Anda di halaman 1dari 4

Nama : Amelia Pratiwi

Kelas : XII MIPA 1


No. Absen : 3

Ide Cerita : Seorang perempuan yang sedang jatuh cinta namun belum terbalaskan sehingga memilih
untuk memperbaiki diri.
Nama Tokoh : Kaira
Arbani
Ayah Kaira
Keluarga Arbani
Latar Tempat : Sekolah, Rumah Kaira
Sudut Pandang : Orang ketiga

Cinta Tak Hilang : Kisah Kaira dan Arbani

SINOPSIS
Kisah ini bermula pada saat Kaira melihat seorang lelaki yang tidak dia kenal sebelumnya. Di waktu
yang bersamaan Kaira mulai jatuh hati pada lelaki tersebut. Kemudian Kaira memberanikan diri untuk
mengungkapkan perasaannya. Namun sayangnya Arbani menolak perasaan Kaira dan memilih untuk
bersama teman perempuan yang satu kelas dengannya. Merasa kecewa dengan hal itu, Kaira
memutuskan untuk memperbaiki diri dan fokus pada pendidikannya. Tapi perasaan itu tak pernah
hilang. Kaira terus mencintai Arbani sambil menunggu dan berharap bahwa Arbani akan mencintainya
meskipun dia tidak tahu kapan waktunya.

Tahun terus berganti namun Kaira masih menunggu Arbani. Kaira selalu melihat sosial media milik
Arbani untuk mencari tahu keadaannya sekarang. Ayah Kaira juga sudah mengetahui latar belakang
Arbani karena Kaira selalu bercerita tentangnya. Tiba-tiba saja Arbani datang ke rumah Kaira. Betapa
terkejutnya Kaira saat mendengar bahwa Arbani meminta restu kepada sang ayah untuk melamarnya.
Ayah Kaira pun menyetujui hubungan mereka berdua. Kaira masih belum percaya bahwa
penantiannya tidak sia-sia. Kemudian mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu
menikah.

CERITA
Kaira, seorang gadis cantik yang pendiam. Dia memiliki kulit sawo matang, mata berwarna cokelat
gelap, dan alis yang tebal. Pada saat kegiatan 17 Agustusan, Kaira telah menemukan sosok pujaan
hatinya. Tapi Kaira belum tahu siapa nama orang yang dicintainya. Setiap hari Kaira selalu mencari
keberadaan pujaan hatinya itu saat berada di sekolah. Kaira juga berusaha mencari tahu nama orang
yang dia kagumi. Setelah beberapa hari, Kaira akhirnya tahu bahwa nama orang yang dia kagumi
selama ini adalah Arbani, teman satu sekolah namun beda kelas. Kaira sangat senang setelah
mengetahui namanya hingga sering senyum-senyum sendiri. Kaira hanya memendam rasa dan
memandangi Arbani dari jauh.

Saat ini Arbani adalah ketua kelas XII MIPA 3. Dia memiliki mata berwarna coklat dan rambut hitam
lurus. Kaira dan Arbani memiliki tinggi yang hampir sama. Arbani merupakan salah satu cowok cool
di sekolahnya. Tak heran kalau di sekolah banyak yang menyukainya termasuk Kaira. Meskipun tahu
bahwa Arbani cowok yang cuek, tapi Kaira pantang menyerah. Kaira yakin bahwa dia bisa
meluluhkan hati Arbani yang dingin.
Hari demi hari terus berlalu dan rasa cinta Kaira kepada Arbani semakin bertambah. Setiap bertemu
dengan Arbani, Kaira langsung salah tingkah. Kaira kemudian memberanikan diri untuk mengobrol
dengan Arbani di sekolah pada saat jam istirahat.

“Hai,” Kaira menyapa Arbani sambil tersipu malu.

“Hai, maaf kamu siapa ya?,” jawab Arbani dengan muka datar.

“Aku Kaira, anak kelas sebelah,” jawab Kaira dengan tangan yang gemetar.

