Anda di halaman 1dari 29

Cerpen Kompas

arsip cerita pendek kompas minggu

Kabut Ibu
dengan 71 komentar

136 suara

Dari kamar ibu yang tertutup melata kabut. Kabut itu berjelanak dari celah bawah pintu. Merangkak memenuhi ruang tengah, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan. Awalnya, orang-orang mengira bahwa rumah kami tengah sesak dilalap api. Tapi kian waktu mereka kian bosan membicarakannya, karena mereka tak pernah melihat api sepercik pun menjilati rumah kami. Yang mereka lihat hanya asap tebal yang bergulung-gulung. Kabut. Pada akhirnya, mereka hanya akan saling berbisik, Begitulah rumah pengikut setan, rumah tanpa Tuhan, rumah itu pasti sudah dikutuk. *** Peristiwa itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965 yang begitu merah. Seperti warna bendera bergambar senjata yang merebak dan dikibarkan sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta ibu dan aku untuk tetap tenang di kamar belakang. Ibu terus mendekapku ketika itu. Sayup-sayup, di ruang depan ayah tengah berbincang dengan beberapa orang. Entah apa yang mereka perbincangkan, tetapi sepertinya mereka serius sekali. Desing golok yang disarungkan pun terdengar tajam. Bahkan beberapa kali mereka meneriakkan nama Tuhan. Beberapa saat kemudian ayah mendatangi kami yang tengah gemetaran di kamar belakang. Ayah meminta kami untuk segera pergi lewat pintu belakang. Ayah meminta kami untuk

pergi ke rumah abah (bapak dari ayah) yang terletak di kota kecamatan, yang jaraknya tidak terlampau jauh. Masih lekat dalam kepalaku, malam itu ibu menuntunku terburu-buru melewati jalan pematang yang licin. Cahaya bulan yang redup malam itu cukup menjadi lentera kami dari laknatnya malam. Beberapa kali aku terpeleset, kakiku menancap dalam kubang lumpur sawah yang becek dan dingin, hingga ibu terpaksa menggendongku. Sesampainya di rumah abah, ibu mengetuk pintu terburu-buru dan melemparkan diri di tikar rami. Napasnya tersengal-sengal, keringatnya bercucuran. Abah mengambilkan segelas air putih untuk ibu, sebelum mengajakku tidur di kamarnya. Malam itu, abah menutup pintu rapat-rapat dan berbaring di sebelahku. Sementara, di luar riuh oleh teriakan-teriakan, suara kentungan, juga desing senjata api sesekali. Abah menyuruhku untuk segera memejamkan mata. Subuh paginya, ketika suara azan terdengar bergetar, abah memanggil-manggil nama ibu sambil menelanjangi seluruh bilik. Abah panik karena ibu sudah tidak ada lagi di kamarnya. Selepas duha, abah mengantarku pulang dengan kereta untanya. Ibumu pasti sudah pulang duluan, begitu kata abah. Sesampainya di depan rumah, tiba-tiba abah menutup kedua mataku dengan telapak tangannya yang bau tembakau. Dari sela-sela jari abah aku bisa menilik kaca jendela dan pintu yang hancur berantakan, terdapat bercak merah di antara dinding dan teras. Warna merah yang teramat pekat, seperti darah yang mengering. Buru-buru abah memutar haluan, membawaku pulang kembali ke rumahnya. Dari kejauhan aku melihat lalu lalang orang di depan rumah kami yang kian mengecil dalam pandanganku. Orang-orang itu tampak terlunta-lunta mengangkat karung keranda. Mengapa kita tak jadi pulang, Bah? tanyaku. Rumahmu masih kotor, biar dibersihkan dulu. Abah tersengal-sengal mengayuh kereta untanya. Kotor kenapa, Bah? Abah terdiam beberapa jenak, Ya kotor, mungkin semalam banjir. Banjir? Kan semalam tidak hujan, Bah. Banjir apa? Ya banjir. Banjir darah ya, Bah, kok warnanya merah. Hus! ***

Berselang jam, pada hari yang sama, abah memintaku untuk tinggal sebentar di rumah. Aku tak boleh membuka pintu ataupun keluar rumah sebelum abah datang. Jangan ke mana-mana, abah mau bantu-bantu membersihkan rumahmu dulu, sekalian jemput ibumu. Aku tak tahu apa yang tengah terjadi di luar sana, tapi hawa mencekam itu sampai kini masih membekas. Selagi abah pergi, aku hanya bisa mengintip keadaan di luar dari celahcelah dinding papan. Di luar sepi sekali. Sangat sepi. Kampung ini seperti kampung mati. Lama sekali abah tak kunjung datang. Jauh selepas ashar, baru kudengar decit rem kereta untanya di depan rumah. Aku mengempaskan napas lega. Menyongsong abah. Abah tertatih merangkul ibu. Ibu hanya terdiam lunglai seperti boneka. Matanya kosong tanpa kedipan. Rambutnya acak-acakan, tak karuan. Guritan matanya lebam menghitam. Ketika kutanya abah ada apa dengan ibu, abah hanya menjawab singkat, bahwa ibu sedang sakit. Lalu aku bertanya lagi kepada abah, ayah mana? Dan abah tidak menjawab. Namun, beberapa waktu kemudian, dengan sangat perlahan, abah mulai menjelaskan bahwa hidup dan mati adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Laki-laki, perempuan, tua, muda, semuanya akan didatangi kematianlantaran mereka pernah hidup. Maka serta-merta aku paham dengan warna merah yang menggenang di teras rumah tadi pagi. Saat itu aku tak bisa menangis. Namun, dadaku sesak menahan ngeri. *** Semenjak hari yang merah itulah ibu tak pernah sudi keluar kamar, apalagi keluar rumah. Ketika ibu kami paksa untuk menghirup udara luar, ia akan menjerit dan meronta tak karuan. Pada akhirnya, aku dan abah hanya bisa pasrah. Tampaknya ada sesuatu yang rusak dalam kepala ibu. Ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Ibu seperti sudah tak peduli lagi pada dunia. Sepanjang hari pekerjaannya hanya diam, sesekali menggedor-gedor meja dan lemari, menghantam-hantamkan bantal ke dinding dan terdiam lagi. Ibu memang benar-benar sakit. Makan dan minum harus kami yang mengantarkan ke kamarnya. Mandi pun harus kami yang menuntunnya. Berganti pakaian, menyisir rambut, melipat selimut, semua aku dan abah yang melakukannya. Hanya satu hal yang kami tidak mengerti: kamar ibu selalu berkabut. Lelah sudah kami mengusir kabut-kabut itu dari sana. Kabut yang selalu muncul tiba-tiba. Kabut yang selalu mengepul, setelah kami menutup kembali pintu dan jendela, mengepul lagi dan lagi. Setelah kami tilik dengan saksama, baru kami menyadari sesuatu, bahwa kabut itu bersumber dari mata ibu. Sejauh ingatanku, ibu tak pernah menitiskan air mata. Namun dari matanya selalu mengepul kabut tebal yang tak pernah kami pahami muasalnya. Mungkinkah kabut itu berasal dari air mata yang menguap lantaran tertahan bertahuntahun lamanya. Entahlah. ***

Pada akhirnya, bagi kami, kabut ibu menjadi hal yang biasa. Kami hanya butuh membuka pintu dan jendela lebar-lebar untuk memecah kabut itu. Namun begitulah, semenjak kami menyadari keberadaan kabut itu, ibu tak lagi sudi membukakan pintu kamarnya untuk kami. Makanan dan minuman kami selipkan melewati jendela kaca luar. Namun sepertinya ia tak lagi peduli dengan makanan. Beberapa kali kami menemukan makanan yang kami selipkan membusuk di tempat yang sama. Tak tersentuh sama sekali. Ketika kami memanggilmanggil nama ibu, tak ada sahutan sama sekali dari dalam, kecuali kepulan kabut yang memudar dan pecah di depan mata kami. Sementara, kian waktu, kamar itu kian buram oleh kabut yang terus mengental. Kami tak bisa melihat jelas ke dalamnya. Hingga suatu ketika, aku dan abah berinisiatif untuk mendobrak pintu kamar ibu. Kami benar-benar berniat melakukan itu. Kami benar-benar khawatir dengan keadaan ibu. Linggis dan congkel kami siapkan. Beberapa kali kami melemparkan hantaman. Pintu itu bergeming. Kami terus menghantamnya, mencongkelnya, mendobraknya, hingga pintu itu benar-benar rebah berdebam di tanah. Aku dan abah mengibaskan kabut itu pelan-pelan. Membuka jendela lebar-lebar. Perlahan kami mendapati kabut itu memudar dan pecah. Beberapa saat kemudian kabut itu benarbenar lenyap. Namun kamar ibu menjadi sangat senyap. Tak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada ranjang yang membatu, juga bantal selimut yang tertata rapi. Kami tidak melihat ibu di sana. Aneh, kami juga tidak melihat ibu berkelebat atau berlari keluar kamar. Yang kami saksikan dalam bilik itu hanya kabut yang kian menipis dan hilang. Kami masih belum yakin ibu hilang. Berhari-hari kami mencari ibu sampai ke kantor kecamatan. Kami juga menyebarkan berita kehilangan sampai kantor polisi. Waktu melaju, berbilang pekan dan bulan, tapi ibu tak juga kami temukan. Hingga keganjilan itu muncul dari kamar ibu. Kabut itu. Kabut itu masih terus mengepul dari kamar ibu, entah dari mana muasalnya. Lambat laun kami berani menyimpulkan bahwa ibu tidak benar-benar hilang. Ibu masih ada di rumah ini, di kamarnya. Kabut itu, kabut itu buktinya. Kabut itu adalah kabut ibu. Kabut yang tak pernah ada kikisnya. *** Akhirnya, aku dan abah memutuskan untuk mengunci rapat-rapat kamar ibu. Membiarkan kabut itu terus melata. Berjelanak dari celah bawah pintu. Merangkak memenuhi ruang tengah, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan. Kami tak perlu lagi memedulikan ocehan orang-orang yang mengatakan bahwa rumah kami adalah rumah setan, rumah tak bertuhan, rumah yang menanggung kutukan. Karena, kami yakin, tak lama lagi, kabut itu pun akan menelan rumah kami, sebagaimana ia menelan ibu.

