Anda di halaman 1dari 6

Lonceng Tengah Malam

(Rifal Dianto)

“Tengg!!... Tengg!!... Tengg!!... Tengg!!”


Lonceng berbunyi pada malam hari tepatnya pukul 00:10. Angin berhembus, dedaunan
pun beterbangan dan suara gemuruh yang menyertainya. Suasana malam hari tampak terlihat
sunyi. Tiada satu pun orang yang tampak berada di luar, serta orang-orang mungkin sudah
tertidur pulas di rumah mereka. Namun, lonceng itu terus berbunyi serta menimbulkan
kebisingan, sehingga membuat beberapa orang mulai merasa terganggu, lalu terbangun dari
tidurnya.
Tepatnya di sebuah dusun bernama dusun Lamang Sari. Hampir di setiap harinya, suara
lonceng kerap berbunyi pada tengah malam, yang mana suasana malam hari di dusun Lamang
Sari sudah terlihat sepi, serta banyak warga telah tertidur dengan pulas. Ini mungkin terdengar
sangat aneh dan misterius. Pasalnya, banyak warga dusun mulai mengaitkan, lalu beranggapan
bahwa ada sesosok makhluk halus yang sedang memainkan lonceng tersebut. Mengingat,
bahwa dahulu ada seorang anak kecil yang ingin sekali bermain lonceng di dusun tersebut, lalu
entah mengapa anak kecil tersebut tewas secara tiba-tiba tanpa tau apa penyebabnya yang
jelas. Tak hanya itu, banyak warga dusun mulai mempercayai, jika suara lonceng yang kerap
sekali terdengar pada tengah malam, ada hubungannya dengan seorang anak kecil tersebut.
***
Namaku Adi Permana, aku berusia 19 tahun. Kini aku tengah berada di dusun Lamang
Sari bersama ayah, ibu, serta kakak perempuanku Chika Permatasari. Kami berasal dari kota
sebrang, yang datang ke dusun Lamang Sari untuk singgah, serta berkunjung ke rumah kakekku
yang bernama Surinto. Aku pun memiliki tiga orang teman dari dusun Lamang Sari yang
bernama: Rahmat Saputra, Anto Sanjaya, serta Hasan Kurniawan.
Siang hari, aku sedang asyik nongkrong bersama Rahmat, Anto dan Hasan, sembari
menyantap cemilan dan meminum sebuah minuman di sebuah kedai. Kami pun saling bertukar
cerita, serta berbagi pengalaman bersama-sama. Ketika aku sedang asyik bercerita, tak sengaja
aku pun mendengar percakapan dari ibu-ibu dusun yang seperti bercerita tentang kejadian
suara lonceng yang sempat mengganggu mereka pada tengah malam. Aku pun perlahan
menoleh ke arah samping kananku, lalu mendengar sedikit percakapan mereka.
“Hey, tau ndak? Tadi malam, aku ndak bisa tidur karena denger suara lonceng itu lagi!”
ucap ibu-ibu dusun tersebut curhat kepada temannya.
“Sama, aku juga ndak bisa tidur tadi malam. Anakku, sampai nangis ketakutan pas
denger suara lonceng itu,” sambung salah satu temannya, menceritakan hal yang sama.
“Walah, yo kok sama! Setiap hari, suamiku malah sempet begadang karena denger suara
itu,” sambung salah satu temannya lagi.
Setelah mendengar percakapan ibu-ibu tersebut, aku pun kembali menoleh ke arah
depan seraya berpikir apa yang baru saja mereka bicarakan. Seketika, aku mulai berkata dalam
hati “Hah??, suara lonceng?, di malam hari ada suara lonceng?, yang benar saja, mana ada
suara lonceng di malam hari.”. Aku pun terus mencerna perkataan itu dalam-dalam, hingga
tanpa sadar membuatku sedikit melamun, serta tanpa sadar juga aku pun mengambil segelas
minuman milik Rahmat lalu perlahan mulai meminumnya. Sontak, Rahmat mengagetkanku dan
seketika ia mulai berkata.
“Hey, hey, itu minumanku! Adi, kau salah minum!” ucap Rahmat mengagetkanku.
