk berbunyi.

Sedangkan Alan dan Sherin menyaksikan kejadian tadi


tersenyum semlirik, beruntung sekali mempunyai sahabat
seperti mereka semua.

"Aaaa, makasih Alexayang!" teriak Sherin sambil


memeluk Alexa dari samping.

"Lebay!" decak Alexa membalas pelukan Sherin dan


segera melepaskannya.

"GILA! KEREN BANGET!" kagum Reza mencoba


memeluk Alexa dan sebelum itu terjadi dihadang oleh
Daffa.

"Possessive amat pak!" decak Reza dan Daffa hanya


memutar bola mata malas.

"Keren, Xa!" puji Daffa sambil mengacak rambut Alexa.


"Thanks!" balas Alexa berusaha untuk tenang karena
pipinya sudah memanas.

"Cie Alexa!!" goda Sherin.

"Si bulol nambah lagi!" decak Reza menyaksikan


keuwuwuan.

"Salah sendiri jomblo!" ejek Anastasya.

"Lo juga!" balas Reza.

"Asal lo tau, Anastasya itu udah punya tunangan!" ujar


Sherin dan membuat semua kaget kecuali Sherin dan
Anastasya tentunya.

"Iya?" tanya Alan pada Sherin.

Sherin menganggukan kepala, "Tunangannya masih


pertukaran pelajar di NY."

"Waduh! Sulit!" ucap Daffa.

"Sabar bro!" ucap Alan sambil menepuk pundak Reza


beberapa kali.

"Cinta tak selamanya indah dek!" kata Reza memelas.

"Tapi kenapa cinta teman-temanku indah?" lanjut Reza


berjalan menuju kelas.

"Hahahaha!!" tawa mereka pecah kecuali Reza yang


sudah pergi meninggalkan mereka semua.
Tidak ada hidup menyenangkan tanpa
adanya sahabat yang mengerti dan tulus
dengan kita

***

Epilog
"Hahahaha! Lemah banget jadi cowok!" ledek Cavaro
pada Reza yang terpeleset dipasir.

"Bangsat!" umpat Reza melempar bola Volly ke dalam


lapangan permainan.

"Ayo! Nggak ada perdebatan!" seru Sherin.

"Kalian kalo bacot, nggak perlu ikut!" tajam Alexa.

"Daff! Pawang lo serem, anjir!" ucap Reza.

"Rasain!" ledek Daffa.


"Le! Dia yang mulai!" gerutu Cavaro menunjuk Reza.

"Fokus!" seru Alan.

Disinilah mereka semua, di pantai dekat dengan vila Alan


menikmati matahari yang hampir tenggelam. Rencana
mereka selama ini akhirnya terwujud walaupun banyak
rintangan yang mereka lalui bersama.

Mereka bermain volly pinggir pantai, yang terbentuk dua


grup.

Grup pertama Alan, Sherin, Steven dan Reza

Dan Grup kedua Daffa, Alexa, Cavaro, dan Anastasya.

Steven adalah tunangan Anastasya yang menginjak 3


tahun. Ia juga murid SMA ANGKASA tetapi kelas 11 ia
melakukan pertukaran pelajar di NY.

"YEAYY!" teriak Alexa lepas dan memeluk Daffa,


karena menang dalam permainan.

Refleks Daffa membalas pelukannya, dan Alexa


melepaskan dengan senyum kikuk.

Dan Alexa melakukan tos pada anggotanya.

"Hhuuuu! Kalah!" seru Cavaro.

"Itu karena lo kapten volly, anjing!" teriak Reza sebal.

"Kok nyolot, dek?" ejek Cavaro.


Mereka semua menggelengkan kepala melihat tingkah
laku Cavaro dan Reza. Selalu seperti ini saat bersama.

"Oke! Sesuai perjanjian yang kalah nyiapin bahan-bahan


nge-grill," ujar Daffa.

"Hih! Kamu menang nggak ngapa-ngapain dong?" gerutu


Anastasya dirangkulan Steven.

"Nanti aku bantu, sayang!" balas Steven sambil mencubit


pipi Anastasya pelan.

"Makasih, sayang!" antusias Anastasya.

Kebucinan yang selalu mereka saksikan selama Steven


pulang. Ditambah lagi kebucinan Alan, Sherin dan Daffa,
Alexa. Nasib yang jomblo, rasanya ingin pindah ke
saturnus.

"Kalian duluan aja!" ujar Sherin.

"Oke!" balas Daffa.

Tinggal lah Sherin dan Alan berada di batu karang besar


ditepi pantai.

"Hari ini aku bahagia banget, ay!" antusias Sherin


memeluk Alan dari samping.

"Aku kira rencana kita semua hancur."

"Makasih! Udah mau berusaha sembuh, ay!" ungkap


Sherin.
Alan hanya diam memandang mata  Sherin yang terlihat
sangat bahagia.

