Karakter:
1. Viro (22 Tahun,seorang aktor)
2. Rian (23 ,temannya viro)
3. Kakek (65 tahun roh sipenjaga kubur)
Setting: ,kuburan dan rumah Rian
-rian sudah berada di alam lain dan kamarnya dipenuhi oleh tanah kuburan
Sore hari aku menelepon rian teman masa kecil untuk datang ke rumah, katanya dia kuliah
di kota dan lagi pulang kampung dulu waktu kecil dia selalu memanggilku viro di cengeng
dan sekarang aku sudah tidak seperti itu umurku sudah 21 tahun. aku membuat kopi untuk
kami bersantai sambil membicarakan sesuatu, aku penasaran apakah fia masih hitam dan
gendut sama seperti dulu hehehe...
selang beberapa menit rian datang.
“Assalamualaikum viro” sambil mengetuk pintu rumah ku. “waalaikumsalam silakan masuk
yan” ku buka pintu, “lama sudah tidak bertemu yan hehehe.. ku kira kau berubah ternyata
masih hitam juga” ku peluk tubuh gendutnya sambil ku tepuk-tepuk pundak belakangnya
kemudian berbincang
masalah apa yang ingin kami lakukan malam ini.
“sudah lama tidak bertemu yan” ucapku sambil memberikan kopi kepada rian.
“iya selama libur kuliah gue ingin melakukan tantangan hehehe... lu mau ikut gak?” katanya
sambil tertawa tipis.
“gak ah lu aja”
“sekali-kali lah cari hiburan cemen amat sih lu vir”
“oke lah asalkan jangan yang aneh-aneh”
“aman yang penting ikut aja nanti biar gue yang cuba lu lihat aja vir” ucap rian sambil
membujuk ku
“ya sudah kalu gitu gue pulang dulu, habis magrib kita kumpul di tongkrongan seperti biasa ”
“sebentar amat yan padahal gue ingin berbincang lebih lama disini”
“udah pukul 18.02 gue mandi dulu hehe assalamualaikum” ucapnya sambil keluar dari
rumah.
“waalaikumsalam”
“memang sialan nih rian roti di meja dibawa semua lagi, dasar tidak berubah juga sifatnya
dari dulu” gumamku dalam hati sambil mengusap dada.
Magrib sudah lewat aku sudah berada di tempat tongkrongan lumayan lama, tongkrongan
kami hanya ada kursi terbuat dari bambu yang ada dibawah pohon mangga tempatnya
memang asik untuk santai. selang beberapa saat rian datang sambil membawa camilan dan
juga roti bakar.
“lama amat lu yan” ucapku agak kecewa.
“tenang gue baru habis beli camilan, santai aja vir kaya gak tau gue aja lu ah”.
“wajar saja gendut kerjaannya cuman makan mulu ditambah mukanya hitam lagi cewe
mana yang suka sama dia” ucapku dalam hati.
“sekarang tantangan apa yang ingin kamu lakukan yan?”
“kita akan ke kuburan” ucapnya dengan santai.
“bukannya kamu itu penakut?”
“nah maka dari itu vir aku ingin melawan rasa takut, lampaui batasanmu hehehe..”
Kami berjalan menuju pemakaman umum tak jauh dari tongkrongan, suasana yang
mengerikan, sepi dan gelap. setelah sampai perbedaan hembusan anginnya sudah mulai
berasa apa ini perasaan ku saja, ku lihat wajah di gendut itu memang tidak terlihat karna
menyatu dengan kegelapan.
“sialan kau yan” ucapku dalam hati
Tak lama kemudian datang seorang kakek dengan wajah pucat menghampiri kami, jalannya
seperti zombie, detak jantung ku seperti terhenti sejenak, bergerak pun seperti tidak bisa, ku
lihat rian sudah pergi dulu, tanpa pikir lagi aku juga ikut lari.
“padahal aku cuma ingin minta sedikit roti yang dibawa si gendut itu, perutku sangat lapar
mana jatah makan malam belum di kasih istri pemalas itu lagi aduhhh.... nasib jadi penjaga
kubur” keluhan sang kakek sambil menepuk kepalanya.
Rian pulang sendirian, di tengah jalan dia merasa sesuatu yang mengikutinya angin pun
sudah mulai dingin lebih dingin pada saat di kuburan tadi bahkan seperti menusuk ke dalam
tulangnya, pohon-pohon bergoyang, awan yang tadinya terang karena sinar bulan kini
sudah gelap tertutup awan yang begitu hitam, sesosok bayangan hitam besar muncul dari
balik pohon kelapa di belakangnya.
Sesampainya aku dirumah aku merasa kesihan juga sama sahabatku itu, ku beranikan diri
untuk mencek apakah dia pulang atau tidak, perasaan ku benar-benar tidak enak, alangkah
baiknya aku balik lagi ke tongkrongan itu, sesampainya disana aku melihat rian terbaring di
tanah cu cuba membangunkannya.
“yan.. yan.. bangun wuy bangun” sambil ku goyang-goyangkan tubuh gendutnya itu.
“ya sudah sini ku antarkan pulang” aku merasa kesihan dia seperti tidak bisa berbicara
wajahnya
Rian diam tanpa kata, ku antarkan dia pulang sesampainya dirumah dia enggan masuk ke
dalam rumah.
“ini kuburan... ini kuburan.. aku ingin pulang” dia menunjuk rumahnya sambil mengatakan
bahwa itu adalah kuburan.
Aku terkejut rian langsung berlari menuju kuburan tadi, padahal kami tidak melakukan apa-
apa disana, ku ikuti dia, larinya sangat kencang dengan tubuh gendutnya itu, sesampai di
kuburan aku bertemu dengan kakek tadi lagi makan bersama seorang perempuan tua,
ternyata kakek itu adalah penjaga pemakaman umum ini makan bersama istrinya.
“dia kenapa nak?.. apa kalian melakukan sesuatu di pemakaman ini?” kata kakek kepadaku
“tidak tau..tadi cuma kesini terus bertemu kakek dan langsung lari” jelas ku dengan wajah
khawatir pada rian
“dia sepertinya melakukan sesuatu terhadap kuburan ghoib disini.. kuburan itu memang
tidak terlihat. Makanya kalu mau masuk kuburan sini ucapkan salam kepada penghuni kubur
biar kalian tidak kenapa-kenapa” kata nenek sambil menasihati ku.
“kita harus cepat meminta maaf kepada penghuni kuburan penghuni kuburan ghoib itu agar
dia bisa kembali menjadi dirinya sendiri” nenek itu berjalan ke tengah kuburan dan
melakukan sesuatu ritual disana.
Entah apa yang dilakukan nenek itu, rian pun sadar dengan wajah penuh keringat, syukur
lah aku langsung berterima kasih kepada kakek dan nenek itu, kemudian aku langsung
mengajak rian pulang kerumah. Aku berjanji tidak akan lagi melakukan tantangan aneh lagi.