Anda di halaman 1dari 11

Tugas Membuat Cerpen

Zulfa Amanda XI – Bahasa


ALONA

"Tidak ada penderitaan yg abadi, tidak ada kebahagiaan yg abadi. Kecuali bagi yg
pandai bersyukur, selamanya ia akan merasakan kebahagiaan."

Alona, nama cantik yang diberikan oleh Bianca, bundanya yang artinya kuat. Seperti
orangnya Alona sudah menjadi anak yang kuat, ia bertahan di dalam kandungan
Bianca sampai sekarang di dunia ini. Hadirnya Alona sangat tidak diinginkan oleh
Surya, ayah kandungnya sendiri karena Surya ingin mempunyai anak kedua nya itu
laki – laki. Alona mempunyai kakak perempuan, Alena. Ya Alena, anak yang sangat
disayang, dibanggakan, dinomor satukan ketimbang Alona.

Alona pov

Booghht

Alona yang sedang tidur dikamar bernuansa peach itu terbangun karena pukulan dari
ayahnya

“aa-ayah… ada apa ? Kenapa Alona dipukul?” tanya Alona dengan nafas memburu
melihat wajah Surya yang sangat amat menyeramkan baginya.

“ada apa katamu ?? ini sudah jam berapa ? kenapa masih enak-enakan tidur hah ??!!
Lihat kakak mu sudah berangkat, sedangkan kamu? kamu mau jadi apa hah ?! Kalo
malas-malasan terus” bentak Surya.

“ma-aaf ayah, Alona baru tidur jam 4 shubuh tadi setelah selesai ngerjain tugas Alona
ayah” jawab Alona semakin takut.

“bohong, mana mungkin kamu bisa mengerjakan tugas selama itu. Bilang saja kamu
nonton film sampai lupa waktu, iyakan ??!! ayo ngaku !!” tanya Surya yang tidak
percaya.

“ng-gga ayah, Alona beneran ngerjain tugas” jawab Alona dengan jujur.
“sudahlah, saya tak percaya. Cepat kamu siap siap sekolah, kalo tidak, saya akan usir
kamu dari rumah ini tanpa bundamu tau, selama ini saya bertahan karena Bianca
bukan karena kamu Kalo bukan karena istri saya, kamu saya usir dari lama.”

Setelah Surya mengatakan itu ia pergi, Alona pun bergegas menyiapkan dirinya dan
keperluan sekolah.

Tiba nya di sekolah, Alona jalan menuju kelas dan duduk di pojok kiri paling
belakang karena ia tidak punya teman. Alona langsung melipat kedua tangannya untuk
jadi bantalan kepalanya, karena ia sangat mengantuk sekali ditambah pukulan tadi
pagi dari Surya membuat tubuhnya sakit.

“cantik”

“hei… bangun sudah ada guru, nama kamu siapa?.” Ucap Afgan murid baru yang
sekarang duduk di sebelah Alona.

Hening …

“eehhmmm” Alona masih tidak membuka matanya, “hei, ayo bangun udah ada
gurunya” ucap Afgan, namun pemilik wajah cantik itu tak kunjung membuka matanya
membuat Afgan gregetan.

Ide jail nya keluar dengan menggelitik tubuh Alona sampai yang punya tubuhnya
bangun.

“AAADUUUHHH, IIYAA IIIYAAA AMPPUN IINII BAANGUUN” teriak Alona


langsung berdiri, seketika sadar ia buat seisi kelas tertuju pada dirinya. Malu, hanya
itu yang saat ini dipikirannya karena selama ini Alona dikenal jarang berbicara apalagi
teriak.

“HAHAHAHAAHAH KAMU LUCU BANGET HAHAHA” Afgan tertawa puas


melihat tingkah laku perempuan cantik disebelahnya ini.

“aduuh Alona kamu tidur lagi?! Setelah ini saya ga mau liat kamu tidur dikelas lagi,
cepat cuci mukamu” ucap Bu Guru di depan kelas.
“maaf bu maaf, saya permisi ke toilet dulu” jawab Alona sambil melihat sinis kearah
Afgan.