Ia juga bersyukur kepada Tuhan karena masih memiliki


orang-orang yang selalu mendukung dan mencintainya.

Disini ia juga merasa bahagia, ia berhasil mewujudkan


salah satu impiannya untuk membawa orang yang ia
cintai di pantai ini.

Alan mencium puncak kepala Sherin lama, menikmati


bau rambut Sherin yang selalu wangi, "Terimakasih
kembali."

Mereka berdua tersenyum menikmati  terbenamnya


matahari dilaut. Sangat indah.

Langit berubah menjadi gelap, semilir angin dari pantai


menerpa mereka semua.

Semua sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk nge-


grill.

"WOI! LO BERDUA JANGAN BERDUAAN! SINI


BANTU!" teriak Reza pada Sherin dan Alan.

"Hahaha!" kekeh Alan dan Sherin.

Sherin dan Alan berjalan ke vila untuk membantu mereka


semua.

Setelah siap, mereka semua mulai membakar daging,


membuat minuman, dan bermain game.
"Itu daging gue, babi!" decak Cavaro.

"Lah?! Daging gue mana?" linglung Reza.

"Dibadan lo apa?" tanya polos Anastasya.

"Hahahaha!" tawa mereka yang mendengarkan.

"Bukan itu, sayang!" ujar Steven pada Anastasya sambil


mengacak rambut Anastasya.

Alan memetik gitar yang memang ia bawa dari rumah.


Sherin bersandar dibahu Alan.

Mereka semua mulai memformasikan diri, Anastasya


bersender ke bahu Steven, Alexa bersender ke bahu
Daffa, sedangkan Cavaro dan Reza mereka berdua
bersandar di kursi. Kasian yang jomblo.

Setiap petikan gitar yang Alan mainkan mereka semua


menikmatinya.

Now you don't wanna let go,


And I don't wanna let you know,
There might be something real between us two, who
knew?
Now we don't wanna fall but,
We're tripping in our hearts and it's reckless and clumsy,
'Cause I know you can't love me here

I wish we had another time,


I wish we had another place,
But everything we had is stuck in the moment,
And there's nothing my heart can do,
To fight with time and space 'cause,
I'm still stuck in the moment with you

See like Adam and Eve,


Tragedy was our destiny,
Like Sunny and Cher,
I don't care,
I got you baby

See we both,
Fightin' every inch of our fiber,
'Cause ain't no way,
It's gonna end right but,
We are both too foolish to stop

Now you don't wanna let go,


And I don't wanna let you know,
That there might be something real between us two, who
knew?
And we don't wanna fall but,
We're tripping in our hearts and it's reckless and clumsy,
And I know you can't love me here

I wish we had another time,


I wish we had another place,
But everything we had is stuck in the moment 'cause,
I'm still stuck in the moment with you

See like,
Just because this cold cold world saying we can't be,
Baby, we both have the right to disagree,
And I ain't with it,
And I don't wanna be so old and gray,
Reminiscin' 'bout these better days,
But convention's telling us to let go,
So we'll never know

I wish we had another time,


I wish we had another place,
'Cause everything we did,
And everything we have is stuck in the moment,
Yeah

I wish we had another time,


I wish we had another place,
But everything we have is stuck in the moment,
And there's nothing my heart can do,
To fight with time and space 'cause,
I'm still stuck in the moment with you,
Yeah

Justin Bieber - Stuck in the moment

Mereka menikmati setiap lirik lagu, ini adalah moment


berharga mereka. yang tidak bisa diputar kembali.

Mungkin mereka bisa berkumpul kembali di masa depan,


tetapi kita tidak tahu sesulit apa rintangan mereka semua.

Persahabatan mengingatkan kita cara menghargai


seseorang dan cara mencintai seseorang dengan tulus
tanpa memandang apapun.

Sahabat yang sejati selalu ada dimana kita suka maupun


duka, selalu memberikan kita dukungan dan kasih sayang
layaknya keluarga.
Mereka semua berdiri membuat lingkaran dan saling
merangkul. Mata mereka semua berkaca-kaca. Akankah
mereka bisa melawati rintangan dimasa depan?

"Thanks guys!" ungkap Sherin.

"Semoga kita bisa kumpul lagi dimasa depan!" lanjut


Alexa.

"Semoga gue nggak jomblo lagi!" seru Reza.

"Perusak suasana, anjing!" decak Cavaro yang tidak jadi


menangis.

"HAHAHAHA!" tawa mereka, tawa bahagia, tawa


seperti tidak ada beban di pundak mereka semua.

Tuhan pasti memberikan cobaan kepada


semua orang, kita tidak tahu kapan kita
diberikan kebahagiaan dan kapan kita
diberikan kesedihan. Tugas kita hanya
bersabar karena semua cobaan pasti ada
jalan keluarnya

***
TAMAT..

DEDI DARMAWAN

Anda mungkin juga menyukai