Anda di halaman 1dari 3

Buku harian Kana – 23 Januari 2008

Hari ini adalah ulang tahunku namun tadi malam rasanya aneh sekali, aku seoerti hidup
transparan dimana orang orang tidak bisa melihatku. Agak menakutkan namun aku juga lega
sekali ternyata itu semua hanya mimpi! Selamat ulang tahun untuk diriku, semoga kamu menjadi
seseorang yang lebih baik lagi ya.

Begitulah yang tertulis di halaman buku harian Kana. Kana, Kana Naell nama lengkapnya. Kana
baru menjadi remaja berusia 16 tahun hari ini, dia menduduki bangku SMA kelas 2. Kegiatan
sekolahnya cukup baik namun mungkin ada beberapa hal yang menjadi hambatan bagi Kana.

“GUBRAK!” suara tersebut cukup kencang mungkin bisa membangunkan seisi rumah, suara itu
datang dari kamar Kana. Kana terjatuh dari kasurnya, Kana segera bangun dari lantai lalu
bergegas menuju kamar mandi karena jam dindingnya yang sudah menunjukan bahwa Kana
terlambat untuk latihan.

Sekitar 30 menit menyiapkan diri untuk berangkat ke tempat latihan, Kana pun keluar dari
halaman rumah menuju halte bus terdekat dan mengambil bus yang akan mengantarnya ke lokasi
latihan. Kana ditemani lagu dalam penyuara telinganya menyusuri jalanan Kota Bandung sampai
akhirnya Kana sampai di depan sekolahnya atau tempat dia akan berlatih. Selama perjalanan dia
merasa aneh karena Kana merasa seperti pernah melewati kejadian kejadian yang dia alami di
dalam bus, dari lagu yang terputar, apa yang dikatakan oleh sopir bus, dan tempat dia duduki
semuanya terasa tidak asing. Seperti déjà vu.

Kana memutuskan untuk menghiraukan perasaan itu lalu mulai berjalan masuk ke dalam gor
atau lapangan dalam ruangan yang di fasilitasi sekolahnya. Namun, seiring dia berjalan dia
merasakan hal hal yang semakin mengganggu pikirannya.

“tap, tap, tap” suara Langkah kaki Kana semakin terasa kencang, jantungnya semakin berdegup
kencang, dia takut namun dia tetap berjalan maju. Sesampainya disana, Kana kaget, Kana takut
karena dia melihat “Kana” yang lain sedang berdiri di tribun penonton menyiapkan diri untuk
segera berlatih. Kana mulai berlari menuju “Kana” untuk mengecek apakah yang dia lihat
betulan atau hanya halusinasinya saja, ternyata saat Kana memegang dirinya yang lain dia bisa
merasakan bahwa Kana yang lain itu nyata namun Kana yang lain merasa aneh saat Kana
memegang dirinya.

“Kau? Kau siapa? Kenapa kau mirip sekali dengan diriku?” Kana histeris, Kana bertanya tanpa
berhenti pada dirinya yang lain itu secara tidak teratur.

“Kamu yang siapa? Datang datang langsung memegang lenganku saja, aneh” Kana yang lain
merasa terganggu dengan kehadiran Kana.

“Aku Bira dan aku maupun yang lain tidak kenal denganmu jadi lebih baik kamu keluar dari
sini” lanjutnya lalu menepis tangan Kana yang terletak di lengannya.
“Tidak mungkin, aku Kana, aku adalah salah satu anggota tim ini, apakah kamu tidak
mengenalku?” raut muka Kana seperti ingin menangis, dirinya takut dan mulai melanturkan kata
kata langsung dari otaknya.

Kana turun lalu menghampiri temannya yang lain “Mai, kamu tidak mengenaliku? Kefi? Kau
pun lupa denganku? Mengapa kalian semua aneh seperti ini, ini bukan lelucon yang lucu ya lebih
balik kalian mulai bersikap serius!” Kana mulai meneteskan air matanya, Kana terlalu kaget
dengan keadaan ini, dia pun terjatuh dan terduduk di lantai. Teman temannya bersikap seperti
tidak ada seorang pun yang berbicara, Kana betul betul transparan, Kana tidak terlihat.

“Kamu barusan bicara sama siapa Ra?” tanya Mai setelah mendengar suara Bira yang sedang
berbicara.

“Ah… bukan, tadi aku hanya berbicara sendiri hehe” jawab Bira sambal tertawa canggung.

“Kalau begitu ayo bersiap pemanasan” ajak Mai.

Bira mengikat rambutnya lalu mulai berjalan turun dari tribun melewati Kana yang masih
mematung. “Kalau begitu selamat menikmati waktumu menjadi manusia transparan, diriku yang
lain” katanya sambal menepuk bahu Kana.