AKU CINTA SAHABATKU Oleh NN Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego. Tiap kali aku makan, wajah dia tuh selalu muncul, ngebayang-bayangin tiap langkah aku ke sekolah, dia tuh bagaikan bintang untukku, slalu nemenin tokoh 'aku' dalam mimpi aku. Sebenernya sih dia tuh temen chattingan facebook aku, dia tuh slalu ada kalau aku lagi sedih, ada masalah, juga kalau aku seneng, dia slalu ada buat jadi tempat berbagi kesenangan. "Braakkkk!" suara itu kedengaran amat menyeramkan, dan setelah kusadari, ternyata aku terjatuh dari ayunan yang sedang kunaiki. Ya ampun, aku ngelamunin dia lagi... Apa yang terjadi sama aku? Masa aku baru aja ngelakuin hal bego kaya gitu? Hal yang mungkin ngebuat orang lain ngakak di atas penderitaanku. "Awww.... Sakit banget kaki aku..." sebenarnya aku tau di taman ini ga ada orang lain selain aku, tapi kok aku ngerasa ada suara ketawa yang kejam? Hiiyyy, jangan-jangan....... "Huaaaa", aku berteriak kencang saking kagetnya. Baru kali ini aku denger suara hantu, ternyata suaranya tuh kaya manusia banget yah. "Ya ampunnn, ini Kayla? Ahaha, aku ngga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini, Kay", kata suara itu. Haaaaa..... Salah apa aku bisa ketemu hantu di sore hari yang indah ini, ternyata hantu itu serba tau yaaa, masa dia juga tau nama aku, terus ya iya dia seneng bisa ketemu manusia bernama Kayla ini di taman terus nakut-nakutin dia, sementara aku...? 'Tuhan tolongin aku Tuhan, bawa aku ke tempat yang aman, ke atas pohon boleh deh, asal aku ga usah ngeliat ni hantu gitu, ngga usah tatap muka sama diaaa.... Aku takut hantu....', doaku dalam hati. Tapi kayanya itu cuma jadi mimpi soalnya aku masih di bawah pohon, di deket ayunan kuning ini.... Suara langkah kaki itu semakin deket lagi... "aaaaaaa, jangan bunuh aku, mas hantu, aku masih belom punya pacar, masih banyak dosa sama mama sama papa... Pleaseee dong mas hantu,

biarin aku hiduppp", teriakku sejadi-jadinya. "Hahahahaha KaylaaKaylaa... Kamu tuh yaa ngga di dunia asli, ngga di chat, sama aja: PENAKUT! Hahaha, ini aku, Mike..." kata suara itu... 'Mike siapa' kataku dalam hati.... 'Mike??? Hah, cowo itu? yang sedari tadi aku pikirin? Cowo yang ngebuat aku jatuh memalukan dari ayunan? hahaha, ngga mungkin ah', kataku sembari membalikkan tubuhku ke arah suara itu berasal. Hwaaa, wajah itu membuat hatiku bergetar hebat. Ternyata itu beneran Mike ya Tuhan! Seketika lidahku tak bisa berkatakata, 'kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku', gitu kalo kata sm*sh! aduh apa apan aku ini, di saat seperti ini aku masih bisa mikirin boyband asal Bandung favoritku itu... kembali lagi dong ke dunia nyata. "Hah, kamu beneran Mike?" kataku, memandang wajah dia yang berdiri di sebelahku sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri. "Ya iyalah emang kamu mikir aku ini hantu yang tau nama kamu? Hahaha", kata Mike seolah dapat membaca pikiranku. "Hehehe, ya kirain sih", kataku, menyambut uluan tangannya. Baru kali ini aku melihat wajah aslinya, ternyata lebih cakep dari fotonya, ngebuat hati aku cenat cenut. Kami mengobrol banyak di taman sambil menikmati matahari yang dengan malu-malu ke tempat asalnya. Senja itu, aku benar-benar ngerasain apa yang namanya indahnya jatuh cinta. Setelah mengobrol begitu lamanya, kami berpamitan, oiyah sekarang aku tau, dia pindah ke blok sebelah rumah aku. Aku jadi tetanggaan sama dia, senangnya :D. Kami lalu pergi ke rumah Mike untuk Mike kenalkan sama keluarganya yang sering dia ceritakan di chat ym ke aku. Mike pindah dari Jakarta ke Bandung, katanya sih papanya tugas kerja di Bandung. Dia tinggal sama keluarganya, yang barusan dia kenalin ke aku, Oom Anwar, Tante Rosa, dan adik perempuannya yang cantik, Mary. Mike sekolah di sekolah yang beda sama aku. Hari-hari berikutnya kujalani dengan senyuman yang menghiasi wajaku, menganggap bahwa semua hal buruk di dunia ini takkan berarti apa-apa bagiku, asal aku bisa liat wajah dia, wajah Mike setiap hari... Sekarang Mike sudah menjadi sahabatku yang selalu ada di sampingku tiap aku ada masalah, dia selalu ngehibur aku.Semuanya jadi indah, sampai pada suatu hari, dia cerita ke aku tentang seorang cewe yang udah ngebuat hati aku sedih. Mike suka sama cewe itu, dan akhirnya setelah 3 bulan PDKT atau pendekatan, mereka jadian. Aku ngga kuat kalo harus terus begini, aku harus ngomong sama Mike tentang perasaanku sebenarnya, sebelum aku dibuat gila sama perasaan

cinta sama sahabat sendiri. Bahkan, sebelum kami sahabatan, cuma sebagai temen di dunia lain selain dunia nyata, yaitu dunia maya, yang ga pernah tatap muka sebelumnya, aku udah suka sama dia... Ya, kalo perasaan ini terus-menerus dipupuk kaya gini, apalagi dengan sikap baik bangetnya itu, sikap perhatian itu, aku ngga mungkin ngga cinta sama dia... Rasa cinta ini terus menerus tumbuh, semakin besar dan semakin besar. Kalau aku ngga ngomong, bukannya aku seneng, tapi malah tersiksa sama perasaan ini. Sampai pada suatu sore yang cerah, saat kami sedang ngobrol di taman kompleks sambil menatap awan yang terus menerus bergerak, aku menceritakan semua tentang isi hatiku, apa yang aku rasakan sama dia, dari kapan perasaan itu muncul, dan berbagai macam kalimat lain yang gatau kenapa langsung meluncur dari lidahku. Aku juga heran kenapa dia ngga kaget sama apa yang aku katakan. Dia tetap tersenyum manis sambil mendengarkan aku bicara tentang perasaan terlarang ini. Setelah selesai semua beban di hatiku ini. "Mike, kok kamu malah senyum-senyum sih? Emang sih ceritaku tuh novel banget, tapi harus kamu tau, ini tuh kejadian sebenernya!", kataku. "Ngga kok, Kay, aku seneng kamu mau jujur sama aku, aku seneng kamu mau jadi the one yang mau tulus cinta sama aku... Ehm, sebenernya aku malu banget ngomong ini sebenernya. Aku juga suka sama kamu, Kay. Dari kita ketemu di chat ym, aku juga udah suka sama kamu, aku berusaha supaya jadi yang terbaik buat kamu. Tapi aku udah putus harapan, soalnya kamu tuh ngga ngasih respon ke aku", jelas Mike. "Hah? Kalau kamu juga suka sama aku, kenapa kamu jadian sama Lila? Kenapa kamu malah ngebuat hati aku tambah sakit, Mike setelah aku tau kejadian yang sebenarnya." "Sebenernya, Lila yang aku ceritain ke kamu itu, dia adik aku, aku cuma mau tau, apa kamu cemburu sama Lila atau ngga. Ternyata kamu cemburu yah, hehehe", canda Mike, tapi aku kira ini janggal dan ngga lucu! "Mike, bukannya adik kamu namanya Mary? Kok kamu ganti jadi Lila sih?", tanyaku penasaran. "Yah, namanya kan Delila Mary Wijaya, nama belakangnya sama kaya aku: Michael Stefan Wijaya. Hehehe, maaf banget kalau aku udah bohongin kamu, Kayla." Mike membuat aku yang tadinya kesal bercampur senang merasa sedikit tenang.

