Anda di halaman 1dari 4

CERPEN MENGINTERPRESTASI WAWASAN NUSANTARA

BUDAYA BANGSA BUDAYA KITA


oleh : Agistina Sekarini

“Pulang sekolah latihan seperti biasa bro!”

Jam istirahat telah tiba, semua anak-anak berebutan untuk keluar kelas terlebih dahulu dengan
maksud agar tak terlambat ketika sampai dikantin. Namun, suara Dino memberitahukan kepadaku
jika pulang sekolah harus latihan. Aku langsung mengangguk mantap! Setelah itu, aku dan ketiga
sahabatku Reka, Ino, dan Dino segera bergegas menuju kantin.

“Kalian udah lihat Video Clipnya EXO yang Call Me Baby?” sahut Reka dengan gaya sok
seperti Sehun member EXO.

“Udah kok. Mantap sekali! Kalau kita ngecover dance ini pasti semua wanita terpukau dengan
kita” ujar Dino dengan memasang tampang sok artisnya.

“Jadi, nanti sore kita latihan lagu apa? Kalau BTS yang DOPE aku masih belum bisa. Yang lain
saja yaa?” ujar Ino mengalihkan topic pembicaraan

“Nanti sore gimana kalau kita latihan BigBang – BANGBANG?” usulku dengan nada mantap
Semua ketiga sahabatku saling menatap satu sama lain. Dan akhirnya mereka mengangguk setuju
disertai senyum lebar.

“Kalian anak cowok kok suka korea? Haha” celetuk salah satu teman perempuanku yang tak
sengaja ia mendngearkan pembicaraan kita.

“Lalu, kamu perempuan kok suka Bela diri?” celetuk Ino balik. Tak ada jawaban. Ino hanya
diberi kacang. Dikacangin.

Malam ini aku pulang agak terlambat karena harus melakukan latihan dance terlebih
dahulu. berharap semoga Ayah tak memarahi ku. Ayah sangat tidak suka jika aku latihan dance
seperti ini. Bagi Ayah ini adalah kegiatan buang-buang waktu saja. Padahal aku melakukan itu
semua untuk menyalurkan bakatku. Rumah terlihat sepi. Pintu tak terkunci, aku langsung
membuka pintu. Ku berjalan perlahan menuju kamar. Tapi ternyata, Ayah sudah menunggu ku di
ruang keluarga. Ingin ku percepat saja langkahku menuju kamar, namun Ayah sudah memanggil
ku terlebih dahulu.

“Habis darimana kau? Jam segini baru pulang! Dan baju kau penuh dengan keringat. Kau habis
latihan dance lagi ya?!” sahutnya disertai ekspresi muka garang nya. Disaat itu aku berharap
semoga Ibu datang, dan aku dapat meminta pembelaan dari Ibu. Namun sayang, Ibu malam itu
sedang tak ada dirumah ia menginap dirumah Mbak Mira adek Ibu.
“Kalau ditanya ya dijawab!” keras Ayah. Aku mengangguk lesu.

“Begini, Ayah mau tanya apasih yang membuatmu bisa menyukai dengan hal-hal yang berbau
kebarat-baratan itu? Ayah tak pernah mendengar kau memutar lagu hasil karya Indonesia sendiri
atau yang semua yang berkaitan dengan budaya Indonesia.” Kata Ayah. Aku mencoba duduk
disofa tepat disamping Ayah.

“Ayah, aku suka yah dengan dunia dance. Aku suka dengan lagu-lagu luar negeri. Aku ingin
menyalurkan bakatku. Dance. Aku suka ragam budaya Indonesia apalagi hasil karya musiknya,
tapi aku entah kenapa telah terhipnotis lagu-lagu luar negeri.” Jawabku. Ayah terdiam.

“Yasudah terserah kau, yang penting Ayah sudah memberitahumu. Ohiya! Esok kau harus ikut
Ayah pergi ke Festival Ragam Budaya Indonesia. Kau harus ikut!” ujar Ayah. Aku langsung
tepuk jidat. Esok aku sudah janji kepada teman-temanku untuk latihan dance lagi.

“Kenapa? Tidak mau? Kok hanya diam?” ujar Ayah. Aku tanpa basa basi langsung meng-iya-
kan permintaan Ayah tersebut.

Keesokkan harinya, ketika jam istirahat tiba seperti biasa bahasan yang aku dan sahabat-
sahabatku bahas ialah mengenai latihan kemarin sore dan nanti sore. Namun, aku seperti tak
bersemangat hari itu. Apa ini karena aku diajak oleh Ayah? Hmm..

“Kenapa kamu hanya diam saja dari tadi?” tanya Reka kepadaku. Seketika lamunan dan diam
tanpa kataku buyar. Aku seperti orang kebingungan.

“Kamu tidak apa-apa kan? Gimana nih pendapatmu tentang latihan nanti sore?” tanya Dino
kepadaku

“Maaf, aku latihan hari ini takbisa ikut. Aku mau pergi bersama Ayah mengunjungi Festival
Ragam Budaya Indonesia” jujurku. Semua sahabatku terdiam.

“Sejak kapan kamu suka Budaya Indonesia? Bukannya kau lebih suka Korea? Haha” ujar Ino

“Anio! Aku walaupun menyukai hal yang berbau Korea namun aku masih mempunyai jiwa
nasionalisme”jawabku dengan penuh semangat.

“Tapi nanti setelah sepulang dari festival kau mampir dulu sebentar ke basecamp untuk latihan
kan?” tanya Ino

“Sepertinya tidak No. Ayah melarangku untuk latihan dance lagi” ujarku lesu. Semua kawanku
ikut-ikutan tertunduk lesu. Mereka tahu betul dengan sikap Ayahku yang keras menantang ku
untuk tak latihan dance.

