1
“Romo ngapunten, Abhipraya mau izin keluar untuk mencari
suatu barang selama 3 hari apakah diizinkan?”
Setelah menghenmbuskan nafasnya, Abhipraya mulai berbicara
perlahan kepada ayahnya. Seketika suasana di meja makan
menjadi hening, semua mata tertuju padanya. Ia melihat wanita
paruh baya dengan balutan kebaya warna hitam mulai berdiri dan
menghampir Abhipraya lalu menggenggam tangannya dengan
khawatir.
“Untuk apa kamu keluar le? Kalau butuh sesuatu bilang ke Romo
mu, biar dia yang belikan” Larang sang ibu dengan nada yang
sangat lembut. Abhipraya lalu membalas ucapannya dengan
senyuman. “Putramu ini sudah terlalu lama dirumah Bu, Abhipraya
bosan dirumah, ingin melihat suasana di luar. Toh ada Jaka yang
menjaga Abhipraya” Jaka merupakan seorang jongos pribadinya.
Tak lama kemuadian, Romo mengijinkan Abhipraya pergi dengan
syarat langsung kembali ke rumah jika urusan sudah selesai.
Abhipraya tersenyum bahagia, ia berterimakasih pada ayahnya
yang telah memberikan izin untuk keluar rumah.
2
Chapter 2
3
ikut menari. Wajah Abhipraya memerah, untuk pertama kalinya ia
dihadapkan dengan tarian erotis yang begitu indah.
Gadis itu maju dengan selendang yang mulai ia mainkan,
menghampiri Anhipraya lalu mengalungkan selendang itu dengan
cepat. Tubuh keduanya mendekat begitu intim, gadis itu lalu
berbisik dengan kalimat yang tak terduga.
"Ambil aku malam ini, selamat kan aku dari pria di belakang sana,
tolong." bisik gadis itu lalu segera mundur dan kembali menari
sambil menatap Abhipraya dengan tatapan berbeda. Tidak lagi
dengan tatapan penuh bhama, yang ada kini adalah tatapan penuh
permohonan yang begitu agung. Abhipraya menatap pria yang
dimaksud sang gadis, di belakang sana terlihat seorang pria
Netherlands dengan tubuh besar tengah meminum arak dikelilingi
oleh banyak gadis yang tengah menggoda sang pria. Sedangkan
sang pria terus menatap sang penari penuh dengan tatapan bhama.
Abhipraya lalu menghampiri pria tersebut dan meminta gadis itu
untuk disewanya. Pria tersebut setuju tetapi meminta uang sebesar
20 juta rupiah. Tanpa berlama-lama sentana menyerahkab kantong
yang berisi uang bernominal 20 juta.
4
Chapter 3
5
Beberapa lama kemudian, Abhipraya mengajak gadis tersebut
untuk keluar secara bersembunyi. Setelah berhasil keluar, mereka
segera pergi meninggalkan desa tersebut. Mereka pergi
memggunakan kereta kuda yang Abhipraya tumpaki. Jaka tampak
kebingungan mengapa Abhipraya membawa perempuan dari
rumah bordil tersebut, tetapi ia tidak berani bertanya pada
tauannya.
“Oiya, kita belum perkenalan. Aku Abhipraya, namamu siapa?”
Tanya abhipraya ke gadis tersebut. “Namaku Laras”
Mereka kemudian pergi ke pondok milik keluarga Abhipraya yang
dijadikan untuk tempat peristirahatan sementara ketika keluar
rumah. Pondong yang cukup luas itu memiliki dua kamar, Laras
akan tidur di kamar belakang sementara Abhipraya akan tidur di
kamar utamanya. Para jongos nya akan tidur di kereta dan kamar
khusus.
Setelah beberapa hari mereka tinggal di pondok itu, Abhipraya
jatuh cinta kepada Laras. Selain parasnya yang cantik, Laras juga
mempunyai hati yang sangat lembut.
6
Chapter 4
7
ya bu” Jawabnya semabari merangkul sang ibu masuk ke dalam
rumah
Mereka duduk di ruang tamu, semua orang menatap Abhipraya
dengan tatapan kebingungan. “Begini bu, Abhi ingin
memperkenalkan perempuan ini. Namanya Laras, cantik seperti
rupanya. Abhi ingin mempersunting Laras bu, apakah kalian
setuju?” Mereka sangat terkejut dengan perkataan Abhipraya
karena sebelumnya ia sudah dijodohkan oleh keluarga yang berasal
dari kerajaan sebelah. “Le, dia anak dari keturuan kerajaan mana
kalau boleh ibu tau?” Setelah mendengar kalimat itu, Abhipraya
memceritakan semuanya dengan jujur kepada orang tuanya.
Mereka tentu sangat marah dengan Abhipraya. “ Apa-apa an kamu
Abhi! Tidak bisa, mereka yang terpandang wajib bersanding
dengan yang sejajar. Lagi pula perempuan itu sudah kotor”
“Apakah wanita kotor sepertiku tidak layak untuk dicintai? Aku
juga ingin seperti wanita lainnya yang dicintai dan diterima apa
adanya oleh pasangannya” Ucap Laras dalam hati dengan mata
yang sudah berkaca-kaca. Perkataan ibu Abhipraya sangat
mengiris hati Laras. Air matanya mulai menetes, ia tidak mengira
akan ada kalimat yang keluar seperti itu dari ibu Abhipraya.
8
Chapter 5