Anda di halaman 1dari 14

Kamu Hidupku

Eko Sri Wahyuni

Pagi ini Angel menyiapkan bekal untuk dibawa ke


sekolah, ia menyiapkan nasi goreng dengan sosis dan
telur mata sapi. Dalam kegiatannya, ia tak lupa
bernyanyi lagu yang sempat menjadi soundtrack salah
satu sinetron remaja.

“Dalam sepi …. Engkau datang, kau adalah


hidupku kau belahan jiwaku nanananana.” Angel
bernyanyi tanpa nada yang menyeimbanginya.

“Nyanyi tanpa nada, mending merdu ini fals


juga,” ucap seseorang sambil membawa segelas susu.

“Suara Angel merdu tau kak!” ucap Angel tak


terima.

“Iya, merusak dunia,” ucap perempuan itu lalu


duduk di bangku sebelah Angel. “Dah di minum dulu
susunya,” lanjutnya.
“Iya kak Sofi ku yang cantik,” jawab Angel lalu
meminum susu buatan Sofi, kakak perempuan sekaligus
keluarga satu-satunya.

“Besok jadwal kamu kemo ya, jangan lupa.”


Kata kak Sofi sambil menyendokan nasi ke piringnya.

“Harus tetap kemo ya kak?” tanya Angel dengan


wajah memelas.

“Besok kakak anter kamu, dah sana berangkat


nanti telat.” Jawab Sofi menenangkan Angel.

“Janji ya kak?” kata Angel sambil menjulurkan jari


kelingkingnya.

“Iya.” Jawab Sofi lalu meraih kelingking


adiknya.

“Aku berangkat dulu ya kak, Assalamualaikum.”


Angel pun menjabat tangan kakaknya lalu menyiumnya.

“Waalaikumusallam, hati-hati.” Jawab Sofi.


Hari sudah mulai gelap, cahaya senja pun
semakin lama semakin redup tetapi keinginan Angel
tidak meredup sama sekali, ia pun menatap jalanan
melalui kaca jendela bus. Bus berhenti di halte, Angel
pun berdiri dan menuruni bus. Setelah sampai di halte ia
pun mengecek jam tangan.

“Mudah-mudahan mamah belum tidur,” ucap


Angel lalu berjalan menjelajahi trotoar.

Ia pun sampai di depan sebuah rumah sakit jiwa,


setelah memasuki sebuah ruangan dengan nama Aurelia
di depannya. Ia melihat seorang wanita sedang menjait
sebuah kain.

“Mamah!” sapa Angel dengan penuh senyuman.

“Ajel anak mamah,” sapa wanita itu dengan


mengusap pipi anaknya.

“Mamah sudah makan?” tanya Angel sembari


mengambil benang beserta jarum dri tangan mamahnya.

“Sudah sayang, kamu sudah?” tanya Aurelia,


Angel pun duduk di sebelah mamahnya.
“Hari ini Ajel dapet nilai 98 di mata pelajaran
Matematika, Mah,” ucap Angel dengan mata yang
menatap mamahnya.

“Kamu emang anak mamah yang paling pinter


sayang,” jawab Aurelia sambil mengelus pipi anaknya.

“Tapi mah, kak Angel lebih pintar daari Ajel, dia


dapat nilai 100 di mata pelajaran matematika mah,” ucap
Angel dengan hati-hati.

“Kamu jangan coba sebut-sebut nama Angel! Dia


itu yang udah bikin kamu kecelakaan,” jawab Aurelia
dengan sedikit emosi.

“Bahkan nyawa Papamu menjadi taruhannya,”


lanjutnya.

“Itu semua murni kecelakaan mah, Ajel yang ga


hati-hati,”

“Jelas-jelas Angel yang salah. Hentikan kamu


lebih baik pergi dari sini, AAAAA!” ucap Aurelia lalu ia
pun berteriak.
“Mah tenang mah,” ucap Angel sambil memencet
bel di sebelah saklar lampu kamar. Aurelia terus saja
meraung dan menangis, membuat Angel ikut menangis.

Beberapa perawat pun memasuki ruangan lalu


segera membantu Angel memegang mamahnya. Salah
satu dari mereka menyuntikan cairan ke tubuh Aurelia.

“Maafin Angel, Mah. Angel salah,” ucap Angel


dengan tangan yang menutupi mulut.

Setelah Aurelia tenang, Angel pun di rangkul


salah satu perawat disana.

“Angel salah, Mba,” ucap Angel sambil menatap


kebawah.

“Angel, liat mba,” kata Perawat dengan nama


Mawar di nametag yang terpasang dikantong
seragamnya.