“Lah, lah aku salah minum. Maaf, aku ndak sengaja, hehehe,” ucapku yang sempat
terkejut seraya terkekeh kecil karena merasa malu.
“Haha, ngelamun sih. Memangnya, apa yang sedang kau pikirkan?” terus Rahmat.
“Emm itu… anu, ee, hantu!” balasku mulai merasa kebingungan.
“Hantu??, yang benar saja. Siang-siang begini mana ada hantu!!” ucap Rahmat, Anto
dan Hasan secara bersamaan seraya mulai tertawa.
Seketika, aku mulai melupakan semua tentang apa yang membuatku menjadi sedikit
bertanya-tanya. Aku pun kembali menyantap cemilan yang ada di depanku, lalu mulai kembali
bercerita dengan Rahmat, Anto dan Hasan. Kami terus bercerita di sebuah kedai hingga sore,
lalu kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, setelah selesai membayar
cemilan tersebut kepada pemilik kedai.
Malam hari, aku berada di kamar mandi. Aku mulai membersihkan diri, mencuci muka,
lalu menyikat gigiku karena telah menyantap makan malam. Setelah selesai, aku bergegas
meninggalkan kamar mandi, lalu menuju ke arah kamar untuk segera tidur. Sesampainya aku di
dalam kamar, sejenak aku mulai memainkan ponselku, membuka sosial media, dan tak lupa juga
bermain game. Aku memang sering bermain ponsel sebelum tidur, karena hal itu merupakan
salah satu ritual pribadi bagiku sebelum memutuskan untuk tertidur. Setelah puas bermain
game, seketika aku pun merasakan ngantuk, lalu membuatku mulai mematikan ponselku,
mematikan lampu kamar, dan kemudian mulai tertidur.
Selama aku tertidur, tiba-tiba saja aku mulai mendengar sayup-sayup suara lonceng yang
berbunyi dari arah luar rumah. Aku pun tak menghiraukan suara itu, dan seketika aku mulai
tertidur kembali. Namun selang beberapa saat kemudian, perlahan suara lonceng yang baru
saja kudengar itu semakin jelas, dan mulai semakin keras, sehingga perlahan membuatku
merasa terganggu lalu terbangun dari tidurku yang nyenyak.
“Hoam! Itu siapa sih, yang bermain lonceng malam-malam begini? Mengganggu orang
sedang tidur saja!!” gumamku tak jelas seraya mulai mengusap-usap kelopak mataku.
Aku melirik ke arah jam dinding yang berada tepat di depanku, dan mulai
memperhatikan waktu di jam itu. Tetapi sepertinya itu sulit sekali, karena ke adaan kamar yang
terlihat gelap, dan aku pun merasa malas untuk menyalakan lampu kamar kembali. Aku mulai
mengambil ponselku, lalu menyalakannya, dan aku pun melihat waktu menunjukkan pukul
00:24. Sontak, itu membuatku sempat berkata dalam hati “Ini tengah malam! Dan, kenapa ada
suara lonceng di tengah-tengah malam begini??”.
Aku mulai beranjak dari tempat tidurku. Dengan ke adaan sedikit mengantuk, aku pun
pergi meninggalkan kamar, dan menuju ke ruang tamu. Sesampainya aku di ruang tamu,
seketika aku melihat ibu dan juga kak Chika yang sedang menonton acara televisi bersama-
sama. Aku pun berjalan menuju ke arah mereka, lalu ingin duduk di sebuah sofa. Kak Chika
mulai menoleh ke arahku, dan ia terkejut, lalu mulai menegurku.
“Adi!... kenapa malam-malam begini kau belum tidur?” ucap kak Chika menegurku.
“Bagaimana aku bisa tidur kak?? Baru saja, aku mendengar suara lonceng dari arah luar
menggangguku, dan membuatku terbangun,” jawabku seraya terus berjalan ke arah sofa.
Sesampainya aku di sebuah sofa, aku pun duduk pada sofa itu dan mulai ikut menonton
acara televisi bersama ibu dan kak Chika. Aku pun merasa ngantuk, dan membuatku mulai
mengambil sebuah selimut yang berada tak jauh dariku. Aku mulai memasangkan selimut ke
tubuhku, lalu memejamkan mataku, dan perlahan aku pun tertidur kembali.