"Jadi?" kata Mike. "Jadi, apa aku boleh jadi cowo yang bisa ngelindungin kamu, Kay?", sederhana, tapi udah buat aku melambung tinggi, bagai terbang di atas awan. "Aku mau, Mike jadi cewe yang bisa ngertiin kamu", jawabku sambil tersenyum. Kami baru saja jadian dan aku sangat senang akan hal itu. Menikmati senja di dekat ayunan tempatku pertama bertemu dengan Mike, dengan suasana yang sama: langit senja berwarna merah keunguan membuat hatiku tentram. Ternyata, sahabat juga bisa jadi cinta. DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2011/11/cerpen-remaja-akucinta-sahabatku.html#ixzz2mtAII9qu

TEMAN FACEBOOK YANG MISTERIUS Cerpen Geibs Kojongian Saat jam menunjukkan pukul 3 pagi.. Andine terbangun dari tidur nyenyaknya. Saat itu waktunya Andine online. Itu kebiasaannya ketika dia tidak bisa tidur wow,, 35 notifications.. ucap Andine reflex. Andine begitu terkejut ketika dia melihat begitu banyak notification satu persatu Andine membuka notification itu..,, sampai Dia melihat satu akun bernama aQ sayang kamu mengirim sesuatu ke dinding nya.. haee.,, kamu cantik banget Mata Andine langsung terbuka lebar melihat wall itu dengan cepat Andine membuka profil orang itu.,, dia ingin melihat foto orang itu.. siapa tau aja.. dia kenal.. Namun.,, tak ada satu foto pun yang di lihat Andine..,, akun itu sangat misterius Wall itu membuat Andine tidak bisa tidur.. ***

Teman Fecebook yang Misterius

Andine!!!!! bentak pak guru.. a e. iyaa pak.. saya siap.. ucap andine reflex. bagus kalau kamu siap..,, sekarang kamu keluar dan tulis sebanyak 30 halaman.,, saya tidak akan tidur saat sedang belajar tapi pak cepat..,, tadi kamu bilang kamu siap kan??? t..tapi.. cepaaattttt!!! i..iyaa.. iyaa pak Andine langsung keluar kelas,, memenuhi perintah pak guru yang terkenal killer itu. hufffftttttt gara-gara semalam nggk tidur.. gw jadi ketiduran di kelas,,

gerutu Andine. lagian siapa sic yang punya akun itu??? Andine terus bertanya-tanya tentang identitas akun itu.,, yang tertera di profil itu hanyalah nama, dan e-mail nya. Tak ada yang lebih dari identitas akun itu. siapa sic loe????? teriak Andine yang membuat guru killer itu keluar dari kelas. Andine. Diiiiaaammmm!!!! teriak bapak itu. i..iyaaiyaa saya diam pak.. dan cepat kerjakan tugasmu..,, iyaa pak.. jawab Andine seramah mungkin.. Andine manjaga perasaan bapak itu.,, jangan sampai dia marah lagi dan menambahkan hukumannya. *** Bel istirahat pun berbunyi..,, semua anak langsung berhamburan dan menuju kantin sekolah. Sahabat Andine pun ikut keluar heiii,, udah selesai 30 halamannya.. Tanya Chiko sahabat Andine. boro-boro 30 halaman.,, 1 halaman aja belom Full.. lagian kenapa sic loe bisa ketiduran di kelas??? emmmmm,, gw ceritanya jangan disini yaa.. trus dimana?? di kantin aja.. ya udah yuk.. yuk.. *** sekarang loe cerita kenapa loe bisa sampe ketiduran di kelas tadi?? gini Ko.,, semalaem gw kan online.,, trus ada akun yang namanya aku sayang kamu nulis wall katanya gw cantik hahahahaha.. kalau itu doang kenapa loe pikirin.. lagian banyak bangetkan akun-akun laen yang nulis gitu ke wall loe.,, bahkan ada yang langsung nembak Din.. yaa tapi ini gw ngerasa beda.., biasannya nic.., identitas akun-akun itu jelas.,, ada fotonya.,,, nomor telfonnya.., tapi ini nggk.,, akun ini Cuma berisi nama dan e-mail.,, nama dan e-mailnya juga nggk ada unsure-unsur nama seseorang,, nama akunnya aQ sayang kamu. Nah e-mailnya: aQsayang_dia@yahoo.com..,, hmmmm misterius banget nggk?? iyaa juga sic..,, sangat misterius.. nanti gw nggk tau apa lagi yang bakalan dia tulis di dinding gw.. udahh., palingan orang yang iseng doang..,, loe mau makan apa?? nasi goreng aja dec.. mbok.,, nasi gorengnya dua.. sama Coca-collanya dua.. ***

emmm hmmm..,, iyaa.,, bye..

din.,, thanks gw

gw yaa pergi

pulang udah dulu

dulu nganterin yaa.,,

yaa.,, gw.. bye..

Stelah Chiko pergi Andine langsung berlari kekamarnya dan langsung menyalakan laptop.. yaa apa lagi kalau bukan online.. Saat Andine login.,, dia melihat notif.,, seperti dugaannya.,, orang misterius itu kembali menulis di dindingnya.. koQ wall aku semalem nggk di bales?? karena aku nggk tau siapa kamu.,, kalau kamu mau wall kamu aku bales terus.. kasih tau siapa kamu.. yang pasti aku cowok.,, nggk mungkin dong aku cewek.. trus nama kamu?? kamu nggk perlu tau nama aku..,, kamu mau kan wall kamu aku bales terus?? ya iyalah.. nah kasih tau nama kamu.,, dan semua identitas kamu.,, Andine.,, kamu kan nggk suka sama cowok plinplan.,, jadi aku nggk mw jadi cowok plinplan.,, aku tetap nggk mau kasih tau kamu soal aku.,, koQ kamu tau aku nggk suka cowok plinplan?? karena aku udah tau kamu dari dulu..,, aku udah tau kamu itu orangnya kaya gimana.. sebenarnya kamu siapa sic??? Dan kamu maunya apa?? aku Cuma mw bilang kalau aku itu suka sama kamu.. suka?? iyaa.,, jadi loe bikin akun yang nggk ada identitasnya trus loe bilang suka sama gw?? Jangan ngarap yaa gw bisa suka ama loe.,, nama aja gw belom tau.,, gimana bisa suka ama loe..,, iuuuuuu terserah kamu mw ngomong apa.. yang penting aku udah bilang kalau aku suka sama kamu Andine.. Kali ini Andine tidak membalas wall yang dikirim cowok itu.. *** Sebulan kini kedekatan Andine dengan cowok misterius itu., sampai saat ini, cowok itu belom memberitau namanya. Dalam sebulan ini pula Andine hanya mengetahui kalau orang itu cowok, dan cowok itu suka sama dia.,, tak lebih yang Andine tau.. Andine sempat membujuk orang itu.. namun Cowok itu tetap pada pendiriannya.., dan akhirnya Andine pun menyerah.,, dia membiarkan dirinya chatting dengan seorang cowok yang dalam sebulan ini menyembunyikan identitasnya. Lama-kelamaan Andine mulai mempunyai perasaan yang sama dengan orang itu. Karena orang itu bisa