Kana masih belum dapet menangkap arti dari kata kata Bira, ini terlalu sulit untuk dijelaskan
dengan akal sehat manusia, akhirnya Kana memutuskan untuk berjalan keluar dari sekolah
menuju halte terdekat. Kana menatap kosong jalanan di depannya, dia sempat duduk diam di bus
mengelilingi kota kelahirannya lalu kembali pulang dan kembali mengingat apa yang baru saja
dia alami. Sesampainya di rumah Kana melihat kedua orangtuanya yang baru turun dari mobil
Bersama dengan Bira, duplikatnya. Rasanya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula, Kana
mendatangi keluarga satu satunya namun tidak ada yang menyadari kehadirannya, hanya Bira
yang tersenyum miring sambal menggandeng lengan ibu.

Kana berlari ke taman kompleknya, duduk di bangku terdekat lalu menangis tidak terima atas
dirinya yang tidak bisa terlihat siapa siapa kecuali Bira yang merupakan pengganti Kana. Kana
terlalu larut dalam kesedihannya sampai dia tidak menyadari kehadiran Bira disebelahnya. Bira
berdiri sambil bersekap dada.

“Kamu sadar tidak apa yang membuat dirimu menjadi seperti ini?” tanya Bira langusung tepat
sasarannya.

Kana mengelap air matanya lalu menengok ke sumber suara, dia termenung sebentar lalu
menggelengkan kepalanya lemah. “Tidak, aku tidak tahu”

“Coba kamu ingat semuanya lagi” lanjut Bira lalu duduk di sebelah Kana

“Tidak bisa, aku sama sekali tidak paham kenapa aku bisa berada di posisi ini” bantah Kana
“Kalau begitu biar aku bantu” CTAK, suara jari dijentikkan. Seketika semua hal disekeliling
Kana mulai berubah menjadi putih terang, pikiran Kana seperti terasuki sesuatu, Kana merasakan
tubuhnya yang sangat ringan seperti sedang terbang namun kepalanya terasa sangat berat.

“Sekarang kamu akan melihat apa yang membuat dirimu menjadi seperti itu Kana” kata Bira lalu
menghilang.

Seketika memori lama Kana muncul melewati ortaknya, memori memori ini terasa berat dan
gelap, walau badannya terasa ringan dan berada di tempat terang namun, pikirannya merasakan
hal yang sebaliknya.

Memori gelap Kana kembali, memori dimana Kana yang dahulu kembali. Kana seringkali
berbuat hal tidak terpuji seperti menjahati atau mengganggu temannya, seringkali dia melawan
orang tua dan membentak kedua orang tuanya, Kana yang dahulu sangatlah tidak baik. Kana
melakukan banyak hal yang tidak terpuji sampai munculah beberapa korban yang terganggu atau
menjadi korban dari perbuatan perbuatan Kana. Memori ini menjadi suatu hal yang membuatnya
kabur dan tidak bertanggung jawab atas perilakunya.

CTAK, bunyi jetikan jari itu terdengar lagi. Kana kembali ke taman, lokasi dia sebelumnya.
Kana kembali sadar ditemani Bira disampinnya, raut wajah Kana tidak terbaca, seperti sedih,
kesal dan menyesal.

“hiks… aku sangat menyesal dengan hal yang telah kulakukan dahulu” Kana terisak dan Kana
segera berdiri, belari ke rumah teman teman yang dulu dia ganggu. Dia meminta maaf dan
menyesal walau mereka pun tidak bisa melihat Kana yang transparan namun mereka merasakan
ketulusan dari Kana, Kana juga meminta maaf kepada kedua orangtuanya dan berjanji pada
dirinya sendiri akan menjadi Kana yang lebih baik lagi.

Buku harian Kana – 23 Januari 2022

Sudah 14 tahun berlalu. Tidak terasa mimpi yang betul betul menjadi kenyataan itu sudah usai
14 tahun yang lalu. Sekarang, aku menjadi seorang yang betul betul berbeda, hal itu menjadi
pelajaran bagiku, selama 14 tahun ini aku sangat menghargai dan bersyukur aku bisa berubah
dan menjadi diri yang baik. Semoga kedepannya aku tetap menjadi Kana yang baik dan menjadi
berkat bagi orang disekitarku!

Catatan: aku sempat pingsan di taman namun aku terbangun kembali di kamar, semua orang
kembali bisa melihatku. Ya, Bira menghilang entah kemana. Aku sudah menanyakan kepada
semua orang yang kukenal namun tidak ada yang mengenali Bira, tapi terimakasih Bira telah
membantuku berproses sejauh ini!

Anda mungkin juga menyukai