Sampainya di toilet.. “duh malu banget tadi pake teriak, lagian siapa sih tadi ngelitikin
segala? Nyebelin banget jadi orang.” dumel Alona. Setelah itu ia bergegas ke kelas,
Alona tidak mau kena ceramah Bu Guru lagi.
Afgan pov

Triingg triinggg

suara bel pun sudah berbunyi menandakan pelajaran akan segara di mulai.

“assalamualaikum anak anak” salam bu guru dari pintu kelas, banyak murid murid
yang langsung duduk di kursinya masing-masing.

“walaikumsalam buuu” serentak murid dikelas menjawab.

“baik, pagi hari ini kita kedatangan murid pindahan dari luar negeri. Ayo sini nak
Afgan perkenalkan dirimu.”

“iya Bu baik, Assalamualaikum perkenalkan nama saya Afgan Pratama pindahan dari
LA panggil aja Afgan, okee?” ucap Afgan.

“hallo Afgan” serentak murid murid yang dikelas langsung terkagum kagum dengan
parasnya dan banyak juga para cewe maupun cowo dikelas itu berbisik sesama teman
sebangkunya bicara mengenai Afgan.

“Afgan silahkan pilih tempat dudukmu, oke kalo sudah perkenalannya mari kita mulai
pembelajarannya.” Bu Guru mempersilahkan Afgan mencari tempat duduknya sendiri.

Afgan dari pertama masuk kelas sudah tertarik untuk duduk di samping perempuan
yang sedang tidur di pojok kiri itu

“baik bu terima kasih.” ucap Afgan, “Afgan ayo duduk disini aja, dia biar pindah
sama cewe belakang itu” kata salah satu murid dikelasnya. Namun Afgan
mengabaikan ucapan murid itu

“cantik”

“hei… bangun sudah ada guru, nama kamu siapa?.” Ucap Afgan murid baru yang
sekarang duduk di sebelah Alona.

Alona pov

Alona sudah ada di kursi nya, dia bertanya-tanya “dia siapa? Aku ko baru liat, apa dia
murid baru” seketika lamunan itu terhenti karena ada yang “hai” ya, itu Afgan yang
tadi menggelitik Alona.

“siapa?” to the point Alona.


“huufttt, makanya jangan tidur mulu jadinya gatau kan siapa aku. Aku Afgan, murid
baru dari LA” jawab Afgan.

“ooh, terus kenapa duduk disini? Masih banyak yang kosong, pindah gih” Alona
mengusir Afgan dengan terus terang.

“maunya sama kamu.” Alona tidak menjawab ia memilih untuk memperhatikan bu


guru.

Triiiiingggggg triiingggg

bel sudah berbunyi, waktunya pulang sekolah.

“Alona Alonaa rumah kamu dimana? Mau aku anter.?” tanya Afgan.

“gausah makasih, aku bisa naik ojek online” jawab Alona.

“ayolah kan kita temenan masa kamu gamau?” ucap Afgan dengan puppy eyes yang
menjijikan menurut Alona, ia sedikit maksa padahal baru kenalan tadi pagi. Mau tak
mau Alona harus mau dianter dengan Afgan.

Sesampainya di rumah, Alona melihat Alena turun dari mobil dengan Ayah nya. Iya
Alena selalu di antar jemput oleh Surya, sedangkan Alona tidak pernah sama sekali.

Flashback on

“Bundaa, Ayah antar Alena sekolah dulu ya” kata Surya sambil mengambil kunci
mobil.

“Ayah Alona juga ingin di antar sama Ayah” perkataan Alona membuat Surya marah.

“untuk apa? Kamu bukan anak saya, anak saya cuma Alena” jawab Surya, sedangkan
Alona sudah nunduk sejak tadi.

Surya langsung narik Alena keluar rumah dan pergi begitu saja tanpa berpamitan.

Mendengar ucapan suaminya tadi, Bianca yang sedang di dapur langsung lari untuk
memeluk anak gadis yang baru berumur 8 tahun itu sedang menangis dalam diam.