“Mamah baik-baik aja, Angel jangan stress, kalo


Angel terus mikirin kejadian masa lalu, nanti Angel
seperti mamah, terus nanti yang jaga mamah siapa?
Yang nemani kak Sofi siapa? Yang masakin nasi goreng
buat kak Sofi siapa? Angel ga oleh sedih, gab oleh
kepikiran ya.” Lanjut Mba Mawar memberikan sedikit
ketenangan di hati Angel. Angel pun mengangguk dan
menghapus air matanya.

“Yu, biarin mamah istirahat,” kata Mba Mawar


lalu ia pun membawa Angel keluar dari ruangan.

Saat ini Angel sedang berada di makam dengan


dua batu nisan yang menunjukan tanggal dan tahun yang
sama. Pikirannya membalikan ingatan 10 tahun yang
lalu.

---

“Kak Angel jangan lari-lari nanti jatuh!” teriak seorang


anak kecil berusia 6 tahun dengan tangan yang
memegang balon.

“Ayo kejar aku, Jel,” jawab seorang anak kecil


yang mukanya mirip dengan anak yang memegang
balon.

“Ajel, Angel awas jatuh!” teriak seorang pria


dengan senyuman yang melekat di pipinya. Di sebelah
nya ada dua perempuan yang satu istrinya dan yang satu
anak pertamanya.

Tanpa Angel dan Ajel sadari sedang ada


perampokan di sekitar taman, dengan perampok yang
membawa mobil ugal-ugalan dan polisi yang
mengejarnya.

“Awas Kak Angel,” ucap Ajel memperingati


kakaknya dengan mendorong kakaknya. Papahnya yang
melihat pun langsung berlari menghampiri mereka,
namun sayang yang terdorong hanya Angel, Ajel dan
papahnya pun tertabrak mobil dan terpental.

Semua yang berada disana teriak histeri, Angel


kepalanya terbentur trotoar, sedangkan Ajel dan papah
nya terpental sampai 500 meter. Polisi yang mengejar
para perampok pun berhenti Ketika melihat kecelakaan.
Aurelia pingsan di tempat, Sofi menangis histeris.

“Itu anaknya yang selamat di gendong dulu


tenangin, kasian nangia,” ucap salah satu warga yang
kebetulan ada ditempat kejadian.
Polisi pun memasang garis polisi dan memanggil
ambulance, dua menit setelah di telpon ambulance pun
datang, membawa Herman- papah nya Angel, Angel,
Ajel dan Aurelia. Dua mobil ambulance pun melaju
dengan cepat menembus jalanan yang sedikit lenggang.
Sofi yang masih saja menangis berada di mobil kedua,
tempat papahnya dan Ajel berada. Sofi di tenangkan oleh
salah satu penjaga ambulance.

Belum sampai di rumah sakit, nyawa keduanya


tidak tertolong, Angel koma selama dua minggu dan
Aurelia Shock hingga mengakibatkan syaraf otaknya
terganggu. Sofi tinggal Bersama nenek di rumah
neneknya. Sedangkan tante dan kerabatnya mengurus
segala keperluan pemakaman Herman dan Ajel.

Saat pemakaman berlangsung, Sofi dan Aurelia


tak henti-hentinya berteriak. Pihak keluarga kewalahan
mengatasi mereka, hingga akhirnya Aurelia mengamuk
dan seminggu setelah pemakaman Aurelia harus dibawa
ke rumah sakit jiwa untuk ditindak lanjuti. Setelah Angel
tersadar dari komanya, syaraf otaknya melemah akibat
benturan dan rasa shock yang berlebihan.
Mengakibatkan Angel harus melakukan kemoterapi
setiap seminggu sekali, jika tidak otaknya akan melemah
seperti ibunya.

Seminggu setelah Angel sadar, Aurelia


mengamuk setelah Angel menyapanya. Angel yang takut
pun hanya memangis. Setelah kejadian itu pihak dokter
menyuruh pihak keluar Angel untuk mengijinkan
Aurelia di rawat sampai kondisinya membaik.

Tapi sampai saat ini, tepat sepuluh tahun setelah


kecelakaan itu terjadi, Aurelia tidak kunjung sembuh,
tubuh dan pikirannya melemah, mentalnya turun dan
fisiknya mulai terganggu. Sedangkan Angel, fisiknya
melemah akibat kemoterapi yang terlalu sering
dilakukan. Tapi tak mebuatnya patah semangat untuk
mendapatkan maaf dari Ibu kandungnya, yaitu Mamah
Aurelia-nya.

---

“Pah, maafin Angel, Angel kangen papah, Angel pengen


dipeluk papah lagi, Angel kangen pah,” setelah
mengucapkan itu, air matanya pun turun membuat
seragam sekolahnya basah.

