“Waalaikumsalam”, sahutan dari dalam rumah. Pintu dibuka oleh wanita paruh
baya, wanita itu tersenyum begitu melihat siapa yang ada di depan pintu.
Seorang gadis bercadar yang membalas senyum dibalik cadarnya yang Nampak
dari pergerakan kedua matanya. “masuk nak Ajwa” sapa wanita paruh bayu itu,
“iya Bi, terimakasih” jawab Ajwa. Lalu Ajwa masuk sambil dibantu oleh Bi Ima. Bi
Ima adalah tetangga dari Ajwa di kampung. Nama lengkap gadis itu adalah Ajwa
Maheswari. Dan melalui Bi IMa jugalaj ia mendapatkan pekerjaan itu sebagai ART
dikediaman Rayhan Adhinata, walaupun hanya sebagai ART tapi ia bersyukur
karena ia hanya lulusan sederajat dengan SMA.
“Nak Ajwa pasti capek dari perjalanan jauh, silahkan nak Ajwa istirahat dulu
setelah itu Bibi jelaskan apa saja tugas nak Ajwa”, jelas Bi Ima sambil mengantar
Ajwa ke kamar khusus pembantu. “terimakasih Bi” jawab Ajwa.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ajwa masuk kamarnya dan mengamati
isi kamarnya sambil tersenyum senang, walaupun kecil tapi terlihat rapi dan
bersih terawat. Ada lemari kecil untuk menyimpan pakaian, dipan tempat tidur
yang terlihat nyaman, ada kamar mandi juga di dalam. Setelah meletakkan
barang – barangnya iapun bergegas menuju kamar mandi untuk ambil air wudhu
untuk menunaikan sholat asar. Setelah melaksanakan kewajibannya iapun
merasa segar, kemudian ia merapikan barang yang ia bawa dan keluar dari
kamar untuk menemui Bi Ima.
Ajna menemukan Bi Ima yang sedang bersih – bersih di dapur. “Bi…” sapa Ajwa.
Kemudian bi Ima menoleh kearah sumber suara. “lho nak Ajwa ko malah kesini,
bukannya Bibi suruh istirahat dulu”. “iya Bi,….. tapi Ajwa udah ga capek kok”. “ya
sudah sini, kalau begitu bibi jelaskan apa saja tugas kamu di sini”. Bi ima
mengajak Ajwa untuk duduk di kursi yang berada di teras dapur. Kemudian Bi
ima menjelaskan tugas Ajwa di rumah itu, Ajwa menyimak dengan seksama apa
yang disampaikan oleh wanita paruh baya itu yang sudah ia anggap seperti orang
tua sendiri.
Setelah mengetahui tugas – tugas yang harus dikerjakan Ajwa pun langsung
memulai tugasnya. Lagi khusuk Ajwa bersih – bersih di kamar tuan rumah, tiba –
tiba ada yang berteriak “ Hey….. kau siapa! Apa yang kau lakukan di kamar ku!”.
Ajwa pun terkejut sampai terlompat.
“Nda kepanasan kah tu orang dengan pakaian seperti itu” membatin. “atau
karena mukanya jelek, kulitnya burik makanya seperti itu” Rayhan senyum –
senyum sendiri.
Ajwa yang yang merasa sedang diperhatikan oleh Tuan rumah merasa tidak
nyaman dan berusaha secepatnya menyelesaikan pekerjaan di kamar itu. Begitu
selesai ia pun berniat langsung berlalu dari hadapan tuan rumah, namun belum
sempat beranjak si tuan sudah berteriak. “hey kamu! Sudah kau siapkan air
hangat untuk ku mandikah?”. “Su…sudah Tuan, kalau tidak ada lagi yang tuan
butuhkan saya permisi tuan”. “Iya sana”. Ajwa pun keluar dari kamar tuan rumah
sambil ngudumel “ga bisa kah bicara pelan ga perlu teriak – teriak gitu, bicara
sama orang ko ga ada sopan – sopannya kaya bicara sama orang tuli aja”.
Hari pun telah berganti malam, semua orang sudah dalam alam mimpinya
masing – masing. Di pertiga malam Ajwa terbangun sudah seperti ada alarm dari
dalam diri, karena sudah terbiasa melaksanakan sholat malam. Ia bangkit dari
tempat tidur untuk mengambil air wudhu, setelah melaksanakan sholat malam ia
lanjut melantunkan ayat – ayat suci Al-Quran. Sementara di kamar Rayhan si
tuan rumah juga terbangun karena merasa haus, namun ternyata air di dalam
kamar sudah habis maka ia pun pergi ke dapur untuk ambil air minum. Sewaktu
melewati kamar pembantu ia mendengar Ajwa yang sedang membaca Al –
Quran dengan sangat indah dan merdu. “indah sekali suara pembantu itu
membaca Al – Quran, sudah lama sekali aku tidak pernah mendengar lantunan
ayat – ayat itu” batin Rayhan terasa sejuk mendengarnya. Tanpa sadar ia pun
duduk di kursi meja makan yang ada di dapur untu mendengarkan Ajwa mengaji.
Tidak lama waktu berselang terdengar sayup – sayup suara Azan subuh, Ajwa
pun berhenti mengaji untuk melanjutkan sholat subuh. Rayhan pun terhenyak
seperti ada yang hampa dari dalam hatinya. Ia pun berlalu menuju kamarnya
kembali, sesampai di kamar tanpa ia sadari ia menuju ke kamar untuk ambil air
wudhu untuk menunaikan sholat subuh.
Setelah sholat ada rasa sejuk yang menjalar dalam jiwanya, ia pun menangis
menyesali karena selama ini sudah terlalu lama tenggelam dalam kemaksiatan.
Rayhan bersyukur karena sepertinya Allah sengaja mengirim ART seperti Ajwa
untuk membawa ia ke jalan yang seharusnya sebagai seorang hamba.