“Alona … sayang, liat bunda nak” Alona pun mendongak lihat bunda yang matanya
merah sedang menahan keluar air matanya itu.
“Alona berangkat sama bunda aja ya nak? Nanti kapan-kapan bunda ajak ayah buat
anter Alona juga, okeey sayang?” Bianca berusaha menenangkan putrinya itu yang
masih menangis, tapi …

“HUUUAAAA BUUNNDAA AAYAAH GA SAYANG LONA YA?? AYAH


CUMA SAYANG KA LENA, TADI AYAH BILANG LONA BUKAN ANAK
AAYAAHH, BUNDAA HUUUAAAA LONAA JUGA PENGEN KAYA KA LENA
DI ANTER SAMA AYAH, HUAAAAA” tangisan putri Bianca itu pecah dengan
sendirinya dan semakin menjadi jadi, miris sekali dari kecil sudah merasakan sesakit
ini oleh Ayahnya sendiri.

Bianca makin peluk erat erat putri kecil nya itu, “engga sayang engga, Ayah sayang
Lona ko cuma cara nunjukin kasih sayang ke Alona berbeda. Buat Lona special kata
Ayah” ucapan Bianca berhasil buat gadisnya itu tidak menangis lagi.

Flashback off

Afgan yang melihat perubahan ekspresi Alona yang tadinya tertawa menjadi sedih
“dia kenapa?” batin Afgan, ia dengan sopan menyapa Ayah Alona “halo,
assalamualaikum om saya temennya Alona.”

Dengan tatapan sinis nya Surya melihat kedua orang ini “walaikumsalam, oh dia
punya teman?” jawab Surya. Surya dan Alena langsung masuk ke dalam rumah nya

Waaw dia? Membuat Alona dan Afgan saling bertatapan yang tidak bisa diartikan
“ada apa ini sebenarnya” batin Afgan.

Bianca yang baru muncul di terasnya itu melihat ada lelaki dirumah ini bersama
Alona, jarang sekali Alona membawa teman nya kerumah.

“Ehhh ada tamuu, teman nya Alona ya? Ayo masuk masuk, Alona kenapa teman nya
ga disuruh masukk, ayo masuk nak” Bianca dengan semangat menarik kedua orang
itu, Afgan dan Alona.

Kedua nya itu duduk bersebelahan dengan pikirannya masing masing, Afgan dengan
pikiran “Kenapa? Alona kenapa dipanggil dia? Alona bukan anak nya? Tapi wajah
mereka mirip sekali ga mungkin bukan anaknya.” sedangkan Alona dengan
pikirannya “Lagi? Kenapa harus sekarang? Kenapa harus sekarang saat ada teman
Alona.?”
Bianca datang dengan bawa minuman dan makanan untuk kedua orang ini, setelah itu
mereka berbincang-bincang sampai tidak sadar hari sudah mau malam. “Tante Afgan
pulang dulu ya .. udah mau pulang malam juga, makasih atas minuman dan makanan
nya tante enak sekali. Saya pamit ya tan, Alona gue pulang ya. Assalamualaikum.”
ucap Afgan dan dianggukan oleh kedua Wanita yang ada dihadapannya ini. Saat
Alona dan Bianca yang baru berbalik arah ingin membereskan meja itu, tapi

Tiba – tiba…

Ppllaaakkkk

Surya menampar pipi Alona di ruang tamu itu.

“BAGUS YA KAMU??? BAWA COWO KERUMAH, UDAH MAU MALEM


BARU BALIK DIA? PUNYA HAK APA ALONA BAWA ORANG
SEMBARANGAN MASUK KERUMAH. INGET YA, KAMU BUKAN SIAPA
SIAPA DISINI” bentak Surya ke Alona yang sudah nangis dari tadi.