Keesokan harinya, aku berada di sebuah gubuk bersama Rahmat, Anto dan Hasan. Kami,
saling bertukar cerita dan mengobrol bersama. Tak lama, aku mulai menceritakan tentang apa
yang telah kualami di malam hari kepada Rahmat, Anto, dan Hasan.
“Tadi di tengah malam, aku seperti mendengar suara lonceng. Dan, suara lonceng itu
telah membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak,” ucapku kepada Rahmat, Anto dan Hasan.
“Kau, juga mendengar suara lonceng itu??” balas Anto yang spontan merasa terkejut.
“Ya, benar,” jawabku sembari menganggukkan kepalaku.
“Adi, kau tau?. Itu adalah sesosok hantu lonceng. Dan setiap tengah malam, hantu itu
selalu memainkan loncengnya berkali-kali,” ucap Anto mulai memberitahuku.
“Hah, hantu lonceng??” balasku merasa tak percaya.
Sejenak aku mulai tak percaya dengan apa yang telah dikatakan Anto kepadaku, dan
membuatku kembali bertanya-tanya oleh perkataan itu. Aku sempat berpikir keras, untuk
menemukan jawaban atas apa yang telah aku dan juga warga dusun alami di setiap tengah
malam. Seketika, hal itu membuatku jadi penasaran, dan berkeinginan untuk menemukan
jawaban itu.
Malam harinya, aku memutuskan untuk menunggu suara lonceng itu kembali berbunyi.
Aku mulai melihat jam di ponselku, dan waktu masih menujukkan pukul 23:51, yang artinya
sebentar lagi suara lonceng itu pasti berbunyi. Aku terus menunggu sampai tengah malam tiba,
sembari memainkan ponselku. Sekian lama aku bermain ponsel, aku pun sempat melihat waktu
di ponselku, dan tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 00:10. Dan benar saja, seketika aku
mulai mendengar suara lonceng itu berbunyi dari arah luar. Aku pun berkeinginan untuk
mencari siapa yang memainkan lonceng itu, dan memutuskan untuk pergi keluar, lalu melihat
apa yang sebenarnya terjadi.
Sesampainya di luar rumah, aku berjalan seraya mencari asal suara lonceng yang
berbunyi itu. Hanya membawa sebuah senter, aku pun terus berjalan menyusuri gelapnya
malam. Tak lama kemudian, aku pun melihat sebuah tempat yang di mana tempat tersebut
terdapat sebuah lonceng berukuran besar. Tak hanya itu, aku pun diperlihatkan oleh sesosok
anak kecil yang tampak berdiri menghadap ke arah lonceng, seraya ingin memainkan lonceng
tersebut. Aku terkejut, dan seketika aku pun penasaran siapa sesosok anak kecil tersebut, lalu
membuatku ingin berkomunikasi dengannya.
“Ha-halo!… siapa namamu?. Dan kenapa, anak kecil sepertimu berkeliaran di tengah
malam begini?. Bukankah seharusnya, anak seusiamu sudah pergi tertidur??” ucapku yang
mulai berkomunikasi dengan sesosok anak kecil itu.
Sesosok anak kecil itu tak menjawab semua pertanyaanku, dan ia pun bergegas pergi
berlari seperti menghindariku. Melihat itu, seketika membuatku mulai mengikutinya dan
membawaku ke suatu tempat. Kini aku berada pada suatu tempat yang sangat gelap, dan tak
ada satu pun pencahayaan yang terlihat. Seketika, senter yang kubawa tiba-tiba saja mati, lalu
membuatku menjadi sedikit kebingungan.
Tiba-tiba saja, aku mulai diperlihatkan dengan adanya bayangan anak kecil yang baru
saja kutemui berada di sebuah lonceng besar, dan tampak bermain lonceng tersebut. Tak lama
kemudian, aku pun melihat orang-orang menghampiri anak kecil itu, dan mulai melarangnya
untuk memainkan lonceng tersebut, bahkan ada juga yang mengganggunya. Seketika, aku pun
sempat melihat adanya kekecewaan yang terukir di wajah anak kecil itu.