membuat Andine nyaman saat chatting dengannya. Comes alias Cowok misterius.. Andine memanggil cowok itu dengan comes. Comes, ketemuan yuk.. masa kita deketnya cuman di FB doang,, aku janji dec nggk akan marain kamu,,, beneran kamu mau ketemuan.. iyaa,, aku mau banget.. ya udah kita ketemuan di Taman yaa..,, koQ di taman?? itu kan dekat rumah kamu..,, jadi nanti kalau kamu pingsan deket bawa ke rumah.. hahahahahah..,, kamu bisa aja Comes.. oke oh yaa.,, kita ketemuan jam 3 sore yaa besok. hmmmm *** hmmm hari ini gw bakalan ketemuan sama Comes.,, gw penasaran.,, Comes itu orangnya kaya gimana.. selama ini kan yang gw tau dia itu cowok yang lucu..,, bisa buat gw ketawa lepas.. batin Andine sambil mendandani dirinya,, karena sore itu ia akan bertemu dengan Comes yang ia suka, Comes.,, aku pake baju Warna biru eaa.. Andine.,, tenang aja.,, aku udah hafal banget wajah kamu oh iyaa., kamu kan udah tau aku..,, kamu pake baju apa?? aku pake baju warna kesukaan kamu.. putih.. oke.,, aku udah mo brangkat nic.,, aku juga udah mo brangkat.. ya udah samapai ketemu Comes *** Saat Andine tiba di taman.., ternyata comes belum ada.., terpaksa Andine menunggu 10 menit kemudian seseorang menepuk pundak Andine.. Andine.. sapa orang itu lembut.. Comes?? ucap Andine sambil membalikkan badan kearah cowok itu..,, betapa terkejutnya Andine ketika melihat cowok itu. C.C.Chi..Chiko??? hmmm.. gw Comes itu.., cowok misterius yang suka sama loe Din t..tapi selama ini iyaa selama ini gw pura-pura nggk tau tentang cowok misterius itu.. kenapa loe lakuin ini ke gw???? Tanya Andine heran. gw lakuin ini karena gw nggk brani bilang langsung..,, loe tau nggk.. gw tuc udah suka sama cowok itu.. bentak Andine bagus dong.. ternyata usaha gw selama ini nggk sia-sia,,,

tapi gw sukanya sama cowok itu.. bukan sama loe tapi kan cowok itu gw kenapa loe nggk suka sama gw.. gw nggk bisa,,, gw nggk bisa suka sama sahabat gw sendiri.. jawab Andine. gw suka loe dari dulu Din.. sorry Ko.,, gw tetap nggk bisa.,, loe Cuma gw anggap sahabat gw. Kalau loe pengen lebih dari itu.., sorry gw sama sekali nggk bisa ucap Andine sambil pergi meninggalkan Chiko sendiri.. Aaaaaaannnddddiiinnneeee.. gw suka sama loe!!!!!!!!!!!!!!!!!! teriak Chiko. Namun Andine terus melangkahkan kakinya.. tanpa mempedulikan teriakan Chiko. ***

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/03/teman-fecebookyang-misterius-cerpen.html#ixzz2mtAYvuE1

3 HARI BERSAMA MEREKA Cerpen Dita Fadhilah Azri Siang ini semua masih biasa dengan siang-siang sebelumnya. Siang ini masih terasa panas. Siang ini matahari masih setia melakukan tugasnya. Siang ini ozon yang membolong masih tetap tak mampu menahan sinar ultraviolet malah bertambah parahTapi ada yang tidak biasa di siang ini. Dua gadis yang masih memakai seragam sekolah mereka, kelihatan celingak-celinguk memperhatikan orang-orang yang berseliweran di daerah lampu merah itu, seperti ada yang mereka cari. Jadi lo mau nge-riset tentang apa nich Sa? satu dari dua gadis itu membuka suara lebih dulu gue kayaknya uda dapet dech lanjutnya tapi dengan suara yang mengandung keraguan. Belum tau Re, masih bingung gue satunya lagi menanggapi dengan suara bernada hampir putus asa emang lo mau riset siapa? Tapi lo jangan ketawa ya!? Iya Tuh.. gadis itu menunjuk ke arah laki-laki yang memakai dress bling-bling, berdandan norak dan memakai wig. Salsa langsung terkejut, tercengang, tak percaya dan bengong dalam

waktu bersamaan. Sesaat kemudian tak ada tanda-tanda dia mau menertawakan pilihan yang akan di-riset oleh Rena. Dan memang dia tidak akan melakukan itu, yang terjadi justru sebaliknya. Dia sangat takut dengan manusia peralihan seperti itu. Sa. Yang dipanggil tak menyahut. SALSA!! ulang Rena dengan nada gila-gilaan, kontan yang dipanggil tersentak kaget. Apaan sich lo? Lo kira gue budek kayak elo? Hehe, sory. Abis lo dipanggil sekali gak ngeh. Kenapa sich liatin itu mas-mas eh itu mbak-mbak sampe segitunya? Gue masih trauma ama banci, karena waktu TK dulu gue hampir diculik ama makhluk peralihan kayak gitu, untung aja ada yang jaga warung sekitar situ curiga gue datarik-tarik masuk taksi, terus dia langsung teriakteriak dan ngedatangi gue terus ngerebut gue dari tu banci, jadinya selamat dech gue

Cerpen Remaja Islami - 3 Hari Bersama Mereka

Dengan wajah prihatin yang dibuat-buat Rena berkata dengan nada simpati, Tragis amat kisah lo sob, huhu, terharu gue. Kayakcerita di sinetron. Hahahaha Iyah, ketawa terus. Puas-puasin aja lo ngetawai gue Tapi orang yang dimaksud Salsa dalam sindirannya malah nyengir-nyegir kuda. Lagian kenapa sich lo milih makhluk peralihan gitu buat diwawancari dalam riset lo? Yaaaa soalnya kan jarang banget tuh yang kepikiran kalau salah satu human trafficking itu mbak jadi-jadian kayak gitu Emmm gitu ya? Gak usah pasang tampang oon gitu dech, karena muka lo uda oon dari sono nya Rena mencibir, sementara Salsa mendengus kesal. Kan biasanya orang pada mikir kalau makhluk peralihan kayak gitu tu pada suka mangkal bukannya ngamen di traffic light kayak gini lanjutnya

kemudian dengan nada mantap, yang diberi penjelasan cuma manggutmanggut aja. Iya deh, gue manut aja sama elo. Kalau gue bilang gak bisa habis pala gue lo jitakin Bagus, yauda yok!! Rena menarik tangan Salsa. Eh.eh. mau lo ajak ke mana gue? Salsa mempertahankan posisinya Ya mau wawancarain tu mbak-mbak la Ogah ah, muka Salsa pucat lo aja sendiri. Gue nunggu di sini Lo gak kenapa-napa nunggu di sini sendirian? Justru kalau gue ikut lo ke sana gue malah kenapa-napa. Mending gue di sini aja dech, sekalian nyari-nyari inspirasi apa yang mau gue riset. Ya uda, gue ke sana dulu ya.. Rena pergi ke arah mbak-mas itu. Salsa menunggu Rena di tempat mereka mengintai tadi. Matanya tertuju ke depan, namun telinganya masih dapat menangkap dialog Rena dengan makhluk yang menjadi pobia-nya itu. Rena mulai memperkenalkan diri. Memperlihatkan identitas diri dan surat ijin dari Pak Radit untuk melakukan riset ini. Dan mulailah meluncur pertanyaan demi pertanyaan. Di saat itulah, saat matanya tertuju kedepan itu, walaupun pandangannya terhalang sesekali oleh mobil yang berseliweran, dia melihat sesuatu yang agak menarik perhatiannya. Agak menjorok ke dalam dari pasar besar, di arah menuju perkampungan kumuh, berdiri sebuah tenda. Tenda sederhana yang hanya terdiri dari terpal biru yang biasa dipakai oleh tukang angkut sayur di gerobaknya dan hanya di sangga oleh tiang dari bambu seperlunya. Di bawah tenda itu tersusun meja-meja dan kursi-kursi panjang-yang bisa diduduki oleh beberapa orang- yang sekarang dihuni oleh anak-anak yang berpakaian kumal. Dan di depan mereka, ada seorang pria seperti seorang guru, berdiri dan tampak menunjuk-nunjuk papan tulis sambil menjelaskan sesuatu. Dia penasaran. Sambil berjalan hendak menyeberangi jalan, dia sedikit berteriak pada Rena Re, gue ke sana bentar katanya sambil menunjuk ke depan. Yang diteriaki cuma mengangguk sekilas karena dia sendiri pun sedang berkonsentrasi pada wawancaranya. Dia berhasil sampai di seberang, dan segera melangkah mendekati tenda itu. Tapi gadis itu tidak langsung mendatangi tenda itu. Dia berdiri mengamati dari jarak yang cukup jelas untuk melihat ke sana dan tidak mengundang kecurigaan. Tiba-tiba ada seorang ibu separuh baya berjalan hendak melawatinya. Pas, ada tempat untuk bertanya pikirnya. Maaf buk, saya boleh nanyak? Salsa langsung menghentikan langkah si