(Arbani menarik tangan kanan Kaira) “Oh. Kenalin aku Arbani. Ada apa ya?,” tanya Arbani sambil
melepas tangannya dari Kaira.

“Nggak ada apa-apa sih cuma pengen kenalan aja. Duluan ya bentar lagi bel masuk,” jawab Kaira
dengan perasaan yang berbunga-bunga sambil berjalan menuju ke kelasnya.

Sepulang dari sekolah, Kaira menuliskan apa yang telah terjadi di sekolah pada buku diary favoritnya.
Beberapa jam kemudian, ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenali. Kaira kemudian bertanya
kepada pengirim pesan tersebut. Betapa terkejutnya Kaira kalau si pengirim pesan itu ternyata Arbani,
sang pujaan hati. Kaira dan Arbani kemudian melanjutkan obrolan sampai jam menunjukkan pukul
20.30 WIB.

“Udah dulu ya, aku mau nyiapin buku yang harus dibawa buat besok,” kata Kaira melalui pesan yang
dia kirim kepada Arbani.

“Iya. Ngomong-ngomong, besok mau aku jemput gak? Atau aku anterin pas pulang sekolah?,” tanya
Arbani melalui pesan yang dia kirim kepada Kaira.

“Maaf ya Arbani, kayaknya gak usah deh, aku bisa sendiri kok. Rumah aku deket sama sekolah jadi
bisa jalan kaki,” jawab Kaira meskipun dia ingin sekali berboncengan dengan Arbani.

“Oh, ya udah gak papa. Tapi lain kali harus mau ya,” jawab Arbani sekaligus mengakhiri percakapan
di malam itu.

Tak terasa, dua bulan telah berlalu. Kaira dan Arbani sudah cukup lama saling mengenal. Kaira yang
sudah memiliki perasaan kepada Arbani sejak pandangan pertama semakin ingin mengungkapkan
perasaannya. Setelah memiliki keberanian yang cukup, Kaira mengungkapkan perasannya pada
Arbani melalui pesan singkat. Namun, Kaira terlambat untuk mengungkapkan perasaannya karena
Arbani telah mempunyai dambaan hati yang tak lain merupakan teman satu kelasnya. Arbani menolak
perasaan Kaira dengan halus. Kekecewaannya tersebut kemudian dia lampiaskan dengan
memperbaiki diri dan fokus pada pendidikannya. Kaira membuktikannya dengan menjuarai OSN
tingkat nasional.

Waktu terus berlalu, namun perasaan Kaira kepada Arbani tidak pernah pudar. Di kamar yang redup
ditemani dengan alunan musik yang sedih membuat Kaira semakin terlarut dalam suasana. Kaira
kemudian mengambil buku diary yang dia simpan di laci meja belajarnya.
“Arbani, jikalau aku harus menunggumu maka akan aku lakukan sampai maut menjemputku,” tulisan
Kaira pada buku diary miliknya.

Air mata pun tak terasa menetes dan membasahi tulisan tersebut. Kaira masih belum siap untuk
menerima kenyataan bahwa orang yang telah lama dia cintai telah bersama dengan perempuan lain.
Melupakannya? tentu tidak mungkin Kaira lakukan karena dia sangat mencintai dan tidak mau
kehilangan sang pujaan hati. Namun, Kaira tidak ingin mengusik kebahagiaan Arbani sehingga dia
hanya bisa berdoa dan meminta yang terbaik kepada Tuhan.

Meskipun sudah beberapa tahun berlalu, kesetiaan Kaira menunggu Arbani masih ada. Hingga suatu
hari Arbani datang ke rumah Kaira. Arbani tidak datang dengan tangan kosong, tapi dia membawa
martabak rasa pisang susu keju kesukaan Kaira dan buket bunga yang sangat indah. Arbani dan ayah
Kaira bertemu, kemudian mereka berbincang mengenai maksud kedatangan Arbani.

“Assalamu’alaikum, permisi,” kata Arbani sambil mengetuk pintu rumah Kaira.

