Anda di halaman 1dari 4

SEMANGKUK SUP DAGING

BRAKK KRAKK BUGGG

Suara aneh itu Kembali terdengar ditelingaku. Semenjak kedatangan tetanggaku setahun
yang lalu, setiap tengah malam suara suara aneh itu memenuhi rumahku.

“Ck, suara itu lagi.” Seperti biasa kuabaikan suara-suara bising itu.

Matahari mulai menampakkan diri menandakan bahwa pagi sudah datang. Kulakukan semua
aktifitas rutin selama aku di rumah. Mulai dari mencuci, menyapu hingga memasak semua kulakukan
sendiri. Ini telah menjadi kebiasaanku semenjak kematian keluargaku setahun yang lalu. Keluargaku
mati secara tiba-tiba dengan cara yang tak terduga, seperti ayahku yang mati tertusuk dengan
gunting hingga adikku yang mati dengan kulit yang mengelupas disekujur tubuhnya. Sungguh
menyedihkan jika kuingat Kembali.

Setelah membersihkan rumah, aku berjalan keluar lalu membuang sampah ke depan rumah.
Ternyata, tetanggaku sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya. Tatapan tajam itu Kembali
menatapku bak elang yang mengancam mangsanya.

Aku tinggal di Kawasan perumahan yang berada di pinggir kota. Aku memiliki tetangga, di
sebelah kiri dan kananku, yaitu bibi May dan pria misterius yang selalu menatap sinis kearahku.
Perawakan yang berantakan dan tatapan sinis yang intens membuat jantungku berdegup kencang.
Pasalnya, kejadian aneh yang menimpa diriku serta keluargaku hadir semenjak datangnya tetangga
baruku itu. Kupercepat gerakanku dalam membuang sampah untuk menghindari tatapan tajam yang
sejak tadi mengintaiku.

Selesai sudah pekerjaanku, saatnya memasak. Sepertinya sup daging enak batinku berkata.
Maka kubuatlah sup daging terlezat yang pernah ada. Sedikit informasi, aku suka sekali sup daging.
Bisa dibilang aku fans berat sup daging. Jadi, setiap minggu aku akan membuat sup daging
kesukaanku.

“hem, lezat sekali” Pujiku berulang kali pada masakan yang telah kubuat.

“Saatnya pergi ke rumah bibi May” Kulangkahkan kakiku menuju rumah bibi May.

Bibi May adalah orang yang selalu membantuku setelah kejadian buruk yang telah kualami.
Seperti sandaran di tengah permasalahan. Aku telah menganggap bibi May seperti ibuku sendiri. Jadi
sebagai balasan budi, aku selalu memasakkan makanan untuk dirinya dan suaminya.

Sesampainya di rumah bibi May

“Bibi ini kubawakan sup lezat untukmuuu” Dengan wajah yang tulus kuberikan sup ini pada bibi May.
Bibi May menjulurkan tangannya seraya menerima sup dari tanganku.

“Terima kasih, nak“ Ucap bibi May setiap menerima masakan dariku.

“Ayo, masuk nak, Bibi sudah lama tidak berbincang denganmu.” Suara lembut yang selalu
menenangkan itu menggerakkan hatiku.

”Baik, bibi.” Seraya membuntuti bibi May masuk ke dalam rumahnya.


Setelah masuk dan duduk di dalam rumah bibi May. Aku langsug menceritakan kejadian tadi pagi.
Bibi May tempat bercerita paling baik yang pernah ada. Rasanya menyenangkan sekali jika aku sudah
berbincang dengan bibi May. Hingga aku lupa waktu dan tersadar ketika hari sudah malam.

“Bibi, sepertinya hari sudah malam, aku pamit pulang ya.” Setelah mendapat anggukan dari bibi
May, kulangkahkan kakiku pulang menuju rumahku.

Saat aku keluar dari rumah bibi May ternyata pria itu juga sedang diluar. Mata sinis itu kini menatapi
diriku. Kupandangi sejenak, tubuhnya.

Ada yang aneh batinku bergejolak.

Setelah kuperhatikan, ia sedang memegang gunting ditangannya.

Mengapa ada gunting ditangannya pikiran buruk memenuhi otakku.

Ketika aku berjalan terdengar suara langkah mendekat. Semakin kupercepat langkahku untuk masuk
ke dalam rumah. Dan aku berhasil kemudian kuatur napasku karena kejadian barusan. Setelah
merasa lega, kuintip sedikit halaman rumahku untuk memastikan pria itu. Ia sedang berdiri tegak di
halaman rumahku dengan tatapan yang lurus dan tajam kearah rumahku.

Aneh itulah yang kurasakan saat melihat dirinya berdiri disana. Kuhapus pikiran buruk tentang
tetanggaku kemudian membersihkan diri lalu bersiap menuju kamar tidur.

BRAKKK KRAKK BUGGG

“Argh, suara ini lagi, menganggu tidurku saja.” Kesalku untuk kesekian kalinya.

Kali ini takkan kubiarkan lagi. Setelah sekian lama, akhirnya aku memberanikan diri untuk keluar dan
melihat kegiatan apa yang dilakukan pria misterius itu di tengah malam. Dengan perasaan yang
waspada aku mengendap mengendap dan mengintip lewat jendela belakang rumhaku.

Sedang apa dia disana pertanyaan muncul di kepalaku.

Pria tersebut sedang mencoba untuk membongkar sesuatu. Terlihat sekali wajah serius yang sedang
berusaha kuat untuk membobol sesuatu. Namun, jika diperhatikan lagi itu adalah ruangan rahasia
yang kubuat khusus untuk diriku. Dengan segenap perasaan yang bergemuruh di dada kuhentikan
Gerakan orang tersebut.