Bianca yang kaget ucapan suaminya itu dengan releks nya ia menampar pipi kanan
Surya “JAGA UCAPAN KAMU YA !! ALONA ANAK SAYA, KALO KAMU GA
SUKA ALONA YA SUDAH JANGAN MEMBUAT DIA SEMAKIN SAKIT SAMA
UCAPAN AYAHNYA SENDIRI.” Surya seketika tubuhnya menegang dengar
ucapan istrinya itu, “semakin sakit sama ucapan ayah nya sendiri.” Apakah ia terlalu
menyakiti putrinya.?

Alona memang secara fisik baik-baik saja, namun secara mental … Alona sudah
rusak, sudah sangat sakit yang mendalam. Bahkan Ayah nya saja tidak peduli dengan
hadirnya dia, apalagi dengan mentalnya?

Pertengkarannya itu masih berlanjut, Alona memilih keluar dari rumah untuk
menenangkan pikirannya di sebuah taman sampai malam.

Flashback on

“ALONA LIAT !!! Ayah Bunda selalu berantem karena kamu. Emang bener kata
Ayah kamu ga pantes tinggal disini, selalu buat orang tua Alena berantem” bentak
Alena dengan nafas memburu karena sedang menangis segugukan.

Alena dan Alona saat itu berumur 12 tahun. Masih tidak mengerti apa apa, cuman
yang mereka tau ALONA pembuat masalah keluarga ini.

Ya, Alena dari dulu selalu menyalahkan Alona karena orang tua nya selalu berantem
perihal Alona.
Flashback off

Afgan pov

Malam telah tiba dengan cuaca yang dingin karena sepertinya sebentar lagi hujan akan
turun.

Afgan tiba – tiba ingin mencari udara segar dengan menikmati indahnya kota Jakarta
di malam hari. Berhenti nya Afgan di taman yang cukup sepi ada seorang Wanita
sedang menunduk membuat diri nya penasaran “kaya kenal, siapa ya.?” Afgan
mendekati perempuan itu, semakin dekat semakin kedengeran Wanita itu sedang
nangis.

“hiikkss hiikkss”

Alona ? Dia ngapain disini ?

“…. Alona ??? Kamu ngapain di taman malam malam gini sendirian?” tanya Afgan
yang sudah duduk disamping Alona.

“eh Afgan? Kamu ngapain disini?” elak Alona

Afgan makin kebingungan, “Kamu kenapa? Ada masalah? Cerita ke aku aja, gpp.
Karena Ayah kamu ya.?” Tebak Afgan.

Hening …..

“AAAAAAAAAAAAA” teriak Alona, buat Afgan kaget disebelah nya karena Alona
sekarang nangis kejer banget. Ia bingung harus berbuat apa. “Eehh kamu kenapaa
Al?? jangan bikin aku khawatir.” Tanpa dijawab, Alona langsung nyenderkan
kepalanya di bahu Afgan.

“sebentar aja Af .. aku cape banget.” Afgan menganggukan kepalanya.

Setelah melihat keadaan Alona lumayan membaik, “Kamu kenapa Al?” tanya Afgan.

“Aku cape Gan, Aku cape banget. Dari dulu Ayah selalu ga anggap aku ada di
hidupnya, cuma selalu Ka Alena terus, aku cape. Aku juga sakit dipukulin Ayah terus
terusan gini. Aku mau nyerah aja, Afgan …” “What ??” batin Afgan.

“Aku selalu ngalah, selalu yang nomor 1 Ka Alena. Aku juga pengen Afgan, aku juga
pengen. Emangnya salah? Aku pengen juga kaya Ka Alena, aku juga pengen di antar
jemput sama Ayah kaya Ka Alena. Sampai kapan Afgan aku kaya gini terus? Sampai
kapan? Sampai aku mati? Ayah baru sadar?”
“shhhuuutt Alona jangan ngomong gitu lagi… jangan Alona, aku ada disini. Jangan
coba coba nyerah Alona, kamu udah hebat banget bertahan sampai sekarang kamu
keren banget. Udah yuk berehenti nangisnya. Masa cewe cantik nangis sendirian, mau
jalan? Kita jalan kemana aja yang kamu mau Alona” ucapan Afgan bisa buat Alona
tenang dan senyum.