“Ajel. Maafin kakak, jangan hukum kakak Ajel,


Kakak mohon, bantu kakak bujuk mamah, kakak sayang
Ajel,” Angel pun menangis hingga matanya memerah.

Hari sudah sangat gelap, bahkan di sekeliling


Angel saat ini hanya hamparan berwarna gelap tanpa
penerangan. Setelah di rasa cukup, Angel pun bergegas
pulang tanpa rasa takut sama sekali.

Ia pun menaiki bus dan duduk ditempat yang


kosong, ponselnya mati akibat lowbat, ia lupa membawa
powerbank, ia pun hanya termenung diatas bus.

Ia pun sampai di halte tujuan, dalam heningnya


malam ia pun berjalan meyusuri trotoar menuju
rumahnya. Saat membuka gerbang, ia pun terheran
Karena rumahnya gelap gulita sedangkan rumah di
sekitarnya terang menderang.

“Masa iya kak Sofi belum pulang?” ucap Angel


lalu menutup gerbang rumahnya. Ia pun melirik jam
tangannya. “Udah jam delapan malam, harusnya kak
Sofi udah pulang, ah mungkin lembur.” Tanpa rasa
curiga sedikit pun Angel membuka pintu dengan kunci
serep yang selalu ia bawa.

“Assalamualaikum.” Ia pun mengucapkan salam


Ketika memasuki rumahnya.

Saat berjalan mencari saklar, bulu kuduk Angel


berdiri menandakan bahwa ia merinding ketakutan, ia
pun tidak memperdulikan hal itu, tiba-tiba hujan turun
dengan deras, membuat Angel menengok kea rah
jendela.

“Ah hujan, pantes aku sedikit merinding,” ucap


Angel lalu terus mencari saklar lampu.

Setelah ia menemukan pinggangnya merasakan


sakit yang amat dasyat, membuatnya teriak kesakitan. Ia
pun mencoba menyalakan lampu, Ketika lampu
menyala, sebuuah pisau menancap di pinggangnya.

“Kak. S-sofi,” ucap Angel terbata-bata lalu ia


pun terjatuh.
“Hai adik kecil, gimana? Sakit? Seperti itulah
perasaanku setelah melihat papa dan Angel meninggal,
sepertinya sakitnya tidak cukup parah?” ucap Kak Sofi
lalu berjongkok.

“Aku kan udah minta ma-af kak,” jawab Angel


terbata-bata.

“Terus menurut kamu, aku ga depresi gitu? Aku


udah maafin kamu gitu? Hah!” bentak Sofi dengan
tangan yang memegang pisau dan menusuknya lebih
dalam.

Angel pun berteriak kesakitan, dan memohon


ampun ke Sofi, Sofi yang merasa puas pun ia hanya
tertawa dengan tangan memutar pisau yang sudah
tertancap dipinggang Angel.

“Sofi! Hentikan!” Teriak seseorang dari pintu


rumah.

“Ma-ma-h” panggil Angel dengan terbata.

“Mamah sudah memaafkan Angel, hentikan.”


Ucap Aurelia lalu menghampiri mereka, setelah berada
di depan Sofi dan Angel, Aurelia pun mendorong Sofi
lalu mencabut pisau yang ada di pinggang Angel.

Para perawat rumah sakit jiwa pun memasuki


rumah mereka, memegang Sofi yang terus mengamuk.

“Maafin mamah ya sayang, mamah baru sadar


bahwa semua ini bukan kesalahan kamu,” ucap Aurelia
lalu membelai rambut Angel. Angel hanya tersenyum
dan menahan sakit. Sofi yang mengamuk pun di bawa
oleh para perawat rumah sakit jiwa untuk di tenangkan.

“Kenapa mamah bisa ada disini?” tanya Angel


dengan nada yang sudah tidak terbata-bata. Mobil
ambulans pun datang, membawa Angel menuju rumah
sakit.

“Kakakmu yang bilang sama mamah, kalau dia


mau balas dendam kepada kamu,” ucap Aurelia dalam
hati.

“Karena kamu hidup mamah, Angel,” ucap


Aurelia menjawab pertanyaan Angel.

~End~
Tentang Penulis

Hai sahabat, Kenalin nama aku EKO SRI


WAHYUNI, aku perempuan ya. Namaku pasti terdengar
aneh bukan?hihihihi, aku lahir bulan Juli tanggal 19
tahun 2003 loh, ada yang sama denganku? Hahaha,
kalian bisa memanggilku dengan nama Eko, Yuni atau
Sri, pokonya sesuka kalian deh. Untuk info lebih
lengkapnya kalian bisa cek Instagram aku yaitu di
@ek_sriwahyuni19 atau Wattpadku @Regenkenners
nanti kita saling follow ya, senang berkenalan dengan
kalian ihihihihi.

Anda mungkin juga menyukai