Anda di halaman 1dari 2

Malam berteman misteri

Jogyakarta 12-11-2010

“Aku masuk kamar duluan ya” kataku pada teman-teman yang berada di ruang tv

“Ya, mimpi indah ya” kata temanku mbak Emi

“Akh paling juga mau dengerin radio” timpal temanku Anik

Aku hanya tersenyum sambil melangkahkan kaki menuju kamar kosku.

Perkenalkan namaku Edsi, teman-teman biasa memanggilku dengan sebutan Echi, aku mahasiswa
jurusan seni tari di Institut Seni di Yogyakarta semester 7, aku tinggal di kos yang memiliki 2 lantai,
19 kamar tidur, ruang tv, dan 6 kamar mandi, ya, setiap malam kos kami ramai karena kami selalu
berkumpul di ruang tv untuk sekedar mengobrol atau menonton tv yang kadang kami sendiri tidak
tahu acaranya apa.

Aku memasuki kamarku setelah berkumpul bersama teman-temanku di ruang tv, sesampainya di
kamar aku langsung menghidupkan radio dan mendengarkan siaran radio kesayangan yang
sepanjang hari hanya memutarkan lagu-lagu yang sedang hits.

Aku mendengarkan musik sambil sesekali ikut menyanyikan lagu yang diputar di radio, dan tiba-tiba
saja aku mendengar suara andong (kereta kuda) banyak sekali, suaranya jelas sekali terdengar dari
jalan depan kos, ya, perlu diketahui kos kami berada di pinggir jalan yang menurut masyarakat
sekitar jalan tersebut menghubungkan keraton Yogyakarta dengan pantai Parangtritis, bagaimana
kebenarannya? Kami sendiripun tidak mengetahui tentang hal tersebut.

Suara iring-iringan andong tersebut semakin lama terdengar semakin jelas, sehingga aku berfikir
apakah ada pawai atau karnaval di tengah malam begini? Tapi mungkin saja bisa mengingat malam
ini adalah malam 1 suro, malam yang dianggap sakral bagi sebagian masyarakat jawa. Karena
didorong oleh rasa penasaran aku memutuskan untuk keluar kos dan melihat iringan andong
tersebut.

“Ada pawai ya?” tanyaku pada teman-temanku yang masih ada di ruang tv

“Pawai apaan? Ga ada, iseng amat jam segini pawai” jawab temanku mbak Emi

“Aku tuh dengar ada suara andong rame banget, jalan dari selatan kearah utara” jawabku lagi
“Ngaco, sepi dari tadi tuh jalan, aku di depan pintu dari tadi ga lihat apa-apa chi” jawab mbak Atik,
temanku yang lain

Rasa penasaranku semakin memuncak, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan melihat jalanan
agar aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan benar apa yang di katakana teman-temanku, jalanan
sepi. Aku masuk kembali ke ruang tv yang berada persis di depan jalanan tesebut dan mengatakan
kepada teman-temanku bahwa jalanan memang sepi

Tetapi yang membuat aku tidak habis fikir adalah suara iring-iringan andong tersebut sangat jelas
terdengar olehku, hanya olehku, dan teman-temanku tidak ada yang mendengarnya, aneh? Ya,
memang aneh, hal itu juga yang masih menjadi misteri sampai sekarang.

Keesokan harinya aku ke warung sebelah kos untuk membeli mie instant, makanan wajib untuk anak
kos saat itu, aku bercerita pada ibu kos tentang hal yang aku alami semalam, dan secara
mengejutkan ibu kos mendengarkan ceritaku sambil tersenyum.

“Itu bukan mimpi mbak, bukan halusinasi, itu beneran, andong-andong itu punyanya rombongan
Ratu Pantai Selatan yang mau ke Keraton, memang ga semua orang bisa dengar, cuma orang-orang
tertentu saja” kata ibu warung

“Orang-orang tertentu bu? Kenapa?” tanyaku penasaran

“Orang-orang yang mendengar kereta kencana seperti itu, atau suara gamelan kraton di tengah
malam, itu pertanda orang tersebut akan betah dan akan tinggal selamanya di Jogja” kata ibu
tersebut menambahkan

Setelah pulang dari warung aku bercerita pada andi lewat telepon tentang kejadian semalam, dan
hal yang mengejutkan kembali terjadi, andi pacarku bercerita bahwa tadi malam dia mendengar
suara gamelan dari arah utara, kejadian misterius yang kami berdua alami di malam yang sama,
malam 1 suro.

Terlepas dari betul atau tidaknya jawaban ibu warung saat itu atas apa yang kami alami di malam
tersebut, sekarang yang terjadi adalah, aku dan andi tinggal menetap di Yogyakarta, kami memiliki
pekerjaan tetap dan rumah sendiri, kami sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, itulah cerita
misterius yang kami alami, 2 anak perantauan yang mencari Ilmu di kota ini, hingga akhirnya mencari
nafkah dan kehidupan di kota ini pula, dan kini kami Bahagia.

Misteri tersebut, biarlah tetap menjadi misteri.

Anda mungkin juga menyukai