Alona pov

Pukul 02.00 Alona baru pulang setelah jalan dari Afgan.

“Assalamualaikum, Alona pulang” ucap Alona dengan mendorong pintu depannya


pelan pelan. “pasti semua udah tidur” gumamnya.

Saat menaiki anak tangga, tiba tiba lampu nyala. Dan… “Bagus ya? Anak perempuan
baru pulang jam segini, ngapain aja kamu? Saya ga pernah ngajarin kamu untuk
pulang jam segini Alona” bentak Surya dengan nafas memburu.

“hhuufft, Alona abis jalan jalan sama Afgan Ayah” jawab Alona.

PLLAAKK

“aw” darah keluar dari hidung Alona.

“SAYA GA PERNAH NGAJARIN KAMU UNTUK JALAN SAMA LAKI LAKI


TENGAH MALAM GINI ALONA, SIAPA YANG SURUH KAMU ??.” Surya
makin membentak Alona. Alona nunduk, ia berusaha buat ga nangis tapi
pertahanannya runtuh untuk tidak menangis di depan Ayahnya.

Alona berteriak sambil darah bercucuran terus dari hidung nya “AYAH EMANG GA
PERNAH NGAJARIN LONA YAH, DARI LAHIR YANG NGAJARIN
SEMUANYA CUMA BUNDA. AYAH CUMA NGAJARIN KA LENA HANYA
KA LENA DI HIDUP AYAH. LONA GA PERNAH DI ANGGAP SAMA AYAH
SELAMA INI, LONA JUGA PENGEN KAYA KA LENA YAH, Lona juga pengen,
Lona cape yah …” penglihatannya makin lama makin buram, dann BRUUKK.

Alona jatuh di hadapan Ayahnya. Surya keringet dingin mendengar ucapan Alona dan
melihat putri nya itu pingsan di depannya, ia bergegas mengangkat Alona dan pergi ke
Rumah Sakit.

Sampai nya di rumah sakit ia menggendong Alona dengan muka panik dan berdoa
semoga anak nya tidak apa apa “SUSSTER SUUSTERR, TOLONGIN ANAK
SAYA. ANAK SAYA PINGSAN” beberapa suster yang mendengar itu langsung
berlari membawa brankar untuk Alona di bawa ke IGD. Surya di depan pintu IGD nya
menelfon Bianca istrinya untuk kasih kabar tentang keadaan putri mereka.
Tuk tuk tuk, bunyi suara lari kaki Bianca dan Afgan. Iya Bianca mengajak Afgan ke
Rumah Sakit karena tidak ada yang mengantar dan kebetulan Afgan ada di depan
rumah nya ingin ajak Alona main keluar.

Sampai nya mereka berdua “Alona gimana? Gimana keadaanya?” muka kedua nya
sangat panik dan nafas tergesa – gesa. “Alona masih ditangani oleh dokter, tadi … aku
habis menampar Alona terus keluar darah dari hidungnya.” Penjelasan dari Surya
dengan muka nyesal. Kedua orang yang baru datang itu kaget terlebih Bianca, ia
langsung menampar suaminya. PPLAAKK.

“BERANI BERANI NYA KAMU TAMPAR ANAK SAYA SAMPAI MASUK IGD
GINI, KAMU BENAR BENAR KELEWATAN SURYA. SAYA SELAMA INI
HANYA DIAM, MAU KAMU APA SURYA ???!! ALONA SELAMA INI CUMA
DIAM, ALONA GA PUNYA KESALAHAN SAMA SEKALI. TAPI KENAPA
KAMU SEBENCI ITU SAMA PUTRI SAYA .. KAMU GA PANTAS DI SEBUT
AYAH, SURYA!!” bentak Bianca, Bianca sangat marah saat ini. Sedangkan Afgan
menatap tajam Surya seperti ingin membunuhnya. Surya hanya menerima dari dua
insan itu yang marah kepadanya.