ibu begitu si ibu lewat di depannya. Mau nanyak ape neng? Hwa, ternyata tu ibuk turunan betawi. Mmmm, itu kegiatan apa ya kalau boleh tau? Oh ntu, ntu mah ude biyase tiap harinye begono. Anak-anak di mari pade belajar bace ame nulis. Hari minggu juga? Iye, tapi kayaknye kalau hari minggu pade ngegambar atau buat-buat ape gitu. Kira-kira mereka ngumpul gitu jam berapa ya buk? Biyasenye sih sebelum zuhur tu anak-anak ude pade bedatangan, soalnye sebelum belajar ntu guru pasti ngajak anak-anak shalat berjamaah di mushallah dekat situ. Oh gitu, kalau gitu makasih ya buk Salsa menanggapi sambil tersenyum sama si ibuk. Iye, same-same Si ibuk pun menyahut sambil berlalu. Salsa masih senyum, Nice!! serunya dalam hati. Dan dengan langkah riang, dia kembali ke tempat dimana dia menunggu Rena tadi. Dan sekarang ganti Rena yang menunggunya. Uda siap wawancaranya Re? Salsa langsung bertanya pada Rena begitu dia berhasil menyeberang kembali. Uda. Besok gue tinggal ngikuti kegiatannya dia, sambil dokumentasi beberapa yang perlu. Habis itu gue bisa langsung nulis essay-nya. Rena menjelaskan Lo sendiri gimana? Kayaknya cerah banget ni, uda dapat inspirasi ya? Kali ini Rena menebak sambil senyum. Hehe. Emang uda Apaan? Tanya Reena penasaran Lo liat dech Re, ke seberang jalan situ. Rena menajamkan penglihatan. Dilihatnya ke arah yang ditunjuk Salsa. Dan karena memang Rena gak rabun, tentu saja yang dilihatnya sama persis seperti yang diamati Salsa tadi. Pondok belajar anak-anak jalanan itu? Rena mengernyitkan dahi, Salsa mengangguk. Bukannya tema kayak gitu uda biasa banget ya Sa? Kalau temanya uda biasa, tapi cara mengamati, meriset dan nulisnya jadi essay dengan cara yang berbeda, hasilnya jadi gak biasa kan? Salsa meyakinkan Rena Iyah, kalau elo yang ngamati, ngeriset dan nulis essay-nya hasilnya memang bakal jadi gak biasa. Jadi makin hancur dari kebanyakan orang yang uda nulis itu, gitu kan maksud lo? Dug!! Satu jitakan telak dari Salsa singgah di kepala Rena. Rena cuma bisa meringis karena kesakitan, tapi sambil cengar-cengir. Senang juga dia

karena berhasil menggoda Salsa, temannya dari jaman masuk SMP dulu. Tega lo sama temen sendiri tampang Salsa mulai memprihatinkan. Ouuu, cup cup. Maaf dech Sa. Jangan patah semangat gitu donk. Gue gak maksud koq nyurutin semangat lo. Gue bakal nge-dukung apa pun yang bakalan lo lakuin asal itu bener. Okey? Rena membujuk Salsa Keep Smile! Selalu ada maaf untuk teman. Seberapa besar pun kesalahannya, selalu ada celah yang membuat kita tidak tahan berlama-lama mendiamkannya. Walaupun kadang dia menjengkelkan, tapi justru dia yang menghadirkan tawa dalam hidup kita. Menyeka air mata kita, memberi semangat saat kita jatuh, dan menawarkan sejuta bantuannya saat kita terpuruk. Iyah deh. Besok kita ke sini lagi kan? tampang memprihatinkan Salsa mulai hilang dan perlahan digantikan oleh senyum. Jelas donk. Gue juga kan belum siap seluruhnya riset tentang mas -mas itu. Lagipula gue kan mesti nemenin lo buat nyiapin riset lo. Lo manggil dia mas-mas? Gak mbak-mbak lagi? Emang dia gak marah? Dia bukan beneran banci lagi Sa, dia gitu cuma waktu ngamen doank. Lo tau gak, ternyata dia itu uda mahasiswa. Dan dia ngamen buat nutupi kekurangan kiriman orang tuanya di kampung tiap bulannya. Katanya sich, kalau dia ngamen bentuknya dalam wujud asli alias cowok, orang-orang pada nyangka kalau di itu copet di balik topeng pengamen. Makanya dia dandan gitu. Terus katanya lagi nih, hasilnya lumayan juga, soalnya orangorang pada ketawa kalau liat dia lagi show, haha Rena semangat banget dengan ceritanya. Menarik juga cerita tu orang. Salsa bergumam Pulang yuk Re, uda hampir jam tiga nih. Ntar lo dicariin ibuk kost lo lagi. Ya udah yuk Mereka berdua jalan ke arah dimana motor Salsa mereka parkirkan. Tanpa banyak kata-kata lagi, Salsa memacu sepeda motornya dengan Rena di boncengan. Jilbab keduanya melambai-lambai terkena tiupan angin. Salsa terlebih dahulu mengantar Rena ke kost-annya. Setelah beramah tamah sebentar dengan ibuk kostnya Rena, dia melanjutkan memacu motornya ke arah rumahnya yang cuma berjarak satu kilometer dari kostan Rena. *** Seperti siang kemarin, sepulang sekolah dan terlebih dahulu menyempatkan diri shalat zuhur di mushallah sekolah, kedua gadis itu kembali lagi ke daerah lampu merah itu. Rena-seperti rencananya kemarinmengikuti mas-mas yang berdandan norak itu. Sementara Salsa kembali lagi ke pondok belajar itu. Tidak seperti kemarin yang hanya mengamati,

hari ini dia mendatangi pondok belajar itu. Tapi tidak ada seorang pun di sana. Hanya ada buku-buku lusuh dan pensil di atas meja-meja, Korankoran yang belum terjual bersama dagangan asongan di sudut-sudut tenda. Mungkin lagi shalat Salsa meyakinkan diri sendiri dalam hati tunggu aja dech. Dan benar saja tak lama kemudian terdengar langkah kaki beberapa orang diiringi dengan celoteh anak-anak. Mereka tampak terkejut melihat kedatangan Salsa. Beberapa bahkan bertanya pada pria yang dianggap Salsa guru anak-anak itu, Kak, itu siapa? Salsa tersenyum menanggapi kebingungan mata-mata di depannya itu. Kalian duduk dulu ya di kursi masing-masing anak-anak itu menurut pada guru mereka. Sebentar mbak Kemudian dia mengajak Salsa agak menepi. Kalau boleh tau Saya Salsa Nur Atifah Salsa memotong perkataan laki-laki itu dengan memperkenalkan diri tapi tanpa mengulurkan tangan. Dia yakin laki-laki di hadapannya itu takkan tersinggung dengan yang dilakukannya, karena dia juga yakin laki-laki ini paham dengan hal yang seperti itu, terbaca dari wajahnya yang bercahaya. Saya Al Ghiffary Mmmm, Saya dari SMA Pendiri Bangsa Salsa menunjukkan KTS-nya Saya percaya koq, keliatan dari simbol kamu Al menunjuk lengan kanan Salsa sambil tersenyum Itu kan sekolah-nya famous banget Salsa senyum, sambil menarik kembali KTS-nya. Ngg, gini, sebagai tugas akhir semester genap angkatan saya dapat tugas dari guru sosiologi kami mengenai riset tentang jenjang sosial. Dan saya kebagian tema human trafficking. Jadi. Jadi kamu mau riset pondok belajat dan anak-anak ini? Sekarang ganti Al yang memotong perkataan Salsa. Salsa hanya mengangguk. Huft..untung dia ngerti, jadi gak capek-capek ngejelasin Salsa bersyukur dalam hati. Ini surat ijin dari guru dan sekolah Salsa berkata sambil menyerahkan kertas yang dibagikan oleh Pak Radit di hari dia memberikan tugas itu. Al mengangguk-angguk pelan. Oke, kamu boleh mengamati kegiatan kami di sini sampai essay kamu selesai Al cepat tanggap membaca isi surat itu Makasih Salsa tersenyum lega dan puas. Al melanjutkan tugasnya seperti biasa, menjelaskan pengetahuan-pengetahuan umum pada anak-anak jalanan itu dan menjelaskan lebih men-detail bila ada yang bertanya. Disamping itu, dia masih harus membimbing anak-anak yang masih buta huruf. Baik itu buta huruf latin maupun buta huruf hijaiyah. Sementara Salsa mengeluarkan note dan kamera digital yang dipinjamnya

