bulan dan tebaran bintang yang bergemelap silih- berganti. Di rumah sendirian. Semua tugas sudah ku kerjakan, akhirnya aku menelfon pacarku. Selang dua jam asik berbincang-bincang. “kamu udah ngantuk belum na ?” seru ku sambil menguap. Pacarku tak menjawab, nampaknya sudah teridur. Aku langsung mengirim pesan lalu ku tutup telfon.
Terdengar bunyi yang sangat familiar, namun tak
tahu dari mana. Ternyata perutku yang keroncongan. Karena aku sudah sangat lapar, aku bergegas membeli nasi goreng di depan perumahan. “mas beli nasi goreng satu, tambah telor ya” ujarku sambil tergesa-gesa. Penjual nasi goreng langsung menanggapi perkataanku “oke, kok belil satu aja? Itu mbaknya ngga dibeliin juga?”. Seketika aku terheran-heran dan berfikir apa yang dimaksud oleh penjual nas goreng ini. Penjual nasi goreng langsung menyambung perkataannya “ngga- ngga, bercanda mas udah ngga usah dipikirin”. “oalah sampean iki ngageti ae” tanggapku. Nasi goreng sudah jadi. Aku langsung memakan nasi gorengnya dan bergegas pulang kerumah.
Sesampainya di rumah pukul 2 pagi aku
mendengar dering telfon ponsel ku. Ternyata sepuluh panggilan tak terjawab dari pacarku, tanpa berfikir langung ku kirim pesan, kutanya “kenapa kok nelfon terus, ada apa?”. “ha? Aku lo ngga nelfon! Coba screenshoot !” pesan balasan dari pacarku. Setelah ku kirim hasil screenshoot dia langsung menjawab “ituu….itu bukan aku id, ih takuut”. Langsung ku balas “waduh! Yang bener kamu, eh eh batrai ku tinggal satu persen”. Aku tak sempat membalasnya lagi, Ponsel ku mati seketika.
Terpikirkan untuk sholat tahajud, aku langusung
ke kamar mandi dan mengambil air wudhu, saat aku wudhu tercium bau anyir yang sangat menyengat. setelah wudhu langsung ku cari apakah ada tikus busuk atau apapun itu. Ada lima menit aku mencari namun tak ada hasil. Aku melanjutkan untuk sholat saja. Godaan lain datang, saat sholat bahu ku ditepuk, seperti meminta berjamaah. Aku berusaha untuk tetap focus. Dan berhasil sampai salam. Telfon ku berbunyi tanda pesan masuk, namun kali ini dari nomor tak dikenal. Kubaca “kamu dimana aku tunggu di teras loh dari tadi”. Dengan rasa takut aku melirik ke arah teras, benar ada perempuan yang duduk di sana. Dia memakai gaun rambut terurai indah. Rasa takut ku mereda, ingin ku menghampirinya. Pesan masuk lagi “iya itu aku, sini”.
Aku memberanikan diri dan menghampirinya.
saat ku panggil “haii siapa ya?”, ku panggil tiga kali tak menjawab, kutepuk bahunya. Seketika bau anyir yang tadi kembali sangat menyengat. Dia menoleh kehadapanku, seketika aku berteriak “astaghfirullah” aku berbalik ke dalam dan mengunci pintu. Lutut ku bergetar, jantungku berdetak lebih cepat. Aku masih tak percaya apa yang telah aku lihat tadi. Dia yang ada di teras, ternyata bau anyir itu berasal darinya. Yang membuatku ketakutan ketika melihat wajahnya, wajahnya bengkak-bengkak dipenuhi nanah, matanya berair, mulutnya berdarah, dan hidung yang sobek.
Aku terus menenangkan diri, sampai memutar
murotal dari ponselku. Kulihat jam ternyata masih pukul setengah tiga pagi. “hah? Kok?” ucapku di kesunyian. “piek piek piek” suara anak ayam dari samping rumah. Namun, ada keanehan lain, kali ini bau pandan yang mengitari ruang tamu. Seketika hening, hanya tertinggal suara anak ayam.
Aku berniat untuk mengambil laptop di kamar
untuk melanjutkan membuat cerpen. Tetapi aku mengurungkan niatku setelah melihat sosok perempuan tadi dari sudut mataku. Kali ini tidak bisa ku tahan aku sangat ingin buang air kecil, dengan rasa takut aku berlari menuju kamar mandi, lagi-lagi aku melihat sosok di dekat tangga sesaat sebelum masuk kamar mandi. Itu membuatku ragu-ragu untuk keluar dari kamar mandi. Aku keluar kamar mandi dan berlari menuju ruang tamu, namun aku berlari sambil menoleh kanan kiri karena penasaran akan sosok itu. Saat aku melihat depan sosok itu (pocong) ku tabrak. Aku spontan berhenti dan mengejamkan mata. Ya benar, bau pandan itu tepat bersumber dari depan ku. Tanpa ku sadari suara anak ayam terdengar sangat samar dan jauh. Masih berlanjut, badanku berkeringat deras. Kaki ku rasanya ingin terjatuh saja. Kubuka mataku perlahan, ternyata sosok itu sudah hilang. Ku lanjutkan mengambil laptop dan mengerjakan cerpen di ruang tamu. Waktu hanya berjalan 10 menit saja setelah semua kejadian yang kualami barusan. Aku mulai merasa ini ada yang tidak beres. Aku ambil ponsel ku untuk menelpon sepupuku. “assalamualaikum, mas iki…” ucapku dengan suara bergetar, dia langsung memotong ucapanku “waalaikumsalam, saiki njupuko wudhu sholat sunah 2 rakaat, terus baca yasin dan ayat kursi, kalua masih di ganggu surat al-baqarah full ya”. “suon-suon mas, siap. wasalamualaikum”. Tanpa ragu aku menuju kamar mandi mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat. Kali ini aman, tak ada godaan. Namun, kedua sosok yang telah ku lihat tadi, sekarang menampakkan sosoknya dari kegelapan dapur. Aku bergegas melaksanakan apa yang disuruh sepupuku tadi. Tapiiii tidak ada perubahan. Tiba-tiba ada pesan darinya “tidak usah tergesa-gesa baca yang khusyu, tak bantu doa dari sini”. Setelah mendapat saran seperti itu langsung ku benahi bacaan ku. Sampai selesainya aku membaca al-baqarah, sosok-sosok itu menghilang bersamaan dengan suara adzan subuh.
Mendengar suara adzan subuh aku sangat lega
dan tak lupa bersyukur atas ujian yang diberikan. Setelah kejadian tadi malam yang cukup menguras energi aku langsung beristirahat di depan teras rumah. Ponsel ku berdering, telfon dari pacarku “tadi jam 3 pagi aku telfon kok gak diangkat? Gimana aman?”. Ku jawab dengan suara lemas “tadi gaada telfon kok, hmm gimana ya. Ngga aman sih cape banget nih”. “yauda aku ke sana ya, ku bawain makan” ucapnya dengan nada tergesa-gesa. Tak sempat menjawab, aku tertidur lelap dan ponselku terjatuh ke lantai. Aku terbangun, namun aku bisa melihat diriku tertidur di depan teras.