Afgan duduk bersebelahan dengan Surya yang menatap arah pintu IGD itu, sedangkan
Bianca masih tetap berdiri di pintu IGD sambil terus menangis dan berdoa terus
menerus agar anak gadisnya tidak apa apa.

Afgan pov

“Om, kenapa nampar Alona om? Alona ada salah apa?” Afgan membuka
pembicaraan.

“Karena dia pulang jam 02.00, pergi sama kamu kan?” jawab Surya dengan santai
nya, namun hatinya sangat panik.

“What ? Om emang tau alasan Alona pulang jam segitu om? Atau om asal nampar
Alona saja?” timpal Afgan, “Saya ketemu Alona di taman sendirian malam malam
sedang nangis om, om tau alasan Alona kenapa nangis?” tanya Afgan. Surya
menggelengkan kepalanya, “Alona pengen bunuh diri om, perlakuan om terhadap
Alona. Perkataan om yang bilang Alona bukan anak om, Alona ga ada hak dirumah
itu, dan masih banyak om. Alona punya kesalahan apa si om? Sampai om kaya gini ke
Alona? Saya baru kenal Alona om, tapi saya ngerti perasaan Alona. Saya juga sayang
Alona om melebihi seorang teman.” perkaatan Afgan buat seluruh tubuh Surya
seketika menegang dan keringet dingin.
Tiba – tiba ia teringat kata – kata istri nya beberapa waktu yang lalu. “semakin sakit
sama ucapan ayah nya sendiri.” Ternyata benar, ia terlalu menyakiti anak
perempuannya ini. Ia mulai sadar dengan perlakuan selama ini kepada Alona, setelah
Alona siuman ia harus meminta maaf langsung.

Alona pov

“ehhhmm, h-a-u-s” Alona mulai siuman disana ada Bianca, Surya dan Afgan. Afgan
yang mendengar itu langsung ambil minum dan meminumkan Alona dengan perlahan.

Surya mendatangi putri nya yang baru sadar, “Sayang .. maafiin Ayah ya? Maafin
sikap buruk Ayah ke kamu. Afgan udah buat Ayah sadar nak, maafin Ayah nak. Ayah
janji ga akan bersikap buruk lagi, kamu jangan pernah berfikiran untuk bunuh diri lagi
ya anak Ayah?” ucap Surya dengan segugukan karena menangis.

Bianca, Afgan dan Alona tersenyum melihat Surya meminta maaf dengan tulus.

“Iyaa Ayah, Lona maafin Ayah”

“Ayah kalo Lona pengen kaya Ka Lena boleh? Lona belum pernah ngerasain Ayah..”
Alona langsung mengeluarkan air matanya tak kuasa menahan.

“Oke sayang, pulang dari Rumah Sakit kita jalan jalan kemana aja yang Lona mau ya?
Ajak Afgan juga gpp, mulai sekarang juga Lona Ayah antar jemput kaya Ka Lena ya?
Itukan yang Lona pengen, hmm?” peluk Surya ke Alona dengan tangisannya.

Hari sore pun tiba, Alona diperbolehkan untuk pulang kerumah. Sampainya di rumah
tak disangka sangka Alena membuat surprise

“SURPRISEEEE, WELCOME ALONA.” Teriak Alena dengan penuh semangat.

“Maafin Kakak ya selalu ga sadar adanya kamu” permintaan maaf Alena di anggukan
oleh Alona. Tulisan balon nya adalah WELCOME HOME ALONA. Ternyata Surya
yang menyuruh Alena menyiapkan ini semua.

Jangan pernah membenci pemberian Tuhan, karena Tuhan selalu memberi yang
terbaik untuk hamba – hamba nya tanpa alasan.

Setelah kejadian itu, keluarga Surya menjadi sangat amat harmonis dan Afgan hampir
setiap hari di rumah Alona untuk bermain. Itu menjadi tak masalah oleh Surya dan
Bianca karena yang penting putrinya harus lebih Bahagia dari sebelumnya.
Tamat.

Anda mungkin juga menyukai