Sore hari, Aku dan Ayah segera bergegas menuju Festival. Disepanjang perjalanan,
didalam mobil Ayah tak henti-henti nya menceritakan ku tentang keindahan keragaman budaya
Indonesia. Entah apa bumbu hipnotis yang Ayah berikan kepadaku. Omongan Ayah mengenai
Ragam budaya Indonesia telah membuat pikiran dan hati ini terbangun. Iya, terbangun dan
menyadari akan betapa indah dan banyaknya keragaman budaya Indonesia. Aku tak sabar ingin
sekali cepat sampai di tempat festival tersebut. Selang beberapa menit, Aku dan Ayah sampai
ditempat festival. Suasananya begitu meriah. Ada satu titik yang berhasil mengalihkan
pandanganku ketika aku baru saja memasuki pintu masuk Festival tersebut. Dance Tradisional
Modern. Aku langsung menyerocos lari berusaha berada di paling depan untuk menonton
pertunjukkan tersebut. Ayah yang melihatku nampaknya biasa saja.
“Keren! Tari tradisional tapi dikreasi gitu jadi dance modern gitu” kataku terpukau akan dance
yang mereka bawakan diatas panggung. Setelah penampilan mereka selesai, aku kembali
menemui Ayah. Ayah ternyata sedari tadi sedang sibuk melihat-lihat macam-macam alat music
yang berasal dari Indonesia. Banyak. Iya, berbagai macam alat music dari Sabang sampai
Merauke ada semua. Salut!

“Bagaimana? Ini baguskan? Dulu Ayah suka sekali memainkan alat music ini” ujar Ayah sambil
memperlihatkan alat music kesukaannya jaman dahulu yaitu Kecapi. Aku hanya mengangguk.

Setelah berlama-lama di stand alat music aku dan Ayah kembali melanjutkan berjalan-jalan
berkeliling Festival. Ada satu stand yang sedari tadi ingin ku datangi. Stand Makanan Khas
Indonesia. Hehe. Berbagai macam makanan khas Indonesia tersedia semua.

“Kau mau pesan apa?” tanya Ayah kepadaku yang sedari tadi rupanya juga sudah menahan
lapar hehe

“Aku, Gado-gado saja. Minumnya Es Dawet” jawabku dengan rasa tak sabar menanti makanan
datang. Ayah tersenyum lebar. Pesanan Ayah berbeda denganku, ia memesan Ketoprak dan Es Teh.
Aku dan Ayah istirahat terlebih dahulu di stand makanan. Ketika aku sedang asik menikmati
makanan khas Yogyakarta ini, ada salah seorang dari pengunjung stand makanan menegur ku
dengan menggunakan bahasa Jawa. Entah apa yang aku tangkap dari perkataan dia, yang jelas aku
tak mengerti yang ku tahu hanya bahasa Indonesia dan Korea. Dasar.

“Nyuwun sewu, mas opo tanggepane panjenengan menawi gado-gado panganan khas Yogyakarta
iku?”

Aku yang mendengarkannya hanya dapat memasang ekpresi muka datar. Ayah yang melihatku
malah tertawa kecil. Tiba-tiba Ayah menjelaskan apa arti dari perkataan itu. Hebat! Ayah orang
Padang tetapi jago Bahasa Jawa.

“Artinya Permisi, mas apa tanggapan kamu tentang gado-gado makanan khas Yogyakarta ini?”
ujar Ayah kepadaku. Aku mengangguk mengerti. Segera ku jawab pertanyaan itu dengan
menggunakan Bahasa Indonesia.

“Gado-gado merupakan makanan yang paling aku suka! Pokoknya Like it deh!” ucapku agak
alay dikit sih hehe. Orang tersebut lalu hanya tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya,
dan setelah itu meninggalkan Aku dan Ayah.

Satu jam sudah Aku dan Ayah berjalan-jalan di Festival Ragam Budaya Indonesia,
sungguh! Aku tak merasa menyesal menuruti ajakan Ayah ini. Festival ini benar-benar
menakjubkan. Sepertinya rasa cinta dan bangga kepada Keragamanan Budaya Indonesai kini
mulai mengembang dan bersemi kembali didalam hati.

“Terimakasih Yah, berkat dirimu Aku jadi tahu tentang Keragamanan Budaya Indonesia yang
sangat begitu banyak dan menakjubkan. “ kataku. Ayah hanya membalasnya dengan senyuman
lebar.

Keesokkan harinya, aku menceritakan kejadian tadi malam kepada ketiga sahabatku.
Nampaknya mereka juga penasaran akan Festival Ragam Budaya Indonesia. Akhirnya sepulang
sekolah kami berempat memutuskan untuk pergi ke Festival tersebut. Sudah ku duga. Ino
langsung terpesona akan penampilan tarian tradisional yang dibawakan oleh dancer tadi malam.
Reka, ia langsung menuju stand alat music. Nampaknya ia begitu menyukai dengan alat music
Angklung. Sedangkan Dino dan Aku langsung menuju stand makanan. Hehe. Kami berdua
memang seperti orang tak diberi makan selama 3 bulan. Lapar! Hari itu juga kami berempat
menghabiskan waktu luang kami di Festival Ragam Budaya Indonesia dengan begitu bahagia.
Sungguh! Kenapa aku baru menyadari bahwa Ragam Budaya Indonesia begitu menakjubkan?
Dasar

Anda mungkin juga menyukai