dari mas Adit, kakak laki-laki Salsa satu-satunya. Dia mencatat hal-hal yang dianggapnya perlu, pantas diingat dan pantas diikutsertakan dalam essay-nya nanti. Sesekali dia mengabadikan cara anak-anak itu belajar dengan kameranya, ketika mereka mengacungkan tangan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari Al, saat wajah-wajah kebingungan mereka muncul ketika ada yang tidak dipahami dan tidak dapat dicerna seluruhnya oleh otak anak-anak mereka dan lain sebagainya. Hari menjelang sore. Anak-anak itu mulai memberesi buku-buku lusuh mereka dan juga barang-barang dagangan mereka. Tak lama kemudian, anak-anak itu sudah benar-benar bubar, ada yang sepertinya kembali ke rumah ada juga yang melanjutkan menjajakan dagangannya lagi atau melanjutkan mengamennya. Tinggal Al dan Salsa di pondok belajar itu. Gak bosen cuma liatin kami sambil nulis dan moto-moto doank? Al membuka suara mmmm, hehe, sebenernya sich iya, bosen aku Salsa malu. Kenapa besok gak nyoba aja ngajari mereka? Ide bagus!! sahut Salsa senang, tapi sedetik kemudian ada nada keraguan eeehh, emang boleh? tanyanya takut-takut Ya jelas boleh la, Al senyum Kamu liat kan aku cuma sendiri ngajari mereka, pasti bakalan bekurang repotnya kalau kamu bantuin, hehe. Walaupun ya cuma beberapa hari ini Aku dijadiin azas manfaat donk? Salsa cemberut Haha, ya gak la. Kamu nanti bisa nulis bagian ini di essay kamu. Jadi untung buat kamu juga kan? mmmm, iya uga sich. Hehe, thanks ya, itu saran bagus banget Salsa cerah kembali by the way, kita pake aku-kamu nih, gak saya-sayaan lagi? Kenapa? Al tersenyum geli Kayaknya kamu lebih tua dari aku, gak sopan kan kalau kamu-kamuin yang lebih tua Emang aku setua itu apa, haha. Panggil kakak atau mas juga boleh dech Suasana mencair, Al lalu bercerita kalau dia mahasiswa jurusan psikologi tahun pertama, yang berarti baru aja menuntaskan masa-masa SMA-nya tepat saat Salsa baru merasakan masa-masa yang dirasakan Al dulu. Lalu tentang dia yang mengajari anak-anak tiap hari, bagaimana awalnya dia tertarik mengabdikan diri di sini, bagaimana dia menyesuaikan waktu kuliahnya dengan waktu mengajari anak-anak itu, dan seterusnya, dan seterusnya. Salsa sendiri heran mengapa dia bisa ngobrol sedekat ini dengan Al. padahal dengan mas-nya sendiri aja-yang umurnya gak jauh beda dari Aldia gak pernah seperti ini.

Obrolan mereka memang dekat tapi bukan berarti jarak mereka duduk juga dekat. Al duduk di bangku terdepan yang dianggap oleh anak-anak jalanan itu bangku guru mereka, sementara Salsa duduk di kursi deretan kedua dimana anak-anak yang barusan bubar tadi belajar. Sejak awal Salsa memang sudah yakin seperti apa Al. Di saat mereka ngobrol, dan sesekali Salsa bertanya tentang risetnya, Rena muncul. Assalamualaikum katanya Wa alaikum salam wa rahmatullah Salsa dan Al menjawab serempak. Uda kelar Re? Salsa bertanya Alhamdulillah uda, lo gimana? Rena balik bertanya Kayaknya gue butuh waktu dua hari lagi buat ngamati di sini, sekalian bantu-bantu kak Al ngajari anak-anak Rena mengerutkan dahinya. Oh iya, gue lupa Salsa cengengesan Re, ini kak Al. Yang tiap harinya ngajari anak-anak disini. Kak, Ini Rena sahabat aku dari SMP, kebetulan kita dapat tema yang sama Rena menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada sambil tersenyum, begitu juga Al. Emang biasanya ngajari anak-anak itu selalu sendirian ya mas? Tanya Rena Gak, biasanya gantian sama temen. Namanya kang Rahman, Tapi ini lagi gak bisa masuk istrinya baru melahirkan Rena ber-ooh. Tanpa terasa waktu menjelang Ashar. Rena dan Salsa segera berpamitan pada Al. Seperti kemarin, Salsa mengantar Rena terlebih dahulu baru kemudian lanjut ke rumahnya. *** Hari ini Salsa datang lagi ke pondok belajar itu, tapi ditemani Rena yang riset-nya telah selesai. Setelah shalat berjamaah, proses belajar di mulai seperti biasa. Tapi hari ini anak-anak itu lebih bersemangat. Karena Salsa dan Rena membawa banyak buku-buku bacaan. Walaupun tidak baru, setidaknya buku-buku tersebut masih layak di pakai. Salsa terharu, agak teriris juga hatinya melihat anak-anak itu begitu senang menerima buku darinya. Tampak bersyukur meskipun yang didapat bukanlah buku baru. Sementara dirinya yang setiap bulan pasti mendapatkan koleksi buku baru-karena Ayah Salsa punya kantor penerbitan buku sendiri- merasa biasa-biasa saja. Makasih ya kak tak putus-putus anak-anak itu berterimaksih pada Salsa dan Rena, diiringi dengan senyum tulus.

Sesuai dengan obrolan Salsa dengan Al kemarin, hari ini Salsa membantu mengajari anak-anak. Dia mengajari anak-anak yang belum pandai membaca dengan huruf latin. Sementara Rena yang bacaan Al-Qurannya dianngap Salsa lebih fasih daripada dirinya sendiri, dibujuk Salsa agar mengajari anak yang belum pandai membaca dengan huruf hijaiyah. Tentu saja Rena senang. Setiap ada kesempatan dakwah, mengajari yang baik, Rena tak pernah ketinggalan. Mungkin itulah sebabnya teman-teman dan kakak-kakak kelas banyak yang memilihnya untuk menjadi ketua rohis. Kak, kenapa kakak nutupi kepala pake kain gitu? Tanya seora ng anak perempuan berambut ikal pada Salsa dan Rena. Ini ajaran agama kita sayang. Wajib hukumnya bagi setiap muslim memakai jilbab Rena menjawab dengan senyum Ibaratnya gini, kamu punya mainan yang berharga dan indah, pasti kamu gak mau setiap orang bebas memainkannya, karena nanti bisa kotor, hilang atau sebagainya. Tapi bukan berarti pelit ya sayang. Kita cuma mau menjaga apa yang seharusnya kita jaga dari orang banyak. Mungkin sekarang kamu belum ngerti sepenuhnya, tapi nanti lama-kelamaan kamu akan ngerti sendiri. Sambung Salsa dengan senyum juga Aku juga mau pake jilbab anak perempuan tadi menyahut Aku juga Aku juga anak-anak perempuan lainnya ikut menyahut Subhanallah Salsa dan Rena takjub sendiri dalam hati Tapi anak perempuan yang bertanya tadi mendadak sedih kita gak punya baju panjang dan jilbab seperi itu kak Kalian mau pakai jilbab aja itu sudah bagus. Senyum Rena makin mengembang Insya Allah besok kakak bawakan baju yang layak untuk kalian pakai ya Anak-anak perempuan itu bersorak kegirangan. Salsa dan Rena ikut bahagia. Memang kebahagiaan itu akan lebih bermakna, jika kita membaginya dengan orang lain. Bisa tersenyum bersama bahkan bisa lebih disyukuri daripada dapat undian mobil Avanza tapi hanya tersenyum sendirian. Diam-diam Al pun ikut tersenyum menyaksikan kejadian itu. *** Esoknya, sesuai janjinya kemarin, Rena membawa pakaian muslim anakanak satu dus besar di tambah satu kantong plastik yang berukuran agak besar juga berisikan jilba-jilbab. Bukan hanya anak perempuan saja yang kebagian, tapi anak laki-laki juga. Dari mana baju sebanyak itu Re Salsa bingung sendiri Hehe, semalam kan Ummi gue nengokin gue ke sini. Nah, malamnya itu gue telpon dulu, bilang kalau lagi butuh baju muslim anak buat dibagibagiin. Kebetulan kemarinnya itu habis ada yang donor baju banyak banget, uda dibagi-bagiin ke seluruh anak panti masih belebih, Ya uda deh

jadi

disalurin

ke

mari.