“HEI, APA YANG KAU LAKUKAN DISINI.” Bentakku padanya dengan mata yang melotot dan tangan
yang menahan tangannya yang berusaha membobol.

“Enyah kau, aku tahu rahasiamu selama ini.” Ucap pria tersebut seperti mengetahui suatu hal.

Dengan senyum yang menyungging kudekatkan diriku padanya. “Jadi, kau sudah tahu tentangku.”
Ucapku dengan nada mengintimidasi yang mampu membuat pendengarnya ketakutan.

Seketika pria tersebut kaget dan mencoba untuk melarikan diri dari sana.

DUG

Langkahnya terhenti Ketika ingin melewati perbatasan antara rumahku dan rumahnya
“Terlambat.” Ucapku penuh kemenangan. “Kau tahu, rumah ini memiliki pengamanan tak terlihat
yang kubuat sendiri agar targetku tidak bisa lari.”

“TOLONG, TOLONG.”teriakan memenuhi rumahku.

“DIAM, pengaman ini kedap suara, sekeras apapun kau berteriak takkan ada seorangpun yang bisa
mendengar dirimu.” Aku berjalan mendekat ke arahnya kemudian mencengkram dagunya. Tiba-tiba
dia menendangku dan berusaha untuk kabur dari rumahku.

Marah dengan perilakunya, kutembakkan peluru ke arah kakiknya yang tepat mengenai lutut
sebelah kiri. Seketika ia terduduk sambil menahan sakit yang ada di lutunya.

Kulangkahkan kakiku mendekat ke arahnya kemudian berkata di depannya “Sudah cukup diriku
menjadi gadis polos ini, menjijikkan, aku sudah muak. Aku lelah melakukan drama konyol ini.”
dengan nada penuh amarah.

“Karena KAU, gerakanku tidak sebebas dulu lagi!” Kesalku di depan wajahnya dengan tatapan mata
yang memicing.

“Seandainya KAU tidak melihatku hari itu, PASTI AKU TIDAK MEMBUNUH KELUARGAKU.” Amarahku
menggebu-gebu mengingat betapa susahnya untukku mencari mangsa.

*flashback on*

Di tengah malam yang sunyi, di salah satu rumah terjadi suatu peristiwa yang tidak diketahui oleh
seluruh warga perumahan. Tampak, seorang gadis tengah menyiksa seorang Wanita. Tanpa belas
kasih, Wanita tersebut telah dipenuhi oleh luka darah akibat dayatan dan siksaan yang bertubi-tubi
ia berikan.

“ARGHH, TOLONGGG SAKITTT SHHH” Rintih orang tersebut Ketika sayatan berikutnya mendarat di
kulit mulusnya.

“HAHAHA, Terus saja kau memohon, semakin kau meracau semakin puas aku menyiksamu” Ucap
gadis tersebut dengan tawa gelak yang muncul dari parasnya.

“TOLONGG SHHH SAKITT SHH” Rintihnya untuk yang kesekian kalinya.

“Teriak, terus saja kau berteriak tidak akan ada seorang pun yang bisa mendengarmu” Lanjut gadis
itu dengan senyum yang tersungging di wajahnya.

Tak berselang lama, gadis itu membunuh Wanita yang sedang ia siksa. Kemudian, ia pun menyeret
mayat tersebut ke suatu ruangan rahasia yang telah ia sembunyikan sejak lama.

KRIETT

Terdengar suara pintu berdecit. Suara tersebut berasal dari rumah tetangga baru di samping
rumahnya.

Sial, pasti orang itu tau tentang ini

*flashback off*

Keringat bercucuran dari pelipis pria tersebut.

Tampaknya, dia telah mengetahui niatku dari sejak lama batin pria tersebut.
Ia berusaha untuk berdiri dan melawan . Tetapi, terlambat karena aku sudah menyiapkan tali dan
bersiap untuk mengikat dirinya. Dengan cekatan aku selesai mengikat tangan serta leher pria
tersebut layaknya penyiksaan pada seekor hewan liar.

“Kau tau? Selama ini aku sudah diam, namun karena kau terus mengusikku. Baiklah kupersilahkan
kau melihat dan masuk ke dalam ruangan favoritku.”

Aku menyeret pria tersebut dan mendudukkannya di depan ruangan itu. Pintu terbuka, seketika bau
busuk bercampur amis memenuhi rongga hidung. Darah memenuhi ruangan tersebut. Terdapat
banyak organ yang tergantung di dalamnya. Juga tergantung beberapa orang dengan tubuh yang
tidak berbentuk lagi. Jika ditelusuri, di ruangan itu juga terdapat mata, telinga dan lidah yang
menumpuk di sudut ruangan. Perasaan jijik dan mual yang dapat dirasakan Ketika melihat hal
tersebut. Pria tersebut berkali-kali memuntahkan isi perutnya.

“Ini yang ingin kau lihat kan? Silahkan nikmati sebelum kugantung tubuhmu yang indah ini.” Ucapku
senang karena mendapat target baru tanpa perlu perjuangan ekstra. Tubuh pria itu terus
memberontak. Namun, ia sudah kalah karena raganya sudah lemas.

Srett Srett

Sebuah pisau kecil menggores wajah hingga tubuh pria tersebut. Lalu, aku mengencangkan ikatan
tali pada leher pria tersebut. Ringisan serta tangisan memenuhi telingaku. Dengan gelak tawa dan
perasaan senang kuhabiskan nyawa pria tersebut untuk dijadikan stok daging supku. Kugantung
tubuhnya serta mencatat data untuk tubuh itu. Kututup Kembali ruangan tersebut dan Kembali
masuk ke dalam rumahku.

Esok hari semangkuk sup daging baru kembali menemani hariku.

Anda mungkin juga menyukai