“Wa’alaikumsalam, eh Arbani... Ayo sini masuk dulu. Ada apa ya nak datang kesini?” tanya Ayah
Kaira sambil membuka pintu rumahnya.

“Iya pak, terima kasih. Bisa langsung Arbani ceritain maksud kedatangan saya kesini pak?,” tanya
Arbani dengan penuh semangat sambil menyalami ayah Kaira .

“Oh iya boleh, silakan. Perlu saya panggilkan Kaira?,” tanya ayah Kaira.

“Maaf pak, untuk saat ini sepertinya tidak dulu,” jawab Arbani dengan raut wajah yang sedikit takut.

“Ya sudah, ayo lanjutkan cerita maksud kedatanganmu kesini,” kata ayah Kaira sambil sedikit
tersenyum.

“Jadi, maksud kedatangan Arbani kesini sebenarnya mau melamar Kaira. Tapi karena keluarga Arbani
sedang di luar kota, maka hanya Arbani yang bisa datang kesini. Ini Arbani bawakan martabak
kesukaan Kaira nggih pak,” jawab Arbani sambil menyerahkan 3 kotak martabak dan buket bunga.

“Ya, makasih ya nak, Kaira pasti senang. Kira-kira kapan keluargamu pulang dan datang kesini untuk
melamar putri saya? Karena jika nak Arbani memang benar-benar serius maka harus disegerakan,”
jawab ayah Kaira dengan tegas.

“Minggu depan Arbani dan keluarga akan datang kesini pak, sebelumnya Arbani sudah bilang ke
keluarga agar pulang dari luar kota segera ke rumah bapak untuk melamar Kaira,”jawab Arbani
meyakinkan.

“Baik saya tunggu sampai minggu depan. Hal ini akan saya bicarakan dengan Kaira apakah dia mau
menjadi pasanganmu seumur hidup. Di minum dulu nak tehnya, nanti keburu dingin,” jawab ayah
Kaira sembari mengambil cangkir berisi teh hangat.

“Terima kasih nggih pak. Tapi maaf pak, Arbani tidak bisa berlama-lama di sini,” jawab Arbani
dengan suara pelan karena merasa tidak enak.
“Nak Arbani lagi sibuk ya? Ya sudah tidak apa, bisa dilanjut minggu depan. Makasih ya sudah
menyempatkan untuk datang kesini pas lagi sibuk. Nanti bapak ceritain ke Kaira,” jawab ayah Kaira.

“Nggih, sama-sama pak. Arbani pamit pulang dulu. Assalamu’alaikum pak,” jawab Arbani sambil
menyalami ayah Kaira

“Wa’alaikumsalam, hati-hati ya nak,” jawab ayah Kaira.

Setelah Arbani pulang, ayah Kaira langsung menceritakan hal tersebut kepada Kaira. Tanpa ragu,
Kaira menerima lamaran Arbani dengan sangat senang. Ayah Kaira merasa senang karena bisa melihat
Kaira kembali tersenyum bahagia. Martabak pemberian dari Arbani mereka makan sambil bersenda
gurau. Buket bunga kemudian disimpan di kamar Kaira.

Satu minggu telah berlalu, Arbani beserta keluarga datang ke rumah Kaira. Mereka kemudian
melangsungkan acara lamaran. Kedua belah pihak keluarga juga membahas tanggal pernikahan untuk
Kaira dan Arbani. Kaira sangat senang meskipun acara lamarannya sederhana. Angan-angannya
selama ini semakin menjadi nyata. Setelah berdiskusi, maka diputuskanlah bahwa pernikahan antara
Arbani dan Kaira akan dilangsungkan dua minggu kemudian.

Hari yang dinanti-nantikan telah tiba. Arbani mengucapkan ijab kabul dengan penuh semangat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dia sudah siap untuk membangun rumah tangga bersama Kaira. Resepsi
pernikahan pun dilangsungkan dengan mewah. Kebahagiaan antara kedua belah pihak keluarga
terpancar, terutama Kaira yang paling menantikan hari tersebut.

Anda mungkin juga menyukai