Senyum

Rena

mengembang

Ummi-nya Rena memang mendirikan sebuah panti asuhan disamping rumah mereka. Kadang Salsa berpikir, pantas saja rejeki mereka selalu mengalir, karena mereka memelihara anak yatim. Karena hari ini hari terakhir yang dijadwalkan Salsa sebagai waktu risetnya, dia seperti tak ingin melewatkan sedetik pun kejadian di pondok belajar ini. Dia mengambil gambar semakin banyak dari biasanya, jarang mengedipkan mata dan selalu memekakan diri terhadap anak-anak yang butuh bantuan. Kamu boleh koq ke sini lagi walaupun gak dalam rangka riset lagi, kami gak akan menolak kamu maupun Rena. Malah kami bersyukur karena pondok ini semakin ramai karena ada kalian Al seperti bisa membaca setiap gerakan Salsa. Dikatakannya kalimat itu ketika anal-anak sudah bubar Beneran?? mata Salsa berbinar dan di bibirnya terukir senyum. Al mengangguk. Makasih ya sambung Salsa lagi. Aku juga makasih ya sama kamu sama Rena juga. Uda bikin anak-anak ceria dalam beberapa hari ini ucap Al tulus, sekarang gantian Salsa mengangguk. Kita pulang sekarang Sa? Rena yang baru dari kamar kecil muncul dan bertanya tiba-tiba Mmmm, boleh. Yuk Salsa bangkit dari duduknya Kak, kita pulang dulu ya, mungkin besok kita belum bisa ke sini, karena besok pengumpulan tugasnya Iya, gak papa. Berarti nanti malam donk nyusun essay-nya. Good luck ya lagi-lagi Al tersenyum tulus. Salsa mengangguk lalu mengucap salam dan berlalu bersama Rena. Sesaat rasa sepi membayangi Al. *** Seperti yang dikatakan Al, malam ini Salsa menyusun essay nya, diikutsertakannya juga foto-foto yang diambilnya beberapa hari ini. Karena tugas kali ini berbentuk essay, Salsa bebas menuangkan apa yang dirasakannya selama tiga hari yang membuatnya lebih bersyukur akan hidupnya itu. Sementara Rena, essay-nya sudah selesai dari kemarin. Pak Radit sangat puas dengan hasil riset kedua gadis itu. Dia berniat berkunjung ke pondok belajar yang ditulus Salsa dalam essay-nya. Dan niat itu tak lama-lama hanya berkumandang di mulut saja, karena besoknya ditemani kedua gadis itu, Pak Radit berkunjung ke pondok belajar Al. Dia membawa banyak coklat, coklat yang hanya dibagikan untuk anak-anak yang berani berbicara di depan kelas. Dan juga banyak bukubuku bacaan.

Menjelang Ashar, Salsa dan Rena pamitan. Sebelum mereka benar-benar pergi, Al memanggil Salsa Sa, boleh minta nomer handphone kamu? Aku pengen belajar dari kamu gimana caranya membagi kebahagiaan dengan orang lain, kayak kamu bisa bikin bahagia anak-anak itu Salsa senyum, disebutkannya sederet nomor ponsel. Perjalanan Salsa pulang ke rumah, di lihatnya sore ini lebih cerah dan indah dari sore-sore yang kemarin. Tak henti-hentinya dia tersenyum. Begitu juga dengan Al. Salsa membayangkan setelah ini hari-harinya akan terisi oleh celoteh anak_anak di pondok belajar itu, juga. Senyuman tulus Al.

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/03/cerpen-remajaislami-3-hari-bersama.html#ixzz2mtAm7rhC

HEY MOM HEY DAD Karya

Faridita

Hey San sapaku yang mengejutkan Sandy dari belakang. Sorry gua telat lagi lo pasti tau kan alasanya. jelasku santai serasa tak bersalah. Aku Jemmy putra dari seorang jaksa sukses di USA dan ibuku wanita karier yang super sibuk. Kakak laik-laki ku sekarang kuliah di universitas hukum jurusan pengacara. Dan aku bocah kelas 1 SMA yang masih duduk di bangku sekolah bercita-cita menjadi anggota FBI -- ok Jem to do point langsung kata Sandy yang ga suka basa basi ini berkas yang tadi gua print dirumah, mana punya lo ? ku ambil gadget yang ada di dalam saku dalam jaket kulitku. Semua berkasnya ada di dalam sini jawabku santai ok kita mulai semuanya ajak Sandy seakan kita menjadi sudah menjadi anggota FBI beneran aja. Apa yang kami bicarakan itu rahasia kami :D , heheh Tepat jam 04:30 pm aku sampai dirumah. Kegiatan ini selalu aku lakukan setiap hari kecuali waktu2 tertentu untuk menunggu ibuku pulang dan menyapanya HEY MOM tapi semua sia-sia. Ibuku masuk tanpa melihat kearahku sama sekali. Begitu melepas high heelnya dia menuju ruang kerjanya, laptop di depan dan ponsel di samping. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan bekerja. Aku diabaikan, sejak kecil aku diasuh oleh tanteku yang kini sudah tiada. Kakakku dulu diasuh oleh nenek dan kakekku. Rasanya aku tidak pernah lelah menunggunya setiap hari hanya untuk

bilang 2 kata itu. Menyesal atau tidak untuk menunggu aku tetap saja selalu memperhatikannya dari kejauhan. Terkadang aku sering kali melewati ruang kerjanya hanya untuk melihat wajahnya saja.

Hari ini aku akan mengisi acara yang diadakan oleh sekolahku sebagai seorang pianis Harapan bahwa ibu dan kakakku akan hadir untuk melihatku sangat besar dalam hatiku. Tapi sebenarnya itu tidak akan , padahal aku tau itu. Mereka terlalu sibuk dan aku sendiri. Seusai perfome aku bicara sepatah 2 patah kata di depan para orang tua murid yang sudah hadir. Bukan itu maksudku sebenarnya, aku berbicara tapi mataku terus mencari , mencari di setiap sudut tersembunyi. Dimana ibuku ? aku ingin bilang HEY MOM . Tapi tak ada, sekian kalinya aku hadir diacara yang seperti ini sendirian. Setelah 6 bulan di USA , hari ini ayahku pulang hanya sekedar mengambil berkasnya lalu pergi lagi. Tak ada satu orang pun di rumah kecuali aku yang kebetulan ingin pergi latihan futsal sama Sandy. Aku melihat ayahku dengan tatapan penuh rindu, dia tersenyum padaku. Lalu ku coba untuk bilang HEY DAD tapi ketika mulutku akan mengeluarkan kata-kata itu ponselnya berdering , dia mengangkatnya dan pergi. Akhirnya ku putuskan untuk pergi juga. Skip ~~ Hey San, gimana kalo abis latihan kita ke nongkrong di mall ? tanyaku sambil menutup pintu mobil sesampai di tempat latihan. Ok , gua suka ide lo kali ini jawab Sandy spontan yang berada di depanku . Latihan pun selesai , aku dan Sandy pun ke mall sesuai rencana.

Sesampai di mall mata kami melirik kesana kesini , mencari tempat yang ok buat tongkrongan. Jem , kesana yuk ! gua laper banget ni belum makan dari siang . ok jawabku . Aku dan Sandy suka duduk di meja paling pojok kalo mau makan, biar lebih bebas buat bicarain rencana-rencana kita. Tiba-tiba seorang wether menghampiri kami. ada yang bisa saya bantu ? Tentu nona, gua mau pesan pizza jumbo , sphagetti , nasi goreng , sama coca-cola. celetuk Sandy busset , banyak banget . kataku kaget , lo bayar sendiri tu. Mbak saya pesan nasi goreng sama minumannya sama . terima kasih pintaku ramah ok , silakah ditunggu. Terima kasih juga jawabnya ramah pula . Sambil menunggu makanan datang, ku selipkan tanganku ke saku jacket kulit yang biasa ku pakai lalu ku ambil gadgetku, searching sana searching sini. Aku selalu mendapatkan keasikkan dalam internet. Iseng-iseng ku buka Skype milikku dan aku hanyut dalam pembicaraan dengan salah satu temanku di luar negri. Sementara Sandy , tanpa ku tahu ternyata Sandy sedang memperhatikan seseorang yang tepat berada di belakangku dan berhadapan dengan Sandy. Berkali-kali kulihat Sandy mengerutkan keningnya. Lo liatin siapa sih San , serius banget ? tanyaku heran bukannya itu ibu lo Jemm ? bukannya menjaawab pertanyaanku dia malah nanya balik dengan terus melihat orang itu tanpa melihatku. Ketika Sandy mengatakan kata IBU rasanya aku tidak ingin membalikkan badanku untuk melihatnya, toh ibu ga akan melihatku. Wether yang tadi pun datang , tentunya membawa pesanan kami. Kami melahap makanan kami sepuasnya, setelah itu Sandy mengajakku pulang karna dia ada janji dengan orang lain. Rasanya aku ingin duduk dan tidak berbalik badan, aku ingin tetap berjalan lurus saja. Mau tidak mau aku harus berjalan dan melihat ibuku yang juga melihatku. Ingin rasanya aku menyapa nya dengan kata HEY MOM. Tapi dia tidak menghiraukanku sama sekali. Yasudahlah lagi pula aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Setelah mengantar Sandy pulang, aku berencana untuk jalan-jalan sendirian sambil mengendarai mobil. Entah kemana aku pergi , entah kemana jalan ini membawaku. Aku terus mengemudikan mobilku kemana pikiranku tertuju. Tak sadar ternyata aku tertuju ke TPU tempat peristirahatan terakhir tanteku. Entah apa yang aku pikirkan , kaki ku terus menuntunku ke pusara tanteku. Aku terduduk lemas di depan pusaranya,

seakan ingin menangis dan di peluknya seperti waktu kecil dulu. Dia ibuku , ibu yang ku kenal slama ini . tante , seandainya tante masih ada. Mungkin aku ga seperti ini , setiap hari aku menunngu mama hanya untuk menyapanya. Tapi dia tidak pernah melihatku. Airmata membahasi pusara tanteku itu. Hari semakin malam, aku pun pulang kerumah toh besok masih banyak kegiatan. Rumahku lebih sepi dari kuburan itu. Ga ada orang seperti biasa. Naik kekamar , mandi , dan tidur lalu bangun, pergi , pulang, dan begitu begitu saja. Sampai pada suatu hari aku menlanjutkan sekolahku di Germany dan menjadi seorang anggota FBI, penampilan, gaya bahasa , dan sikapku berubah. Impianku selama ini terwujud. Memang sesekali aku melupakan masa lalu namun sesekali aku melihatnya kembali. Ayah ibu dan kakakku kuharap kalian bahagia sepertiku. Selamat tinggal ibu, mungkin tidak akan pernah ada lagi seseorang yang menunggumu disetiap petang. Kini aku bekerja mempertaruhkan nyawaku sendiri, tidak peduli siapa aku dan dari mana aku. Ambisilah yang kini menjadikan aku berbeda.

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/08/cerpen-remaja-heymom-hey-dad.html#ixzz2mtB4GtPU

Pendidikan Cerpen Pendidikan - Merindukan Masa Masa Itu Lagi

Cerpen Pendidikan - Merindukan Masa Masa Itu Lagi


MERINDUKAN Cerpen MASA Karya MASA ITU LAGI Maulizar

Malam menjelang pagi, atap lagit masih remang remang pudar, disaat umat manusia yang lainya masih menikmati tidur lelap dan dengan udara masih segar suhu udara terasa lumayan dingin, aku sudah harus bangun dan mandi,air di bak mandi dingin seperti baru mengalir dari kutub utara,kadang kadang hanya fotocopy(tidak mandi hanya cuci muka), itu mungkin kebiasaan buruk.

Suara itu hampir setiap hari kudengarkan Bangun........bangun.......subuh........subuhhhhh .suara ustadz yang kecil dan lembut itu membangunkan aku dari tidur yang kurang nyaman,dengan melawan rasa kantuk yang amat sangat berat dan nyawa setengah hidup, terkadang ustad yang sabar harus berulang kali membangunkan kami yang tidurnya sepeerti orang mati saja. kamar kecil sempit yang berbentuk panggung petak, dinding dan alas terbuat dari kayu hanya mampu menampung 4 orang siswa saja, suara ombak yang rasanya seperti halilintar yang sekali kali menggetarkan dinding kamraku itu membuat Tambah tidaak betah dan menyebalkan,ditambah

lagi karena kelelahan tadi memikirkan hal hal yang tidak penting, tadi sore diantar sama keluarga ke asrama, mengharukan rasanya dipisah dengan orang tua seperti diasingkan kesuatu tempat yang tidak ada penghuninya.

Cerpen Pendidikan - Merindukan Masa Masa Itu Lagi

Fikiran negatif itu muncul lagi, mungkin orangtuaku sudah tidak sanggup mendidikku yang tidak bisa di atur, dan dulunya ketika di smp lumayan bandel karna sebaya kami ini bisa dikatakan remaja labil, dan maklum lah aku ini anak bungsu dari 2 bersaudara, jadi aku sedikit dimanjakan ,aku biasanya sendiri dirumah karena kakaku yang sulung sedang menempuh kuliah diperguruan tinggi ,calon dokter dia, sebuah pencapai yang wawwwww, saya sangat bangga memiliki kakak seprti dia, hebaaat,,wajaaar, dia jadi dokter lagian orangnya rajin dan cerdas, berbanding terbalik 180 derjat sama aku, hobyku itu yaaaaa tidur apalagi coba yang enak selain tidur, aku pagi bangun kadang kadang jam 12 siang, aku pernah tidur selama 16 jam hahaa, bakat yang luar biasa .jangan ditiru adegan ini ?

Memang susah rasanya berada di lingkungan asrama yang serba kekurangan, berbeda dengan dirumah, semua fasilitas bisa kita nikmati,hp pun tidak boleh di bawa jadi tidak ada koneksi untuk seseorang yang berada diluar sana seperti orang tua dan kekasih hati, tentunya harus menyimpan rasa rindu yang luar biasa. Kebiasaan yang tidak karuan itu membuatku agak susah bradaptasi dengan kehidupan dan kebisaan baru di asrama, pengalaman pertama subuh tidak kuat menahan ngantuk yang sangat luar biasa,cobaan berat bagiku, harus menghafal alQuran adalah hal yang susahku terima mungkin karna belum terbiasa, ketika mende ngar ceramah ustad kerjaannya tidur, tidak ada ilmu yang didengarkan. Maafkan kami ustad, itu bukanlah unsur kesengajaan.

Sekolahku cukup unik dan langka didapatkan ditempat lain, keindahan alamnya masih sangat alami, sebab polusi udaranya belum tercemari oleh karbon monoksida,sekolahku ini diapit oleh gunung dan laut, didepanya ada pemandangan laut yang indah, dan dibelakangnya ada gunung dan bukit yang berbaris di kota meukek.

Didirikan pada tahun 2005 oleh yayasan yang diberi nama SMA xyz inilah awalk u menempuh masa masa sma yang kata orang sih indah, belum tentu buatku. Inilah fenomena tentang sebuah kisah pengalaman dan cerita selamaku bersekolah kami diasramakan bukanya hidup dirumah selalu belajar tanpa mengenal lelah, siswa dan siswi sma insan madani tiap hari bangun maybe jam 05:00 pagi, langsung terjaga dan langsung berwudhuk, padahal mataku masih mengantuk, letak sekolah gue berada di bibir pantai tempat yang paling cocok untuk bersantai santai sambil membaca buku agar otakku pandai inilah pengakuan bukannya gue sok lebay program gotong royang berlaku setiap minggu agar sekolah gue terlihat bersih selalu kalau tidak ada MR X pasti sampah bertaburan dimana mana#hiphop cipt bg hel# .

Kegitan setiap hari Subuh bangun jam 05.00, mandi dan langsung kemesjid untk melaksanakan shalat subuh, tidak boleh masbuk apalagi tidak berjmaah, hukumanya bagi yang tidak shalat jamaah jihat dengan lari dengan membawa guling berkeliling di saksikan oleh para santriwanita,ketika selesai shalat ikut pengajian rutin dan menghafal al-quran, turun dari mesjid lansung balik ke asrama mempersiapkan segala sesuatu untuk perlengkapan ke sekolah, jam 07.00 sudah harus ada di tempat makan, sedikit saja lewat makan pagi sudah tidak bisa makan , ini peraturan agar menciptakan kedisiplinan, setelah makan, kami mulai agenda belajar dari jam 07.20 belajar rutin seperti sekolah biasanya sampai jam 3, memang sedikit sekali waktu untuk bermain main,bahkan hampir tidak ada.sorenya kami ikut pengajian sampai magrib, bada magrib menghafal al-quran sampai masuk waktunya isya, makan malam selesai, kami masuk kelas lagi intuk belajar bimbingan malam, sampai jam 10.00. itu akan berlangsung seterusnya hari demi hari.

Beberapa hal yang paling aku rindukan ketika masih berada disana adalah ketika shalat berjamaah,sekarang pada saat kuliah ini agak sedikit renggang untuk melaksanakan shalat jamaah secara bersama sama, itu bukan secara disengaja, walaupun dulu aku sering gagal untuk bangun subuh dan sering jihat namun aku merindukan saat itu lagi. Ada lagi hal yang aku rindukan yaitu aneka masakan gulai dan sambal sambal dari kak dapur yang menurutku sekarang sagatlah istimewa, padahal dulunya sering aku hina bahkan sering membuang makanan itu, dibandingkan sekarang kami sebagai anak kost dengan telur dadar dam indomie itu merupakan menu utama bagi mahasiswa, sekarang aku sadar betapa pentingnya menghargai sebuah makanan itu.makan sepiring ber9 mungkin itu anggapan orang lebay, namun kami pernah melakukanya, rebutan makanan itu mungkin sudah hal yang biasa, karena anak asrama tidak jarang merasakan rasa lapar. Ketika ada waktu kunjungan dari orang tua mungkin itu adalah saat yang paling menggembirakan bagi kami, walaupun Cuma nasi satu bungkus, waktu rebutanyalah yang paling enak dan mengesankan.Setelah 3 tahun disana, dan sekarang aku sudah wisuda dan menjadi seorang mahasiswa, aku ingin merasakan saat saat itu lagi, aku masih merindukan seragam putih abu abu itu dan segala perangkat perangkat disana sekolahku tercinta.

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2013/10/cerpen-pendidikanmerindukan-masa-masa.html#ixzz2mtBQDbbN

Anda mungkin juga menyukai