“Arghh sial!… kenapa sih, setiap ingin memainkan lonceng, selalu saja ada orang yang
menggangguku??. Cih, ini menyebalkan!” ucap anak kecil itu seraya merasa kesal.
Aku melihat anak kecil tersebut tampak berjalan ke suatu tempat, dan seperti ingin
mengambil sesuatu. Tak lama, anak kecil itu kembali ke tempat ia berada sebelumnya, dan
alangkah terkejutnya aku. Aku melihat anak kecil itu membawa sebuah pisau besar di
tangannya, dan sepertinya akan melakukan sesuatu dengan pisau tersebut.
“Mungkin dengan ini, aku bisa memainkan lonceng dengan tenang, dan tak akan ada lagi
yang menggangguku!!. Wahai orang-orang brengsek, mungkin kalian bisa mendengar suara
lonceng!!. Tapi, kalian tak akan bisa melihat keberadaanku!” ungkap anak kecil itu.
Seketika, anak kecil itu mulai mengarahkan pisau yang dibawanya itu ke arah tubuhnya.
Spontan aku merasa terkejut akan hal itu, lalu membuatku ingin menghentikan aksi anak kecil
itu, dan berteriak seraya mengatakan.
“Hey!. Jangan lakukan itu!. Hentikan!” teriakku berusaha menghentikan aksi anak kecil
itu.
Aku terus berteriak, dan berharap anak kecil itu mendengar teriakanku lalu
menghentikan aksinya. Tapi semua itu sia-sia, anak kecil itu tak mendengar teriakanku, lalu
membuatku semakin kebingungan. Aku mencoba ingin berlari ke arah anak kecil itu, tapi tiba-
tiba saja kakiku serasa tak bisa digerakkan sama sekali. Aku tak bisa berbuat apa-apa, dan
seketika aku melihat anak kecil itu mulai mendekatkan pisau ke tubuhnya, lalu membuatku
mulai menutup mataku. Aku pun membuka mataku kembali, lalu seketika aku melihat anak kecil
tersebut sudah tergeletak dengan pisau yang menancap di tubuhnya. Tak lama kemudian, aku
mulai mendengar seperti ada yang memanggil namaku dari kejauhan. Seketika, kepalaku mulai
terasa pusing bersamaan dengan suara itu, dan membuatku terjatuh lalu perlahan mulai
memejamkan mataku.
Aku mulai terbangun, dan seketika aku berada di tempat asalku. Aku pun melihat para
warga dusun, teman-teman dan juga keluargaku sedang mengerumuniku, serta kak Chika yang
tampak merasa cemas kepadaku seraya berkata.
“Adi!, dari mana saja kau?. Sudah dua hari, kami mencarimu!!” ucap kak Chika kepadaku.
Mendengar perkataan itu, seketika aku terkejut dan membuatku sempat bertanya-tanya
seraya berkata dalam hati “Apa?, dua hari…??. Jadi, selama ini…??”. Aku merasa tak sadar atas
kejadian itu, serta membuatku merasa kebingungan olehnya. Aku menoleh ke arah lonceng
besar yang terletak tak jauh dari tempatku berada, seraya mulai berkata.
“Lonceng itu… lonceng tengah malam…!!” ucapku sembari menoleh ke arah lonceng,
dan menunjuk ke arahnya.
***
Beberapa hari kemudian, kakekku memberitahuku tentang mengapa lonceng di dusun
lamangsari kerap sekali mengganggu warga di tengah malam. Kini, aku mulai mengetahui
penyebab semua itu, dan telah menemukan semua jawaban itu.
Aku mulai mengatakan hal ini kepada kepala dusun Lamangsari, dan memberikan suatu
usulan kepadanya tentang lonceng tersebut. Kepala dusun pun sepakat dengan usulanku, dan ia
pun mengerahkan para warga untuk bergotong royong, memindahkan lonceng tersebut ke
daerah yang sepi dari pemukiman penduduk.
Seminggu berlalu, aku tak mendengar suara lonceng itu lagi, dan para warga dusun
Lamangsari tak merasa terganggu lagi dengan adanya suara lonceng di tengah malam.
TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai